Kooperatif
Kooperatif
pertama kali dikembangkan oleh Aronson,dkk. Dengan langkah aplikasinya sebagai berikut :
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,dengan setiap kelompok terdiri 4-6 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,sedang,dan rendah , serta
jika mungkin anggota berasal dari ras,budaya,suku yang berbeda tetap mengutamakan kesetaraan
jender. Kelompok ini disebut kelompok asal.jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini,setiap siswa diberi tugas mempelajari salah
satu bagian materi dari pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang
sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli ( Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli,siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal
ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw ( gigi gergaji )
Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai dengan
tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat
5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap
anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan oleh
kelompok ahli maupun kelompok asal.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun asal,selanjutnya dilakukan presentasi masing-
masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran
yang telah di diskusikan.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe jigsaw untuk belajar materi baru, perlu dipersiapkan
suatu tuntutan da nisi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan
untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap
kelompok diberi nomor atau nama.
Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok
untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditujuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari
kelompok.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada akhir pembelajaran.
Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Model pembelajaran tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa
mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Tahapan penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus
dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan
dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang
telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki. Lamanya penyajian materi bergantung dengan kekompakan materi yang akan
dibahas. Dalam pengembangan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang dipelajari siswa dalam kelompok.
b. Menekankan bahwa belajar memahami makna,dan bukan hafalan.
Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang harus
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan
penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas dan satu lembar
dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan
motivatior kegiatan tiap kelompok.
Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan
tes secara individual,mengenai materi yang telah dibahas. Skor perolehan individu ini didata dan
diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok dan tes dilaksanakan
secara tertulis melalui tatap muka dikelas.
Tahap perkembangan skor perkembangan individu, dihitung berdasarkan pada skor tes awal.
Berdasarkan skor tes awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan
sumbangan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya
berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksuid agar
siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi
dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan
keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk
mengamati kesulitan belajar siswa secara individual.ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa
secara individual dibawa ke kelompok-kelompok uintuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok.dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai
tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI :
Guru memberikan tugas kepada kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara
individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda ( tinggi,rendah dan sedang ). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
suku,ras.budaya yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Dekemukaan oleh Frank Lyman ( 1995). Merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting
kelompok kelas secara keseluruhan.Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,menjawab,dan saling
membantu satu sama lain.
Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebayanya dan mengutarakan hasil pemikirannya masing-
masing.
Berawal dari kegiatan tersebut,guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkap siswa.
Penutup.
6. Model pembelajaran kooperatif PICTURE AND PICTURE
Tipe ini digunakan untuk media gambar dalam proses pembelajarannya yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Langkah-langkah pelaksanaan :
Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar menjadi
urutan yang logis.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Kesimpulan.
Model ini diajukan oleh spencer kagan (1992). Dimana dalam model ini memberikan kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.
Langkah-langkah pelaksanaan :
Setelah selesai maka dua orang dari masing-masing kelompok menjadi tamu kelompok yang lain.
Dua orang yang tinggal dalam kelompok membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu.
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan merena dan
kelompok lainnya
Cooperative Integrated Reading and Composition Model pembelajaran yang diadaptasikan dengan
kemampuan peserta didik,dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun kemampuan
peserta didik untuk membaca dan menyusun rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.
Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi
Masing-masing kelompok membahas materi yang ada secara kooperatif yang bersifat penemuan.
Setelah selesai diskusi juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
Evaluasi.
Penutup.
DIKEMUKAKAN OLEH Spancar Kagan.dimana pada pembelajaran ini siswa saling membagi informasi
pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajaran :
Separuh kelas berdiri dan membentuk lingkaran kesil dan menghadap keluar.
Separuh yang lain membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama dan menghadap kedalam.
Dua siswa berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagai informasi ,pertukaran informasi ini bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
Kemudian siswa yang berada pada lingkaran kecil diam ditempat, sementara siswa yang berada pada
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi dan seterusnya.
13. Model pembelajaran kooperatif : Cooperative Script ( CS )
Model pembelajaran ini dikemukakan oleh Dansereau,dkk (1995). Dalam pembelajaran ini siswa
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dsipelajari.
Langkah-langkah :
Guru membagi wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
Guru dan siswa menetpkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar.
Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan.
Langkah-langkah penerapannya :
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi
review,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
Setelah satu babak,kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya,demikian seterusnya.
Siswa juga bias bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu uang cocok.
Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menyampaikan
materi yang akan diajarkan guru kepada temannya.
Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa
saja yang bersangkutan dengan materi dan sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
kepada siswa lain selama kurang lebih 15 menit.
Setelah siswa mendapat satu boal/satu pertanyaan yang diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
Evaluasi
Penutup
16. The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melakukan kolaborasi untuk
menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model
pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD.
Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
tersebut.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-
solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru
menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa
pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan
bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang
ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara
berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi
orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap
pasangan dapat membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas
secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk
mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk digunakan saat guru
berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak
siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-
siswa dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-
proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa dapat
membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk mengklarifikasi.
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John Hopkins
University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana
menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini
sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa siswa
harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang
merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok
harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe
STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini,
setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang
telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada
model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat
memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung
berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning
Together (Belajar Bersama) ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota
pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibentuk oleh
4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya
diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Together ini,
setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan
kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam
kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau
untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila
kamu akan berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah semua siswa
dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan
kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima
setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa
kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok).
Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-
bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around
adalah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around.
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya : berikan
sebuah kategori (misalnya “nama-nama sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa
bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
Unknown di 23.34
Berbagi
Posting Komentar
‹
›
Beranda
Mengenai Saya
Unknown
Diberdayakan oleh Blogger.