Anda di halaman 1dari 98

HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN HARGA

DIRI PASIEN STROKE DI POLIKLINIK SARAF


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh:
RAHMAWATI SUPU
1710201238

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN HARGA
DIRI PASIEN STROKE DI POLIKLINIK SARAF
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
RAHMAWATI SUPU
1710201238

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

ii
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi penelitian
yang berjudul “Hubungan Status Fungsional dengan Harga Diri Pasien Stroke di
Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta”disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan pendidikan Sarjana
Keperawatan di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini peneliti menghaturkan ucapan terimakasih dan
penghormatan serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Warsiti,S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku Rektor Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
yang telah mendidik peneliti selama peneliti mengikuti pendidikan.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan arahan, nasehat kepada
peneliti selama peneliti mengikuti pendidikan.
3. Ns. Suratini, M.Kep., Sp.Kep., Kom. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu pada
peneliti selama peneliti mengikuti pendidikan.
4. Lutfi Nurdian Asnindari, S.Kep., Ns., MSc. Selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan dan
masukan kepada peneliti selama penulisan sampai selesainya skripsi ini.
5. Diyah Candra A.K., S.Kep., Ns., MSc. Selaku penguji yang telah memberikan
masukan, arahan dan saran yang membangun kepada peneliti.
6. Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta beserta staf, yang telah
memberikan ijin tempat dan data kepada peneliti.
7. Sri Hartatik, S.Kep., Ns. selaku Pembimbing dari RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan
penelitian di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah.
8. Responden yang telah bersedia dan meluangkan waktu untuk memberikan data
kepada peneliti.
10 Seluruh staf dosen Universitas „Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan
bekal ilmu kepada peneliti selama mengikuti pendidikan.
11 Teristimewa kepada Papa (Amin Supu), Mama (Wirna Abas) serta adik tercinta
(Fuji Astuti Supu) yang dengan sabar membimbing dan selalu mendoakan serta
memberikan dukungan moril maupun material sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12 Rekan-rekan seperjuangan anvullen keperawatan yang begitu kompak selama
mengikuti pendidikan di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
Akhirnya, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 30 Januari 2019

Peneliti

v
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN DEPAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Ruang Lingkup Penelitian 6
F. Keaslian Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 10
B. Kerangka Konsep 27
C. Hipotesis 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 29
B. Variabel Penelitian 29
C. Hubungan Antar Variabel 32
D. Definisi Operasional Penelitian 33
E. Populasi dan Sampel 34
F. Etika Penelitian 35
G. Alat dan Metode Pengumpulan Data 36
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 40
I. Jalannya Penelitian 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 46
B. Pembahasan 53
C. Keterbatasan Penelitian 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 60
B. Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN

vi
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indeks barthel (Saryono, 2011) .............................................. 13


Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Status Fungsional .................... 37
Table 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Harga Diri ............................... 37
Table 3.3 Tabel Skor untuk indeks Barthel ............................................ 41
Table 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ....................... 47
Table 4.2 Distribusi Status Fungsional Pasien Stroke ............................ 48
Table 4.3 Distribusi Jawaban Kuesioner Status Fungsional
pada Pasien Stroke .................................................................. 50
Table 4.4 Harga Diri Pasien Stroke ........................................................ 51
Table 4.5 Status Fungsional dengan Harga Diri Pasien Stroke .............. 52

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ................................................................ 27


Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel ................................................... 32

viii
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule Penelitian


Lampiran 2 Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Ethical Clearance
Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Balasan Penelitian
Lampiran 7 Lembar Informed Consent
Lampiran 8 Kuesioner Data Demografi
Lampiran 9 Lembar Kuesioner (Indeks Barthel Saryono, 2011)
Lampiran 10 Lembar Kuesioner Rosenberg Self Esteem
Lampiran 11 Hasil Penelitian
Lampiran 12 Lembar Konsultasi

ix
x

HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL DENGAN HARGA


DIRI PASIEN STROKE DI POLIKLINIK SARAF
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA1

Rahmawati Supu2, Lutfi Nurdian Asnindari3

ABSTRAK

Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab tertinggi kematian di dunia dengan


jumlah persentase 51% angka kematian.Stroke adalah penyakit kardiovaskuler yang
menyebabkan penderita stroke mengalami gangguan fisik, sehingga pasien stroke
secara psikologis juga mengalami “kehilangan”, kehilangan kebebasan dalam
beraktivitas. Dengan adanya kehilangan tersebut menyebabkan pasien mengalami
penurunan harga diri.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan dukungan status fungsional dengan harga
diri pasien stroke di Poliklinik Saraf PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode
desksriptif korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 32
responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Rosenberg self esteem yang
diterjemahkan oleh Azwar (2018) dan kuesioner Indeks barthel diadaptasi dari
Saryono (2011) dan analisis data menggunakan spearman rank. Pengambilan data
penelitian dilakukan pada10 Desember 2018-16 Januari 2019.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara status
fungsional dengan harga diri pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan nilai spearman correlation sebesar -0,054<0,05
dan memiliki nilai correlation coefisien 0,769 dalam kategori kuat.
Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan yang bermakna antara status fungsional
dengan harga diri pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti faktor lainnya (faktor
lingkungan dan kehilangan pekerjaan) yang mempengaruhi status harga diri pasien
stroke.

Kata Kunci : Status fungsional, Harga diri, Stroke


Daftar Pustaka : 38 Buku (2008-2018); 16 Jurnal; 5 Skripsi; 1 Internet.
Jumlah halaman : x; Halaman; 9 Tabel; 2 Gambar;11 Lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

x
xi

CORRELATION BETWEEN FUNCTIONAL STATUS


AND STROKE PATIENT SELF ESTEEM AT
NEUROLOGY POLYCLINIC OF PKU
MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF
YOGYAKARTA1

Rahmawati Supu2, Lutfi Nurdian Asnindari3

ABSTRACT

Background: Stroke is the highest cause of death in the world with a percentage of
51% of deaths. Stroke is a cardiovascular disease that causes physical problem.
Stroke patient also has “a loss”. They lose their freedom of activity. With this loss,
the patient loses self-esteem.
Objective: This study aims to find out the relationship between functional support
status and self-esteem of stroke patients at Neurology Polyclinic of PKU
Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta.
Method: This research is a quantitative research with descriptive research method
with cross sectional time. The samples were taken through accidental sampling
technique. The number of samples was 32 respondents. The research instrument used
the Rosenberg self-esteem questionnaire translated by Azwar (2018) and the barthel
index questionnaire adapted from Saryono (2011). The data were analyzed using
spearman rank. The research data collection was carried out on December 10, 2018 -
January 16, 2019.
Finding: The results of the study shows that there is a relationship between
functional status and self-esteem of stroke patients at Neurology Polyclinic of PKU
Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta with a spearman correlation value of -0.054
<0.05 and a correlation coefficient value of 0.769 in the strong category.
Conclusion and Suggestion: There is a relationship between Functional status and
self-esteem of stroke patients at the Neurology Polyclinic of PKU Muhammadiyah
Hospital of Yogyakarta. For further research, the researcher is expected to discuss
other factors (Environmental factors and job losses) that affect the status of self-
esteem of stroke patients.

Keywords : Functional Status, Self Esteem, Stroke


References : 38 Books (2010-2018); 16 Journals; 5 Theses, 1 Website.
Number of Pages : x; pages; 9 Tables; 2 Figures;11 appendices

1
Thesis Title
2
Student of Nursing Science Department of Faculty of Health Sciences Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta.
3
Lecture of Nursing Science Department of Faculty of Health Sciences Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) karena

kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan oleh berkurangnya

aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan

atau pecahnya pembuluh darah (Pudiastuti,2011). Menurut Pusat Data dan

Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014) 51% kematian di

dunia diakibatkan oleh penyakit stroke. Basjirudin (2008) dalam Dinata (2013)

menyebutkan bahwa dari data South East Asian Medical Information Centre

(SEAMIC) angka kematian stroketerbesar terjadi di Indonesia yang kemudian

diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand.

Stroke termasuk di dalam 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia, yaitu

sebesar 46,1 %. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi

Utara (10,8%), diikuti oleh D.I Yogyakarta (DIY) dengan presentase sebesar

10,3% berdasarkan diagnosis Dokter dan 16,9% berdasarkan gejala yang

didiagnosis Dokter. Kota Yogyakarta adalah wilayah yang menempati urutan

pertama dengan penyandang stroke terbanyak di DIY, yaitu sebesar 19,9%

(Riskesdas, 2013).

Stroke dapat menyebabkan 80-90% bermasalah dalam berpikir dan

mengingat, 80% penurunan parsial/total gerakan lengan dan tungkai, 70%

menderita depresi, 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan

kanan dan kiri Pudiastuti (2011). Selain mengalami gangguan fisik pasien stroke

juga secara psikologis mengalami suatu “kehilangan” yang sangat besar dan

berharga dalam hidupnya, yakni “kehilangan” kebebasan untuk bergerak,

1
2

bekerja, kehilangan kegagahan, kekuatan anggota tubuh, dan kehilangan

kemandirian, hal ini berdampak pada konsep diri pasien stroke (Wicaksana, 2008

dalam Dewi, 2015).

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain. Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu

gambaran diri (body image), ideal diri, peran, identitas, dan harga diri (Stuart dan

Sundeen, 1991 dalam Ariani, 2012).

Harga diri merupakan komponen penting dari konsep diri. Makin kronis suatu

penyakit yang mengganggu kemampuan untuk beraktivitas yang menunjang

perasaan berharga, makin besar pengarunya pada harga diri (Perry & Potter,

2005). Harga diri (self esteem) adalah evaluasi diri seseorang secara

komprehensif (Myers, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Fadlulloh (2014) mendapatkan hasil pasien

stroke memiliki harga diri rendah sebesar 3,2%, harga diri sedang sebesar45,2%,

danharga diri tinggisebesar 51,6%. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian

yang dilakukan oleh Utiya (2017) mendapatkan hasil mayoritas pasien stroke

memiliki harga diri rendah yaitu sebesar 54,9%.

Seseorang dengan harga diri yang tinggi lebih menunjukan keberhasilan yang

didapatnya sebagai kualitas dan usaha pribadi, sebaliknya dengan harga diri yang

rendah sering menganggap tidak dicintai dan sering menderita depresi dan

ansietas (Mars, 1990 dalam Potter, 2005). Hal ini sejalan dengan penelitian Utiya

(2017) bahwa harga diri rendah pada pasien stroke dapat berdampak buruk yaitu

dapat menyebabkan depresi. Didukung oleh penelitian Chung et.al., (2017)

bahwa pasien stroke yang memiliki harga diri rendah, memiliki tingkat depresi
3

yang tinggi. Demikian halnya Keliat (2016), menyatakan bahwa harga diri

rendah juga memainkan peran besar terjadinya depresi.

Harga diri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya; kehilangan

pekerjaan, perceraian, kelalaian, perkosaan, serangan, konflik dengan orang lain,

perhatian seksual, ketidakberhasilan berulang, sikap sosial, dan kemandirian

(Potter, 2005). Suatu bentuk kemandirian dalam menjalankan fungsi individu

dalam melaksanakan aktivitas, perawatan diri dan pemeliharaan diri disebut

dengan status fungsional (Ropyanto, 2013).

Status fungsional dapat dipengaruhi oleh kehilangan fungsi tubuh yang

diakibatkan oleh penyakit stroke, sehingga dapat menyebabkan terhalangnya

produktifitas pasien stroke (Junaidi, 2011). Hasil penelitian Adawiyah (2014)

pasien stroke memiliki status fungsional dengan kategori gangguan sedang

sebanyak 85,7%. Pada penelitian lain juga diperoleh hasil yang sama, bahwa

sebagian besar status fungsional pasien stroke saat keluar RS adalah

ketidakmampuan menengah yaitu sebesar 36,7% (Hasanah, 2012).

Terganggunya status fungsional pada pasien stroke dapat berdampak pada

kemandirian pasien dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti makan,

minum, mandi dan aktifitas lainnya (Fadlulloh, 2014). Kemandirian dalam

menjalankan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) menurun disebabkan oleh

karena penurunan status fungsional, dan akan lebih parah lagi jika rehabilitasi

diabaikan. Oleh karena itu, rehabilitasi sangat penting untuk mempertahankah

status fungsional pasien stroke. Perawat juga memegang peran penting dalam

koordinasi kegiatan dengan fisioterapis dan occupational therapist untuk

mencegah penurunan fungsional (Shida et.al., 2014).


4

Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Khusus, pada Bab

II tentang Pelayanan Klinis Keperawatan Stroke, diatur bahwa; 1) adanya

perawat yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pasien, berkolaborasi

dengan dokter dan tenaga kesehatan lain (fisioterapis, terapis wicara, terapis

okupasi, ahli gizi) untuk menganalisis dan mengintegrasikan data dan informasi

hasil pengkajian. 2) Adanya perawat yang bertanggung jawab secara langsung

terhadap pasien memprioritaskan kebutuhan pasien berdasarkan hasil pengkajian.

3) Adanya perawat yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pasien,

memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang hasil pengkajian,

rencana keperawatan dan pengobatan, serta memberi kesempatan kepada pasien

dan keluarga untuk berpartisipasi dalam memprioritaskan kebutuhan pasien

berdasarkan pengkajian, untuk selanjutnya memutuskan bersama.

