Resume Matakuliah Estetika PDF
Resume Matakuliah Estetika PDF
Estetika berasal dari bahasa Yunani yang artinya aisthetike. Yang pertama kali
dipakai oleh filsuf Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 sebagai pengertian
ilmu tentang hal yang dapat dirasakan lewat perasaan.
Estetika di India sangat dipengaruhi oleh dua agama besar yakni Hindu dan
Buddha. Keduanya, memiliki pandangan yang kurang lebih sama tentang kehidupan:
para dewadewi, setan (raksasa), manusia, hewan, dan alam permai yang saling
terhubung sebagai satu kesatuan di dalam semesta (Kossak dan Watts, 2001:23). Selain
itu ada pula konsep pratibha atau ‘kreativitas artistik’ dan Rasa. Pratibha adalah daya
cipta artistik yang terdapat dalam diri seniman. Daya itu disebut sakti (kekuatan).
Seniman memiliki ke-sakti-an untuk mencipta (Suryajaya, 2016:245). Sedangkan Rasa
tidak selalu timbul dalam setiap pengalaman kesenian. Hal itu baru timbul apabila
sebuah karya mampu menghadirkan situasi emosi yang dapat ditangkap oleh pemirsa
(Suryajaya, 2016:248-249).
Seni budaya India yang telah berumur ribuan tahun, sejak Prasejarah hingga
dipengaruhi oleh agama-agama seperti : Hindu, Buddha dan Islam. Seni rupa India
memiliki rumpun budaya yang berkembang di wilayah :Kashmir, Pakistan, Srilanka
dan Bangladesh, Selain itu pengaruh kebudayaan Yunani terutama dari masa Helenis
dapat ditemukan pula pada seni budaya India.
Seni India berevolusi dengan penekanan pada mendorong keadaan spiritual atau
filosofis khusus di dunia penonton, atau dengan mewakili mereka secara simbolis.
Menurut Kapila Vatsyayan, "Arsitektur klasik India, pahatan, lukisan, sastra (kāvya),
musik, dan tarian berkembang sendiri aturan dikondisikan oleh media masing-masing,
tapi mereka saling berbagi satu sama lain tidak hanya keyakinan spiritual yang
mendasar dari pikiran religius-religius India, tapi juga prosedurnya yang hubungan
lambang dan keadaan spiritual diselesaikan secara rinci.
Dalam konsep filosofi Pan India, istilah 'Satyam Shivam Sundaram' adalah
nama lain konsep Tertinggi. 'Sat' adalah nilai kebenaran, 'Shiv' adalah nilai kebaikan &
'Sundaram' adalah nilai kecantikan/keindahan Manusia melalui 'Srabana' atau
pendidikannya, 'Manana' atau pengalaman dan konseptualisasi dan 'Sadhana' atau
latihan, melalui berbagai tahap kehidupan (Ashramas) sampai pada membentuk dan
mewujudkan gagasan ketiga nilai ini untuk mengembangkan sistem nilai. Sistem nilai
ini membantu mengembangkan dua gagasan dasar
1) 'Daksha' atau ahli waris / ahli
2) Mahana / Parama atau Yang Mutlak dan dengan demikian menilai apapun di alam
semesta ini
Gagasan individu tentang 'Daksha' dan 'Mahana' relatif terhadap
perkembangan konsep 'Satyam-Shivam-Sundaram'. Konsep Satyam-Shivam-
Sundaram ini, landasannyadari Estetika India.
Selama abad pertengahan, kuil Hindu dibuat dari pahatan dinding tebing atau bukit.
Hingga saat ini konsep arsitektural Hindu mempengaruhi bangunan-bangunan atau
arsitektur Budha. Konsep merancang kuil dibuat oleh seorang Brahmin. Brahmin juga
menentukan pemilihan tapak dan menguji keadaan tanah, dan tebalnya sesuatu dinding
atau tiang mengikut segi mithologykal dan astronomikal Hindu yang dikenal dengan
formula Vastupurushamandala (tatanan untuk bangunan sakral). Tantanan ini
dituangkan dalam tatanan ilmu arsitektur Hindu dinamakan vastushastra. Tatanan
bentuk manusia dalam posisi semedi di dalam grideon yang secara konsistens mengatur
rancangan bentuk kuil di wilayah India.
Kuil-kuil hindu menggunakan bentuk empat persegi daripada bentuk lingkaran
seperti yang digunakan dalam arsitektur Budha. Bentuk empat persegi ini
menyimbolkan kestabilan dan kekekalan. Beberapa ciri lain dari arsitektur hindu yaitu
penggunaan sistem trabeate yaitu massive block dari batu yang menjadi material dasar
dalam pembangunan kuil India. Sistem ini berupa tiang tegak dengan alang melintang
sistem ini digunakan dengan begitu meluas sekali. Walaupun sistem Arch Vault lebih
ekonomis 5 dan digunakan di seluruh dunia. Mandala empat segi atau charta firasat
arsitek Hindu, mengandung 64 atau 81 kotak. Brahma, dewa utama, pemelihara dan
pemusnah menduduki empat segi tengah. Dewa-dewa lain menduduki tempat-tempat
di penjuru.
