B. ETIOLOGI
1. Faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
- Factor pembuluh darah :
Aterosklerosis
Spasme
Arteritis
- Factor sirkulasi :
Hipotensi
Stenosos aorta
Infisiensi
- Factor darah :
Anemia
Hipoksemia
Polisitemia
b. Curah jantung yang meninggkat
- Aktivitas berlebihan
- Emosi
- Makan terlalu banyak
- Hypertioidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
- Kerusakan miocard
- Hypertropimiocard
- Hypertensi diatolic
2. Factor predisposisi :
a. Factor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
- Hereditas
- Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Factor resiko yang dapat diubah :
- Mayor :
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
- Minor :
Inaktivitas fisik
Pola kepribadian tipe A 9 emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
Stress psikologis berlebihan.
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak mereda, biasanya diatas
region sterna bawah dan abdomen bagian atas, ini merupkan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap
selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NGT).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaphoresis berat, pening atau kepala
terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes militus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang
menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2. Laborat
Pemeriksaan Enzim Jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memucat dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 38-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12 jam dan memakan waktu lama untuk kembali normal.
c. AST/SGOT
Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3-4 hari.
3. EKG
Perubahan EKG pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat
elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis.
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2. Enzim jantung
- Peningkatan kadar kreatinin kinase miokard (CK-MB). Peningkatan ini terjadi dalam 3-12 jam
dari onset nyeri dada dan mencapai puncaknya dalam 24 jam.
- Peningkatan kadar Troponin jantung (Troponin-T dan Troponin-I). Peningkatan terjadi dalam 3-
12 jam dari onset nyeri dada dan mencapai puncaknya dalam 24-48 jam.
- Peningkatan kadar LDH dalam 12-24 jam, memuncak dalam 12-48 jam, dan memakan waktu
yang lama untuk kembali normal.
- AST ( aspartat amonitransferase ) meningkat terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam
dan kembali normal dalam 3-4 hari.
3. Elektrolit
Ketidak seimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, misalnya hipikalemi,
hiperkalemi.
4. Sel darah putih
Leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan
proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA, menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergangtung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis.
7. GDA
Dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab IMA.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menetukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan
konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pecitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi tau luasnya
IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel eskemi di sekitar area nekrotik.
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi daerah penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan
dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur
tidak selalu dilakukan pada fase IMA kecuali mendekati bedah jantung atau angioplasty atau
energensi.
14. Digital subtarksion angigrafi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler,
pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menetukan respon kardivaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan
pencitraan talium pada fase penyembuhan.
G. PENATALAKSANAAN
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
2. Tirah baring, posisi semifowler
3. Monitor EKG
4. Infuse D5 10% 10-12 tetes/menit
5. Oksigen 2-4 liter/menit
6. Analgesic : morphin 5 mg atau petidin 25-50 mg
7. Obat sedative : diazepam 2-5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Anti koagulan : heparin tiap 4-6 jam/infuse
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterpi untuk mengurangi cemas.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
PRIMER
1. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2. Breathing
- Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
- Nadi lemah, tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat/menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Out put urine menurun
SEKUNDER
1. Aktifitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olahraga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aktifitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes militus.
Tanda :
- Tekanan darah
Dapat normal/naik/turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
- Nadi
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratus (disritmia)
- Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilitas atau complain ventrikel
- Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
Distensi vena juguler, edema dependen, perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan
gagal jantung atau ventrikel.
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membrane mukosa atau bibir
3. Integritas ego
Gejala : Menyangkal gejala penting atau adanya kondisi akut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada
penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga
Tanda : Menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, focus
pada diri sendiri, koma, nyeri
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
6. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istirahat)
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan veseral)
- Lokasi : tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas : “Crushing”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
- Intensitas : biasanya 10 (skala 1-10), mungkin pegalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
- Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus, hipertensi,
lansia.
9. Pernafasan :
Gejala :
- Dispnea tanpa atau dengan kerja
- Dispnea nocturnal
- Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Nafas sesak/ kuat
- Pucat, sianosis
- Bunyi nafas (bersih, krekels, mengi), sputum.
10. Interaksi social
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda
- Kesulitan istirahat tenang
- Respon terlalu emosi (marah terus-menerus, takut)
- Menarik diri
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai
dengan :
Nyeri dada dengan/tanpa penyebaran
Wajah meringis
Gelisah
Delirium
Perubahan nadi, tekanan darah
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2 atau dari 2 ke 1
Ekspresi wajah rileks/tenang, tak tegang
Tidak gelisah
Nadi 60-100x/menit
TD 120/80 mmHg
2. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-factor listrik, penurunan
karakteristik miokard
Tujuan :
Curah jantung membaik/stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
Tidak ada udema
Tidak ada disritmia
Haluaran urin normal
TTV dalam batas normal
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal,
peningkatan natrium/retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan di RS
Kriteria Hasil :
Tekanan darah dalam batas normal
Tak ada distensi vena perifer / vena dan edema dependen
Paru bersih
Berat badan badan ideal ( BB ideal TB- 100±10% )
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan
utama paru, perubahan membrane alveolar kapier (atelektasis, kopals jalan nafas/ alveolar edema
paru/efusi, sekresi berlebihan perdarahan aktif ) ditandai dengan :
Dispnea berat
Gelisah
Sianosis
Perubahan GDA
Hipoksmia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kreteria hasi :
Tida sesak nafas
Tidak gelisah
GDA dalam batas normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg)
6. Intolernsi aktifitas berhubungan denga ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan
kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi
jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum.
