Makalah Maswarti
Makalah Maswarti
bimo seno 08:27
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Korupsi sudah ada di tengah – tengah kita sejak awal manusia mulai membentuk organisasi.Korupsi
adalah bagian dari kegiatan kolektif kita. Namun demikian, tidak berarti kita boleh bersikap acuh tak acuh
menngenai korupsi. Korupsi merusak kehidupan ekonomi dan landasan moral tata kehidupan kita.
Benar memanng, sulit untuk melihat korupsi ada atau tidak, karna korupsi berlangsung dalam selubung
kerahasiaan. Selain itu kesulitan itu karena kata Aristoteles ‘’Hal yang biasa terjadi sehari – hari mendapat
perhatian paling kecil dari masyarakat[1]’’. Bahkan hingga detik ini sekalipun, sebagian besar korupsi terjadi
di sektor pemerintah. Kita harus membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kita masing – masing
untuk membasmi korupsi. Meskipun pemerintah sudah membentuk sebuah organisasi yang bertujuan
besar untuk membebaskan Negara kita ini dari kasus korupsi yaitu komisi pemberantasan korupsi (KPK)
B.Rumusan masalah
(KPK).
3. Upaya penangannanya
PEMBAHASAN
A.Korupsi di Indonesia
Berdasarkan tulisan dari Amien Rahayu, seorang analis sejarah LIPI dalam ‘’Jejak Sejarah Korupsi
Indonesia’’ bahwa mulai zaman kerajaan – kerajaan lawas, budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya
dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan atau motif kekuasaan dan kekayaan. Sebenarnya kehancuran
kerajaan – kerajaan besar (Sriwijaya,Majapahit dan Mataram) adalah karena prilaku korup dari sebagian
besar para bangsawanya. Sejarah sebelum Indonesia merdeka sudah diwarnai oleh ‘’budaya – tradisi
korupsi’’ yang tiada henti karna di dorong oleh kekuasaan,kekayaan dan wanita.
Sering kita mendengar bahwasanya strategi jitu Belanda (VOC) menguasai politik pecah belah (devide et
impera), tapi pernahkah kita bertanya atau meneliti persoalan atau penyebab utama mudahnya Bangsa
asing (Belanda) mampu menjajah indonesia sekitar 350 tahun (versi sejarah nasional), lebih karena prilaku
elit bangsawan yang korup, lebih suka memperkaya pribadi dan keluarg, kurang mengutamakan aspek
Perlu diketahui sebelumnya bahwa sejak Indonesia merdeka, sudah terdapat berbagai lembaga yang
khusus dibentuk untuk melakukan tugas khusus pemberantasan korupsi. Tapi hampir bisa dikatakan bahwa
semua lembaga tersebut mengalami kegagalan. Lembaga – lembaga tersebut adalah sebagai berikut :
Pada masa orde lama, tercatat dua kali dibentuk badan pemberantas korupsi, yaitu :
A. ‘’panitia Retooling Aparatur Negara’’(paran) yang di bentuk dengan perangkat aturan Undang – undang
keadaan bahaya. Badan ini dipimpin oleh A.H.Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota, yakni professor
M.yamin dan Roeslan Abdulgani. Namun dalam perjalananya, terdapat perlawan atau reaksi keras dari para
penjabat yang korup pada saat itu dengan dalih yuridis bahwa berbekal alasan doktrin pertanggung jawaban
secara langsung kepada president, formulir itu tidak diserahkan kepada paran, tapi langsung kepada
president. Ditambah lagi dengan kekacauan politik, paran berakhir tragis, dead lock, dan akhirnya
B. Pada tahun 1963,melalui keputusan president No.275 Tahun 1963, pemerintah menunjuk lagi
A.H.Nasution, yang saat itu menjabat sebagai menteri koordinator pertahanan dan keamanan/kasab,dibantu
oleh Wiryono Prodjodikusumo uuntuk memimpin lembaga baru yang lebih dikenal dengan ‘’Operasi Budhi’’.