Kuil hindu memiliki empat ruang prinsip dalam perancangannya yang menjadi
konsep arsitektur Hindu yaitu Garbha griha, Mantapa, Gopura dan Choultri dengan
penjelasan sebagai berikut.
1. Garbha griha
Merupakan bagian utama dan terpenting dari kuil dan merupakan inti/induk
bangunan yang disebut vimana (di India Selatan) atau mulaprasada (di India Utara).
Denahnya berbentuk bujursangkar atau persegi, untuk kuil yang kecil biasanya
perbandingan antara tinggi dan lebar
bangunan 1:1 atau berbentuk kubus,
dan kuil yang besar biasanya
tingginya jauh lebih besar daripada
lebarnya. Terdapat bagian yang
tegak lurus terbuat dari batu dan
granit yang didekorasi dengan
pilaster dan ornamen.
http://www.hindus.com/images/vastu-
Vimana beratap
plan.jpg tingkat seperti pyramid
umumnya terbuat dari bata yang diplester dengan
semen kemudian diakhiri dengan ‘dome’
kecil (umumnya di india selatan). Vimana yang terbesar di Tanjore yang terdiri dari
14 tingkat dengan tinggi hampir 200 ft.
2. Pelataran depan atau
Mandapa Raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id
Pelataran depan atau
Mantapa, ruang bagian luar
yang sebagian dilingkupi
dinding yang memiliki pintu.
Satu pintu sebagai penghubung
ke vimana sedangkan pintu lain
sebagai akses jalan dan
masuknya cahaya ke ruang
dalam. Ruang mandapa berbentuk bujursangkar atau persegi, biasanya sama
bentuknya dengan bangunan kuil inti (vimana). Beberapa kuil memilki ‘mandapa
luar atau Maha Mandapa’ dan ‘mandapa dalam atau Ardha Mandapas’. Ada juga
kuil yang memiliki gabungan dari kedua mandapa, biasanya yang mandapa luar
bersifat terbuka dan mandapa dalam bersifat tertutup. Atapnya berbentuk piramid,
tapi jauh lebih rendah dari atap vimana, sering juga berbentuk flat yang tidak
berornamen. Atap ditopang oleh pilar, akan tetapi sebisa mungkin dikurangi jumlah
pilar dengan membuat kotak-kotak pembalokan pada ceiling ( bracketing).
3. Media
Lukisan, patung, arsitektur, teater, sastra, musik dan lainnya
"Krishna Holds Up Mount Govardhan to Shelter the Villagers of Braj", Folio from a
Harivamsa (The Legend of Hari (Krishna)) ca. 1590–95 Surya, the Hindu Solar Deity
14th century
Celestial dancer (Devata) mid-11th century. Miracle of Sravasti, 200 CE.
Matsya Avatara (Vishnu's Fish Avatar) Undated, ca. 1900–15. Buddha, Northwest
India or Pakistan, Kushan Period, 2nd3rd century
Chaitya Grha
https://indiaheritagesites.files.wordpress.com/2
013/07/ajanta-cave-19-hall.jpg?w=645&h=428
Chaitya grha artinya rumah yang didalamnya terdapat chaitya (stupa) yang
dipuja. Bagi umat Budha, chaitya grha berarti rumah pemujaan. Di antara chaitya
grha yang masih ada dan terkenal terdapat di karli, dekat bombay. Chaitya grha ini
seluruhnya dipahat pada gunung karang. Rumah pemujaan tersebut mempunyai
ukuran lebar 15 meter dan dalam 41 meter. Tekhnik pahatannya seperti tekhnik
pahat kayu. Selain itu terdapat juga monolit-monolit yang berhias gajah yang
dikendarai oleh dua orang (laki-laki dan perempuan). Dinding bagian dalam
melengkung setengah lingkaran karena bentuknya menyesuaikan bentuk stupa.
5. Kesimpulan
Jadi kesimpulannya Estetika di India itu dipengaruhi oleh Hindu dan Buddha
yang memiliki pandangan kurang lebih sama yaitu tentang kehidupan para dewa-dewi,
raksasa, manusia, hewan, dana lam permai. Ini dapat dilihat dari karya karya estetika
yang di hasilkan oleh india. Dan juga India merupakan negara dan bangsa yang
memiliki pandangan seni (dan estetika) yang berbeda dalam beberapa hal dengan
bangsa Eropa. Sebagai contoh, penggambaran patung di Barat (Eropa) yaitu pada jaman
Yunani, merupakan bentuk manusia ideal, atau mengutamakan keindahan bentuk. Di
India patung tidak selalu serupa dengan manusia biasa, misalnya Durga, Syiwa dengan
empat kepala, dan lain-lain. Di India juga mementingkan sikap dan bentuk yang
simbolistis (perlambangan).
6. Daftar Pustaka