Tujuan ;
Tejadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di
RS.
Kreteria hasil :
Klien berpartsipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
Frekuensi jantung 60-100 x/menit
TD120-80 mmHg
7. Cemas berhubungandengan ancaman aktual tehadap integrasi biologis.
Tujuan :
Cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS.
Kriteria Hasil :
Klien tampak rileks
Klien dapat beristirahat
TTV dalam batas normal
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
Intervensi :
a. Pantau/catat karakteristik nyeri, laporan verbal, petunjuk non verbal, dan respon hemodinamik
( meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, nafas cepat, TD/ frekuensi jantung berubah)
Rasional : Variasi penampilan dan prilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Kebanyakan pasien dengan IMA tampak sakit, distraksi, dan berfokus pada nyeri. Pernafasan
mungkin meningkat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan cemas.
b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi, intensitas (0-10), lamanya,
kualitas (dangkal/menyebar dan penyebaran
Rasional : Nyeri sebagai pengalaman subyektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk
menilai nyeri dengan membandingkannya dengan pengalaman yang lain.
c. Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri IM. Diskusikan
riwayat keluarga.
Rasional :Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya,sesuai dengan identifikasi
komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarditis.
d. Anjurkan pasien melaporkan nyeri dengan segera
Rasional :Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri/ memerlukan peningkatan dosis obat.
Selain itu, nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem saraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjut dan mengganggu diagnostik dan hilangnya nyeri.
e. Bantu melakukan tehnik relaksasi, misal nafas dalam, prilaku distraksi, visualisasi, bimbingan
imajinasi.
Rasional : Membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi, meningkatkan
prilaku positif.
f. Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman (contoh sprei yang
kering/tak terlipat, gosokan punggung). Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan percaya.
Rasional : Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan
kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini.
g. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional: Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokard dan juga mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.
h. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : Pemberian obat – obatan nantinya akan dapat membantu mengurangi nyeri dan memberikan rasa
nyaman kepada pasien. Obat – obat golongan vasodilator dapat membantu meningkatkan suplai
oksigen ke daerah yang iskemik, sedangkan golongan beta bloker dan analgetik dapat membantu
mengurangi kebutuhan oksigen miokard.
2. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-factor listrik, penurunan
karakteristik miokard
a. Auskultasi TD. Bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk, dan berdiri bila bisa.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang
vagal. Namun, hipertensi juga fenomena umum, kemungkinan berhubungan dengan nyeri,
cemas, pengeluaran katekolamin, dan/atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik
(postural) mungkin berhubungan dengan komplikasi infark contohnya GJK.
b. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelamahan/ kekuatan nadi.
Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut/pantau.
c. Catat terjadinya S3,S4
Rasional : S3 biasanya dihubungkan dengan GJK tetapi juga terlihat pada adanya gagal mitral (regurgitasi)
dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin berhubngan dengan
iskemia miokard, kekakuan ventrikel, dan hipertensi pulmonal atau sistemik.
d. Adanya murmur/ gesekan
Rasional : Menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung. Contoh katup tak baik, kerusakan
septum, atau vibrasi otot papilar/ korda tendine (komplikasi IM). Adanya gesekan dengan infark
juga berhubungan dengan inflamasi contoh efusi perikardial dan perikarditis.
e. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Krekels menunjukkan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard
f. Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
Rasional : Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya
kompilkasi/disritmia (khususnya kontraksi ventrikel prematur atau blok jantung berlanjut, yang
mempengaruhi fungsi jantung atau meningkatkan kerusakan iskemik. Denyutan/fibrasi akut atau
kronis mungkin terlihat pada arteri koroner atau keteribatan katup dan mungkin atau tidak
mungkin merupakan kondisi patologi
g. Catat respon terhadap aktivitas dan peningkatan istirahat dengan cepat
Rasional : kelebihan latihan meningkatkan konsumsi / kebutuhan oksigen serta mempengaruhi fungsi
miokard.
h. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan jumlah kesediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskemia dan
disritmia lanjut.
i. Kaji ulang seri EKG
Rasional : Memberikan informasi sehubungan kemajuan/perbaikan infark, status fungsi
ventrikel, keseimbangan elektrolit , dan efek terapi obat.
j. Kaji foto dada
Rasional : Dapat menunjukkan edema paru sehubungan dengan disfungsi ventrikel.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan/penyumbatan pembuluh darah arteri kronaria
Intervensi :
a) Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinou contoh cemas ,bingung, letargi,
pingsan.
