Anda di halaman 1dari 4

JURUSAN

TEKNIK
KONVERSI
INSTRUMENTASI & PENGUKURAN ENERGI
Dosen Pembimbing : Drs. Ignatius Riyadi Mardiyanto, M.T.
POLIREKNIK
NEGERI
BANDUNG
Nama : Egi Ginanjar NIM : 181724006 Kelas : 2C / D4-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik

LATIHAN SOAL BAB 2 (STANDAR PENGUKURAN)

1. Jelaskan perbedaan penomoran scientific dengan penomoran engineering!


Jawab :
Penomoran scientific digunakan untuk angka-angka besar dan untuk membatasi cara penulisan yang panjang, maka
dibuat aturan penulisan sepuluh pangkat atau pangkat puluhan, contoh : 132 000 000 dapat ditulis 1,32 x 10 8.
Penomoran scientific juga digunakan untuk angka-angka kecil, contoh : 0,000 425 dapat ditulis 4,25 x 10 -4. Jika
terdapat penulisan angka 0 (nol) yang berhubungan dengan masalah keakuratan dari suatu instrumen ukur, maka
penulisan angka 0 tidak perlu dihilangkan karena merupakan nilai berarti dari hasil pengukuran, contoh 4,420 0 x 10 7.
Pada penomoran engineering juga tidak berbeda jauh seperti penomoran scientific, tetapi penulisan pangkat puluhan
hanya pada kelipatan tiga saja (baik positif maupun negatif), contoh : 132 000 000 dapat ditulis 132 x 10 6.

2. Jelaskan cara menuliskan angka hasil pengukuran!


Jawab :
Tata cara penulisan hasil pengukuran diperlukan standardisasi, hal ini dimaksudkan agar setiap pihak yang
berkepentingan dalam membaca hasil pengukuran akan mempunyai interpretasi yang sama dengan pihak yang
menuliskan angka tersebut. Dengan demikian, tidak timbul perbedaan pendapat mengenai data hasil engukuran
tersebut. Dalam penulisan bilangan bulat yang umum digunakan sebagai pembakuan adalah pengelompokan bilangan
dalam tiga digit, yakni di antara satu kelompok dengan lainnya dibatasi dengan satu spasi, contoh : 45 318. Selain itu,
juga terdapat aturan penomoran ilmiah (scientific) dan penomoran rekayasa (engineering) seperti yang telah dijelaskan
pada pertanyaan no. 1.

3. Apa yang dimaksud dengan angka berarti dalam suatu hasil ukur?
Jawab :
Angka berarti merupakan kombinasi angka yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran yang diperoleh dari hasil
pengukuran menggunakan alat ukur. Angka berarti menunjukan ketelitian pengukuran dengan alat ukur.

4. Bagaimana cara membedakan antara akurasi dan presisi dari cara menuliskan angka hasil ukur? Beri contoh
tentang akurasi dan presisi dengan memakai angka penulisan hasil ukur!
Jawab :
Keakuratan (akurasi) dari hasil pengukuran dengan menggunakan instrument ukur haruslah tercermin dari angka
berarti yang dituliskan pada data hasil pengukuran. Sedangkan presisi (ketepatan) dapat dilihat dari penulisan hasil
pengukuran yang diperlihatkan dari angka berarti terakhir. Contoh :
a) 1.) 3470 cm
2.) 500,0 cm
(2) lebih presisi dan lebih akurat
b) 1.) 0,0395 g
2.) 0,0088 g
(1) lebih akurat dan sama presisi
c) 1.) 0,2934
2.) 1,020
(1) lebih presisi dan sama akurat
d) 1.) 35 480
2.) 321 000
(1) lebih presisi dan lebih akurat

5. Sebutkan aturan dasar perkalian hasil ukur agar tetap tercermin akurasinya!
Jawab :
Aturan untuk manipulasi angka hasil pengukuran untuk perkalian dan pembagian adalah angka berarti dari hasil
kalkulasi tersebut harus tidak lebih dari angka berarti terkecil yang dicantumkan dari hasil pengukurannya. Contoh :
diketahui hasil dari pengukuran sisi-sisi suatu benda adalah 3,794 cm (4 angka berarti), 11,26 cm (4 angka berarti),
dan 35,4 cm (3 angka berarti). Maka volume dari benda tersebut adalah 1510 cm 3 atau 1,51 dm3 (3 angka berarti).

