Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. RISTA ILMA ANDASARI ( KETUA ) : E041191010


2. ANDI KHUSNUL KHATIMA : E041191007
3. YUSRIFAR BAHAR : E041191027
4. LATIFAH TUL QALBI : E041191035

PRODI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

1. DAFTAR ISI ...............................................................................1


2. PENDAHULUAN......................................................................2
a. Latar Belakang ................................................................2
b. Rumusan Masalah .........................................................2
3. PEMBAHASAN .........................................................................3
a. Pengertian Hak Asasi Manusia ..................................3
b. Perkembangan HAM di Dunia dan di Indonesia...4
c. HAM dalam Kerangka Hukum Internasional ........8
d. Contoh Pelanggaran Berat HAM ...............................10
4. PENUTUP ...................................................................................11
a. Kesimpulan .....................................................................11
b. Saran ................................................................................11
5. DAFTAR PUSTAKA ................................................................12

1
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


menegaskan bahwa melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia merupakan tujuan bangsa.
Salah satu bentuk perlindungannya ialah menjamin keamanan,
ketentraman dan ketertiban sesuai norma kehidupan
bermasyarakat.

Manusia dan HAM adalah dua kata yang sulit dipisahkan


karena sejak lahir di bumi, manusia membawa hak-hak kodrat
yang melekat dalam hidupnya. Dalam kedudukan manusia
sebagai makhluk sosial, inilah masalah HAM menjadi sangat
kompleks. Banyak benturan manusia yang satu dengan manusia
yang lain, kelompok satu dengan kelompok lainnya.

Konsep HAM mempunyai spektrum yang luas. Di satu sisi ada


pemikiran liberalis yang mendasarkan diri pada pada
kepentingan individualisme, di sisi lain berkembang pemikiran
sosialisme yang menekankan kepentingan bersama dan negara.

HAM yang dianut Indonesia bersumber dari pancasila sebagai


filsafat bangsa dan negara. Secara konseptual HAM yang
terkandung dalam pancasila mengakomodasi aspek manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial,

b. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia ?


2. Bagaimana Sejarah HAM di Dunia dan di Indonesia ?
3. Bagaimana HAM dalam Kerangka Hukum Internasional ?
4. Apa saja contoh-contoh pelanggaran berat dalam Hak Asasi
Manusia ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Asasi Manusia

HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang


bersifat kodratif dan fundamental sebagai suatu anugrah
Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh
setiap individu, masyarakat atau Negara. Sedangkan
dalam UU tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan
pengertian bahwa Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia ( Pasal
1 ayat 1 UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM ).

Hakekat HAM merupakan upaya menjaga keselamatan


eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan yaitu keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dan kepentingan umum.

Adapun beberapa ciri pokok hakikat HAM :


a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau
asal-usul sosial dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar.

2. Sejarah Perkembangan HAM di Dunia dan di


Indonesia

3
a. HAM di Dunia
1. Piagam Madinah
Piagam Madinah ( Shafitul Madinah ) juga
dkenal dengan sebutan Konstitusi Madinah,
ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi
Muhammad SAW yang merupakan suatu
perjanjian formal antara dirinya dengan semua
suku-suku dan kaum-kaum penting di Yatsrib
( Madinah ) di tahun 622. Tujuan disusunnya
dokumen tersebut ialah untuk menghentikan
pertentangan antara Bani ‘Aus dan Bani Khazraj
di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut
menetapkan sejumlah hak dan kewajiban bagi
kaum muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-
komunitas pangan Madinah, sehingga membuat
mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang
dalam bahasa Arab disebut Ummah. Hak Asasi
Manusia yang terkandung dalam Piagam
Madinah dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu
hak untuk hidup, kebebasan dan hak mencari
kebahagiaan.
2. Magna Charta
Magna Charta telah menghilangkan hak
absolutisme raja. Sejak itu dipraktikan kalau raja
melanggar hukum harus diadili dan
mempertanggungjawabkan kebijakan
pemerintahannya kepada parlemen The
American Declaration. Deklarasi ini
berpandangan bahwa manusia adalah merdeka
sejak didalam perut ibunya, sehingga tidaklah
logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
3. The French Declaration
“ tidak boleh ada penangkapan dan penahanan
yang semena-mena, termasuk penangkapan
tanpa alasan yang sah dan penahanan tanpa surat
perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang
sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip
presumption of innoncent, artinya orang-orang
yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap yang menyatakan ia bersalah “.