Berdasarkan data Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Tahun

2017-2018 terdapat pasien stroke sebanyak 140 orang. Berdasarkan hasil

wawacara saat melakukan studi pendahuluan, tiga penderita stroke mengatakan

bahwa memiliki keterbatasan dalam beraktivitas secara mandiri karena stroke

yang mereka derita. Satu diantaranya mengaku merasakan stress bahkan depresi,

dan pernah mencoba melakukan tindakan bunuh diri karena merasa tidak

berharga lagi. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

mengambil judul tentang hubungan status fungsional dengan harga diripasien

stroke.
5

B. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan status fungsional dengan harga diri pasien stroke di

Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan status fungsional dengan harga diri pasien stroke di

Poliklinik Saraf Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya status fungsional pada pasien stroke di Poliklinik Saraf

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

b. Diketahuinya harga diri pasien stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

c. Diketahuinya keeratan hubungan status fungsional dengan harga diri

pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan baik bagi mahasiswa

maupun kalangan umum mengenai status fungsional dan harga diri pada

pasien stroke di Poliklinik Saraf Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi responden

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat

menambah wawasan serta sumber informasi bagi responden sehingga


6

para responden dapat mengerti tentang hubungan status fungsional dan

harga diri pasien stroke.

b. Manfaat bagi keluarga

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat

menambah wawasan keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga

terhadap pasien stroke, sehingga pasien dapat termotivasi untuk menjalani

terapi agar dapat membantu dalam proses pemulihan, diharapkan hal

tersebut dapat meningkatkan harga diri pasien stroke.

c. Manfaat institusi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan

menambah referensi bagi rumah sakit tentang hubungan status fungsional

dan harga diri pasien stroke.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi adalah keperawatan medikal bedah, keperawatan

gerontik dan keperawtan jiwa, khususnya tentang status fungsional, harga

diri, dan stroke.

2. Ruang Lingkup Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tamara et.al., (2014) pasien

stroke terbanyak (80,5%) adalah yang berusia >46 tahun. Maka responden

yang menjadi sasaran peneliti adalah pasien stroke yang berusia >46 tahun,

yang sedang melakukan check up di Poliklinik Saraf Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Yogyakarta.
7

3. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan sejak Februari hingga Januari 2019, mulai dari

pengajuan judul, studi pendahuluan, ujian proposal, ujian hasil sampai

menyusun hasil laporan penelitian.

4. Ruang Lingkup Tempat.

Tempat penelitian di Poliklinik Saraf Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Peneliti memilih tempat tersebut karena di tempat ini terdapat

banyak pasien stroke yakni 140 pasien stroke selama 2017 hingga Mei 2018.

F. Keaslian Penelitian

1. Fadlulloh (2014) dengan judul Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam

Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (AKS) Dengan Harga Diri

Penderita Stroke Di Poliklinik Syaraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode analitik korelasi dengan

pendekatan cross sectional dilakukan di Poliklinik Syaraf RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto. Sampel penelitian sebanyak 31 responden

yang diambil dengan teknik accidentaly sampling pada Desember 2013-

Januari 2014. Instrumen penelitian menggunakan modifikasi indeks barthel

dan kuesioner harga diri. Data dianalisis menggunakan uji Rank Spearman.

Hasil analisis diperoleh p-value= 0,003 dan tingkat korelasi (r) = 0,521. Ada

hubungan yang bermakna antara tingkat ketergantungan dalam pemenuhan

aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu jumlah sampel, dan tempat penelitian,

alat ukur harga diri yang digunakan.

Sedangkan persamaannya yaitu memiliki variabel terikat dan variabel bebas

yang sama, alat ukur status fungsional, menggunakan desain penelitian


8

deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional, dan pengolahan data

yang digunakan.

2. Octavia (2014) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga

TerhadapTingkat Self Esteem Pada Penderita Pasca Stroke. Penelitian

inidilakukan pada 30 subjek yang tengah mengalami stroke. Teknik

Sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive random sampling.

Alat pengumpul data menggunakan kuesioner dukungan sosial keluarga

berupa skala yang diadapatasi dari Nina (2009), sedangkan alat ukur self

esteem menggunakan kuesioner berupa skala yang diadapatasi dari Idham

(2011). Reliabilitas untuk skala Dukungan Sosial Keluarga adalah sebesar

0.766, Sedangkan reliabilitas skala Self Esteem adalah 0.742. Analisis data

pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Spearman’s Rank dengan

menggunakan bantuan program SPSS 21 for windows. Berdasarkan analisis

data yang dilakukan, penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan self esteem pada

penderita pasca stroke dengan nilai sig. (p) sebesar 0,002.

Perbedaan dengan penelitian ini yaitu teknik sampling, variabel bebas, jumlah

sampel, dan tempat penelitian.

Persamaan dengan penelitian Octaviani adalah variabel terikat, menggunakan

desain penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional, dan

pengolahan data.

3. Vonala dan Ernawati (2016) dengan judul Hubungan Konsep Diri (Citra Diri

Dan Harga Diri) Dengan Strategi Koping Pada Penderita Pasca Stroke di

Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Desain

penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional. Teknik


9

pengambilan sampel menggunakan total samplingdengan jumlah 43

responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan Uji Chi

Square. Hasil uji statistik untuk variabel citra diri dengan mekanisme

kopingdidapatkan nilai value sebesar 0,001(0,05), hasil penelitian ini

menunjukkan ada hubungan antara citra diri dengan mekanisme koping,

sedangkan untuk variabel hargadiri dengan mekanisme koping didapatkan

nilai value sebesar 0,001 (0,05), hasil penelitian inimenunjukkan ada

hubungan antara harga diri dengan mekanisme koping.

Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu variabel terikat, pengolahan data

yang digunakan, dan teknik sampling.

Persamaannya yaitu sama menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif

melalui pendekatan cross sectional.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Status Fungsional

a. Definisi Status Fungsional

Status fungsional merupakan suatu kemampuan individu untuk

menggunakan kapasitas fisik yang dimilikinya untuk memenuhi

kewajiban hidup meliputi kewajiban melaksanakan aktivitas fisik,

perawatan diri, pemeliharaan dan kewajiban untuk dapat berinteraksi

dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan kesehatan individu

(Fadlulloh, 2014). Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas

yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal; aktivitas tersebut

mencangkup ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi, dan

berhias (Perry & Potter, 2005).

Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan dalam AKS

dapat bersifat akut, kronis dan temporer, permanen, atau rehabilitatif.

Suatu penyakit akut ditandai oleh gejala-gejala yang biasanya parah dan

timbul untuk waktu yang secara ralatif singkat, biasanya kurang dari

enam bulan. Suatu episode penyakit akut mengakibatkan pemulihan pada

keadaan sehat dan aktivitas yang dapat dibandingkan dengan keadaan

sebelum terjadinya penyakit, berlanjut ke dalam fase kronik penyakit,

atau kematian (Perry & Potter, 2005).

10
11

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Fungsional

Kemampuan fungsional dapat terganggu akibat dari kesehatan yang

buruk, penyakit, kelemahan, dan penyakit yang mengganggu kemampuan

seseorang dalam beraktivitas sehari-hari untuk melakukan peran sosial

yang diharapkan (Donna, 2012 dalam Elfira, 2017). Faktor-faktor yang

mempengaruhi status fungsional yaitu meliputi usia, lama menjalani

perawatan, nyeri, kelelahan, motivasi, fall-efficacy, serta dukungan

keluarga (Ropyanto, 2013).

1) Usia

Usia mempengaruhi status fungsional pasien stroke. Hal ini terjadi

karena penurunan fungsi tubuh yang terjadi pada pasien karena

umurnya sudah lansia dan mereka lebih cenderung pasrah dengan

keadaannya karena mereka merasa sudah tua, sehingga dalam

melakukan pengobatan mereka cenderung tidak begitu aktif sehingga

penyembuhan pun semakin lama dan tidak optimal (Huda dan

Yatinde, 2013 dalam Fandri, 2014).

Dourman (2011) menyatakan semakin lanjut usia seseorang

semakin tinggi kemungkinan terserang stroke. Setelah mencapai 55

tahun. Karunia (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

kemandirian pasien stroke dipengaruhi oleh usia.

2) Lama Menjalani Perawatan

Menurut Tong et.al., (2007) dalam Yueniwati (2015), pasien

mengalami perbaikan fungsional sebesar 50% paling cepat dua

minggu pertama. Berbeda dengan penelitian Danes et.al., (2002)

dalam Yueniwati (2015) bahwa perbaikan fungsi motorik dan defisit


12

neurologis terjadi paling cepat dalam 30 hari pertama setelah stroke

iskemia dan menetap setelah 3-6 bulan, walaupun selanjutnya masih

mungkin terjadi perbaikan.

3) Motivasi

Pasien stroke harus direhabilitasi dengan baik. Di sini diperlukan

motivasi yang besar dari penderita dan pendampingnya (Pandji,

2011).

c. Alat Ukur Status Fungsional

Menurut Dewi (2014) alat ukur status status fungsional terdiri dari

indeks katz, indeks barthel, instrumental activity of daily living (IADL),

advanced activity of daily living (AADL).

1) Indeks Katz

Indeks katz mengkaji kemampuan dalam melakukan ADL seperti

mandi, berpakaian, BAB/BAK, berpindah dan kemampuan untuk

makan. Instrumen ini memberikan kerangka kerja untuk mengkaji

kemampuan untuk hidup mandiri, atau dengan bantuan.

2) Indeks barthel

Indeks barthel (IB) juga digunakan untuk mengkaji kemampuan

merawat diri. Namun item pertanyaannya menitikberatkan pada

sejauh mana bantuan akan diberikan jika lansia mengalami kesulitan

dalam memenuhi status fungsionalnya. Untuk klien dengan gangguan

neuromuskuler, indeks barthel dapat digunakan untuk mengukur

kemajuan klien. Klien yang tidak menunjukan perbaikan selama

rehabilitasi menunjukan prognosis penyembuhan yang buruk.


13

Tabel 2.1
Tabel indeks barthel
No. Item Skor Tingkat ketergantungan
1 Status buang air besar 0 Inkontinensia (perlu enema)
1 Kadang-kadang (sekali seminggu)
2 Terkontrol penuh
2 Status buang air kecil 0 Tidak bisa mengontrol (perlu dikateter
dan tidak dapat mengatur BAK)
Kadang-kadang (sekali/24 jam)
1 Terkontrol penuh (lebih dari 7 hari)
2
3 Merawat diri (mencuci 0 Perlu bantuan
muka, menyisir, gosok 1 Mandiri
gigi)
4 Penggunaan toilet 0 Tergantung orang lain
(ke/dari WC, menyiram, 1 Perlu bantuan tetapi dapat melakukan
menyeka, melepas/pakai sesuatu sendiri
celana) 2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak dapat
1 Perlu bantuan untuk memotong dll
2 Mandiri
6 Berpindah (tidur-duduk) 0 Tidak dapat
1 Banyak dibantu/dibantu dua orang
2 Dapat duduk dengan sedikit bantuan
3 Mandiri
7 Mobilisasi 0 Tidak bergerak/tidak mampu
1 Mandiri dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan
3 Mandiri
8 Berpakaian 0 Tergantung
1 Sebagian dibantu/perlu bantuan
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Perlu bantuan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang
1 Mandiri/mandi dengan shower
Barthel Score (max 20):
Sumber: Saryono (2011).

Setelah semua poin dinilai, keseluruhan skor dijumlahkan dan

kemudian diinterprestasikan sebagai berikut:

a) Skor 0-4: ketergantungan penuh atau lokal.

b) Skor 5-8: ketergantungan berat.

c) Skor 9-11: ketergantungan moderat.

d) Skor 12-19: ketergantungan ringan.

e) Skor 20: mandiri.


14

3) Instrumental Activity of Daily Living (IADL)

IADL adalah sekumpulan aktivitas sehari-hari yang lebih komplek

dibandingkan dengan ADL dan mengarah pada kemampuan lansia

dalam berinteraksi dengan lingkungan dan komunitasnya (Mruk, 2006

dalam Dewi, 2014).

4) Advanced Activity of Daily Living (AADL)

Advanced activity of daily living terdiri dari aktivitas yang

menggambarkan peran seseorang dalam kehidupan sosial, keluarga

dan masyarakat termasuk kegiatan okupasional dan rekreasional.

Instrumen pengukuran AADL jarang digunakan oleh perawat namun

sering digunakan oleh terapis aktivitas okupasional untuk mengkaji

tugas sosial (Dewi, 2014).

d. Dampak Status Fungsional Pada Pasien Stroke

Pasien stroke yang mengalami kelumpuhan di salah satu atau kedua

anggota ekstremitas atas (tangan) pasti mengalami kesulitan dalam hal

kebutuhan fisiologis, makan. Gangguan makan yang dialami pasien

stroke tidak hanya dapat berdampak buruk pada sistem pencernaan dan

energinya tetapi dapat berakibat juga dengan penurunan konsentrasi atau

penurunan kognitif pasien (Sutrisno, 2007 dalam Fadlulloh, 2014). Hal

ini selaras dengan Fandri (2014) bahwa status fungsional pasien stroke

dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan pasien, semakin rendah

status fungsional mereka semakin tinggi tingkat ketergantungannya.


15

2. Harga Diri Pasien Stroke

a. Definisi Harga Diri

Harga diri adalah penilaian harga diri pribadi seseorang,

berdasarkan seberapa baik perilakunya cocok dengan ideal diri

(Keliat, 2016). Harga diri (self esteem) adalah evaluasi diri seseorang

secara keseluruhan (Myers, 2014).

Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang

rendah atau harga diri yang tinggi. Harga diri diperoleh dari diri

sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima

penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung bersikap negatif,

walaupun ia cinta dan mengakui kemampuan orang lain namun jarang

mengekspresikannya. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang

dan penghargaan dari orang lain (Ariani, 2012). Myers (2014)

berpendapat bahwa harga diri rendah lebih rentan terhadap berbagai

macam masalah klinis termasuk kesepian, kecemasan dan gangguan

makan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Masalah harga diri muncul karena tantangan yang ditimbulkan

oleh pensiun, kehilangan orang dicintai, dan gangguan fisik (Keliat,

2016). Harga diri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain;

kehilangan pekerjaan, perceraian, kelalaian, perkosaan, serangan,

ketergantungan pada orang lain, perhatian seksual, ketidakberhasilan

berulang, sikap sosial (Potter & Perry, 2005). Menurut Fadlulloh

(2014) harga diri dipengaruhi oleh status fungsional pasien stroke.

Menurut Shida et.al., (2014) status fungsional pasien stroke


16

dipengaruhi oleh lingkungan, dan status fungsional. Berbeda dengan

Sande (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan

antara jenis kelamin, dan status pekerjaan dengan harga diri pasien

stroke.

1) Kehilangan pekerjaan

Kehilangan pekerjaan dapat membuat orang cemas, hal ini

diakibatkan karena mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan

yang biasanya diterima setiap bulan. Mereka juga cemas akan

kehilangan harga diri, karena tidak dihargai lagi oleh banyak

orang seperti saat masih aktif bekerja (Mintarja, 2017).

2) Perceraian

Jika individu tidak mampu untuk menerima keadaan dirinya

maka individu akan merasakan harga diri yang rendah ketika

menghadapi persoalan perceraian orangtua (Wangge & Hartini,

2013).

3) Perkosaan

Korban pemerkosaan biasanya merasa diri mereka tidak

berharga, tidak bermakna, kotor, memalukan, menjijikan, dan hal-

hal negatif lainnya. Akibatnya, mereka mengalami depresi berat

sehingga jika tidak segera ditanggulangi dengan terapi yang tepat,

tidak tertutup kemungkinan korban akan menempuh jalan pintas

bunuh diri (Surbakti, 2011).


17

4) Ketergantungan pada orang lain

Ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-

hari (AKS) dapat mempengaruhi harga diri penderita stroke

(Fadlulloh, 2014).

5) Status fungsional

Penurunan kemampuan motorik yang mengakibatkan

penurunan kemampuan aktivitas mempengaruhi harga diri

penderita stroke (Fadlulloh, 2014).

6) Lingkungan

Lingkungan juga merupakan variabel yang tidak dikendalikan.

Lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh

yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal

yang hidup termasuk kehidupan manusia (Salim, 1976 dalam

Sarinah, 2016).

7) Jenis Kelamin

Stroke menyerang laki-laki 19% lebih banyak dibanding

perempuan (Indrawati, 2016). Menurut Behrman (2000) pria

dewasa-awal memiliki harga diri yang tinggi daripada

dibandingkan dengan wanita dewasa-awal.

c. Alat Ukur Harga Diri

1) Global Self-Esteem Scale

Global self-esteem scale adalah alat ukur yang menilai berbagai

dimensi harga diri, yang jauh lebih spesifik. Biasanya, domain-

domain ini termasuk faktor-faktor seperti penampilan fisik,

persetujuan diri, kompetensi, dan sebagainya (Mruk, 2006).


18

2) Self Esteem Scale (SES; Rosenberg, 1965 dalam Guindon, 2010)

Alat ukur ini mengukur keberhargaan diri dan penerimaan diri

individu secara global. Alat ukur ini terdiri dari 10 item dengan

menggunakan skala likert. Instrumen ini biasa digunakan untuk anak

yang duduk di bangku SMA hingga dewasa.

3) Self Esteem Inventory (Coopersmith, 1967 dalam Guindon, 2010)

Alat ukur ini mengukur harga diri secara global dari empat

domain yang ada, yaitu: domain harga diri akademis, domain harga

diri keluarga, domain harga diri sosial, domain general self. Rentan

usia untuk target penggunaan kuisioner ini yaitu anak yang berusia 8

hingga 15 tahun.

4) Tennesse self-concept (Roid dan Fitts, 1988 dalam Guindon, 2010)

Alat ukur ini adalah sebuah alat ukur harga diri personal yang

digunakan untuk menilai konsep diri.

5) Piers-Harris Children’s self concept scale (Piers, 1984 dalam

Guindon, 2010)

Alat ukur ini difokuskan kepada kerentanan terhadap respon sosial

yang disenangi. Instrumen ini banyak diperuntukkan bagi anak muda

yang berusia 8 hingga 18 tahun.

6) The body esteem scale (Fanzoi dan Shield, 1984 dalam Guindon,

2010)

Kuisioner ini mengukur tingkat perasaan dengan berbagai bagian

tubuh dan fungsinya termasuk subskala untuk gender.


19

7) Culture-Free self-esteem inventories second edition (Batle,1992

dalam Guindon, 2010)

Kuisioner ini mengukur harga diri independen dari konteks

budaya. Berfokus pada status kebebasan budaya yang sebenarnya

dipertanyakan, yang cenderung ke hal yang negatif.

d. Dampak Harga Diri Rendah pada Pasien Stroke

Individu yang memiliki harga diri yang rendah memiliki tingkat

gejala depresi yang tinggi (Chung et.al., 2017). Sebaliknya seseorang

dengan harga diri yang tinggi lebih menunjukan keberhasilan yang

didapatnya sebagai kualitas dan usaha pribadi (Mars, 1990 dalam Potter,

2005).

Mereka yang mempunyai keyakinan akan kemampuan-kemampuan

yang dimiliki dan merasa dirinya bernilai adalah orang yang harga dirinya

positif. Harga diri positif cenderung membuat individu menjadi

bersemangat menetapkan tujuan-tujuan atau tantangan yang lebih sulit

untuk diri sendiri dan melakukan sesuatu asosiasi yang belum pernah

dilakukan orang lain. Sebaliknya orang dengan harga diri negatif akan

merasa lemah, tidak berdaya (Widyarini, 2009).

Harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan dapat

dinyatakan dalam tingkat ansietas sedang dan berat. Harga diri

melibatkan evaluasi diri yang negatif dan berhubungan dengan perasaan

yang lemah, tak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak

lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai. Berikut ini merupakan

dampak harga diri rendah menurut Keliat (2016):


20

1) Perilaku langsung

Ekspresi langsung dari harga diri rendah mungkin termasuk dari salah

satu area berikut:

a) Mengkritik diri

Klien memiliki pikiran negatif dan percaya bahwa mereka

ditakdirkan untuk gagal. Mereka berpendapat bahwa stresor

normal dari kehidupan sebagai hambatan yang mungkin sibuk

untuk mengasihani diri sendiri.

b) Pengecilan diri

Pengecilan diri meliputi meminimalkan kemampuan diri

dengan menjauhi, mengacuhkan, atau menolak untuk mengakui

aset dan kekuatannya yang nyata.

c) Rasa bersalah dan khawatir

Rasa bersalah dan khawatir adalah kegiatan yang merusak

dimana seseorang menghukum dirinya sendiri. Rasa bersalah dan

khawatir mungkin diungkapkan melalui mimpi buruk, fobia,

obsesi atau mengidupkan kembali kenangan menyakitkan dan

kecerobohannya. Seseorang akan menunjukan penolakan diri.

d) Manifestasi fisik

Manifestasi fisik menunjukan dengan hipertensi, penyakit

psikosomatik, dan penyalahgunaan berbagai zat, seperti alkohol,

obat-obatan, tembakau atau makanan.

e) Menunda keputusan

Ambivalensi tingkat tinggi atau penundaan yang menghasilkan

peningkatan rasa tidak aman.


21

f) Menyangkal kesenangan diri

Seseorang yang menolak diri merasa perlu untuk

menghukum diri sendiri dan mengungkapkan hal ini dengan

menolak keinginan dan kesenangan yang mereka temukan dalam

dirinya.

g) Hubungan yang terganggu

Seseorang mungkin akan bertindak kejam, merendahkan, atau

mengeksploitasi orang lain. Keadaan ini merupakan pola terbuka

atau pola tergantung pasif dari berhubungan yang secara tidak

langsung mengeksploitasi orang lain. Perilaku lain adalah isolasi

sosial yang berasal dari perasaan tidak berharga.

h) Menarik diri dari realitas

Saat ansietas dihasilkan oleh penolakan diri dan mencapai

tingkat berat atau panik, seseorang mungkin mengalami

halusinasi, delusi, dan perasaan curiga, cemburu, atau paranoid.

Penarikan diri dari realitas merupakan mekanisme koping

sementara atau pola jangka panjang yang menunjukan masalah

yang mendalam dari kebingungan identitas.

i) Merusak diri

Kebencian pada diri sendiri dapat diungkapkan melalui

kerentanan kecelakaan atau mencoba prestasi yang berbahaya.

Harga diri yang sangat rendah dapat menyebabkan bunuh diri.

j) Merusak lainnya

Seseorang yang memiliki harga diri rendah yang luar biasa

mungkin memilih untuk melawan masyarakat. Aktivitas ini


22

berfungsi melumpuhkan kebencian diri mereka sendiri dan

memproyeksikan perasaannya ke korban.

2) Perilaku tidak langsung

Bentuk perilaku tidak langsung melengkapi kebencian diri dan

melengkapi bentuk langsung. Pola perilaku tidak langsung bersifat

kronis dan sulit untuk berubah.

a) Ilusi dan tujuan tidak realistis

Menipu diri sendiri adalah elemen inti; seseorang menolak

untuk menerima keterbatasan saat ini. Ilusi meningkatkan

kemungkinan kekecewaan dan selanjutnya kebencian diri. Bentuk

tidak langsung dari harga diri rendah dapat membuat orang

sensitif terhadap kritik atau lebih responsif terhadap pujian.

b) Rasa berlebihan diri

Orang mungkin mencoba untuk mengkompensasi dengan

mengekspresi pendapat berlebihan dari kemampuan mereka.

Seseorang terus membanggakan, membual tentang eksploitasi

mereka, atau mengklaim bakat yang luar biasa. Sebuah perilaku

kompensasi ekstrim untuk harga diri rendah adalah pemikiran

rendah dan terkait delusi.

c) Kebosanan

Kebosanan meliputi penolakan terhadap kemungkinan dan

kemampuan seseorang.

d) Pandangan polarisasi dari hidup

Pada kasus ini, seseorang memiliki pandangan sederhana dari

kehidupan dimana semuanya terburuk atau terbaik, salah atau


23

benar. Pada akhirnya pandangan hidup menyebabkan

kebingungan, kekecewaan, dan keterasingan dari orang lain.

Harga diri rendah juga merupakan elemen utama dari gangguan

citra tubuh.

3. Stroke

a. Definisi Stroke

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan

peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian

jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita

kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2011). Stroke adalah sindrom

klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit

neurologis fokal, atau/dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih

atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan

oleh gangguan peredaran darah otak nontraumatic (Rendi &

Margareth, 2012).

b. Klasifikasi Stroke

Menurut Pudiastuti (2011) Stroke terbagi menjadi 2 kategori yaitu

stroke hemoragik dan stroke iskemik.

1) Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah

normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan

merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemoragik diderita oleh

penderita hipertensi.

2) Stroke iskemik: terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti, hal ini disebabkan oleh atherosklerosis yaitu penumpukan


24

kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang

telah menyumbat suatu pembulu darah ke otak.

c. Penyebab

Pudiastuti (2011) Penyebab Stroke ada 3 faktor yaitu:

1) Faktor resiko medis, antara lain: migrain, hipertensi (penyakit

tekanan darah tinggi), diabetes, kolesterol, aterosklerosis

(pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, riwayat stroke

dalam keluarga, penyakit ginjal, penyakit vaskuler perifer, 80%

pemicu stroke disebabkan karena hipertensi dan atherosklerosis.

2) Faktor resiko perilaku, antara lain: kurang olahraga, merokok

(aktif & pasif), makanan tidak sehat (junk food, fast food),

kontrasepsi oral, mendengkur, narkoba, obesitas, stress, cara

hidup.

d. Gejala Klinis Stroke

Menurut Batticaca (2011) gejala klinis tergantung jenis stroke:

1) Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa:

a) Defisit neurologis mendadak, didahului gejala prodromal yang

terjadi pada saat istirahat atau bangun pagi,

b) Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran,

c) Terjadi terutama pada usia >50 tahun,

d) Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya

gangguan pembuluh darah dan lokasinya.

2) Gejala klinis pada stroke akut berupa:

1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)

yang timbul mendadak,


25

2) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan

hemisensorik),

3) Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium,

letargi, stupor, atau koma),

4) Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara),

5) Disartria (bicara pelo atau cadel),

6) Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran),

7) Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).

4. Hubungan Status Fungsional dengan Harga Diri Pasien Stroke

Menurut Fadlulloh (2014) ada hubungan yang bermakna antara

tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS) dengan harga diri penderita stroke. Stroke ialah penyebab utama

gangguan fungsional, dengan presentase 20% penderita yang bertahan

hidup masih memerlukan perawatan di institusi kesehatan setelah 3 bulan

dan 15-30% penderitanya mendapatkan cacat permanen. Penurunan

kemampuan dapat terjadi dikarenakan penurunan kesadaran serta daerah

otak tertentu tidak berfungsi yang disebabkan terganggunya aliran darah

ditempat tersebut atau pecahnya pembuluh darah pada tempat tersebut

(Rachmawati, 2013 dalam Fandri dkk, 2014).