6. Sebutkan tujuh satuan dasar dalam SI!


Jawab :
Besaran Nama Simbul
Panjang meter m
Massa kilogram Kg
Waktu detik (sekon) S
Arus listrik ampere A
Suhu (temperatur termodinamika) kelvin K
Jumlah zat kimia Mole Mol
Intensitas penerangan Candela Cd

7. Tuliskan nama perlipatan dan angka perlipatannya!


Jawab :
Faktor Perlipatan Awalan Simbol
1 000 000 000 000 000 000 = 1018 Exa E
1 000 000 000 000 000 = 1015 Peta P
1 000 000 000 000 = 1012 Tera T
9
1 000 000 000 = 10 Giga G
1 000 000= 106 Mega M
1 000 = 103 Kilo k
2
100 = 10 Hekto h
10 = 101 deka da
0,1 = 10-1 Desi d
0,01 = 10-2 Senti c
-3
0,001 = 10 Mili m
0,000 001 = 10-6 Mikro 𝜇
0,000 000 001 = 10-9 Nano n
-12
0,000 000 000 001 = 10 Piko p
0,000 000 000 000 001 = 10-15 Femto f
0,000 000 000 000 000 001 = 10-18 atto a

8. Jelaskan jenis kesalahan dalam pengukuran dan penyebabnya!


Jawab :
Secara prinsip, kesalahan dalam pengukuran dapat dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu:
a. Kesalahan karena kecerobohan, merupakan kesalahan yang dibuat oleh manusia. Seperti misalnya adalah
kesalahan pembacaan, penyetelan tidak tepat, penaksiran hasil ukur, pemakaian instrumen yang tidak sesuai, tidak
mengerti kaidah mengukur sesuatu seperti adanya efek pembebanan pada pengukuran voltmeter, dan seterusnya.
b. Kesalahan sistematis (bias), disebabkan karena kekurangan yang melekat pada instrumen tersebut. Misalnya gejala
penuaan, karena struktur atau perangkaian komponen, linearitas yang dipaksakan, berubahnya nilai parameter yang
disebabkan pembebanan lebih, berubahnya temperatur dan tekanan lingkungan, dan sebagainya.
c. Kesalahan acak (presisi), disebabkan oleh hal yang tidak diketahui dan adanya pengabaian pengaruh lingkungan
terhadap instrumen ukur yang berubah setiap saat,jadi kesalahan ini merupakan daerah samar yang dapat dicari
memakai dugaan.

9. Jelaskan perbedaan penyetelan (setting) dan kalibrasi!


Jawab :
Penyetelan (setting) merupakan suatu cara yang bertujuan untuk mempertahankan kesalahan sistematik supaya tidak
membesar. Penyetelan instrumen dilakukan untuk mendapatkan kembali akurasi agar sesuai dengan standar acuannya.
Sedangkan kalibrasi merupakan suatu cara yang ditujukan sebagai proses legal untuk mendokumentasikan hasil
penyetelan instrumen, yang meliputi hasil perubahan kualitas dan koreksi pembacaan.
Pencocokan instrumen dengan standar yang lebih tinggi dengan menyetel instrumen bukanlah kalibrasi, ini hanyalah
penyetelan. Cara legal untuk mendapatkan pengakuan hasil proses penyetelan ini, pengujiannya dan kemudian dicatat
data pentingnya disebut kalibrasi.

