Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari obat-obat yang diberikan melalui mulut, maka sediaan padat merupakan
bentuk yang lebih disenangi. Ini disebabkan oleh beberapa hal berikut. Di dalam
tablet dan kapsul terdapat ukuran yang tepat dari dosis lazim. Sedang bentuk sediaan
cair seperti sirup, suspense, emulsi, larutan, dan eliksir biasanya mengandung takaran
pengobatan setiap 5 sampai 30 ml. Penderita harus memakan sendiri sendok teh,
sendok makan, atau alat pengukur lain. Cara ini mempunyai kesalahan sekitar 20
sampai 50% (Lachman, 1989).
Sediaan bentuk padat secara umum dibagi menjadi dua bentuk formulasi,
yaitu tablet dan kapsul.Telah diperkirakan bahwa sediaan bentuk padat merupakan
sekitar 90% dari semua dosis yang digunakan untuk memberikan jalur sistemik dalam
terapi. Bagian pentingnya adalah bentuk dosis dalam pengobatan dan pengelolaan
tingkat penyakit. Kegunaan tablet yang secara luas telah dicapai karena kenyamanan
dan juga perbedaan dari tipe-tipe tablet (Jones, 2008).
Ciri-ciri fisik tablet kompresi (tekan) cukup dikenal sampai kalangan awam.
Ada tablet yang bundar, lonjong, dan ada juga segitiga. Ada tablet yang tebal dan
lainnya tipis. Ada tablet yang diameternya lebih besar dari yang lainnya. Ada yang
datar sedang lainnya bervariasi cekung, cembungnya. Ada yang diberi garis menjadi
2 atau 4 bagian sehingga mudah dipotong-potong secara tepat untuk digunakan pada
pemakaian. Ada pula yang diukir dengan simbol pabriknya, atau/ dan kode
produksinya yang diproduksi dalam berbagai warna, supaya mudah dibedakan
(Ansel, 1987).
Tujuan desain dan pabrikasi tablet kempa adalah untuk memberikan obat
melalui mulut dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat pada atau
melalui waktu yang tepat, ditempat yang diingini yang juga mempunyai integritas
kimia yang dilindungi. Disamping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan
diformulasi, desain fisik yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap
atas tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran dari obat yang akan
diberikan Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya
di dalam mendesain dan membuatnya lambat, begitu juga kesukaran untuk
mendapatkan kekompakan kohesi yang baik (Lachman, 1989).

1
1.2 Prinsip Percobaan
Pembuatan tablet antalgin dengan granulasi basah dilakukan dengan
mencampurkan bahan obat dan bahan pengikat sedikit demi sedikit hingga diperoleh
massa yang kompak kemudian dilakukan proses graulasi.

1.3 Tujuan Percobaan


 Untuk mengetahui metode yang tepat untuk pembuatan tablet antalgin.
 Untuk mengetahui hasil uji preformuladi tablet.
 Untuk mengetahui uji evaluasi tablet.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan


1. Zat Berkhasiat
Rumus Bangun :

Rumus Struktur : C13H16N3NaO4S.H20


Nama : Antalgin
Nama Lain : Metampiron
Nama Kimia :Natrium2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-
metilaminometanasulfonat
Berat Molekul : 351,37
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.
Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0.02 N
Syarat Kadar : Metampiron mengandung tidak kurang dari 99.0% dan tidak
lebih dari 101.0% C13H16N3NaO4S, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan (Depkes RI, 1995).

2. Bahan Pengisi
Rumus Bangun :

Rumus Struktur : C12H22O11.H2O


Nama : Laktosa
Nama Kimia : β-D-Galactopyranosyl-(1 4)-α-D-glucopyranose

3
Berat molekul : 360.31
Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak
berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah
menyerap bau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter
Massa jenis : 1.545 g/cm3
Titik lebur : 201-202oC
Stabilitas : Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab.
Laktosa dapat berubah menjadi warna coklat pada
penyimpanan dimana reaksi ini diprcepat oleh kondisi hangat
dan lembab. Kemurnian laktosa yang berbeda dapat bervariasi
dan evaluasi warna menjadi hal yang penting, terutama ketika
memformulasi tablet warna putih. Stabilitas warna dari
berbagai laktosa juga berbeda. Larutan menunjukkan
mutarotasi.
Penyimpanan : Laktosa harus disimpan diwadah yang tertutup baik dan
ditempat sejuk (Depkes RI, 1995).