Seringkali stroke diikuti oleh gangguan psikologis termasuk

gangguan konsep diri yang terjadi karena dua faktor. Faktor yang

pertama adalah pada penderita stroke terjadi sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah di otak yang menyebabkan jalur komunikasi ke

daerah otak tersebut menjadi terhambat dan gangguan fungsi perasaan

sehingga gangguan suasana perasaan dan tingkah laku. Selain itu,


26

gangguan psikologis pada pasien stroke juga disebabkan karena

adanya ketidakmampuan pasien dalam melakukan sesuatu yang

biasanya dikerjakan sebelum terkena stroke. Hal ini terkadang

menyebabkan pasien menjadi merasa dirinya tidak berguna lagi

karena banyaknya keterbatasan yang ada dalam diri pasien akibat

penyakitnya itu sehingga terjadi depresi (Keliat, 2008 dalam Kartini dkk,

2013). Kesepian, kecemasan dan gangguan makan adalah masalah klinis

yang rentan dialami oleh pasien dengan harga diri rendah (Myers, 2014) .

5. Tinjauan Islam

Artinya: "Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang


Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari pertolongan
Allah, sesungguhnya tidak akan berputus asa dari pertolongan Allah kecuali
orang-orang kafir” (Q.S Yusuf, ayat 87).

Kisah nabi Yusuf a.s yang digambarkan Allah subhanahu wata‟ala, tidak

dari sisi kenabiannya. Namun, Dia menjadikan kisah perjalanan Yusuf a.s

sebagai perjalanan yang terjadi dalam kehidupan. Selain itu surah ini juga

lebih banyak menggambarkan kehidupan Yusuf a.s dari segi sebagai manusia

daripada kenabiannya. Kisah tersebut mencontohkan bagaimana dapat

berhasil dan menggapai cita-cita yang baik. Ia berhasil melewati ujian ketika

berada di istana dan penjara dan banyak keberhasilan yang Ia dapatkan karena

kesabarannya menghadapi cobaan dari Allah. Ia tidak pernah kecewa dan

putus asa terhadap kejadian buruk yang menimpanya. Semua kejadian itu
27

merupakan karunia Allah subhanahu wata‟ala, karena hanya Dia yang mampu

mengatur dan memberikan kebutuhan manusia yang baik. Juga sebagai

mukjizat untuknya (Khalid, 2016).

B. Kerangka Konsep
Harga
diri
Status fungsional Harga diri normal
pasien stroke

Harga
diri
rendah

- Kehilangan pekerjaan
- Perceraian
- Kelalaian
- Perkosaan
- Serangan
- Konflik dengan orang
lain
- Perhatian seksual,
ketidakberhasilan
berulang
- Sikap sosial

Gambar 2.1
Kerangka konsep
Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Harga diri dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya; kehilangan

pekerjaan, perceraian, kelalaian, perkosaan, serangan, konflik dengan orang lain,

perhatian seksual, ketidakberhasilan berulang, sikap sosial, dan kemandirian

(status fungsional) (Potter, 2005). Status fungsional adalah salah satu faktor yang
28

diteliti dalam penelitian ini. Status fungsional menjadi komponen penting dalam

meningkatkan harga diri pasien stroke.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah ada hubungan antara status fungsional dengan

harga diri pasien stroke.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (Sugiyono, 2018). Desain penelitian ini yaitu deskriptif korelasi

dengan pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Cross

sectional yaitu desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antar variabel dimana variabel independent dan variabel dependent

diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma, 2011). Pada penelitian ini

meneliti hubungan status fungsional dengan harga diri pasien stroke.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012). Variabel independent dalam

penelitian ini adalah status fungsional.

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain

(Nursalam, 2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah harga diri

pasien stroke.

3. Variabel pengganggu (confounding)

Variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel terikat,

tetapi tidak diukur (Sugiyono, 2012). Menurut Dharma (2011) Variabel

29
30

pengganggu merupakan variabel yang berhubungan baik dengan variabel

independent maupun variabel dependent. Keberadaan variabel pengganggu

akan mempengaruhi hubungan antara variabel independent dan variabel

dependent, sehingga harus diidentifikasi secara konseptual, dikendalikan

ketika menentukan kriteria sampel penelitian atau dikendalikan saat

melakukan uji statistik pada data hasil penelitian. Variabel pengganggu dalam

penelitian ini adalah jenis kelamin, lingkungan, dan status pekerjaan.

a. Kehilangan pekerjaan

Kehilangan pekerjaan merupakan variabel pengganggu dalam

penelitian ini, namun hal ini tidak dikendalikan, karena setiap

pengambilan sampel tidak melihat status pekerjaan responden.

b. Perceraian

Perceraian merupakan variabel pengganggu yang tidak dapat

dikendalikan, karena pemilihan sampel dalam penelitian ini tanpa melihat

status pernikahan.

c. Kelalaian

Kelalaian merupakan variabel yang tidak dikendalikan dalam

penelitian ini, karena pengambilan sampel penelitian tanpa mengkaji

kelalaian yang pernah dilakukan responden.

d. Perkosaan

Perkosaan merupakan variabel pengganggu yang tidak dikendalikan

dalam penelitian ini, karena pengambilan sampel tanpa melihat riwayat

seksual yang dialami responden.


31

e. Serangan

Serangan stroke merupakan variabel pengganggu yang tidak

dikendalikan dalam penelitian ini, karena pengambilan sampel tanpa

memilah status serangan stroke yang dialami pasien.

f. Konflik dengan orang lain

Konflik dengan orang lain merupakan variabel pengganggu yang

tidak dikendalikan, karena pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak

memihat riwayat konflik responden dengan orang lain, alasannya karena

hal tersebut merupakan privacy responden.

g. Ketidakberhasilan berulang

Ketidakberhasilan berulang merupakan variabel pengganggu yang

tidak dapat dikendalikan, karena pengambilan sampel tidak berdasarkan

ketidakberhasilan yang dialami responden, alasannya hal tersebut dapat

membuat suasana hati pasien menjadi gelisah jika memang responden

pernah mengalami ketidakberhasilan berulang.

h. Perhatian seksual

Perhatian seksual merupakan variabel pengganggu yang tidak

dikendalikan, karena pengambilan sampel tidak melihat bagaimana

perhatian seksual responden. Alasannya karena hal yang berhubungan

dengan seksual merupakan privacy responden.

i. Sikap sosial

Sikap seksual merupakan variabel pengganggu yang tidak

dikendalikan, karena pengambilan sampel tanpa melihat bagaimana sikap

sosial responden.
32

j. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan

dalam penelitian ini, karena stroke dapat menyerang siapa saja. Serta

untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan sampel, sehingga dalam

penelitian ini tanpa membedakan jenis kelamin responden.

k. Lingkungan

Lingkungan juga merupakan variabel yang tidak dikendalikan.

Lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang

ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup

termasuk kehidupan manusia (Salim, 1976 dalam Sarinah, 2016).

C. Hubungan Antar Variabel

Variabel Bebas Variabel Terikat

Status fungsional Harga diri pasien


stroke

Variabel pengganggu

- Jenis kelamin,
lingkungan,
- status pekerjaan.
- Konflik dengan
orang lain
- Perhatian seksual
- Ketidakberhasilan
berulang
- Sikap sosial
- Jenis kelamin
- Lingkungan

Gambar 3.1
Hubungan antar variabel
33

D. Definisi Operasional

1. Harga Diri

Harga diri yang merujuk pada penilaian responden terhadap dirinya

secara keseluruhan, yaitu evaluasi kepuasan terhadap diri sendiri, kebaikan

diri, kualitas diri, kepercayaan diri, kebanggaan diri, penghargaan terhadap

diri, prasangka negatif, sikap positif. Variabel ini menggunakan Kuesioner

Rosenberg self esteem scale (Rosenberg, 1965) yang telah diterjemahkan oleh

Azwar (2018). Cara ukurnya yaitu Kuesioner harga diri yang berisikan 10

item pernyataan, dan meminta pasien untuk mengisi kuesioner tersebut, yang

kemudian diberi skor 1, 2, 3 dan 4. Hasil ukurnya yaitu dikategorikan

menjadi; harga diri normal 9-24, harga diri rendah 25-40. Skala ukur variabel

ini adalah ordinal.

2. Status Fungsional

Status fungsional berupa penilaian terhadap kemampuan aktivitas sehari-

hari yang dilakukan responden, berupa makan, mandi, BAB, BAK,

kebersihan diri, memakai pakaian, menuju toilet, perpindahan kursi ke tempat

tidur, ambulasi/pergerakan dan naik tangga. Alat ukur yang digunakan yaitu

kuesioner Indeks barthel (Mahoney and Barthel) dalam Saryono (2011).

Kuesioner yang berisikan 10 item. Meminta pasien mengisi jawaban

kuesioner yang diberikan.Nilainya: 0, 1, 2, dan 3. Hasil ukur akan

dikategorikan menjadi; Skor 20: mandiri, Skor 12-19: ketergantungan ringan,

Skor 9-11: ketergantungan sedang, Skor 5-8: Ketergantungan berat, Skor 0-4:

ketergantungan total (Saryono, 2011). Skala ukurnya adalah Ordinal.


34

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Nursalam (2013) adalah subjek (misalnya; klien) yang

memenuhi kriteria yang ditetapkan. Sedangkan menurut Sulistyaningsih

(2012) populasi diartikan seluruh karakteristik yang dimiliki objek atau

subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke

yang melakukan check up di Poliklinik saraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta sebanyak 140 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Teknik sampling pada penelitian ini

menggunakan accidental sampling. Ini adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental

bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang

orang kebetulan ditemui itu cocok dengan sumber data (Sugiyono, 2018).

Menurut Riwidikdo (2013), apabila jumlah populasi atau subjeknya besar,

maka dapat diambil 10-15% atau 20-30% tergantung pada kemampuan

peneliti. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 32 pasien yang

sedang rawat jalan pada Desember 2018-Januari 2019.

a. Kriteria inklusif penelitian

Beberapa kriteria inklusif penelitian sebagai berikut:

1) Pasien bersedia menjadi responden

2) Pasien stroke yang berusia >46 tahun.

3) Pasien yang rawat jalan

4) Pasien yang masih bisa berkomunikasi secara verbal atau non verbal
35

b. Kriteria eksklusi penelitian

1) Pasien dengan gangguan jiwa

2) Pasien yang mengalami penurunan kognitif

3) Pasien yang memiliki gangguan pendengaran

F. Etika Penelitian

1. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara komprehensif tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden (Nursalam, 2014).

2. Anonymity (tanpa nama)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) (Nursalam,

2014).

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin semua informasi yang menjadi kerahasiaan responden

(Nursalam, 2014). Serta identitas responden akan dirahasiakan dengan hanya

memberikan inisial.

4. Respect for justice an inclusiveness (keadilan dan keterbukaan)

Pada penelitian ini peneliti menerapkan prinsip jujur, tepat, cermat,

hati-hati, dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadilan

mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban

secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan objek (Dharma,

2011).
36

5. Balance harm and benefits (memperhitungkan manfaat dan kerugian yang

ditimbulkan)

Penelitian melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek penelitian

dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan (beneficience).

Kemudian meminimalisir risiko/dampak yang merugikan bagi subjek

penelitian (nonmaleficience) (Dharma, 2011).

G. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Pernyataan yang

diberikan berupa pertanyaan tertutup dijawab langsung oleh responden tanpa

diwakilkan. Alat ukur yang digunakan adalah pertanyaan dalam bentuk

kuesioner, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner A yang berisi tentang

identitas responden, kuesioner B berisi sepuluh pernyataan untuk mengetahui

status fungsional, dengan mandiri, ketergantungan ringan, ketergantungan

sedang, ketergantungan berat, dan ketergantungan total. Sepuluh jenis item

aktivitas. Responden yang mengisi jawaban pada kuesioner dan hasilnya

mendapatkan skor 20 termasuk kategori mandiri, skor 12-19 kategori

ketergantungan ringan, 9-11 kategori ketergantungan sedang, 5-8 kategori

ketergantungan berat, dan 0-4 ketergantungan total.

Kuesioner C berisi pertanyaan tentang harga diri, Hasil dari Rosenberg

Self-esteem Scale menggunakan sistem penilaian skala harga diri

menggunakan skala Likert dengan alternatif 4 jawaban yaitu: Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian

skor dilakukan dengan melihat sifat aitem. Diperoleh dengan mengisi


37

kuesioner yang terdiri dari 10 item pernyataan. Untuk item 3, 5, 7, 8, 9, dan

10 adalah pernyataan negatif (unfavourable) jawaban sangat setuju diberi

skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3, dan sangat tidak

setuju diberi skor 4. Sebaliknya untuk penyataan positif (favourable) pada

item 1, 2, 4, dan 6, untuk pernyataan sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi

skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

Kisi-kisi kuesioner untuk variabel status fungsional dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi kuesioner untuk variabel status fungsional
No. Indikator Nomor soal Jumlah soal

1. Makan 5 1
2 Personal hygiene 1, 2, 4, 8, 10 5
3. Mobilisasi 3, 6, 7, 9 4

Kisi-kisi kuesioner untuk variabel harga diri dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi kuesioner untuk variabel harga diri
Nomor Soal
No Indikator Jumlah
favourable unfavourable Soal

1. Kepercayaan terhadap 1, 2, 3, 4, 9 - 5
2. kemampuan diri sendiri 8 1
3. Harapan terhadap diri sendiri 6, 7 -
4. Penerimaan dan kepuasan - 5, 10 2
terhadap diri sendiri 2
Penurunan kepercayaan diri

2. Uji Validitas dan Reliabilitas


Validitas adalah langkah untuk mengetahui instrumen yang kita pakai

(kuesioner) apakah bena-benar valid dalam mengukur variabel yang akan

diteliti. Biasanya uji ini digunakan dalam sebuah penelitian kuantitatif

yang dimana pengumpulan datanya menggunakan kuesioner (Rahman,

2015). Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu pengukuran.


