INSTRUMENTASI - Egi Ginanjar (181724006)
INSTRUMENTASI - Egi Ginanjar (181724006)
TEKNIK
KONVERSI
INSTRUMENTASI & PENGUKURAN ENERGI
Dosen Pembimbing : Drs. Ignatius Riyadi Mardiyanto, M.T.
POLIREKNIK
NEGERI
BANDUNG
Nama : Egi Ginanjar NIM : 181724006 Kelas : 2C / D4-Teknologi Pembangkit Tenaga Listrik
3. Apa yang dimaksud dengan angka berarti dalam suatu hasil ukur?
Jawab :
Angka berarti merupakan kombinasi angka yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran yang diperoleh dari hasil
pengukuran menggunakan alat ukur. Angka berarti menunjukan ketelitian pengukuran dengan alat ukur.
4. Bagaimana cara membedakan antara akurasi dan presisi dari cara menuliskan angka hasil ukur? Beri contoh
tentang akurasi dan presisi dengan memakai angka penulisan hasil ukur!
Jawab :
Keakuratan (akurasi) dari hasil pengukuran dengan menggunakan instrument ukur haruslah tercermin dari angka
berarti yang dituliskan pada data hasil pengukuran. Sedangkan presisi (ketepatan) dapat dilihat dari penulisan hasil
pengukuran yang diperlihatkan dari angka berarti terakhir. Contoh :
a) 1.) 3470 cm
2.) 500,0 cm
(2) lebih presisi dan lebih akurat
b) 1.) 0,0395 g
2.) 0,0088 g
(1) lebih akurat dan sama presisi
c) 1.) 0,2934
2.) 1,020
(1) lebih presisi dan sama akurat
d) 1.) 35 480
2.) 321 000
(1) lebih presisi dan lebih akurat
5. Sebutkan aturan dasar perkalian hasil ukur agar tetap tercermin akurasinya!
Jawab :
Aturan untuk manipulasi angka hasil pengukuran untuk perkalian dan pembagian adalah angka berarti dari hasil
kalkulasi tersebut harus tidak lebih dari angka berarti terkecil yang dicantumkan dari hasil pengukurannya. Contoh :
diketahui hasil dari pengukuran sisi-sisi suatu benda adalah 3,794 cm (4 angka berarti), 11,26 cm (4 angka berarti),
dan 35,4 cm (3 angka berarti). Maka volume dari benda tersebut adalah 1510 cm 3 atau 1,51 dm3 (3 angka berarti).
10. Beri contoh kurva karakteristik static instrument dan perlihatkan apa yang dimaksud dengan zero, span, serta
linearitas!
Jawab :
Contoh dari hasil pembacaan (dalam kPa) adalah
Pembacaan Output
Input akurat
0,0 6,0
10,0 18,8
20,0 27,6
30,0 35,1
40,0 41,3
50,0 46,8
Kemudian dibuat grafik Kartesian hubungan input output ini,
Dari Gambar 2 -1 terlihat bahwa hubungan input-output dari instrumen tersebut mempunyai kesalahan
linieritas, kesalahan span, kesalahan titik nol. Jadi untuk penyetelan perlu diketahui bahwa aturannya
adalah melakukan koreksi-koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki hal-hal berikut.
1. Pertama : linearitas
2. Kedua : menyetel span
Yakni dilakukan pengulangan-pengulangan penyetelan instrument dalam tiga nilai tersebut di atas,
sampai ketiganya didapat nilai terbaik.
Dalam hal ini yang disebut titik nol adalah titik dari nilai terendah skala jadi tidak selalu harus titik koordinat nol-
nol atau tidak selalu harus nol yang sesungguhnya, yang disebut linearitas adalah kelurusan kurva input-output
tersebut, yang disebut span adalah kemiringan kurva, dan zero adalah titik dari nilai terendah (tidak selalu bernilai
nol). Pada Gambar 2 -1 dapat diperlihatkan bahwa jika kedua intrrument yakni instrument rujukan dan yang
dirujukkan mempunyai output berupa nilai besaran yang sama, maka hasil terbaik akan didapatkan jika kurva
berbentuk garis lurus dari koordinat (0,0) ke koordinat (50, 50). Dengan gambar yang sama dapat dikatakan bahwa
jika garis yang dihasilkan adalah lurus dan kesebandingannya adalah satu maka setting, serta titik awalnya adalah
sama maka instrument yang dirujukkan tersebut telah ‘sesuai’ dengan instrument rujukan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kegiatan penyetelan menjadi telah selesai dilaksanakan.
Penggunaan dokumen kalibrasi. Jika telah diolah/dievaluasi dari hasil data yang diperoleh, maka dapat dilihat
beberapa hal penting seperti akurasi, histerisis dan repeatability dari instrument ukur yang dikalibrasi. Hasil
pengolahan data penting tersebut dapat dipakai untuk memberikan beberapa rekomendasi, seperti antara lain untuk
dilakukan pengesetan ulang, dipakai untuk rujukan kalibrasi berikutnya, dipakai untuk merekomendasikan nilai
akurasi dari intrumen.