3. Bahan Pengembang dan Pengikat


Nama : Amilum Manihot
Nama lain : Pati singkong
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Mikroskopik : Butir tunggal agak bulat atau bersegi banyak; butir kecil
diameter 5 mikro meter sampai 10 mikro meter, butir besar
bergaris tengah 20 mikro meter sampai 35 mikro meter; hilus
ditengah berupa titik , garis lurus atau bercabang tiga; lamella
tidak jelas, konsentris; butir majemuk sedikit, terdiri dari 2 atau
3 butir tunggal yang tidak sama bentuknya (Depkes RI, 1995).
4. Bahan Pelicin
a. Nama : Magnesium Stearat

4
Rumus Struktur : C36H70MgO4
Berat molekul : 591.34
Massa Jenis : 1,092 g/cm3
Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminous,bau lemah khas; mudah
melekat dikulit; bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter.
b. Nama : Talkum
Rumus Struktur : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan basa, pelarut
organik dan air.
Stabilitas : Talkum merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilkan
dengan pemanasan pada suhu 160oC selama tidak kurang dari 1
jam. Selain itu juga dapat disterilkan dengan paparan etilen
klorida atau radiasi sinar gamma. Talkum harus disimpan
dalam wadah tertutup baik di tempat yang sejuk dan kering
(Depkes RI, 1995).

2.2 Uraian Umum


Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya tabung pipih, permukaannya rata atau cembung,
mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi. Obat tunggal atau campuran
beberapa jenis obat, diramu dengan zat tambahan yang cocok, digranulasikan, jika
perlu digunakan zat pembasah, kemudian di kempa cetak. Granulasi dilakukan
dengan cara kering atau basah tergantung dari sifat obatnya (Jas, 2007).
Untuk membuat tablet diperlukan bahan tambahan berupa :
1. Bahan pengisi (diluent).
Bahan ini dimaksudkan agar memperbesar volume tablet. Zat-zat yang dipakai
ialah : Saccharum lactis, amylum, Calcii phosphas, Calcii Carbonas, dan lain-lain
yang cocok.
2. Bahan pengikat (binder).

5
Agar tablet tidak pecah, dapat merekat digunakan zat seperti : mucilago Gummi
Arabici 10-20%, mucilago amyli 10%, larutan gelatin 10-20% (panas), larutan

methylcellulose 5%.
3. Bahan penghancur (disintegrator).
Agar tablet dapat hancur dalam perut, digunakan amilum kering, gelatin, agar-
agar, natrium alginat.
4. Bahan pelicin (lubricant).
Agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys) digunakan zat seperti: Talkum 5%,
Magnesii Stearas, Asam Stearat (Anief, 1986).
Bentuk tablet dapat digunakan baik untuk tujuan pengobatan local maupun
sistmik. Pengobatan lokal misalnya :
1) Tablet yang digunakan melalui vagina, dikenal sebagai tablet vagina, berbentuk
seperti amandel digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormone
secara lokal.
2) Lozenges, bentuk obat yang menyenangkan dan efektif untuk efek lokal di mulut
dan tenggorokan, umumnya digunakan sebagai antiinfeksi (Anief, 1986).
Jenis-jenis tablet:
a. Tablet kempa (compressi)
b. Tablet kunyah (chewable tablet)
c. Tablet salut ( coated tablet), terdiri dari :
- Tablet salut gula (sugar coated tablet)
- Tablet salut tekan (press coated tablet)
- Tablet salut film (film coated tablet)
- Tablet salut enteric (enteric coated tablet)
d. Tablet berlapis
e. Tablet effervescent
f. Tablet bukal/sublingual
g. Tablet hisap (troches, lozenges,pastiles) (Jas, 2007).
Dari obat-obat yang diberikan melalui mulut, maka sediaan padat merupakan
bentuk yang lebih disenangi. Ini disebabkan oleh beberapa hal berikut. Di dalam
tablet dan kapsul terdapat ukuran yang tepat dari dosis lazim. Sedang bentuk sediaan
cair seperti sirup, suspense, emulsi, larutan, dan eliksir biasanya mengandung takaran

6
pengobatan setiap 5 sampai 30 ml. Penderita harus memakan sendiri sendok teh,
sendok makan, atau alat pengukur lain. Cara ini mempunyai kesalahan sekitar 20
sampai 50% (Lachman, 1989).
Sediaan bentuk padat secara umum dibagi menjadi dua bentuk formulasi,
yaitu tablet dan kapsul.Telah diperkirakan bahwa sediaan bentuk padat merupakan
sekitar 90% dari semua dosis yang digunakan untuk memberikan jalur sistemik dalam
terapi. Bagian pentingnya adalah bentuk dosis dalam pengobatan dan pengelolaan
tingkat penyakit. Kegunaan tablet yang secara luas telah dicapai karena kenyamanan
dan juga perbedaan dari tipe-tipe tablet (Jones, 2008).
Dibandingkan kapsul, tablet mempunyai beberapa keuntungan, salah satu
diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap pemanasan (tamperproof).
Beberapa masalah zat lain yang lebih berbahaya daripada produk farmasi, produk itu
telah mengalami perubahan setelah keluar dari pabrik dan pedagang besar atau
distributor lainnya. Sejumlah kecelakaan dan kematian yang ditemui akibat masalah
tampering tersebut mengakibatkan FDA merasa perlu untuk memberlakukan
ketentuan baru tentang kemasan tahan tamper. Keuntungan utama kapsul adalah
kemampuannya untuk menutupi rasa dan bau serta menghalangi isinya dari
penglihatan. Hal ini membuat kapsul menjadi bentuk sediaan yang paling mudah di
tamper. Sebaliknya setiap pemalsuan tablet hampir dapat diamati. Penambahan cairan
pada tablet akan membuat tablet pecah bila cairan itu air, akan mengakibatkan
terjadinya perubahan-perubahan yang dapat terlihat. Penambahan bubuk pada tablet
tidak mungkin. Walaupun memperbaiki pengemasan dapat melindungi konsumen
pada bentuk sediaan tertentu, seperti kapsul yang mudah di-tamper, tidak ada satu
kemasan pun yang betul-betul tamperproof (Lachman, 1989).
Dengan mempertimbangkan beberapa perbandingan diatas, hal-hal berikut
dapat disebut sebagai keunggulan utama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik
dari semua sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta avaibilitas kandungan yang
paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah untuk
dikemas serta dikirim.