38

Reliabilitas menunjukan apakah pengukuran menghasilkan data yang

konsisten jika instrumen digunakan kembali secara berulang (Dharma,

2011).

a. Status fungsional

Kuesioner indeks barthel yang digunakan untuk penelitian ini

sudah tidak dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas, karena

kueisioner ini termasuk kuesioner baku yang diadaptasi dari Saryono

(2011).

b. Harga diri

Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur harga diri pasien

stroke yaitu kueisioner Rosenberg self-esteem scale (RSES yang di

kembangkan oleh Morris (Rosenberg, 1965) yang kemudian diadopsi

oleh (Azwar, 2018) dengan versi bahasa Indonesia yang memiliki

korelasi aitem total yang berada antara 0,415 sampai 0,703 bagi

kesepuluh aitem dalam skala (n= 71), sedangkan koefisien tes ulang

dengan tenggang waktu satu hari menghasilkan koefisien reliabilitas

(rxx1)= 0,8587 (Azwar, 2018).

3. Metode pengumpulan data

Penelitian dilakukan di ruang poliklinik saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta, dengan pengambilan data menggunakan

instrumen yaitu kuesioner. Uraian dari setiap tahapan pengumpulan data

sebagai berikut:

a. Peneliti mengidentifikasi sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi

dan kriteria ekslusi, yang dilakukan dengan cara berdiskusi dengan


39

pembimbing di ruangan dan didapat responden yang menyebar di

depan poliklinik.

b. Pengambilan data secara kuantitatif dengan memberikan kedua

kuesioner pada pasien dengan tujuan agar pasien mampu menilai

bagaimana bentuk status fungsional pasien dan bagaimana penilaian

pasien terhadap harga dirinya.

c. Peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan

pengambilan data dan penelitian. Peneliti menanyakan apakah calon

responden bersedia menjadi responden, jika calon responden bersedia

peneliti melanjutkan dengan pengisian lembar persetujuan (Informed

Concent).

d. Peneliti membacakan lembar kuesioner indeks barthel dan harga diri

pada responden dan menjelaskan cara pengisian kuesioner, setelah

pasien memilih pernyataan indeks barthel, pasien selanjutnya diminta

memilih jawaban untuk lembar kuesioner harga diri yang dibacakan

peneliti.

e. Peneliti mengingatkan jika ada pernyataan dalam kuesioner yang

kurang dipahami responden maka dapat menanyakan kepada peneliti.

f. Setelah pengisian selesai peneliti mengambil lembar kuesioner dan

mengecek seluruh poin dalam kuesioner terisi lengkap.

g. Peneliti berpamitan kepada responden dengan menyampaikan ucapan

terima kasih dan memberikan kenang-kenangan berupa cindera mata

(totte bag bertuliskan UNISA) untuk setiap responden.


40

H. Metode pengolahan dan Analisis Data

1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah jawaban responden atau

kuesioner yang dibagikan pada saat penelitian. Peneliti datang langsung ke

RS PKU Muhammadiyah untuk memberikan kuesioner pada responden,

kemudian responden diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan

penelitian. Selanjutnya responden diberikan informed consent dan

menandatanganinya, kemudian peneliti menanyakan terkait dengan isi

kuesioner tersebut kepada responden, setelah responden memilih pernyataan

yang sesuai, kemudian peneliti memberi ceklis pada kuesioner responden

tersebut. Data yang dikumpulkan peneliti pada saat berlangsungnya suatu

penelitian didapat dari jawaban responden atas kuesioner yang ditanyakan

langsung kepada responden.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder diambil dari data rekam medis Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tentang pasien stroke yang pernah

melakukan check up di poliklinik saraf.

3. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan

komputerisasi. Langkah-langkah pengolahan data meliputi :

a. Editing

Editing adalah proses pengecekkan atau memeriksa data dari hasil

pengumpulan data, yang berupa daftar pertanyaan, kartu, buku, register

dan lain-lain (Imron, 2014).


41

b. Data entry

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau “software” komputer. Entry data merupakan suatu proses

memasukkan data ke komputer dengan menggunakan aplikasi program

SPSS. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program komputer.

c. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding”, yakni memberikan simbol-simbol tertentu

untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasi (Imron, 2014).

d. Scoring

Menurut Saryono (2011) untuk kategori tingkat status fungsional terdiri

dari 10 item pernyataan dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.3
Tabel skor untuk indeks barthel
Tingkat kemandirian Skor Kategori
Ketergantungan total 0-4 1
Ketergantungan berat 5-8 2
Ketergantungan sedang 9-11 3
Ketergantungan ringan 12-19 4
Mandiri 20 5

Kategori harga diri pasien stroke yang terdiri dari 10 item pernyataan.

Skor yang dibuat tingkatan dengan rumus:

Keterangan:

n: skala kriteria

xt: skor tertiggi

xr: skor terendah


42

Hasil skor yang didapatkan kemudian ditambah 10 sehingga penilaian

dari harga diri dapat digolongkan menjadi 2 tingkatan, yaitu:

1) Harga diri normal: 26-40

2) Harga diri rendah: 10-25

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil

observasi sehingga tiap jawaban responden dapat diberi skor. Skor

untuk status fungsional adalah pernyataan favourable, responden yang

memilih jawaban akan diberi skor sesuai dengan jawaban yang diisi

oleh responden yaitu skor 1,2,3, dan 4. Kemudian skor untuk harga

diri pasien stroke yaitu untuk pernyataan positif (favourable item)

sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi

skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Dan untuk pernyataan

negatif (unfavourable) sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor

2, tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4.

e. Tabulasi Data (Tabulating)

Tabulasi data yakni menyusun dan mengorganisir data sedemikian

rupa, sehingga akan dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan,

disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik (Imron, 2014).

f. Cleaning

Data cleaning atau membersihkan data merupakan proses pengecekan

untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke

komputer sudah sesuai dengan informasi yang sebenarnya.

g. Output

Data output atau mengeluarkan data merupakan tahap penyajian hasil

pengolahan data dengan bentuk yang mudah dibaca dan lebih menarik.
43

Penyajian data ini dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik atau dalam

bentuk gambar.

h. Analyzing

Menganalisis data merupakan tahap akhir dalam penelitian, tahap

ini mengharuskan peneliti menginterprestasikan data yang sudah

diperoleh selama pengumpulan data di lapangan. Untuk menganalisis data

ini, peneliti perlu menggunakan beberapa alat uji statistik yang sesuai

dengan kebutuhan (Martono, 2016).

4. Analisis Data

Dalam analisis data ini dilakukan dengan pengolahan yang mencangkup

tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik. Dalam penelitian ini

menggunakan analisis data:

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian, yaitu

hubungan status fungsional dengan harga diri pasien stroke di ruang

poliklinik syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil analisis ini

menunjukan persentase tiap variabel (Imron, 2014).

Rumusnya adalah:

Keterangan:

P: presentase

x: jumlah jawaban

n: jumlah seluruh item

Hasil perhitungan kemudian dimasukkan dalam tabel.


44

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat artinya analisis yang mencari hubungan antara dua

variabel (Imron, 2014).Analisis bivariat digunakan untuk menggambarkan

keeratan hubungan antara dua variabel, variabel bebas pada penelitian ini

adalah status fungsional dan variabel terikat pada penelitian ini adalah harga

diri. Untuk mengetahui hubungan kedua variabel maka peneliti menggunakan

uji spearman-rank, dengan derajat kepercayaan 95%, bila nilai p ≤ α (0,05)

maka hasil perhitungan terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat, tetapi jika nilai p > α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Dalam uji Spearman rank skala data ordinal

yang dimaksud adalah skala data yang mempunyai tingkatan murni (Rahman,

2015). Keluaran dari uji korelasi adalah nilai p, arah korelasi, dan koefisien

korelasi. Arah korelasi bisa positif bisa negatif. Positif artinya semakin besar

nilai variabel pertama, semakin besar pula nilai variabel kedua. Negatif

artinya semakin besar nilai variabel pertama, semakin kecil nilai variabel

kedua. Besarnya korelasi secara statistik bisa sangat lemah (0-<0,2), lemah

(0,2-<0,4), sedang (0,4-<0,6), kuat (0, 6-<0,8), atau sangat kuat (0,8-1,0)

(Dahlan, 2013). Pengujian analisis dengan menggunakan program software

komputer.

I. Jalannya Penelitian

Prosedur kegiatan penelitian yang telah dilakukan meliputi berbagai tahapan,

yaitu:

1. Tahap penelitian

a. Penentuan masalah penelitian

b. Menentukan judul penelitian


45

c. Konsultasi dengan pembimbing mengenai judul penelitian dan

penyusunan proposal

d. Mengurus surat ijin studi pendahuluan

e. Melakukan studi pendahuluan

f. Studi kepustakaan

g. Menyusun proposal dan jadwal penelitian

h. Konsultasi dengan pembimbing dan melakukan revisi

i. Mempresentasikan proposal penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Mengurus surat izin etik dan revisi

b. Mengurus surat izin penelitian

c. Melakukan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada seluruh

pasien stroke yang dirawat di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta pada 10 Desember 2018 – 16 Januari 2019.

3. Tahap penyelesaian

a. Pengumpulan data hasil penelitian

b. Penyusunan laporan skripsi

c. Ujian hasil skripsi


46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah milik Pimpinan Pusat

Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai ketua

persyerikatan Muhammadiyah atas inisiatif muridnya, K.H. Sudjak yang

pada awalnya berupa klinik dan poliklinik pada tanggal 15 Februari 1923

dengan lokasi pertama di Kampung Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta.

Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyediakan fasilitas

dan pelayanan rawat inap maupun rawat jalan bagi pasien yang ingin

berobat maupun melakukan pemeriksaan kesehatan di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta. Fasilitas pelayanan rawat jalan yang

disediakan salah satunya adalah poliklinik saraf.

Poliklinik saraf RS PKU Muhammadiyah adalah lokasi penelitian ini.

Diawali dengan mengajukan surat penelitian dan mengikuti ujian proposal

serta mengurus izin etika penelitian, kemudian dikeluarkanlah surat izin etik

dengan No. 719/KEP-UNISA/XI/2018. Setelah surat izin etik dikeluarkan,

peneliti kemudian melakukan penelitian sejak 10 Desember 2018 sampai

dengan 16 Januari 2019.

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien stroke yg melakukan

pemeriksaan kesehatan di poliklinik saraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Pasien terlebih dahulu melakukan pendaftaran di tempat

pendaftaran RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, setelah itu pasien

46
47

menyerahkan data rekam medik yang diberikan petugas pelayanan di

tempat pendaftaran ke petugas di poliklinik. Kondisi di ruangan tidak

kondusif karena pasien yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan di

beberapa dokter spesialis digabungkan menjadi satu.

2. Karakteristik responden

Penelitian ini dilakukan sejak 10 Desember 2018 sampai dengan 16

Januari 2019. Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari data

usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan perbulan, pekerjaan, status

asuransi, dan status perkawinan. Karakteristik responden penelitian dapat

dideskripsikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik responden Frekuensi (f) (n=32) Persentase (%)
1 Usia (Tahun)
46-55 Tahun 7 21,9
56-65 Tahun 15 46,9
>65 Tahun 10 31,3
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 16 50,0
Perempuan 16 50,0
3. Pendidikan terakhir
Tidak sekolah 2 6,3
SD 8 25,0
SMP 4 12,5
SMA/SMK 10 31,3
PT 8 25,0
4. Penghasilan (per bulan)
<2.000.000 17 53,1
>2.000.000 15 46,9
5. Pekerjaan
Tidak bekerja 23 71,9
PNS 3 9,4
Swasta 6 18,8
6 Status Asuransi
Tidak Asuransi 3 9,4
Asuransi 29 90,6
7. Status perkawinan
Menikah 32 100,0
Tidak menikah 0 0,0
48

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden diketahui

berusia 56-65 tahun sebanyak 15 responden (46,9%) dan paling sedikit

adalah responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 7 responden

(21,9%), responden yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki

jumlahnya sama persentasenya yaitu masing-masing berjumlah 16

responden (50%). Responden berdasarkan pendidikan paling banyak

adalah SMA/SMK yaitu sebanyak 10 responden (31,3%) dan paling

sedikit responden tidak sekolah ada 2 responden (6,3%). Pekerjaan

paling banyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 17 responden

(53,1%) dan yang paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai

PNS sebanyak 3 responden (9,4%).Status asuransi paling banyak

adalah menggunakan asuransi sebanyak 29 responden (90,6%). Status

perkawinan responden seluruhnya sudah menikah yaitu sebanyak 32

responden (100%).