4
4. The Four Freedom
- Generasi Pertama
Pengertian HAM hanya terpusat pada bidang
hukum dan politik. Focus pemikiran HAM
generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi
perang dunia II, totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-Negara yang baru
merdeka untuk menciptakan suatu tertib
hukum yang baru.
- Generasi Kedua
Pemikiran HAM tidak saja menurut hak
yuridis melainkan juga hak-hak sosial,
ekonomi, politik dan budaya.
- Generasi Ketiga
Keadilan dan pemenuhan hak asasi haruslah
dimulai sejak mulainya pembangunan itu
sendiiri, bukan setelah pembangunan itu
selesai. Agaknya pepatah kuno “ justice
deloyed, justice deny “ tetap berlaku untuk
kita semua.
- Generasi Keempat
Pengertian HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan
Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut
“Declaration of The Basic Duties of Asia
People and Government “. Deklarasi ini
lebih maju dari rumusan ketiga, karena tidak
saja mencakup tuntutan structural tetapi juga
berpihak kepada terciptanya tatanan sosial
yang berkeadilan. Beberapa masalah dalam
deklarasi yang terkait dengan HAM dalam
kaitan pembangunan sebagai berikut :
a. Pembangunan Berdikari
b. Perdamaian
c. Partisipasi Rakyat
d. Hak-hak Berbudaya
e. Hak Keadilan Sosial

5
Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan
hampir seluruh dunia dan dimana hak-hak azasi diinjak-
injak, timbul keinginan untuk merumuskan hak-hak
azasi manusia itu dalam suatu naskah internasional.
Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan diterimanya
Universal Declaration of Human Rights ( pernyataan
sedunia tentang Hak-Hak Azasi Manusia ) oleh negara-
negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

Dalam sejarah umat manusia telah tercatat banyak


kejadian di mana seseorang atau segolongan manusia
mengadakan perlawanan terhadap penguasa atau
golongan lain untuk memperjuangkan apa yang
dianggap haknya. Sering perjuangan ini menuntut
pengorbanan jiwa dan raga. Juga di dunia barat telah
berulang kali ada usaha untuk merumuskan serta
memperjuangkan beberapa hak yang dianggap suci dan
harus dijamin. Keinginan ini timbul setiap kali terjadi
hal-hal yang dianggap menyinggung perasaan dan
dianggap merendahkan martabat seseorang sebagai
manusia dalam proses ini telah lahir beberapa naskah
yang secara berangsur-angsur menetapkan bahwa ada
beberapa hak yang mendasari kehidupan manusia dan
karena itu bersifat universal dan azasi.

6
b. HAM di Indonesia
1. Periode sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Dalam konteks pemikiran HAM, para pemimpin
Boedi Oetomo telah memperhatikan adalah
kesdaran berserikat dan mengeluarkan pendapat
melalui petisi-petisi yang ditinjaukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang
dimuat surat kabar Goeroe Desa. Bentuk
pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang
hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat. Perdebatan pemikiran HAM yang
terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan
masalah hak persamaan kedudukan di muka
hukum. Hak atas pekerjaan dan penghidupan
yang tidak layak, hak untuk memeluk agama
dan kepercayaan , hak berserikat, hak
berkumpul, hak mengeluarkan pikiran dengan
lisan dan tulisan.
2. Periode setelah Kemerdakaan ( 1950-1959 )
Dalam rangka perjalanan Negara Indonesia
dikenal dengan sebutan periode demokrasi
parlamenter. Pemikiran HAM pada periode ini
mendapatkan momentum yang sangat
membanggakan, karena suasana kebebasan yang
menjadi semangat demokrasi atau demokrasi
parlamenter mendapatkan tempat di kalangan
elit politik.
3. Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang
berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin
sebagai reaksi pemolakan Soekarno terhadap
sistem parlamenter. Pada sistem ini kekuasaan
terpusat berada ditangan Presiden.
4. Periode 1970-1980
Pemikiran elit penguasa pada masa ini sangat
diwarnai oleh sikap penolakannya terhadap
HAM sebagai produk Barat dan individualistik
serta bertentangan dengan paham kekeluargaan
yang dianut bangsa Indonesia. Pemerintah pada
periode ini bersifat defensif dan represif yang
dicerminkan dari produk hukum yang umumnya
restriktif terhadap HAM.

7
5. Periode 1966-1998
Pada masa awal periode ini telah diadakan
berbagi seminar tentang HAM. Salah satu
seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun
1967 yang merekomendasikan gagasan tentang
perlunya pembentukan pengadilan HAM,
pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM
untuk wilayah Asia.
6. Periode 1998- sekarang
Strategi penegakan HAM pada periode ini
dilakukan melalui dua tahap status penentuan
dan tahap penataan aturan secara konsisten.
Pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa
penentuan perundang-undangan tentang HAM
seperti amandemen konstitusi negara ( Undang-
undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP
MPR ), Undang-undang ( UU ), peraturan
pemerintah dan ketentuan perundang-undangan
lainnya.