7
5. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak
yang bermonogram atau berhiasan timbul.
6. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet
tidak segera terjadi.
7. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil penglepasan khusus, seperti
penglepasan di usus atau produk lepas lambat.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk di produksi
secara besar-besaran.
9. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman, 1989).
Kerugian tablet adalah sebagai berikut :
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat yang sukar dibasakan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau tinggi,
absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat
diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk
tablet yang masih menghasilkan bioavaibilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan abu yang tidak dapat dihilangkan, atau obat
yang peka terhadap oksigen dan kelembapan udara perlu pengapsulan atau
penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkkin) atau memerlukan
penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat merupakan jalan keluar yang
terbaik serta lebih murah (Lachman, 1989).
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahan
pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan
dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi “free flowing”, mengisi cetakan
secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi “capping” (retak) (Anief, 1986).
Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran
pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh
untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung
bahan obat (seperti antasida dan antidiare) yang tidak dimaksudkan untuk diabsorbsi
tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna. Dalam hal ini daya hancur

8
tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal
dalam tubuh (Ansel, 1987).
Tujuan desain dan pabrikasi tablet kempa adalah untuk memberikan obat
melalui mulut dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat pada atau
melalui waktu yang tepat, ditempat yang diingini yang juga mempunyai integritas
kimia yang dilindungi. Disamping sifat kimia dan fisika dari obat yang akan
diformulasi, desain fisik yang sebenarnya, proses pabrikasi, serta uji kimia lengkap
atas tablet dapat memberikan efek yang berarti pada kemanjuran dari obat yang akan
diberikan (Lachman, 1989).
Ada empat metode utama untuk membuat tablet yaitu: (1) granulasi basah;
(2)granulasi kering; (3) kompresi langsung; dan (4)kompresi gulung (chilsonisation).
Pemilihan dari proses pembuatan yang dikerjakan bergantung pada beberapa factor,
meliputi sifat kompresi dari agen terapetik, ukuran partikel dari agen terapetik dan
eksipien dan stabilitas kimia dari agen terapetik. Umumnya, proses pembuatan tablet
bergantung dari beberapa langkah berikut :
 Pencampuran agen terapetik dengan eksipien
 Granulasi dari serbuk yang dicampurkan (catatan: ini tidak hadir pada kompresi
langsung)
 Campuran dari serbuk atau granul dengan eksipien lain (terutama lubrikan)
 Kompresi menjadi tablet.
Detail dari langkah-langkah ini sangat bergantung pada metode pembuatan yang
dipakai (Jones, 2008).
Ciri-ciri fisik tablet kompresi (tekan) cukup dikenal sampai kalangan awam.
Ada tablet yang bundar, lonjong, dan ada juga segitiga. Ada tablet yang tebal dan
lainnya tipis. Ada tablet yang diameternya lebih besar dari yang lainnya. Ada yang
datar sedang lainnya bervariasi cekung, cembungnya. Ada yang diberi garis menjadi
2 atau 4 bagian sehingga mudah dipotong-potong secara tepat untuk digunakan pada
pemakaian. Ada pula yang diukir dengan simbol pabriknya, atau/ dan kode
produksinya yang diproduksi dalam berbagai warna, supaya mudah dibedakan
(Ansel, 1987).
Ketebalan yang diinginkan dalam tablet harus diperhitungkan terhadap
volume dari bahan yang diisikan ke dalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya

9
tekanan yang dipakai punch untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet
yang seragam tebalnya selama produksi dan di antara produksi untuk formula yang
sama, harus dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan
yang diberikan tetap sama. Tablet dari hasil produksi yang sama dimana ukurannya
bervariasi tidak saja akan membingungkan pasien tapi juga akan menimbulkan
masalah dalam pengemasannya (Anief, 1987).
Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya di
dalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh
bioavaibiitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan
melarutnya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kohesi
yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat tersebut
baik sifat kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavaibilitas,
mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak
tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini. Setiap tindakan atau usaha untuk
memperbaiki satu atau serangkaian (tujuan dapat saja menurunkan tujuan atau
serangkaian tujuan lain. Umpamanya tablet harus mempunyai permukaan yang halus,
baik dalam penampilan, dan mungkin dalam beberapa hal permukaannya mengkilat
begitu padu dan kompak sehingga tidak akan mengalami friabilitas (kerenyahan),
pembubukan, atau pengelupasan dalam botol selama pengepakan atau penanganan).
Usaha apapun yang diambil untuk mencapai tujuan yang pertama, seperti
penambahan pengikat atau perekat, meningkatkan tekanan kempa atau
memperpanjang waktu tinggal punch, atau menggunakan prakempa akan berakibat
negatif pada serangkain tujuan lain, waktu hancur tablet, kecepatan melarut tablet,
dan mungkin bioavaibilitas. Tujuan bersaing suatu obat bisa sederhana atau sangat
kompleks, tergantung pada derajat dapat dikempa, dosisnya, kelarutan dan kecepatan
melarutnya, tempat absorbsinya di saluran pencernaan, dan faktor-faktor lain
(Lachman, 1989).
Tidak jarang tablet kompresi menggunakan tekanan lebih kecil dari 3.000 dan
lebih besar dari 40.000 pound dalam produksinya. Umumnya semakin besar tekanan
semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga menentukan
kekerasan tablet. Tablet-tablet tertentu seperti lozenges untuk di hisap dan tablet
bukal untuk disisipkan di pipi yang dimaksud untuk larut perlahan-lahan, dengan
sengaja dibuat keras, tablet lain seperti tablet triturat yang ditekan yang direncanakan

10
larut dengan cepat memang disengaja dibuat tidak keras. Pada umumnya tablet harus
cukup keras untuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dengan kapal dan waktu
ditangani secara normal, tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut akan
menghancur dengan sempurna begitu digunakan orang atau dapat dipatahkan di
antara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi untuk pemakaiannya
(Ansel, 1987).
Granulasi basah merupakan proses mencampurkan serbuk dengan cairan
yang sesuai, misalnya air, isopropanol atau etanol (atau campurannya). Untuk
mencapai kohesi diantara serbuk, penting untuk memasukkan agen pengikat kedalam
formulasi, salah satunya memasukkan campuran serbuk kedalam cairan pengikat
(Jones, 2008).
Proses dari granulasi basah yaitu zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan
penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila
perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan
dalam lemari pengering (temperatur 40-50 0C). Setelah kering diayak lagi, agar
menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelicin, dibuat
tablet dengan mesin tablet (Anief, 1986).
Langkah pertama dari granulasi basah yaitu mencampurkan agen terapetik
dengan serbuk eksipien (kecuali lubrikan). Langkah ini meliputi pengenalan dari
serbuk eksipien dan obat (kecuali lubrikan) kedalam campuran serbuk. Kecepatan
campuran dan waktunya harus sesuai untuk meyakinkan bahwa campuran yang
diproduksi homogen, misalnya konsentrasi dari masing-masing bahan sudah
diketahui. Efisiensi dari pencampuran dipengaruhi oleh penggunaan serbuk dengan
ukuran partikel yang sama, walupun ini tidak sering terjadi pada saat proses
pencampuran (Jones, 2008).
Langkah kedua granulasi basah dengan campuran serbuk. Granulasi
merupakan proses penyatuan menjadi dan dipertahankan sebagai partikel yang lebih
besar (diameter sekitar 0.2-0.4 mm). Idealnya komposisi kimia dari granul harus
homogen. Langkah ketiga mengubah granul menjadi tablet, meliputi produksi
(mengandung obat) granul, proses yang lebih jauh meliputi pembuatan dari tablet
(Jones, 2008).
Perkembangan dari formulasi tablet meliputi beberapa fase, dengan jumlah
evaluasi tablet yang menunjukkan setiap fase baru. Selama fase skrining formulasi