3. Status Fungsional Pasien Stroke di Poliklinik Saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta

Distribusi status fungsional pada pasien stroke di Poliklinik Saraf RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Status Fungsional Pada Pasien Strokedi Poliklinik
Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
No. Tingkat status fungsional Frekuensi Persentase
(f) (%)
1. Ketergantungan Total 7 21,9
2. Ketergantungan berat 8 25,0
3. Ketergantungan sedang 5 15,6
4. Ketergantungan ringan 9 28,1
5 Mandiri 3 9,4
6. Total 32 100,0
49

Tabel 4.2 menunjukan bahwa bahwa sebagian besar pasien yang

melakukan pemeriksaan kesehatan di poliklinik saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta memiliki status fungsional dengan kategori

ketergantungan ringan yaitu sebanyak 9 responden (28,1%), sedangkan

yang paling sedikit adalah tingkat status fungsional dengan kategori

mandiri yaitu sebanyak 3 responden (9,4%).

Variasi jawaban responden dalam mengisi kuesioner status fungsional

pada pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 4.3.


50

Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Kuesioner Status Fungsional Pada Pasien Stroke di
Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Frekuensi Persentase
No. Pernyataan Tingkat Ketergantungan
(f) (n=32) (%)
Inkontinensia 5 15,6
Status buang air Kadang-Kadang (Sekali 4 12,5
1
besar Seminggu)
Terkontrol penuh 23 71,9
Tidak bisa mengontrol (perlu 6 18,8
dikateter & tdk dapat
Status buang air mengatur BAK)
2
kecil Kadang-kadang (sekali/24 4 12,5
jam)
Terkontrol penuh 22 68,8
Merawat diri
(mencuci muka, Perlu bantuan 19 59,4
3
menyisir, gosok Mandiri 13 40,6
gigi)
Penggunaan toilet Tergantung orang lain 15 46,9
(ke/dari WC, Perlu bantuan tetapi dapat 8 25,0
menyiram, melakukan sesuatu sendiri
4
menyeka, Mandiri 9 28,1
melepas/pakai
celana)
Tidak dapat 4 12,5
Perlu bantuan untuk 14 43,8
5 Makan
memotong dll
Mandiri 14 43,8
Banyak dibantu/dua orang 18 56,3
Berpindah (tidur-
6 Banyak dibantu/dua orang 3 9,4
duduk)
Mandiri 11 34,4
Tidak mampu 2 6,3
Mandiri dengan kursi roda 12 37,5
7 Mobilisasi
Berjalan dengan bantuan 7 21,9
Mandiri 11 34,4
Tergantung 20 62,5
Sebagian dibantu/perlu 2 6,3
8 Berpakaian
bantuan
Mandiri 10 31,3
Tidak mampu 20 62,5
9 Naik turun tangga Perlu bantuan 7 21,9
Mandiri 5 15,6
Tergantung orang lain 20
62,5
10 Mandi Mandiri/mandi dengan 12
37,5
shower

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa terdapat 10 item

pernyataan. Dari masing-masing pernyataan yang paling banyak dipilih

oleh responden yaitu; tentang status fungsional yang dipilih oleh sebagian

besar responden (71,9%) yaitu mandiri dengan sedikit bantuan, pada


51

item status buang air kecil mayoritas responden (68,8%) memilih

terkontrol penuh, pada item merawat diri sebagian besar responden

(59,4%) memilih perlu bantuan, pada item penggunaan toilet sebagian

besar responden (46,9%) memilih tergantung orang lain, pada item makan

sebagian besar responden (43,8%) memilih perlu bantuan untuk

memotong dan 43,8% responden memilih mandiri, pada item berpindah

(tidur-duduk) mayoritas responden (56,3%) memilih banyak dibantu/dua

orang, item mobilisasi sebagian besar (37,5%) memilih mandiri dengan

kursi roda, pada item berpakaian sebagian besar responden (62,5%)

memilih tergantung, pada item naik turun tangga mayoritas responden

(62,5%) memilih tidak mampu, pada item mandi sebagian besar

responden (62,5%) memilih tergantung orang.

4. Harga Diri Pasien Stroke di Poliklinik Saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta

Berikut adalah data harga diri pasien stroke yang menjalani pemeriksaan

kesehatan di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Harga DiriPasien Stroke di Poliklinik SarafRS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Harga Diri Frekuensi (f) Persentase (%)
Rendah 23 71,9
Baik 9 28,1
Total 32 100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien stroke yang

melakukan pemeriksaan kesehatandi Poliklinik Saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta memiliki harga dirirendah sebanyak 23

responden (71,9% ).
52

5. Hubungan Status Fungsional dan Harga Diri Pasien Stroke di

Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas (status fungsional) dengan variabel terikat

(harga diri). Terlebih dahulu dilakukan pendeskripsian data dengan teknik

silang sebelum mengetahui hubungan antar variabel. Data status

fungsional dengan harga diri pasien stroke dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Status Fungsional dengan Harga Diri Pasien Stroke
di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Harga Diri p value
Status Correlation
Rendah Normal Total Spearman
Fungsional Coefficient
Correlation
f % f % f %
Ketergantungan
4 12,5 3 9,4 7 21,9
total
Ketergantungan
7 21,9 1 3,1 8 25,0
berat
Ketergantungan -0,054 0,769
4 12,5 1 3,1 5 15, 6
sedang
Ketergantungan
5 15,6 4 12,5 9 28,1
ringan
Mandiri 3 9,4 0 0,0 3 9,4
Total 23 71,9 9 28,1 32 100

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki status

fungsional dengan kategori berat memiliki harga diri rendah sebanyak 7

responden (21,9%), responden dengan ketergantungan sedang memiliki

harga diri normal sebanyak 1 responden (3,1%), selain itu ada juga

responden dengan ketergantungan total memiliki harga diri normal

sebanyak 3 responden (9,4%), dan status fungsional dengan kategori

mandiri yang memiliki harga diri rendah sebanyak 3 responden (9,4%).

Tabel tersebut juga menunjukkan hasil uji korelasi spearman-rank

diperoleh nilai p= -0,054 yang berarti p<0,05 menunjukan ada hubungan


53

yang bermakna antara status fungsional dengan harga diri pasien stroke di

Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan keeratan

hubungan yang kuat (0,769) dan memiliki hubungan yang tidak searah.

B. Pembahasan

1. Status Fungsional Pasien Stroke di Poliklinik Saraf di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta

Status fungsional merupakan suatu kemampuan individu untuk

menggunakan kapasitas fisik yang dimilikinya untuk memenuhi

kewajiban hidup meliputi kewajiban melaksanakan aktivitas fisik,

perawatan diri, pemeliharaan dan kewajiban untuk dapat berinteraksi

dengan orang lain, sehingga dapat meningkatkan kesehatan individu

(Fadlulloh, 2014). Berdasarkan distribusi frekuensi status fungsional pada

tabel 4.3 sebagian besar responden di Poliklinik Saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta memiliki kategori ketergantungan ringan

sebanyak 9 responden (73,7%). Hal ini menggambarkan bahwa sebagian

besar responden memiliki ketergantungan ringan dalam menjalani

aktivitasnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Fadlulloh (2014) bahwa

pasien stroke mayoritas memiliki ketergantungan ringan dalam

beraktivitas. Berbeda dengan penelitian Rachmawati (2013) menyatakan

bahwa mayoritas pasien stroke memiliki status fungsional dengan

kategori ketergantungan total.

Hasil analisis penelitian jika dihubungkan dengan karakteristik

responden pada tabel 4.1 dan hasil wawancara saat melakukan

pengambilan data, serta berdasarkan teori yang ada maka dapat


54

disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan responden dipengaruhi oleh

lama menjalani perawatan, motivasi yang dimiliki responden, dan faktor

usia. Usia mayoritas responden yaitu 56-65 tahun (lansia akhir). Hal ini

didukung oleh teori Dourman (2011) bahwa semakin lanjut usia

seseorang semakin tinggi kemungkinan terserang stroke. Setelah

mencapai 55 tahun. Karunia (2016) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa kemandirian pasien stroke dipengaruhi oleh usia. Hal ini terjadi

karena penurunan fungsi tubuh yang terjadi pada pasien karena umurnya

sudah lansia dan mereka lebih cenderung pasrah dengan keadaannya

karena mereka merasa sudah tua, sehingga dalam melakukan pengobatan

mereka cenderung tidak begitu aktif sehingga penyembuhan pun semakin

lama dan tidak optimal (Huda dan Yatinde, 2013 dalam Fandri, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, sebagian besar

responden (27 responden) telah menderita stroke lebih dari 30 hari.

Menurut Tong et.al., (2007) dalam Yueniwati (2015) bahwa pasien

mengalami perbaikan fungsional sebesar 50% paling cepat dua minggu

pertama. Pada tabel 4.3 menunjukan bahwa responden dalam penelitian

ini sebagian besar (9 responden) memiliki ketergantungan ringan, namun

ada delapan responden yang memiliki ketergantungan berat. Berbeda

dengan penelitian Danes et.al., (2002) dalam Yueniwati (2015) bahwa

perbaikan fungsi motorik dan defisit neurologis terjadi paling cepat dalam

30 hari pertama setelah stroke iskemia dan menetap setelah 3-6 bulan,

walaupun selanjutnya masih mungkin terjadi perbaikan.

Hal lain yang mempercepat proses perbaikan adalah motivasi dari

pasien itu sendiri. Saat dilakukan wawancara ketika pengambilan data


55

penelitian, sebagian besar responden mengaku bahwa memiliki motivasi

untuk sembuh karena selalu diberi dukungan oleh keluarganya terutama

istri ataupun suami responden. Berdasarkan karakteristik responden

dalam tabel 4.2 bahwa seluruh responden (32 orang) dalam penelitian ini

berstatus menikah. Panji (2011) menyatakan bahwa pendamping adalah

motivasi terbesar yang diperlukan oleh pasien stroke agar mereka dapat

menjalani rehabilitasi dengan baik.

Rehabilitasi dan proses pemeriksaan kesehatan rutin sangat

dibutuhkan oleh pasien stroke guna mempercepat proses perbaikan pasien

stroke. Dalam penelitian ini sebanyak 29 responden menggunakan

asuransi kesehatan. Hal ini tentunya sangat membantu pasien dalam

mengurangi beban pengeluaran keluarga khususnya untuk biaya

pengobatan serta rehabilitasi. Namun masih ada 3 responden yang tidak

menggunakan asuransi kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

responden tersebut, mereka mengaku bahwa memiliki asuransi kesehatan

BPJS tetapi lebih memilih menjadi pasien umum karena banyaknya

prosedur yang harus dilalui agar dapat menikmati fasilitas pelayanan

kesehatan yang ditanggung BPJS. Peraturan Pemerintah pada BAB V

tentang Penyelenggaraan Kesehatan Bagian Kesatu tentang Prosedur

Pelayanan Kesehatan Pasal 55 Ayat (1) yang berbunyi “Pelayanan

Kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan

medis dan kompetensi Fasilitas Kesehatan dimulai dari FKTP Peserta

terdaftar, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis” (Perpres No.

82 Tahun 2018).
56

Hasil instrumen status fungsional dapat dilihat pada tabel 4.2 yaitu

tentang status buang air besar sebesar 71,9% responden adalah mandiri

dengan sedikit bantuan. Mandi dalam kategori tergantung orang lain

sebesar 62,5%, berpakaian dalam kategori tergantung sebesar 62,5%,

demikian halnya dengan aktivitas naik turun tangga dalam kategori tidak

mampu sebesar 62,5%. Berdasarkan asumsi peneliti, tingkat kemandirian

responden dalam menjalani aktivitas dipengaruhi oleh tingkat keparahan

penyakit atau gejala sisa yang dimiliki oleh responden. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Morone (2015) bahwa aktivitas

sehari-hari yang dapat pulih dengan segera setelah stroke adalah

kemampuan untuk buang air besar dan kecil. Sedangkan kemampuan

yang rendah angka pemulihannya adalah mandi, berpakaian, berdandan

dan menaiki tangga. Didukung oleh Pei et.al., (2016) bahwa kemandirian

pasien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dipengaruhi oleh banyak

faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal

adalah usia dan tingkat keparahan stroke. Hal ini dapat dikaitkan dengan

hasil penelitian yang mengacu pada karakteristik responden pada tabel 4.1

bahwa sebagian besar (15 responden) penderita stroke berusia 56-65

tahun.

2. Harga Diri Pasien Stroke di Poliklinik Saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta

Harga diri adalah penilaian harga diri pribadi seseorang, berdasarkan

seberapa baik perilakunya cocok dengan ideal diri (Keliat, 2016).

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.4 menunjukan bahwa harga diri

pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta


57

terbanyak kategori harga diri rendah yaitu sebanyak 23 responden

(71,9%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Chung et.al., (2017)

bahwa pasien stroke sebagian besar memiliki harga diri rendah.Berbeda

dengan penelitian Shida et.al., (2013) bahwa pasien stroke hanya

mengalami sedikit penurunan harga diri.

Berdasarkan asumsi peneliti harga diri pasien stroke mengalami

penurunan disebabkan karena perasaan tidak berguna yang dimiliki oleh

responden. Hal ini dikarenakan sebagian besar (23 orang) responden

tidak bekerja lagi setelah menderita stroke seperti yang dideskripsikan

pada tabel 4.1. Mintarja (2017) menjelaskan bahwa kehilangan pekerjaan

dapat membuat orang cemas. Hal ini diakibatkan karena mereka tidak lagi

mendapatkan penghasilan yang biasanya diterima setiap bulan. Mereka

juga cemas akan kehilangan harga diri, karena tidak dihargai lagi oleh

banyak orang seperti saat masih aktif bekerja.