3. HAM dalam Kerangka Hukum Internasional

Masalah HAM ditinjau dari Hukum Internasional


menyangkut dua aspek : Pelaksanaan atau perlindungan
HAM dimasa damai dan dimasa sengekta bersenjata
( perang ).
a. Di masa sengketa
1. Hukum perang tidak tertulis atau hukum
kebiasaan perang, yang memuat tiga prinsip :
i. Militaly Necessity Principle yaitu prinsip
bahwa pihak yang berperang dibenarkan
memakai tiap jumlah dan macam
kekuatan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tujuan yaitu
menundukkan lawan.
ii. Humanity Principle yaitu penggunaan
tingkatam kekerasan tidak diijinkan lebih
dari apa yang dibutuhkan untuk
menundukkan lawan.
iii. Chivalry Principle atau prinsip ksatria
yaitu membatasi tingkatan pemakaian
kekerasan dalam menyerang, bertahan
dan menentukan menyerah, serta saling
menghormati.
8
2. Hukum Perang Tertulis
i. Hukum Den Haag
Menurut Jean Pictet Hukum Den Haag
berdiri atas tiga prinsip yaitu pihak yang
berperang menempatkan non kombatan
berada di luar wilayah perang dan
menghadirikan diri melakukan serangan
terhadap non kombatan. Ketiga
penggunaan senjata massal.
ii. Hukum Jenewa
Hukum ini mengatur perlindungan
terhadap korban yang ditimbulkan
karena adanya perang dan juga terhadap
para tawanan perang ( kombatan ).
Perlindungan terhadap korban perang
dipelopori oleh Henry Dunant dengan
terbentuknya Palang Merah Sedunia.
b. Di masa damai
1. The Universal Declaration of Human Rights
yang terdiri dari 5 prinsip :
i. Prinsip tidak dapat diganggu gugat,
bahwa setiap individu mempunyai hak
untuk dihormati kehidupannya,
integritasnya baik fisik maupun moral,
dan atribut-atribut yang tidak dapat
dipisahkan dari personalitasnya.
ii. Prinsip Non Diskriminasi, bahwa setiap
indvidu harus diperlukan sama tanpa
membedakan ras, jenis kelamin,
kedudukan sosial, kekayaan, politik,
agama atau yang lainnya.
iii. Prinsip keamanan, bahwa setiap orang
berhak terjamin keamanan pribadinya.
iv. Prinsip kemerdekaan, bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk dinikmati
kebebasan individuaismenya.
v. Prinsip kesejahteraan sosial, bahwa
setiap orang mempunyai hak untuk
menikmati kondisi kehidupan yang
menyenangkan

9
2. Tiga Instrumen Perjanjian
- The International Covenant on Civil and
Political Right
- The International Covenant on Economic,
Social and Cultural Right
- The Optional Protocol The International
Covenant on Civil and Political Right.

4. Contoh – contoh Pelanggaran Berat HAM

1. Menurut Richard Falk


a. Pembunuhan besar-besaran
b. Rasialisme resmi
c. Terorisme resmi berskala besar
d. Pemerintahan Totaliter
e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar manusia
f. Perusakan kualitas lingkungan
g. Kejahatan-kejahatan perang.

2. UUD 1945 Nomor 39 Tahun 1999


a. Pembunuhan Massal
b. Pembunuhan sewenang-wenang diluar putusan
pengadilan
c. Penyiksaan
d. Penghilangan orang secara paksa
e. Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan
secara sistematis.

Berikut ini contoh-contoh kasus pelanggaran


berat HAM yang pernah terjadi di Indonesia :
a. Kasus Marsinah
b. Kasus Tragedi Semanggi
c. Kasus Bom Bali
d. Kasus Tanjung Priok
e. Kasus Pembunuhan Munir

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

HAM adalah masalah yang universal. Masalah ini selalu ada


selama manusia ada. Perjuangan HAM di tanah air muncul
ketika adanya penindasan pada masa kolonial pada dasarnya
pelecehan terhadap HAM. Munculnya perjuangan
mendapatkan pemerintahan pada dasarnya juga untuk
mendapatkan HAM.

HAM mendapatkan kekuatan hukum dalam pelaksanaannya,


baik dalam kerangka hukum internasional maupun nasional.
Bangsa Indonesia mengalami gangguan tentang HAM ini
setelah masa reformasi, dengan adanya Ketetapan MPR RI no
XVII/MPR/1998 tentang HAM dan Undang-undang Nomor 39
Tahun 2000 tentang HAM serta perangkat-perangkat hukum
lain sebagai aturan oprasional.

B. Saran

Makalah ini dibuat untuk menyajikan kepada pembaca, jika ada


kesalahan penulis maupun kritikan akan kami jadikan acuan
untuk kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal HAM Dwi.pdf


Jurnal_volume_3_n0_2_tahun_2012.pdf
5951-12786-1-SM.pdf
Buku Pendidikan Kewarganegaraan penulis Budi
Juliardi, S.H.M.Pd

12

Anda mungkin juga menyukai