11
awal, konsep friabilitas dari bentuk dosis baru dapat di uji dengan cara in vivo.
Umumnya bentuk dasar formulasi dapat digunakan untuk evaluasi beberapa tablet
(Lieberman, 1997).
Mengikuti fase skrining yang sukses, fase perkembangan yang lebih intens di
mulai. Didalam fase perkembangan, formula tablet harus aman, berkhasiat dan dapat
diandalkan. Optimasi formulasi umumnya dilakukan dalam fase ini dalam skala yang
relatif kecil. Selama optimasi efek variasi dalam komposisi formulasi dan langkah
pengolahan karakter tablet sedang dipelajari (Lieberman, 1997).
Keuntungan dari granulasi basah yaitu :
- Mengurangi pemisahan komponen formulasi selama penyimpanan dan / atau
pengolahan, sehingga mengurangi intra- dan variabilitas interbatch.
- Teknik yang berguna untuk pembuatan tablet yang mengandung konsentrasi
rendah dari agen terapi.
- Memperkerjakan eksipien konvensional dan oleh karena itu tidak tergantung pada
masuknya nilai khusus dari eksipien.
- Kebanyakan pabrik menggunakan metode granulasi basah dalam pembuatan
tablet (Jones, 2008).
` Kerugian Granulasi basah :
- Beberapa langkah pengolahan di perlukakn
- Pelarut yang digunakan dalam proses ini mengarah kesejumlah kekhawatiran,
seperti degradasi obat dapat terjadi dengan adanya pelarut. Hal ini relevan
terutama jika air digunakan sebagai media granulasi karena kerentanan obat untuk
mengalami hidrolisis. Untuk mengatasi kekhawatiran ini, yang hidroalkoholik
(air/alkohol) atau alcohol (etanol atau isopropanol) medium granulasi harus
digunakan.
- Obat dapat larut dalam cairan granulasi. Selama proses pengeringan obat akan
mengendap/mengkristal, mengakibatkan perubahan dalam bentuk polimorfik. Jika
beberapa obat dan eksipien yang larut dalam medium granulasi, pengeringan
berikutnya akan menghasilkan deposisi komponen yang tidak larut partikel, hal
ini dapat mengakibatkan meningkatnya kekerasan granul (tablet dan sifat
biologisnya).
- Panas diperlukan untuk menghilangkan pelarut. Ini dapat mengakibatkan
degradasi termal agen terapetik (Jones, 2008).

12
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
Dalam percobaan pembuatan tablet secara granulasi basah, yang digunakan
adalah : ayakan mesh 12, ayakan mesh 14, batang pengaduk, beaker glass 100 mL;
Pyrex, Bunsen, Brush tabung, desintegration tester, friabilator, gelas ukur 25 mL;
Pyrex, hot plate, label, lemari pengering, lumpang dan alu, mesin pencetak tablet,
penjepit tabung, perkamen kecil, perkamen kajang, pipet tetes, pot besar, serbet,
sudip,spatula, strong cobb, timbangan digital,tissu.

3.2 Bahan
 Antalgin 50 g
 Amilum Mannihot 8.45 g
 Mg stearat 0.65 g
 Talkum 0.65 g
 Laktosa 5.25 g
 Aquadest 17.55 g

3.2.1 Formula

R/ Antalgin 500 mg
Mucilago Amili 10% 30%
Amilum Manihot 10%
Mg Stearat 1%
Talkum 1%
Saccharum lactis q.s
m.f.tab.dtd.No.C

3.2.2 Rencana Kerja


Metode : Granulasi basah
Diameter : 13 mm

13
Bobot tablet : 650 mg
Jumlah tablet : 100 tablet

3.2.3 Perhitungan Bahan


Berat total = 100 x 650 mg = 65 g
1. Antalgin : 500 mg x 100 = 50 g
2. Musilago Amili10% : 30/100 x 65 g = 19.5 g
Amilum : 10/100 x 19.5g = 1.95 g
Aquadest : 19.5 g – 1.95 g = 17.55 g
3. Amilum Manihot : 10/100 x 65 g = 6.5 g
Pengembang dalam : ½ x 6.5 g = 3.25 g
Pengembang luar : ½ x 6.5 g = 3.25 g
4. Mg Stearat : 1/100 x 65 g = 0.65 g
5. Talkum : 1/100 x 65 g = 0.65 g
6. Laktosa : 65 g – ( 50 g + 6.5 g + 1.95 g+ 0.65 g) = 5.25g

Bahan pengikat yang terpakai = 19.5 g – 11.567 g = 7.933 g


7.933 x 10% = 0.7933
Persentase bahan pengikat yang terpakai = 7.933 x 100% = 40.682 %
19.5
Bahan pengikat yang tersisa = 11.567 g
Berat granulat basah = 56.51 g
Berat granulat kering = 51.4 g
Berat teoritis = bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi
= 50 g + 3.25 g + 1,95 g + 5.75 g
= 60,95 g
Persentase berat = Berat teoritis x 100% = X%
Berat seluruhnya
= 60,95 x 100%
65
= 93,769 %

Massa tablet seluruhnya = 100% x berat kering

14
X%
= 100% x 51.4 g
93,769%
= 54,816 g

Berat bahan eksternal setelah dikoreksi :


Pengembang luar : 5% x 54,816 g = 2,741 g
Pelicin :
Mg Stearat : 1% x 54,816% = 0.5482 g
Talkum : 1% x 54,816% = 0.5482 g