Selain pekerjaan, tingkat ketergantungan pasien juga mempengaruhi

penurunan harga diri responden dalam penelitian ini. Dapat dilihat pada

tabel 4.3 bahwa hanya ada 3 responden dalam penelitian ini yang mandiri

dalam beraktivitas, sedangkan 29 responden lainnya memiliki

ketergantungan dalam beraktivitas, baik ketergantungan ringan, sedang,

berat, dan ketergantungan total.

3. Hubungan Status Fungsional dan Harga Diri Pasien Stroke

di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Penderita stroke mengalami sumbatan atau pecahnya pembuluh

darah di otak yang menyebabkan jalur komunikasi ke daerah otak


58

tersebut menjadi terhambat dan gangguan fungsi perasaan sehingga

gangguan suasana perasaan dan tingkah laku. Selain itu, gangguan

psikologis pada pasien stroke juga disebabkan karena adanya

ketidakmampuan pasien dalam melakukan sesuatu yang biasanya

dikerjakan sebelum terkena stroke. Hal ini terkadang menyebabkan

pasien menjadi merasa dirinya tidak berguna lagi karena banyaknya

keterbatasan yang ada dalam diri pasien akibat penyakitnya itu

sehingga terjadi depresi (Keliat, 2008 dalam Kartini dkk, 2013).

Berdasarkan hasil analisis data tabulasi silang pada tabel 4.5 tentang

status fungsional dengan harga diri didapatkan data bahwa status

fungsional dengan kategori berat memiliki harga diri rendah sebanyak 7

responden (21,9%), Tabel tersebut juga menunjukkan hasil uji spearman-

rank diperoleh nilai p= -0,054 yang berarti p<0,05 menunjukan ada

hubungan yang bermakna antara status fungsional dengan harga diri

pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

dengan keeratan hubungan yang kuat (0,769) dan memiliki hubungan

yang tidak searah.

Hasil analisis dalam penelitian ini menggambarkan bahwa semakin

besar tingkat ketergantungan responden semakin rendah pula harga

dirinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Fandri (2014) bahwa mayoritas

pasien stroke mengalami ketergantungan berat saat keluar dari rumah

sakit. Demikian halnya dengan Kartini dkk (2013) menyatakan bahwa

harga diri pasien stroke mayoritas mengalami perubahan konsep diri yaitu

konsep diri negatif karena peningkatan tingkat ketergantungan pasien

stroke. Didukung oleh penelitian Fadlulloh (2014) bahwa ada hubungan


59

antara tingkat ketergantungan pasien dalam beraktivitas dengan harga diri

penderita stroke, yaitu semakin tinggi tingkat ketergantungan pasien

semakin rendah pula harga diri pasien.

Dari analisis data penelitian juga ditemukan bahwa ada beberapa (3

orang) responden yang memiliki status fungsional dengan kategori

ketergantungan total tetapi memiliki harga diri normal.Berdasarkan hasil

wawancara dengan pasien hal ini dikarenakan faktor dukungan yang

selalu diberikan oleh keluarga, serta penerimaan diri oleh pasien sendiri.

Dapat dilihat pada tabel 4.1 yang mendiskripsikan bahwa seluruh (32

orang) responden dalam penelitian ini berstatus menikah.

Pada tabel 4.5 juga menggambarkan bahwa terdapat responden yang

mandiri dalam beraktivitas namun memiliki harga diri rendah. Hal ini

dikarenakan sebagian besar responden tidak bekerja lagi setelah

menderita stroke sehingga menyebabkan responden merasa tidak berguna

lagi bagi keluarganya. Menurut Mintarja (2017) kehilangan pekerjaan

dapat menyebabkan orang kehilangan harga diri.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Kondisi ruangan yang sempit dan kondisi pasien yang antri saat

menjalani pemeriksaan kesehatan sehingga menyebabkan responden

kurang fokus dalam menjawab kuesioner yang diberikan.

2. Adanya kebijakan baru dari BPJS sehingga menyebabkan peneliti

memperpanjang waktu pengambilan data penelitian.


60

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Status fungsional pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta sebagian besar termasuk kategori ringan.

2. Mayoritas pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta memiliki harga diri rendah.

3. Ada hubungan yang signifikan antara status fungsional dengan harga diri

pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ada keeratan hubungan yang kuat antara status fungsional dengan harga

diri pasien stroke di Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta.

B. Saran

1. Bagi pasien

Pasien diharapkan agar menghindari faktor risiko terjadinya stroke

berulang misalnya; hipertensi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol,

stress, dan berbagai pencetus stroke lainnya. Hal ini diharapkan agar

tidak terjadi stroke berulang sehingga menyebabkan tingkat

ketergantungan pasien semakin meningkat serta menurunkan harga diri

pasien.

2. Bagi keluarga pasien stroke

Keluarga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pasien dan

senantiasa selalu memotivasi pasien agar tidak memiliki rasa bersalah

ataupun penurunan harga diri oleh karena tingkat ketergantungan yang

tinggi dalam beraktivitas pada pasien.

60
61

3. Bagi perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta disarankan untuk

memberikan edukasi kepada keluarga pasien stroke untuk

memaksimalkan pemberian dukungan keluarga, baik pada saat menjalani

pemeriksaan kesehatan maupun saat beraktivitas di rumah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor lain (kehilangan

pekerjaan dan lingkungan) yang dapat mempengaruhi harga diri pasien

stroke.
62

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., & Kariasa, I. M. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kualitas Hidup pada Pasien Pasca Stroke. Nakah Publikasi: FIK UI.

Al-Qur‟an Terjemahan.

Ariani, T. A. (2012). Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.

Azwar, S. (2018). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Batticaca, F. B. (2011). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Behrman, K., & Arvin, N. (2000). Jakarta: EGC.

Chung, M. L., Bakas, T., Plue, L. D., & William, L. S. (2016). Effects of Self-
Esteem, Optimism, and Perceived Control on Depressive Symptoms in Stroke
Survivor-Spouse Dyads. Cardiovascular Nurse Vol. 1 No. 2.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur: TIM.

Dharma, K. K. (2018). Pemberdayaan Keluarga untuk Mengoptimalkan Kualitas


Hidup. Yogyakarta: Deepublish.

Dahlan, M. S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam


Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, M. S. (2013). Multiaksial Sopiyudin Dahlan. Jakarta: Sagung Seto.

Dewi, Sofia Rhosma, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:


Deepublish.

Dewi, L. P. (2015). Hubungan Status Fungsional dengan Konsep Diri Pasien Stroke
di RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas
Sumatera Utara.

Dinata, A. C., Safrita, Y., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Resiko dan Tipe
Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten
Solok Selatan Periode 1. Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 2.

Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta (2014). Profil Kesehatan Provinsi DIY
tahun 2014. Yogyakarta: DinKes Provinsi DIY.

62
63

Dourman, K. (2011). Stroke di Usia Muda. Jakarta: GRASINDO.

Drs. E.B Surbakti, M. (2011). Questions & Answers Teenagers. Jakarta: PT Alex
Media Computindo.

Elfira, E. (2017). Hubungan Status Fungsional dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke
Iskemik di Rumah Sakit Kota Medan. Skripsi tidak dipublikasikan; USU
Sumatera Utara.

Fadlulloh, S. F. (2014). Hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan


aktivitas. Jurnal Keperawatan Soedirman Vol. 9 No. 2.

Fandri, S., Utomo, W., & Dewi, A. P. (2014). Perbedaan Status Fungsional Pasien
Stroke Saat Masuk dan Keluar Ruang Rawat Inap RSUD Arifin Achmad.
JOM. PSIK Vol. 1 No. 2.

Guindon, M. H. (2010). Self-Esteem A Cross the lifespan. New York: Taylor &
Francais Group.

Hasanah, O., Marjoko, B. R., & Utomo, W. (2013). Analisis Status Fungsional
Pasien Stroke Saat Keluar Ruang Merak II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Naskah publikasi, Universitas Riau.

Imron, M. (2014). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV Sagung


Seto.

Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2016). Stroke Cegah dan Obati Sendiri.
Jakarta: Penebar Plus.
Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: C.V. Andi
Offse.

Kartini, Martiani, & Ilyas, M. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Perubahan Konsep Diri Pada Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Saraf Rumah
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan Vol. 3
Nomor 1.

Karunia, Esa. (2016).Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian


Activity Of Daily Living Pascastroke. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol. 4
No. 2.

Keliat, A. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapura: Elsevier.


64

Khalid, 'Amr. (2016). Spirit Al-Qur'an. Yogyakarta: Darul Hikmah.

Martono, N. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Mintarja, J. (2017). True Life Begins at 50+. Jakarta: PT Alex Media Computindo.

Morone G, Paolucci S, Iosa M. (2015). In What Daily Activities Do Patients Achieve


Independent After Stroke ?. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases
Vol. 24 Issue 8.

Mruk, C. J. (2006). Self Esteem, Research Theory, and Practice. New York: Springer
Publishing Company, Inc.

Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Okthavia, S. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Tingkat


Self Esteem Pada Penderita Pasca Stroke. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan.

Pandji, D. (2011). Stroke Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: PT Alex Media


Computindo.

Pei L, Zang XY, Wang Y, (2016). Factor Associated With Activities Of Daily Living
Among The Disabled Elder With Stroke. International Journal Nursing
Science.

Perpres No. 82 Tahun 2018 diakses dari:


http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175595/Perpres%20Nomor%2082%20Tah
un%202018%20tentang%20Jaminan%20Kesehatan.pdf. Diakses 7 Februari
2019.

Potter, P.A, Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 1. Alih Bahasa: Yasmin Asih, dkk.
Jakarta: EGC.

Pusat Data & Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan Jatung.
Jakarta Selatan: PusdatinRI.

Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke.Yogyakarta: Numed.

Rahman, R. A. (2015). Analisis Statistik Penelitian Kesehatan. Bogor: In Medika.


65

Rendy, M. C., & TH, M. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan RI.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan dan Aplikasi SPPS Dalam Prosedur


Penelitian. Yogyakarta: Rohima Press.

Ropyanto C.B., S. R. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Status Fungsional Paska Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Jurnal
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. No. 2.

Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self-image. Princeton, NJ:


Princeton University Press.

Sande, J. P. (2015). Hubungan Antara Jenis Kelamin dan Pekerjaan dengan Harga Diri
Penderita Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Skripsi tidak
dipublikasikan. Unisula Semarang.

Sarinah. (2016). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang


Kesehatan. Yogyakarta. Jakarta: Nuha Medika.

. (2011). Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Bantul: Nuhamedika.

Shida, J., Sugawara, K., Goto, J., & Sekito, Y. (2014). Relation Between Self Esteem
and Living Condition Among Stroke Survivors at Home. Japan Journal of
Nursing Science Vol. 11.

Sulistyaningsih. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitaif-Kualitatif.


Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Memahami penelitian Kuantitaif dan Kualitatif. Alfabeta.


Bandung.

.(2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta.


Bandung.

Tamara, Ervy B. F. (2014). Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Type II di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM., PSIK.
66

Utiya, R. (2017). Hubungan Harga Diri dan Dukungan Sosial dengan Depresi pada
Pasien Paska Stroke di Poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukit Tinggi.
Skripi tidak dipublikasikn. Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas.

Vonala, F. A., & Ermawati, N. (2016). Hubungan Konsep Diri (Citra Diri Dan Harga Diri)
Dengan Strategi Koping Pada Penderita Pascastroke di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan. Skripsi tidak dipublikasikan. Stikes
Muhammadiyah Pekajangan.

Wangge, B. D., & Hartini, N. (2013). Hubungan antara Penerimaan Diri dengan
Harga Diri. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 2 No. 1.

Widyarini, Nilam. (2009). Kunci Pengembangan Diri. Jakarta: Gramedia.

