Batch Sheet Tetes Mata Kloramphenikol
Batch Sheet Tetes Mata Kloramphenikol
I. FORMULA
Kloramfenikol 50 mg
Acidum Boricum 150 mg
Natrii tetraboras 30 mg
Aqua pro Injection ad 10 m
II. SPESIFIKASI
A. Bahan Aktif :
Chloramphenicolum
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih
kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit; larutan praktis
netral terhadap lakmus;stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. (FI
Edisi IV)
Kelarutan.
Menurut FI Ed IV Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam
propilenglikol, dalam aseton dandalam etil asetat.
Menurut FI Ed IIILarut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian
etanol (95 %) dan dalam 7 bagian propilenglikol; sukar larut dalam kloroform
dan dalam eter.
Suhu lebur : 149° C - 153° C.
B. Zat Tambahan
Acidum Boricum
Natrii Tetraboras
III. DOSIS
Dosis Lazim : 0.5 % (larutan)
Dosis Maksimum : -
Perhitungan Dosis : -
V. SEDIAAN OBAT
Pemerian : Larutan Bening
Stabilitas
OTT : Dalam sediaan farmasi, air dapat bereaksi dengan obat dan zat
tambahan lainnya yangmudah terhidrolisis (mudah terurai dengan adanya air
atau kelembaban).
pH : Antara 7,0 dan 7,5; kecuali obat tetes mata tanpa larutan dapar atau
digunakan untuk hewan antara 3,0 dan 6,0. (FI ed IV)
Pengawet :
Stabilisator : Terurai oleh cahaya (FI ed III)
VI. TONISITAS
Perhitungan
Kloramfenikol 0,5%
ΔTf = 1,86x 50/1000 x 1000
323,13 x 10
= 0,02878 (dibulatkan jadi 0,03)
R/ Kloramfenikol 50 mg
Acidum Boricum 150 mg
Natrii tetraboras 30 mg
Aqua pro Injection ad 10 ml
X. PROSES PENGOLAHAN
No Pengolahan Paraf
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Disiapkan Aqua Pro Injeksi bebas O2
3 Ditimbang masing-masing bahan yang akan digunakan
pada neraca timbangan dengankaca arloji yang sebelumnya
telah disterilkan secara aseptis.
4 Dikalibrasi beaker glass dan botol tetes mata yang akan
digunakan (10,5 ml)
5 Dilarutkan masing-masing bahan dalam API.
6 Larutkan asam borat dan natrii borat pada masing-masing
beaker. Kemudian dicampur untuk digunakan dalam
melarutkan kloramfenikol sedikit demi sedikit dimasukan
kelarutan tersebut. Kemudian dimasukan sisa API.
Lakukan pengecekan pH (pH yangdiinginkan yaitu 7)
7 Melapisi corong dengan kertas saring dan dibasahi dengan
API kemudian pindahkancorong ke beaker glass yang
sudah dikalibrasi. Kemudian disaring larutan ke
dalamerlenmeyer.
8 Sisa 2/5 bagian API digunakan untuk membilas kemudian
disaring lagi ke dalam beaker glass yang berisi filtrate
9 Ditambahkan API sampai batas kalibrasi
10 Diambil sebanyak 10,5 ml untuk tiap wadah dan
mengisikan larutan ke dalam wadah,ditutup dengan
penutupnya.
11 Lakukan sterilisasi akhir
12 Diberi etiket dan dilakukan evaluasi
XI. PEMBHASAN
Sediaan obat mata dalam USP didefinisikan sebagai bentuk sediaan steril yang
harus bebas dari partikel-partikel asing, tercampur dengan baik dan dikemas untuk
diteteskan ke dalam mata.Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep,
larutan atau suspensi, digunakan pada matadengan jalan meneteskan, mengoleskan
pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Pada formulasi pembuatan obat tetes mata ini menggunakan bahan buffer yaitu
asam borat dannatrii tetraborat. Bahan pembuffer digunakan untuk meningkatkan
kenyamanan mata dan stabilitas umur pakai yang cukup. Nilai pH produk obat mata
cair harus dicapai pada pH 7 yaitu nilai pH alami air mata, untuk meminimalkan
ketidaknyamanan dan gangguan terhadap sistem buffer alami cairan mata. Pemilihan
sistem buffer berpengaruh pada potensi iritasi. Iritasimata menyebabkan refleks
keluarnya mata dimana pada gilirannya mempercepat pembuangansediaan obat mata
dan menurunkan bioavailabilitasnya. Pemilihan sistem buffer juga tergantung pada
pH bahan obat yang secara optimal stabil dan larut. Pemilihan pKa buffer harus
sedekatmungkin dengan pH target karena kapasitas buffer adalah maksimum ketika
pH sama dengan pKanya.