Kalai ini dengan tugas yang lebih berat, yakni menyeret pelaku korupsi kepengadilan dengan sasaran utama
perusahaaan – perusahaan Negara serta lenbaga – lembaga Negara lainya yang dianggap rawan prakteik
korupsi dan kolusi. Namun lagi- lagi operasi ini juga berakhir, meski berhasil menyelamatkan uang Negara
kurang lebih 11 milyar. Operasi Budhi ini dihentikan oleh Soebandrio kemudian diganti menjadi Komando
Tertinggi Retooling Aparat Revolusi (kontrar) dengan presiden soekarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh
Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Bohari pada tahun 2001 mencatatkan bahwasanya seiring dengan
lahirnya lembaga ini, pemberantasan korupsi dimasa orde lama pun kembali masuk ke jalur lambat,bahkan
macet.
Pada masa orde baru, dibawah kepemimpinan soeharto minimal ada 4 lembaga yang dipasrahi tugas untu
Tim ini dibentuk dengan keputusan president Nomor 228 Tahun 1967. Pada awal orde baru melalui pidato
kenegaraan pada tanggal 16 agusstus 1967, Soeharto terang – terangan mengkritik orde lama yang tidak
mampu memberantas korupsi dalam hubungn dengan demokrasi yang terpusat ke istana.
B. Komite Empat
Komite ini terbentuk dikarenakan adanya banyak tuduhan ketidak seriusan tim pemberantas korupsi
sebelumnya dan berjuang pada kebijakan soeharto untuk menunjuk komite empat. Komite ini dibentuk
dengan keputusan president Nomor 12 Tahun 1970 Tanggal 31 januari 1970 dengan beranggotakan tokoh –
tokoh tua yang dianggap bersih dan berwibawa, seperti prof.Johanes,I.J.Kasimo,Mr.Wilopo dan
A.Tjokrominoto. lemahnya posisi komite ini pun menjadi alasan untuk mandek dan vakum.
Berakhirnya Komite Empat memunculkan lembaga baru, yakni ketika laksamana Sudoso diangkat sebagai
pangkopkamtip, dibentuklah Operasi Tertip (Opstib). Lembaga ini dibentuk dengan intruksi president nomer
9 tahun 1977, Namun karna adanya perselisihan pendapat mengenai metode pemberantasan korupsi yang
bottom up atau top down dikalangan pemberantas korupsi itu sendiri cendrung semakin melemahkan
upaya pemberantasan korupsi, sehingga Opsib pun hilang seiring dengan makin menguatnya kedudukan
Tim ini dibentuk tahun 1982 melalui modus menghidupkan kembali (reinkarnasi) tim pemmberantas korupsi
sebelumnya tanpa dibarengi dengan penerbitan keputusan president yang baru.Koruptifnya orde baru
seakan memandulkan banyaknya lembaga yang telah dibentuk untuk membrantas korupsi.Apalagi dengan
modus bahwa lembaga ini berada dibawah kendali president dalam pertanggung jawabannya. Bukan
rahasia lagi kalau memang Orde baru adalah orde korupsi dalam semua lini.
3.Era Reformasi
pada era reformasi, usaha pembrantasan korupsi dimulai oleh B.J.Habibie yang bersih dan bebas dari
korupsi,kolusi,dan nepotisme, berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru,seperti komisi
President berikutnya, Abdurrahman Wahid, membentuk tim gabungan pemberantas tindak pidana korupsi
( TGPTPK ) melalui peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2000. TGPTPK akhirnya dibubarkan dengan
logika membenturkannya ke UU Nomor 31 Tahun 1999. Nasib serupa tapi tidak sama juga dialami oleh
KPKPN, dengan dibentuknya Komisi pemberantas korupsi, tugas KPKPN melebur masuk kedalam KPK,
sehingga KPKPN sendiri hilang dan menguap. Artinya KPK lah lembaga yang pemberantasan korupsi terbaru
Komisi pemberantasan korupsi (KPK) dibentuk lewat undang – undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantas tindak pidana korupsi, lembaga baru ini dibentuk dalam suasana kebencian terhadap praktik
kotor korupsi.