3.3 Prosedur Kerja


- Ditimbang antalgin, amilum manihot, dan laktosa
- Dimasukkan bahan-bahan yang telah ditimbang ke dalam lumpang,
kemudian digerus homogen (massa 1)
- Ditimbang amilum manihot 1,95 g dan air sebanyak 17,55 g. Ditara
beaker glass dan batang pengaduk pada timbangan analitik. Campurkan
air dan amilum manihot ke dalam beaker glass, lalu panaskan di atas
penangas air sambil diaduk hingga terbentuk massa kental dan transparan,
kekurangan massa ditambahkan dengan air panas (massa 2).
- Ditambahkan mucilago amily (massa 2) ke dalam massa 1 sedikit demi
sedikit. Gerus hingga terbentuk massa yang kompak.
- Diayak pada ayakan mesh 12
- Ditimbang granul basah yang terbentuk
- Dikeringkan pada lemari pengering dengan suhu 40 °C – 60 °C selama 24
jam
- Granul kering diayak dengan ayakan mesh 14. Dicatat berat granul
keringnya
- Dicampurkan dan dihomogenkan massa granul kering dengan bahan
pengembang luar (Amilum manihot) dan bahan pelicin (Talkum dan Mg
Stearat)
- Dilakukan uji preformulasi
 Indeks tap

15
- Sejumlah granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Kemudian di
Tapping sebanyak 20 kali
- Ditentukan penurunan volume
- Dilakukan tapping sampai hasil penurunan granul stabil
 Waktu alir
- Ke dalam corong alir yang bagian bawahnya tertutup dimasukkan
granul yang akan dicetak
- Dialirkan hingga seluruh granul mengalir
- Ditentukan waktu alir mulai granul mengalir sampai habis
 Sudut diam
- Ke dalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, dialirkan
granul kering yang akan dicetak
- Lalu dibuka dan dibiarkan granul mengalir
- Dihitung sudut diamnya
- Mesin pencetak tablet atau single punch disiapkan. Dipasang punch bawah
dengan diameter sesuai tablet yang akan dicetak dan diatur dienya
- Masukkan massa tablet ke dalam Hopper, lalu diatur sekrup atas dan bawah
untuk menentukan volume dan tekanan
- Dicetak satu buah tablet, dicek beratnya (pengatur pada punch bawah) dan
tekanannya (pengatur pada punch atas)
- Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan berat yang diinginkan. Jika
sudah, diuji kekerasannya pada alat Strong cobb
- Jika tablet sudah memenuhi syarat, dicetak 10 tablet lagi, diuji kembali berat
serta kekerasannya, jika tidak mengalami perubahan dapat dicetak seluruhnya
- Tablet yang dipakai sebagai sampel dapat digranulasi
- Dicatat jumlah tablet yang tercetak
- Dilakukan uji evaluasi tablet
 Keseragaman bobot
- Dibersihkan tablet, diambil 20 tablet kemudian ditimbang
- Dientukan bobot rata-rata
- Ditimbang satu per satu, hitung deviasi dan diambil 3 tablet
dengan deviasi tertinggi
 Waktu hancur

16
- Dimasukkan 6 tablet pada masing-maing tabung dalam
keranjang, letakkan cakram di atas masing-masing tablet
- Dicelupkan ke dalam air dengan suhu 37 °C, dengan tinggi air
tidak kurang dari 15 cm
- Dijalankan alat Desintegration Tester selama 15 menit
sehingga keranjang naik turun secara teratur 30 kali per menit
- Diamati tablet, tablet dinyatakan hancur jika tidak tersisa tablet
pada kawat kasa
- Dicatat aktu hancur masing-masing tablet
 Kekerasan Tablet
- Dimasukkan sebuah tablet di antara punch dan anvil
- Dijepit tablet dengan cara memutar sekrup sampai lampu stop
menyala
- Ditekan tombol sampai tablet retak/pecah
- Dilihat angka yang merupakan skala kekerasan tablet
- Dicatat harga kekerasan tablet
 Uji Friabilitas
- Dibersihkan tablet dan ditimbang 20 tablet  Bobot A
- Dimasukkan tablet ke dalam alat Roche Friabilator dengan
putaran 100 rpm selama 4 menit
- Ditimbang 20 tablet  Bobot B
- Dihitung besar friabilitasnya

17
3.4 Flowsheet
3.4.1 Pembuatan Tablet

Antalgin 500 mg

Ditimbang antalgin, amilum manihot, dan laktosa


Dimasukkan ke dalam lumpng dan dihomogenkan.
Ditambahkan bahan pengikat (mucilage amili) sedikit-semi
sedikit sampai diperoleh massa yang kompak,kemudian
dicatat berapa bahan pengikat yang terpakai dan yang tersisa.
Diayak massa dengan mesh nomor 12 dan dicatat berat granul
basah.
Dikeringkan dilemari pengering pada suhu 40-60oC selama
satu hari.
Diayak granul kering dengan ayakan mesh14, dicatat berat
granul kering dan dimasukkan kedalam pot plastik.
Dicampurkan dan dihomogenkan massagranul kering dengan
pengembang luar dan pelicin (Talcum dan Mg stearat) kedalam
lumpang
Dilakukan uji preformulasi terlebih dahulu sebelum obat di
cetak :Indeks tap ,Waktualir,Sudutdiam.
Dicetak massa menjadi tablet