Yueniwati, D. d. (2015). Deteksi Dini Stroke Iskemia dengan Pasien Ultrasonografi


Vaskuler dan Variasi Genetika. Magelang: TIM UB Press.
67

LAMPIRAN
68

Lampiran 1

TIME SCHEDULE PENYUSUNAN SKRIPSI

No Waktu Maret 2018 April 2018 Mei 2018 Juni 2018 Juli 2018
Agustus Septemb Oktober Nov. Des. Jan Feb
2018 er 2018 2018 2018 2018 2019 2019
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penjelas tentang skripsi dan
pembagian pembimbing
2 Pengajuan judul
3 Penyusunan BAB I
4 Penyusunan BAB II
5 Penyusunan BAB III
6 Seminar Proposal
7 Revisi Proposal
8 Ethical clearance
9 Penelitian
10 Penyusunan BAB IV
11 Penyusunan BAB V
12 Seminar Skripsi
13 Revisi Skripsi dan
Penjilidan
14 Pengumpulan Skripsi
69

Lampiran 2
70

Lampiran 3
71

Lampiran 4
72

Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7

INFORMED CONSENT
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabaraaktuh
Saya yang betanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur : th
Jenis kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia dengan sukarela untuk berpartisipasi menjadi responden pada
penilitian yang dilakukan oleh:
Nama : Rahmawati Supu
Nim : 1710201238
Judul : Hubungan Status Fungsional dan Harga Diri Pasien Stroke di
Poliklinik Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Saya akan memberikan informasi sejujurnya demi kepentingan penelitian ini.
Dengan ketentuan informasi yang saya berikan akan dirahasiakan dan hanya semata-
mata untuk keperntingan ilmu pengetahuan oleh karena itu, saya bersedia
berpartisipasi dalam penelitian.
Dimikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Yogyakarta, Januari 2019

Saksi Responden

( ) ( )
Lampiran 8

KUISIONER DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian:
1. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu yang paling sesuai dengan
cara memberi tanda check list (√).
2. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
A. DEMOGRAFI RESPONDEN
Inisial :……………………………………………………….
Umur :……………………………………………………….
Jenis Kelamin : ( ) Laki-Laki ( ) Perempuan
Tingkat Pendidikan : ( ) Tidak Sekolah ( ) SMA/SMK
( ) SD ( ) Perguruan Tinggi
( ) SMP
Penghasilan perbulan : ( ) < Rp 2.000.000,00 ( ) > Rp 2.000.000,00
Pekerjaan : ( ) Tidak Bekerja ( ) Buruh
( ) PNS ( ) TNI/POLISI
( )Swasta ( ) Petani
Status asuransi : ( ) Tidak asuransi ( ) Asuransi

Status perkawinan : ( ) Belum Menikah ( ) Menikah


Lampiran 9
Kuesioner Status Fungsional (Saryono, 2011)
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Bacalah terlebih dahulu seluruh pernyataan dengan cermat sebelum Saudara
mengisi jawaban.
2. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban pada kolom tingkat
ketergantungan yang menurut saudara tepat, tanpa adanya paksaan pada salah
satu option di setiap item.
3. Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang status fungsional.
4. Terima kasih atas partisipasi yang baik dari Saudara.
No. Item Cheklist Tingkat ketergantungan
1 Status buang air besar a Inkontinensia (perlu enema)
b Kadang-kadang (sekali seminggu)
c Terkontrol penuh
2 Status buang air kecil a Tidak bisa mengontrol (perlu
b dikateter dan tidak dapat mengatur
c BAK)
Kadang-kadang (sekali/24 jam)
Terkontrol penuh (lebih dari 7 hari)
3 Merawat diri (mencuci muka, a Perlu bantuan
menyisir, gosok gigi) b Mandiri
4 Penggunaan toilet (ke/dari WC, a Tergantung orang lain
menyiram, menyeka, b Perlu bantuan tetapi dapat
melepas/pakai celana) c melakukan sesuatu sendiri
Mandiri
5 Makan a Tidak dapat
b Perlu bantuan untuk memotong dll
c Mandiri
6 Berpindah (tidur-duduk) a Tidak dapat
b Banyak dibantu/dibantu dua orang
c Dapat duduk dengan sedikit
d bantuan
Mandiri
7 Mobilisasi a Tidak bergerak/tidak mampu
b Mandiri dengan kursi roda
c Berjalan dengan bantuan
d Mandiri
8 Berpakaian a Tergantung
b Sebagian dibantu/perlu bantuan
c Mandiri
9 Naik turun tangga a Tidak mampu
b Perlu bantuan
c Mandiri
10 Mandi a Tergantung orang
b Mandiri/mandi dengan shower
Lampiran 10
Rosenberg Self-Esteem Scale diterjemahkan oleh Azwar (2018)
Kuesioner Harga Diri
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Bacalah terlebih dahulu seluruh pernyataan dengan cermat sebelum Saudara
mengisi jawaban.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Saudara tepat tanpa adanya paksaan
dengan cara membericheklist(√) pada salah satu option (sangat setuju, setuju,
tidak setuju atau sangat tidak setuju) untuk kuisioner self esteem (harga diri).
3. Kuesioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang gambaran harga diri
responden.
4. Terima kasih atas partisipasi yang baik dari Saudara.

No. Sangat
Tidak
Sangat Tidak
Pernyataan Setuju Setuju
Setuju Setuju

1 Saya merasa bahwa diri saya cukup


berharga setidaknya sama dengan orang
lain.

2. Saya rasa banyak hal-hal baik dalam diri


saya.

3 Saya merasa tidak menjadi


orang yang gagal.

4 Saya rasa saya mampu


mengerjakan sesuatu seperti
yang dapat dilakukan orang
lain.

5 Saya merasa tidak banyak yang dapat


saya banggakan dalam diri saya.

6 Saya menerima keadaan diri saya


seperti apa adanya.

7 Secara keseluruhan saya puas dengan


diri saya

8 Saya berharap saya dapat lebih berharga

9 Saya tidak pernah merasa tidak berguna

10 Kadang-kadang saya merasa diri saya tidak


baik.

JUMLAH
Lampiran 11
Hasil Penelitian

Frequency Table Karakteristik Responden


Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 46-55 Tahun 7 21,9 21,9 21,9
56-65 Tahun 15 46,9 46,9 68,8
>65 Tahun 10 31,3 31,3 100,0
Total 32 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 16 50,0 50,0 50,0
Perempuan 16 50,0 50,0 100,0
Total 32 100,0 100,0

Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 2 6,3 6,3 6,3
SD 8 25,0 25,0 31,3
SMP 4 12,5 12,5 43,8
SMA 10 31,3 31,3 75,0
Perguruan Tinggi 8 25,0 25,0 100,0
Total 32 100,0 100,0

Penghasilan Perbulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <Rp2000.000 17 53,1 53,1 53,1
>Rp2000.000 15 46,9 46,9 100,0
Total 32 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bekerja 23 71,9 71,9 71,9
PNS 3 9,4 9,4 81,3
Swasta 6 18,8 18,8 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Asuransi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Asuransi 3 9,4 9,4 9,4
Asuransi 29 90,6 90,6 100,0
Total 32 100,0 100,0

Status Pernikahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menikah 32 100,0 100,0 100,0

Status Fungional Pasien Stroke


Frequency Table
Status Fungsional 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 8 25,0 25,0 25,0
Ketergantungan berat 3 9,4 9,4 34,4
Ketergantungan sedang 7 21,9 21,9 56,3
Ketergantungan ringan 14 43,8 43,8 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan berat 4 12,5 12,5 12,5
Ketergantungan sedang 9 28,1 28,1 40,6
Ketergantungan ringan 19 59,4 59,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 1 3,1 3,1 3,1
Ketergantungan berat 8 25,0 25,0 28,1
Ketergantungan sedang 12 37,5 37,5 65,6
Ketergantungan ringan 11 34,4 34,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 1 3,1 3,1 3,1
Ketergantungan berat 5 15,6 15,6 18,8
Ketergantungan sedang 13 40,6 40,6 59,4
Ketergantungan ringan 13 40,6 40,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 3 9,4 9,4 9,4
Ketergantungan berat 1 3,1 3,1 12,5
Ketergantungan sedang 9 28,1 28,1 40,6
Ketergantungan ringan 18 56,3 56,3 96,9
Mandiri 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 7 21,9 21,9 21,9
Ketergantungan berat 3 9,4 9,4 31,3
Ketergantungan sedang 8 25,0 25,0 56,3
Ketergantungan ringan 14 43,8 43,8 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 6 18,8 18,8 18,8
Ketergantungan berat 12 37,5 37,5 56,3
Ketergantungan sedang 7 21,9 21,9 78,1
Ketergantungan ringan 7 21,9 21,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 1 3,1 3,1 3,1
Ketergantungan berat 1 3,1 3,1 6,3
Ketergantungan sedang 13 40,6 40,6 46,9
Ketergantungan ringan 17 53,1 53,1 100,0
Total 32 100,0 100,0

Status Fungsional 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 3 9,4 9,4 9,4
Ketergantungan berat 6 18,8 18,8 28,1
Ketergantungan sedang 12 37,5 37,5 65,6
Ketergantungan ringan 11 34,4 34,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan total 2 6,3 6,3 6,3
Ketergantungan berat 5 15,6 15,6 21,9
Ketergantungan sedang 14 43,8 43,8 65,6
Ketergantungan ringan 11 34,4 34,4 100,0
Total 32 100,0 100,0

Total Skor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Harga diri rendah 1 3,1 3,1 3,1
Harga diri normal 8 25,0 25,0 28,1
3 23 71,9 71,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Varian jawaban kuesioner status fungsional

Status Fungsional 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Inkontinensia 5 15,6 15,6 15,6
Kadang-kadang (sekali
4 12,5 12,5 28,1
seminggu)
mandiri dengan sedikit
23 71,9 71,9 100,0
bantuan
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bisa mengontrol (perlu
dikateter & tdk dapat 6 18,8 18,8 18,8
mengatur BAK)
Kadang-kadang (sekali/24
4 12,5 12,5 31,3
jam)
Terkontrol penuh 22 68,8 68,8 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perlu bantuan 19 59,4 59,4 59,4
Mandiri 13 40,6 40,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tergantung orang lain 15 46,9 46,9 46,9
Perlu bantuan tetapi dapat
8 25,0 25,0 71,9
melakukan sesuatu sendiri
Mandiri 9 28,1 28,1 100,0
Total 32 100,0 100,0

Status Fungsional 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak dapat 4 12,5 12,5 12,5
Perlu bantuan untuk
14 43,8 43,8 56,3
memotong dll
Mandiri 14 43,8 43,8 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banyak dibantu/dua orang 18 56,3 56,3 56,3
Dapat duduk dengan sedikit
3 9,4 9,4 65,6
bantuan
Mandiri 11 34,4 34,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mampu 2 6,3 6,3 6,3
Mandiri dengan kursi roda 12 37,5 37,5 43,8
Berjalan dengan bantuan 7 21,9 21,9 65,6
Mandiri 11 34,4 34,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tergantung 20 62,5 62,5 62,5
Sebagian dibantu/perlu
2 6,3 6,3 68,8
bantuan
Mandiri 10 31,3 31,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak mampu 20 62,5 62,5 62,5
Perlu bantuan 7 21,9 21,9 84,4
Mandiri 5 15,6 15,6 100,0
Total 32 100,0 100,0
Status Fungsional 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tergantung orang lain 20 62,5 62,5 62,5
Mandiri/mandi dengan
12 37,5 37,5 100,0
shower
Total 32 100,0 100,0
Total Skor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ketergantungan Total 7 21,9 21,9 21,9
Ketergantungan berat 8 25,0 25,0 46,9
Ketergantungan sedang 5 15,6 15,6 62,5
Ketergantungan ringan 9 28,1 28,1 90,6
Mandiri 3 9,4 9,4 100,0
Total 32 100,0 100,0

Harga Diri Pasien Stroke


Frequency Table
Harga diri 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak setuju 5 15,6 15,6 15,6
Setuju 25 78,1 78,1 93,8
Sangat setuju 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak setuju 3 9,4 9,4 9,4
Setuju 26 81,3 81,3 90,6
Sangat setuju 3 9,4 9,4 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 1 3,1 3,1 3,1
Setuju 24 75,0 75,0 78,1
Tidak setuju 7 21,9 21,9 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak setuju 15 46,9 46,9 46,9
Setuju 15 46,9 46,9 93,8
Sangat setuju 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0

Harga diri 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 20 62,5 62,5 62,5
Tidak setuju 11 34,4 34,4 96,9
Sangat tidak setuju 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 26 81,3 81,3 81,3
Sangat setuju 6 18,8 18,8 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 2 6,3 6,3 6,3
Setuju 20 62,5 62,5 68,8
Tidak setuju 10 31,3 31,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 4 12,5 12,5 12,5
Setuju 26 81,3 81,3 93,8
Tidak setuju 2 6,3 6,3 100,0
Total 32 100,0 100,0
Harga diri 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat setuju 4 12,5 12,5 12,5
Setuju 15 46,9 46,9 59,4
Tidak setuju 13 40,6 40,6 100,0
Total 32 100,0 100,0

Harga diri 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sangat tidak setuju 2 6,3 6,3 6,3
Tidak setuju 7 21,9 21,9 28,1
Setuju 22 68,8 68,8 96,9
Sangat setuju 1 3,1 3,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Total Skor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Harga diri rendah 23 71,9 71,9 71,9
Harga diri normal 9 28,1 28,1 100,0
Total 32 100,0 100,0
Kesimpulan :
Harga diri rendah 71,9 %
Harga diri normal 28,1%

Hubungan Status Fungsional dengan Harga diri

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Status Fungsional * Harga
32 100,0% 0 0,0% 32 100,0%
diri

Status Fungsional * Harga diri Crosstabulation


Count
Harga diri
Harga diri Harga diri
rendah normal Total
Status Fungsional Ketergantungan total 4 3 7
Ketergantungan berat 7 1 8
Ketergantungan sedang 4 1 5
Ketergantungan ringan 5 4 9
Mandiri 3 0 3
Total 23 9 32
Symmetric Measures
Asymp. Std.
a b
Value Error Approx. T Approx. Sig.
c
Interval by Interval Pearson's R -,054 ,177 -,299 ,767
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,054 ,183 -,297 ,769
N of Valid Cases 32

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Keeratan Hubungan Status Fungsionl Dengan Harga Diri

Nonparametric Correlations

Correlations
Status
Fungsional Harga diri
Spearman's rho Status Fungsional Correlation Coefficient 1,000 -,054
Sig. (2-tailed) . ,769
N 32 32
Harga diri Correlation Coefficient -,054 1,000
Sig. (2-tailed) ,769 .
N 32 32
Lampiran 12

Anda mungkin juga menyukai