Sejak berdirinya tertanggal 29 Desember 2003, KPK telah dipimmpin oleh 2 rezim yang berbeda.KPK jilid
pertama 2003 – 2007 terdiri dari Taufiqurachman Ruki, mantan polisi, sebagai ketua komisi. KPK jilid kedua
yang telah disumpah oleh president Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 19 Desember 2007, KPK jilid
kedua dipimpin oleh Antasari Azhar (mantan kepala kejaksaan negeri Jakarta selatan), sbagai ketua komisi.
Dalam perjalananya lembaga KPK masih menempati rating tertinggi keppercayaan publik dalam hal
penegakan hukum terutama kasus korupsi. Hal ini memang dipahami ddari kenyataan bahwa banyak
Korupsi merupakan tindakan yang sangat tercela, selaain merugikan Negara, tindakan korupsi juga dapat
merugikan pelaku korupsi itu sendiri jika terbukti perbuatannya diketahui oleh penindak korupsi yang
berwenang.
Di Indonesia, klafikasi tindakan korupsi secara garis besar dapat di golongkan dalam beberapa macam
bentuk. Khusus untuk intansi yang melakukan administrasi penerimaan (revenue administration) yang
meliputi instansi pajak bea cukai, tidak termasuk pemda dan pengelola penerimaan pnbp, tindakan korupsi
A. Korupsi kecil – kecilan (petty corruption) dan korupsi besar – besaran (grand corruption).
korupsi kecil – kecilan merupaakan bentuk korupsi sehari – hari dalam pelaksanaan suatu kebijakan
pemerintah. Korupsi ini biasanya cenderung terjadi saat petugas bertemu langsung dengan masyarakat.
Korupsi ini juga di sebut dengan korupsi rutin (routine corruption) atau korupsi untuk bertahan hidup
(survival corruption). Korupsi kecil – kecilan umumnya dijalankan oleh penjabat junior dan penjabat tingkat
Contohnya adalah pungutan untuk mempercepat pencairan dana yang terjadi di kppn.
Sedangkan korupsi besar – besaran umumnya dilakukan oleh penjabat level tinggi, karena korupsi jenis ini
melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini terjadi saat pembuatan, perubahan, atau
A. Penyuapan (bribery)
Untuk penyuapan yang biasanya dilakukan dalam birokrasi pemerintahan di indonesia khususnya dibidang
atau intansi yang mengadministrasikan penerimaan Negara (revenue administration) dapat dibagi menjadi
1. Pembayaran untuk menunda atau mengurangi kewajiban bayar pajak dan cukai.
2. Pembayaran untuk meyakinkan petugas agar tutup mata terhadap kegiatan illegal.
3. Pembayaran kembali (kick back) setelah mendapatkan pembebasan pajak, agar dimasa mendatang
4. Pembayaran untuk meyakinkan atau memperlancar proses penerbitan ijin (license) dan pembebasan
(clearance).
Penyalahgunaan atau penyelewengan dapat terjadi bila pengendalian administrasi (check and balances) dan
Contoh dari korupsi jenis ini adalah pemalsuan catatan, klafikasi barang yang salah, serta kecurangan
(fraud).
C. penggelapan (embezzlement)
korupsi ini adalah dengan menggelapkan atau mencuri uang Negara yang dikumpilkan, menyisakan sedikit
D. Pemerasan (extortion)
Pemerasan ini terjadi ketika masyarakat tidak mengetahui tentang peraturan yang berlaku, dan dari celah
inilah petugas melakukan pemerasan dengan menakut – nakuti masyarakat untuk membayar lebih mahal
E. Perlindungan (patronage)
Perlidungan dilakukan dalam hal pemilihan, mutasi, atau promosi staf berdasarkan suku, kinship, dan
hubungan sosial lainnya tanpa mempertimbangkan prestasi dan kemeampuan dari seseoran tersebut[1].