10. Beri contoh kurva karakteristik static instrument dan perlihatkan apa yang dimaksud dengan zero, span, serta
linearitas!
Jawab :
Contoh dari hasil pembacaan (dalam kPa) adalah
Pembacaan Output
Input akurat
0,0 6,0
10,0 18,8
20,0 27,6
30,0 35,1
40,0 41,3
50,0 46,8
Kemudian dibuat grafik Kartesian hubungan input output ini,

Gambar 2-1 Hubungan input-output pengukuran

Dari Gambar 2 -1 terlihat bahwa hubungan input-output dari instrumen tersebut mempunyai kesalahan
linieritas, kesalahan span, kesalahan titik nol. Jadi untuk penyetelan perlu diketahui bahwa aturannya
adalah melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki hal-hal berikut.

1. Pertama : linearitas
2. Kedua : menyetel span

3. Ketiga : menyetel Zero

Yakni dilakukan pengulangan-pengulangan penyetelan instrument dalam tiga nilai tersebut di atas,
sampai ketiganya didapat nilai terbaik.

Dalam hal ini yang disebut titik nol adalah titik dari nilai terendah skala jadi tidak selalu harus titik koordinat nol-
nol atau tidak selalu harus nol yang sesungguhnya, yang disebut linearitas adalah kelurusan kurva input-output
tersebut, yang disebut span adalah kemiringan kurva, dan zero adalah titik dari nilai terendah (tidak selalu bernilai
nol). Pada Gambar 2 -1 dapat diperlihatkan bahwa jika kedua intrrument yakni instrument rujukan dan yang
dirujukkan mempunyai output berupa nilai besaran yang sama, maka hasil terbaik akan didapatkan jika kurva
berbentuk garis lurus dari koordinat (0,0) ke koordinat (50, 50). Dengan gambar yang sama dapat dikatakan bahwa
jika garis yang dihasilkan adalah lurus dan kesebandingannya adalah satu maka setting, serta titik awalnya adalah
sama maka instrument yang dirujukkan tersebut telah ‘sesuai’ dengan instrument rujukan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kegiatan penyetelan menjadi telah selesai dilaksanakan.

11. Beri contoh mencari akurasi dari suatu hasil kalibrasi!


Jawab :
Penentuan akurasi. Dengan menggunakan diagram perbedaan (kesalahan) yang bentuk dasarnya (tanpa data) maka
dapat ditarik beberapa hasil, yakni didapatkan;
a. Akurasi referensi, yakni persen maksimum kesalahan dari pengukuran (tidak peduli positif atau negatif), atau
persen mutlak maksimum dari kesalahan. Ini adalah nilai yang biasa ditampilkan pada instrumen.
b. Histerisis, yakni persen maksimum perbedaan pengukuran antara saat naik dan saat turun dengan nilai input yang
sama. Dalam penulisan, histerisis ini adalah persen selisih nilai kesalahan tertinggi antara saat input naik dengan
saat input turun pada nilai input yang sama yang ada pada diagram perbedaan jika telah diisi data. Cara
mencarinya adalah dengan melihat nilai input yang sama dan melihat lebar nilai bentangan terlebar antara saat
naik dan saat turun dari persen kesalahan.
c. Repeatability (pengulangan), yakni persen perbedaan nilai pengukuran tertinggi yang ada dengan kondisi input
yang sama yakni saat naik saja atau saat turun saja dan kemudian dicari selisih maksimum. Cara mencarinya
adalah dengan melihat bentangan terlebar pada semua nilai kesalahan untuk saat naik atau saat input turun.

Penggunaan dokumen kalibrasi. Jika telah diolah/dievaluasi dari hasil data yang diperoleh, maka dapat dilihat
beberapa hal penting seperti akurasi, histerisis dan repeatability dari instrument ukur yang dikalibrasi. Hasil
pengolahan data penting tersebut dapat dipakai untuk memberikan beberapa rekomendasi, seperti antara lain untuk
dilakukan pengesetan ulang, dipakai untuk rujukan kalibrasi berikutnya, dipakai untuk merekomendasikan nilai
akurasi dari intrumen.

Anda mungkin juga menyukai