Tablet Antalgin

3.4.2 Pembuatan bahan pengikat

Amilummanihot

Ditara beaker glass dan batang pengaduk timbang


Dimasukkan serbuk amilum 1,95 gr
Di add kan aquadest sampai 19,5gr
Dipanaskan sambil diaduk hingga larutan bening dan kental

Mucilago amili

18
3.4.3 Uji Preformulasi
3.4.3.1 Indeks Tap

Granul Kering

Dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml


Ditapping sebanyak 20 kali
Ditentukan penurunan volume
Dilakukan tapping sebanyak 3 kali

Indeks Tap = 6
%

3.4.3.2 Waktu Alir

Granul Kering

Dimasukkan ke dalam corong alir bagian bawahnya ditutup


Dialirkan hingga habis
Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai granul
mengalir keluar

Waktu alir = 3,08 detik

3.4.3.3 Sudut Diam

Granul Kering

Dalam corong alir yang ditutup bawahnya, dialirkan granul kering


yang akan dicetak
Dibuka corong alir dan dibiarkan granul mengalir
Dihitung sudut diamnya

Sudut diam = 29,5 °

19
3.4.4 Uji Evaluasi Tablet
3.4.4.1 Keseragaman bobot

Keseragaman bobot

Dibersihkan tablet, diambil 20 tablet kemudian ditimbang


Ditentukan bobot rata-rata
Ditimbang satu per satu
Diambil 3 tablet dengan deviasi tertinggi

Hasil ; A1=7,258 % ;
4,839 % ; 4,389 %

3.4.4.2 Waktu hancur

Waktu hancur

Dimasukkan 6 tablet pada masing-maing tabung dalam keranjang,


letakkan cakram di atas masing-masing tablet
Dicelupkan ke dalam air dengan suhu 37 °C, dengan tinggi air
tidak kurang dari 15 cm
Diamati tablet, tablet dinyatakan hancur jika tidak tersisa tablet
pada kawat kasa
Dicatat aktu hancur masing-masing tablet

Waktu hancur =
7’32’’

20
3.4.4.3 Uji kekerasan tablet

Uji Kekerasan Tablet

Dimasukkan sebuah tablet di antara punch dan anvil


Dijepit tablet dengan cara memutar sekrup sampai lampu stop
menyala
Dilihat angka yang merupakan skala kekerasan tablet
Ditekan tombol sampai tablet retak/pecah
Dicatat aktu hancur masing-masing tablet

Kekerasan tablet = 4,57 kg

3.4.4.4 Uji Friabilitas

Uji Friabilitas

Dibersihkan tablet dan ditimbang 20 tablet  Bobot A


Dimasukkan tablet ke dalam alat Roche Friabilator dengan
putaran 100 rpm selama 4 menit
Ditimbang 20 tablet  Bobot B
Dihitung besar friabilitasnya

Friabilitas tablet = 0,725 %

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Preformulasi
a. Sudut Diam
Data :
No Tinggi (h=cm) Diameter (d=cm)
1 3 10
2 3 10
3 3 10
Rata-Rata 2.83 10

Tg Ɵ = 2h
D
= 2 x 2.83 = 566 = 0.566
10 10
Ɵ = 29.5o
Syarat : 20o < Ɵ < 40o
Kesimpulan : Tablet memenuhi persyarat sudut diam.

b. Waktu alir
Data :
No Waktu alir (detik)
1 3.02
2 3.48
3 2.75
trata-rata 3.08

Syarat : t alir < 10 detik


Kesimpulan : Tablet memenuhi persyarat waktu alir.

c. Indeks Tap
Data :
No Vo Vtap Irata-rata
1 25 23 8%

22
2 25 23.5 6%
3 25 24 4%
Rata-rata 6%

I.1 = Vo-Vtap 25-23


( ) x 100% = ( ) x 100% = 8%
Vo 25

I.2 = Vo-Vtap 25-23.5


( ) x 100% = ( ) x 100% = 6%
Vo 25

I.3 = Vo-Vtap 25-24


( ) x 100% = ( ) x 100% = 4%
Vo 25

Rata-rata = I.1 + I.2 + I.3 = 8% + 6% + 4% = 6%


3 3

Syarat : Indeks tap lebih kecil sama dengan 20%


Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan indeks tap.

4.1.2 Uji Evaluasi Tablet


a. Keseragaman Bobot
Berat 20 tablet = 12,4 gram

Berat rata-rata = berat seluruhnya = 12400 = 620 mg


20 tablet 20
Data :

No Bobot (mg) Deviasi No Bobot (mg) Deviasi


1 645 4,032 11 590 4,839
2 595 4,032 12 665 7,258
3 590 4, 839 13 625 0,806
4 600 3, 226 14 620 0
5 610 1, 613 15 620 0
6 635 2,419 16 650 4,389
7 590 4,839 17 590 4,839
8 630 1,613 18 620 0
9 590 4,839 19 605 2,419
10 610 1,613 20 630 1,613