Seperti bentuk – bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat, perbuatan korupsi termasuk salah
satu kejahatan yang dikutuk masyarakat dan terus diperangi oleh pemerintah dengan seluruh aparatnya.
Hal ini disebabkan karena akibat serta bahaya yang ditimbulkan oleh perbuatan tindak pidana korupsi
sangat merugikan keuangan Negara, menghambat dan mengancam program pembangunan, bahkan dapat
berakibat mengurangi partisipasi masyarakat dalam tugas pembangunan dan menurunnya kepercayaan
Perbuatan korupsi terjadi dimana – mana, dan justru sering terjadi di Negara berkembang seperti indonesia.
Di samping itu juga masih dijumpai beberapa kendala yang menyebabkan kurang efektifnya upaya –
upaya pemberantasan korupsi, yang menyebabkan pemberantasan korupsi yang telah dilakukan belum
Kebijaksanaan pemerintah dalam mendorong exspor, peningkatan insvestasi melalui fasilitas – fasilitas
penanaman modal maupun kebijaksanaan dalam kelonggaran, kemudahahan dalam bidang perbankan,
sering menjadi sasaran tindak pidana korupsi, yang berkedok menggunakan fasilitas – fasilitas kemudahan
dan kelonggaran yang diberikan pemerintah tersebut dengan cara menipulasi data, menipulasi administrasi
maupun pemalsuaan – pemalsuan data, yang berakibat timbulnya keruugian Negara atau keuangan Negara.
Sayangnya sejarah kampanye anti korupsi di seluruh dunia tidak menggembirakan. Di tingkat nasional dan
daerah, di tingkat kementrian, dan di tingkat organisasi seperti kepolisian, upaya anti korupsi besar –
besaran sekalipun dan telah tersebar luas dalam masyarakat cendrung tersendat – sendat, terhenti, dan
Upaya anti korupsi banyak yang gagal karena pendekatan yang semata – mata bersifat pendekatan umum,
atau terlalu bertumpu pada himbauan moral. Kadang – kadang upaya anti korupsi di lakukan setengah hati,
kadang – kadang upaya anti korupsi itu sendiri berubah menjadi alat yang kotor untuk menjatuhkan lawan
Untungnya ada juga upaya anti korupsi yang berhasil dan kita dapat menarik pelajaran dari situ. Pelajaran ini
adalah : kunci sukses upaya anti korupsi adalah kita harus punya strategi untuk membrantas korupsi[4].
Dalam penjelasan lainnya faktor yang merupakan kendala dalam upaya pemberantasan korupsi tersebut,
yang kita jumpai selama ini meliputi : belum memadainya sarana dan skill aparat penegak hukumnya,
kejahatan korupsi yang terjadi baru diketahui setelah memakan waktu yang lama, sehingga para pelaku
telah memindahkan, menggunakan dan menghabiskan hasil kejahatan korupsi tersebut, yang berakibat
upaya pengembalian keuangan Negara relatif sangat kecil, beberapa kasus besar yang penangannya kurang
hati – hati telah memberi dampak negatif terhadap proses penuntutan perkarannya.
Di indonesia ketentuan mengenai pemberantasan korupsi telah ada sejak berlakunya undang – undang
no.24 prp.1960 tentang pengusutan penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi. Mengingat UU
No.24 Prp. 1960 tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu dinilai kurang mencukupi untuk
mencapai hasil yang diharapkan, maka telah diganti dengan UU No.3 tahun 1971 tentang tindak pidana
korupsi.