Rasional : Perfusi selebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh
elektrolit/variasi asam-basa, hipoksia, atau emboli sistemik.
b) Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Catat kekuatan nadi perifer.
Rasional : Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh
penurunanperfusi kulit dan penurunan nadi.
c) Kaji tanda homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi), eritmea, edema.
Rasional : Indikator trombosis vena dalam
d) Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan
Rasional : Pompa jantung gagal dapat mencetuskan stres pernapasan. Namun dipsnea tiba-tiba / berlanjut
menunjukkan komplikasi tromboemboli paru
e) Pantau pemasukan dan catat perubahan haluaran urine, catat berat jenis sesuai indikasi
Rasional : Penurunan pemasukan/mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi
yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ. Berat jenis mengukur status hidrasi dan
fungsi ginjal.
f) Pantau data laboratorium, contoh GDA, BUN, kreatinin, elektrolit
Rasional : Indikator perfusi/ fungsi organ
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal,
peningkatan natrium/retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma
Intervensi :
a) Auskulatsi bunyi napas untuk adanya krekels
Rasional : Dapat mengindikasikan edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
b) Catat DVJ, adanya edema dependen
Rasional : Dicugai adanya gagal kongestif/ kelebihan volume cairan
c) Ukur masukan/haluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan
cairan.
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain
menunjukkan kelebihan volume/gagal jantung
d) Timbang berat badan tiap hari
Rasional : Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
e) Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tapi memerlukan pembatasan pada adanya
dekompensasi jantung.
f) Pemberian diet rendah natrium
Rasional : natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan
utama paru, perubahan membrane alveolar kapier (atelektasis, kopals jalan nafas/ alveolar edema
paru/efusi, sekresi berlebihan perdarahan aktif )
Intervensi :
a. Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan
Rasional : Penekanan pernafasan (penurunan kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgetik
berlebihan
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : Kehilangan bunyi nafas aktif pada area ventilasi sebelum dapat menunjukkan kolaps
segmen paru
c. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, atau posisi miring
Rasional : Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran aspirasi.
d. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga
mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan iskemia jantung
e. Observasi vital sign, terutana respirasi
Rasional : Peningkatan respirasi merupakan tanda adanya gangguan pola nafas
6. Intolernsi aktifitas berhubungan denga ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan
kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi
jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Intervensi :
a) Catat/dokumentasi frekuensi jantung, irama dan perubahan TD sebelum, selama, dan sesudah
aktivitas sesuai indikasi. Hubungkan dengan laporan nyeri dada/napas pendek.
Rasional : Kecenderungan menentukan respons pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan
penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat ri aktivitas/ kembali tirah
baring , perubahan program obat, penggunaan oksigen tambahan.
b) Tingkatkan istirahat ( tempat tidur/kursi). Batasi aktivitas pada dasar nyeri/ respons
hemodinamik. Berikan aktivitas senggang yang tidak berat
Rasional : Menurunkan kerja miokard/ konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi
c) Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contohnya mengejan saat defekasi
Rasional : Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk (manuver Valsava) dpaat
mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung, dan takikardi dengan peningkatan
TD.
d) Kaji ulang tanda/gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas atau memerlukan
pelaporan pada perawat/dokter
Rasional : Palpitasi, nadi tak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat mengindikasikan kebutuhan
perubahan program olahraga atau obat.
7. Cemas berhubungandengan ancaman aktual tehadap integrasi biologis.
Intervensi :
a) Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan
jangan menolak perasaan marah, kehilangan, takut dll.
Rasional : Koping terhadap nyeri dan trauma emosi IM sulit. Pasien dapat takut mati dan/atau cemas
tentang lingkungan. Cemas berkelanjutan mungkin terjadi dalam berbagai derajat selama
beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi
b) Catat adanya kegelisahan, menolak , dan/atau menyangkal (afek tak tepat atau menolak
mengikuti program medis )
Rasional : Penelitian terhadap frekuensi hidup individu tipe A/tipe B dan dampak penolakan telah berarti
dua. Namun, penelitian menunjukkan beberapa hubungan antara derajat/ekspresi marah atau
gelisah dan peningkatan risiko IM.
c) Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan dan tinggal dengan pasien. Lakukan tindakan bila
pasien menunjukkan perilaku merusak
Rasional : Pasien mungkin tidak menunjukkan masalah secara langsung, tetapi kata-kata / tindakan dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah. Intervensi dapat membantu meningkatkan kontrol
terhadap perilakunya sendiri.
d) Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan
dan masalah
Rasional : Berbagi informasi membentuk dukungan/kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan
terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan
e) Berikan periode istirahat/ waktu tidur yang tidak terputus, lingkungan tenang, dengan tipe
kontrol pasien, jumlah rangsang eksternal
Rasional : penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan koping
f) Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat
Rasional : Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku
adaptasi
DAFTAR PUSTAKA