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling
stabil dalam segala pemakaian dan memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu
kamar dan kisaran pH 2-7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada saat
yang sama, kloramfenikol juga peka terhadap katalisis asam-umum/basa-umum yang
diakibatkan oleh bahan-bahan yang ada dalam dapar. Dalam kebanyakan sistem yang
penting untuk farmasi, dapat digunakan untuk mempertahankan pada pH tertentu,
sebagai tambahan efek pH terhadap laju reaksi, sering menjadi kemungkinan reaksi
dikatalisis oleh satu atau beberapa komponen penyusun dapar.Reaksi yang demikian
disebut katalis asam umum atau basa umum tergantung pada apakah komponen
katalisis tersebut asam atau basa (Martin, 1993).
Untuk sterilisasi larutan kloramfenikol, metode yang terpilih adalah pemanasan
bersama bakterisida pada suhu 100OCselama 30 menit, diikuti dengan pendinginan
cepat. Dengan metode ini berlangsungnyahidrolisis hanya terjadi sebesar 3 ± 4% saja,
sedangkan apabila menggunakan cara autoklaf (suhu 115oC dengan waktu yang sama)
dihasilkan degradasi sebesar kira-kira 10 ± 15%.Reaksi-reaksi fotolisis mudah
dicegah dengan cara menghindari cahaya, hal ini dapatdilakukan dengan pengemasan
hasil obat di dalam wadah yang tidak tembus cahaya, di siniseluruh cahaya akan
terhalang atau digunakan filter yang akan menghilangkan seluruhcahaya yang
panjang gelombangnya dapat mengkatalisis reaksi. Botol gelas warna
diketahuimampu bertindak sebagai pelindung cahaya yang paling baik, karena
diketahui bahwakloramfenikol juga peka terhadap cahaya.
Pada umumnya untuk tetes mata dicantumkan pembatasan daya tahannya yang
secarainternasional terletak antara 4-6 minggu setelah pemakaian. Pembatasan waktu
ini diperlukan,oleh karena bahan pengawet sering mengalami kehilangan aktivitasnya
pada tingkat kontaminasimikroorganisme yang tinggi (Voigt, 1994).Dengan metode
sterilisasi yang menggunakan proses pemanasan dari sediaan tetes mataterjadi proses
degradasi atau penurunan kadar yang lebih cepat dari kloramfenikoldibandingkan
terhadap metode sterilisasi yang tidak menggunakan pemanasan (bakteri
filter).Kloramfenikol mempunyai rumus kimia yang cukup sederhana yaitu 1-(p-
nitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol
.
Antibiotik ini bersifat unik diantara senyawa alam karena adanya gugus
nitrobenzen danantibiotik ini merupakan turunan asam dikloroasetat. Bentuk yang
aktif secara biologis yaitu bentuk levonya.Zat ini larut sedikit dalam air (1:400) dan
relatif stabil. Kloramfenikol diinaktivasi oleh enzim yang ada dalam bakteri tertentu.
Disini terjadi reduksi gugus nitrodan hidrolisis ikatan amida; juga terjadi asetilasi.
Berbagai turunan kloramfenikol berhasildisintesis akan tetapi tidak ada senyawa yang
khasiatnya melampaui khasiat kloramfenikol.
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling
stabil dalamsegala pemakaian. Kloramfenikol memiliki stabilitas yang sangat baik
pada suhu kamar dankisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH
6. Pada suhu 25oC dan pH 6,memiliki waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi
penyebab utama terjadinya degradasikloramfenikol dalam media air adalah
pemecahan hidrolitik pada lingkaran amida. Lajureaksinya berlangsung di bawah
orde pertama dan tidak tergantung pada kekuatan ionik media .
Berlangsungnya hidrolisis kloramfenikol terkatalisis asam umum/basa umum,
tetapi padakisaran pH 2 sampai 7, laju reaksinya tidak tergantung pH. Spesies
pengkatalisasi adalahasam umum atau basa umum yang terdapat pada larutan dapar
yang digunakan; khususnya padaion monohidrogen fosfat, asam asetat tidak
terdisosiasi, serta ion asam monohidrogen dandihidrogen sitrat dapat mengkatalisis
proses degradasi. Di bawah pH 2, hidrolisis terkatalisision hidrogen spesifik
memegang peranan besar pada terjadinya degradasi kloramfenikol. Obatini sangat
tidak stabil dalam suasana basa, dan reaksinya terlihat terkatalisis baik asam
maupun basa spesifik.
Jalur utama degradasi kloramfenikol adalah hidrolisis ikatan amida, membentuk
amida yangsesuai dan asam dikloroasetat.
,
®
Jangan diterima bila segel rusak
K
K INDIKASI
® KOMPOSISI:
sM
ete
Mat
a at T kloramfenikol.
s Ob
t Tete
Oba
ATURAN PAKAI
P. No 3
2 atau 3 tetes pada mata
EFEK SAMPING:
SIMPAN PADA TEMPAT YANG SEJUK, KERING, DAN
TERLINDUNG DARI CAHAYA
Diskrasia darah, gangguan saluran
pencernaan, reaksi neurotoksik, reaksi
hipersensitif dan sindrom kelabu
No.Reg: DBL0800800138
Diproduksi oleh
Jakarta – Indonesia