Rumusan tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.3 tahun 1971 lebih luas dan memudahkan
pembuktiannya dibandingkan rumusan tindak pidana korupsi yang diatur dalam UU No.24 Prp, 1960. Hal ini
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan rasa tuntutan keadilan masyarakat terhadap pemberantas
korupsi yang sangat merugikan masyarakat, keuangan Negara dan perekonomian Negara.
Batasan tentang tindak pidana korupsi berdasarkan undang – undang No.3 Tahun 1971 tentang batasan
a. Barang siapa degngan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiriatau orang lain,
atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan Negara atau
perekonomian negara, atau diketaahui patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan
b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang secra langsung atau tidak langsung dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.
c. Barang siapa melakukan kejahatan tercantum dalam pasal – pasal, 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417,
d. Barang siapa member hadiah atau janji kepada pegawai negeri seperti dimaksud dalam pasal 2 dengat
mengingat sesuatu kekuasaan atau sesuatu wewenang yang melekat pada jabatannya atau kedudukannya
atau oleh si pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu.
e. Barangsiapa tanpa alasan yang wajar, dalam waktu yang sesingkat – singkatnya setelah menerima
pemberian atau janji yang diberkan kepadanya seperti yang tersebut pada pasal 418, 419, dan 420, KUHP
D. Dampak korupsi
a. Lesunya perekonomian
Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi. Korupsi merintangi akses masyarakat
terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Korupsi memperlemah aktivitas ekonomi,
memunculkan inefisiensi, dan nepotisme. Korupsi menyebabkan lumpuhnya keuangan atau ekonomi
meluasnya praktek korupsi di suatu Negara mengakibatkan berkurangnya dukungan Negara donor, karna
b. Meningkatkan keiskinan
Efek penghancuran yang hebat terhadap orang miskin : dampak langsung yang dirasakan oleh orang
miskin, dampak tidak langsung terhadap orng miski, dua kategori pendudk mskin di indonsia : kemiskinan
kronis ( chronic poverty ), keiskinan sementara ( transient poverty ), empat rsiko tinggi korupsi : ongkos
fiansial (financial cost) moda manusia ( human capital ) kehancuran moral ( moal decay ) hancurnya modal
semain ber pula kejahatan. Menurut transparency rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka
kejahatan juga meningkat. Sebalknya, ketika angka korupsi berhasil di kurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhdap penegakan hukum ( law enforcement ) juga meningkat. Dengan mengurangi korups
Idealnya, angka kjahatan akan berkurang, jika timbul kesadaran masyarakat (marginal detterrence).
Kondisi ini hanya terwujud jika tingkat kesadaran hukum dan tingkat kesejahteraan masyarakat sudah
memadai (sufficient). Soerjono soekanto menyatakan bahwa penegakan hukum dalam suatu Negara selain
tergantung dari hukum itu sendiri, profesionalisme aparat, sarana dan prasarana, juga tergantung pada
kesadaran hukum masyaraka. Kesejahteraan yang memadai mengandung arti bahwa kejahatan tidak terjadi
d. Demoraliasi
Korupsi yang merajalela di lingkungan pemerintah, dalam pengelihatan masyarakat umum akan
menurunkan kredeblitas peerintah yang berkuasa, jika pemerintah justru memakmurkan praktik korupsi,
maka lenyap pula unsure hormat dan trust (kepercayan) masyarakat kepada pemerintah. Praktik korupsi
yang kronis menimbulkan demoralisasi di bagian pembangunan, korupsi pertumbuhan ekonomi. Lembaga
internasional menolak membantu Negara – Negara korup. Sun yan said : korupsi menimbulkan demoralisasi,
e. Kehancuran birokrasi
Kehancuran birokrasi pemerintah merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayan umum
kepada masyarakat. Korupsi melemahkan birokrasi sebagai tulang punggung Negara, korupsi menimbulkan
ketidak efisienan yang menyeluruh di dalam birokrasi. Korupsi di dalam birokrasi dapat di katagorikan dalam
dua kecendrungan : yang menjangkiti masyarakat dan yang dilakukan dkalangan mereka sendiri.