A1 = 0,62 – 0,65 x 100% = 7,258


0,62
A1 = 0,62 – 0,59 x 100 % = 4,839

23
0,62
B1 = 0,62 – 0,65 x 100% = 4,389
0,62

Syarat :
 Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet menyimpang lebih
besar dari kolom A.
 Tidak boleh satu tablet pun lebih dari kolom B.
Tabel keseragaman bobot
Penyimpangan
Bobot Rata-Rata A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg s/d 150 mg 10 % 20 %
151 mg s/d 300 mg 7,5 % 15 %
Lebih dari 300 mg 5% 10%

Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot.

b. Waktu hancur
Data :
No Dengan Cakram
1 6’13”
2 6’20”
3 6’39”
4 8’34”
5 14’45”
6 -
Rata-Rata 7’32”

Syarat :
 Kecuali dinyatakan lain dalam monografi waktu yang dibutuhkan untuk
menghancurkan 6 tablet biasa tidak boleh lebih dari 15 menit dan bersalut
tidak boleh lebih dari 60 menit.
 Bila tidak hancur ulangi dengan 12 tablet, syarat dipenuhi jika dari 18 tablet
tidak lebih dari 2 tablet yang tidak hancur.
Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan waktu hancur.

c.Uji Kekerasan Tablet


Data :
No Kekerasan (Kg)
1 3,27
2 6,24

24
3 3,45
4 4,91
5 4,90
Rata-Rata 4,57

Syarat : Kekerasan Tablet = 4-8 Kg


Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan kekerasan tablet.

d. Uji Friabilitas
Data :
A = 12,40 g
B = 12,31 g

Maka Friabilitas tablet = A-B x 100%


A
= 12,40 – 12,31 x 100%
12,40
= 0,725 %

Syarat : Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,8 %


Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan friabilitas.

4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini, dilakukan formulasi dan uji sediaan tablet antalgin
dengan menggunakan metode granulasi basah. Uji sediaan tablet yang dilakukan
yaitu berupa uji preformulasi dan uji evaluasi tablet.
Uji preformulasi meliputi waktu alir, indeks tap, dan sudut diam.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada percobaan didapatkan hasil,
yaitu :
1. Uji sudut diam sebesar Ɵ = 29,5o . Hasil ini memenuhi uji syarat diam dimana
20o < Ɵ < 40o.

2. Uji waktu alir sebesar t=3,08 detik, hasil ini memenuhi syarat yaitu t alir < 5,6
detik.
3. Uji indeks tap sebesar I = 6%, hasil ini telah memenuhi syarat uji indeks tap
yaitu I lebih kecil sama dengan 20.

25
Dari hasil uji preformulasi yang dilakukan, granul dinyatakan memenuhi
syarat untuk pembuatan tablet.
Pada formulasi jumlah tablet yang direncanakan adalah 100 tablet. Hasil yang
diperoleh dari percobaan adalah 86 tablet. Jumlah ini sesuai dengan persyaratan,
bahwa tablet yang dihasilkan tidak lebih dari 99 tablet. Hal ini dikarenakan massa
granulat berkurang selama proses pembuatan.
Uji evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot, waktu hancur, Kekerasan, dan
friabilitas. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada percobaan
didapatkan hasil, yaitu tablet antalgin yang dihasilkan pada percobaan ini telah
memenuhi persyaratan.
Bila dibandingkan dengan tablet zetamol yang diformulasi oleh Linus Seta
Adi Nugraha menggunakan metode yang sama yaitu metode granulasi basah. Namun
bahan obat yang digunakan berbeda dengan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
acetaminophen. Digunakan bahan pengikat berupa mucilago gelatin. Dilakukan pula
uji terhadap tablet yaitu waktu alir, sudut diam, keseragaman bentuk, kekerasan, dan
keseragaman bobot. Dari uji tersebut diketahui bahwa tablet acetaminophen yang
dibuat memenuhi persyaratan Farmakope.
Tablet antalgin yang dibuat pada praktikum ini juga memenuhi persyaratan,
dan bahkan uji yang dilakukan pada tablet antalgin lebih lengkap seperti dilakukan uji
indeks tap, uji friabilitas, dan uji waktu hancur.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
- Pembuatan tablet antalgin yang paling baik adalah metode granulasi basah, hal ini
disebabkan sifat antalgin yang tahan panas dan tahan air.
- Hasil uji preformulasi dari tablet antalgin yaitu :
 Waktu alir 3.08 detik
 Sudut diam 20.95o
 Indeks tap 6%
- Hasil uji evaluasi tablet yaitu
 Keseragaman bobot A1= 7,258; A1 = 4,839; B1 = 4,389
 Waktu hancur 7’32”
 Kekerasan tablet 4,57 Kg
 Friabilitas 0,725%

5.2 Saran
- Pada percobaan selanjutnya bahan pengikatyang digunakan dapat diganti dengan
bahan pengikat lain seperti, larutan CMC Na 10%.
- Pada percobaan selanjutnya bahan obat yang digunakan dapat diganti dengan bahan
obat lain, seperti parasetamol.

27
28

Anda mungkin juga menyukai