Transparency internasional membagi kegiatan korupsi di sektor publik kedalam dua jenis yaitu : korupsi
Menurut indria samego, korupsi menimbulkan empat kerusakan di tubuh birokrasi militer indonesia :
secara formal, material anggaran pemerintah untuk menopang angaran angkatan berenjata sangat kurang,
padahal pada kenytaanya TNI memiliki sumber dana lain diluar APBN. Prilaku bisnis perwira militer dan
kolusi yang mereka lakukan dengan pengusaha menimbulkan ekonomi biaya tinggi yang lebih banyak
mudorotnya daripada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat dan prajurit secara keseluruhan.orientasi
komesial pada sebagian perwira militer pada giliranya juga menimbulkan rasa iri hati perwira militer lain
Orientasi komersial akan semakin melunturkan semangat profesionalisme militer pada sebagian perwira
militer yang mengenyam kenikmaan berbisnis, baik atas nama angkatan bersenjata atau nama pribadi.
Terganggunya fungsi politik dan fungsi pemerintahan dampak negative pada suatu sistem politik : korupsi
menggangu kinerja sistem politik yang berlaku. Public cenderung meragukan citra dan kredibilitas suatu
Korupsi yan menghambat jalanya pemerintahan : korupsi menghambat peran Negara dalam pengaturan
alokasi, seperti penganak-emasan pembayar pajak tertentu, penentuan tidak berdasar fit dan propertest dan
promosi yang tidak berdasar kepada prestasi. Korupsi menghambat pemerataan akses dan asset. Korupsi
faktor penopang korupsi ditengah negara demokrasi : tersebarnya kekuasaan di tangan banyak orang
telah meretas peluang bagi merajalelanya penyuapan. Repormasi neoriberal telah melibatkan pembukaan
sejumlah lokus ekonomi bagi penyuapan. Khususnya yang melibatkan para broker perusahaan publik,
pertambahan sejumlah pemimpin neopopulis yang memenangkan pemilu berdasarkan pada kharisma
personal melalui media, tertama televisi, yang banyak mempeaktekkan korupsi dalam mengalang dana[6].
Komisi pemberantasan korupsi atau disingkat KPK adalah komisi di indonesia yang dibentuk pada tahun
2003, untuk mengatasi, menanggulangi dan membrantas korupsi di indonesia. Komisi ini didirkan
berdasakan kepada undang – undang republik indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai komisi
Selama perjalananya KPK sudah menangani kasus – kasus korupsi di indonesia, dan akan kita lihat jejak
> Tahun 2004 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
> Tahun 2005 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
> Tahun 2006 tercatat ada 8 (delapan) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
> Tahun 2008 tercatat ada 10 (sepuluh) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
> Tahun 2009 tercatat ada 1 (satu) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
> Tahun 2010 tercatat ada 2 (dua) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.
> Tahun 2011 tercatat ada 13 (tiga belas) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK[7].
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penanganan korupsi paska pembentukan KPK
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi umumnya terjadi di Negara berkembang dan merupakan faktor penghambat pembangunan
dinegara tersebut. Korupsi merambah kesemua aspek pemerintahan mulai dari wilayah birokrasi sipil,
sistem sosial dan politik yang berlaku seiring dengan perkembangan kota yang makin maju. Artinya politik
tidak hanya terjadi disektor pemerintahan tetapi juga sektor swasta. Korupsi merupakan anaman exsistensi
dan integritas suatu bangsa. Korupsi telah membentuk suatu resistensi untuk mempertahankan setatus
mereka dengan cara apapun. Oleh karena iu kopsi adalah musuh bersama yang harus dibasmi………bukan
Adib Bahari, S.H.- Khotibul Umam, S.H.,KPK,komisi pemberantasan korupsi dari A sampai Z,Pustaka Yustisia.
indonesia.html#sthash.fXRV6Ock.dpuf