Masalah Kebidanan Anc Inc PNC Dan BBL PDF
Masalah Kebidanan Anc Inc PNC Dan BBL PDF
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV :
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan oleh
ibu lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi
kebidanan dengan registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada
komunitas. Mayoritas persalinan dirumah, dengan perbandingan antara
persalinan di rumah sakit mengalami perubahan selama setengah abad terakhir.
Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan antara kebidanan di rumah sakit dan
kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah sakit, mereka
diorganisasikan berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu, perawatan
yang diberikan menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan
maternitas menjadi semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi
bidan untuk berpraktik secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan
yang kontinu antara bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk
menggunakan semua keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan
perawatan juga semakin kecil (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara
umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga
mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu
dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, berat badan lahir rendah (BBLR),
tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC) yang kurang di komunitas,
pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi, perilaku dan
social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang komprehensif
dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui
kebutuhan pelayanan kebidanan (Syafrudin, 2009).
Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit.
Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah
pemulangan wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan
komunitas dan social berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di
banyak masyarakat (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
1
Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya
mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi
dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu
dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang
ada di komunitas (Syafrudin, 2009).
Setiap menit, setiap hari, dimanapun di dunia, seorang ibu meninggal dunia
akibat komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan, sebagian
besar kematian ini tidak bisa dihindari (Varney et al, 2007).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui masalah-masalah kebidanan antenatal care, intranatal care,
postnatal care dan bayi baru lahir di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
9) Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam suatu
program terencana atau secara perseorangan
10) Bekerja sama dengan organisasi lain.
4
4) Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia
pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan. Bidan menemukan
secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
6) Standar 8: Persiapan Persalinan. Bidan memberikan saran yang tepat
kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk
memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah
untuk hal ini (Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).
5
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang
disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan
pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.
6
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
4) Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum
c.Kegawatdaruratan Persalinan
1) Jangan menunda untuk melakukan rujukan
2) Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
3) Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan
pendampingan secara terus menerus
4) Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
5) Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
6) Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat
kasus dengan singkat
7
kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelahpersalinan,
dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.
8
Peran bidan adalah menjaga hubungan dengan ibu dan bayi sejak persalinan
hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum. Asuhan kebidanan ibu nifas salah
satunya yaitu support system dalam pelayanan post natal meliputi breast
feeding, peran menjadi orang tua dan kelompok ibu post partum atau
postpartum group.
9
partum
6 Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
minggu
IV
post Memberikan konselingKB secara dini.
partum
10
terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama
kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan
melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
11
miskin kebidanan. Dengan tren saat ini, target MDGs tidak mungkin
dicapai kecuali upaya tambahan yang dilakukan untuk mengurangi MMR.
Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa ada variasi
substansial dalam MMR antar propinsi. Meskipun sulit untuk
memperkirakan MMR di tingkat kabupaten (kadang-kadang bahkan pada
tingkat provinsi), UNFPA telah mendukung CBS (Biro Pusat Statistik)
untuk memperkirakan MMR di 34 kabupaten di Sumatra Selatan, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, dan NTT. Rasio bervariasi dari 266 di Sumba
Barat (NTT) untuk 561 di Ciamis (Jawa Barat).
Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia
(24%), sepsis (11%), komplikasi aborsi (6%), gangguan pada saat
melahirkan (5%), dan lain-lain (26%). Mereka komplikasi tidak
diperlakukan dengan baik karena kebanyakan dari mereka tidak menerima
perawatan yang berkualitas.
Reproduksi morbiditas dan penyebab kematian ibu. Dimensi lain dari
kesehatan ibu di Indonesia adalah masalah Kesehatan Reproduksi yang
mempengaruhi wanita sebelum, selama dan setelah tahun mereka
melahirkan anak. Mereka termasuk infeksi saluran reproduksi dan
morbiditas kehamilan lain yang terkait, yang menerima kurang perhatian
dibandingkan dengan penyebab utama kematian ibu. Kekurangan energi
kronis adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap kematian ibu
Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu.
Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan
sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan
bayinya. Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian
Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di
masyarakat.
A. Pemeriksaan Kehamilan dan Bersalin di Dukun (ANC & INC)
1. Permasalahan
Di banyak daerah pedesaan di Indonesia, cara-cara tradisional
melahirkan bayi tetap populer. Sebagai contoh, di Ugaikagopa di
bagian timur Negara Indonesia, dukun tradisional membawa wanita
12
hamil ke tengah hutan untuk melahirkan bayi. Mereka mungkin
menggunakan serat yang diambil dari bambu untuk memotong tali
pusar dan menyeka tubuh bayi baru lahir 'dengan daun jambu biji.
Instrumen yang digunakan tidak steril dan dapat menyebabkan
infeksi. Para penyembuh tradisional, atau dukun dalam bahasa
Indonesia atau Bahasa, mungkin tidak dapat menangani komplikasi
selama persalinan, dan pada saat ibu sampai ke sebuah klinik lokal
mungkin sudah terlalu terlambat. Akibatnya, angka kematian ibu di
Indonesia tinggi dibandingkan dengan negara – negara Asia Tenggara
paling selatan. Pemeriksaan Kehamilan dan Bersalin di dukun masih
merupakan fenomena yang biasa terjadi di Indonesia dan hal tersebut
dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kematian
ibu di Indonesia.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan,
diikuti oleh eklampsia, infeksi, dan komplikasi dari aborsi dan
persalinan lama. Sebagian besar kematian terjadi dengan kelahiran
ditangani oleh bidan tradisional daripada oleh pemberi perawatan
kesehatan profesional yang terlatih.
Banyak keluarga memilih untuk menggunakan dukun karena
keyakinan dan kamerupakan pilihan yang lebih murah daripada
menggunakan seorang bidan atau pergi ke rumah sakit. Selain itu,
dukun beranak melakukan pekerjaan rumah tangga selama ibu pulih
13
1. Sejak tahun 2006, dukun diberikan insentif sampai dengan Rp
100.000 untuk merujuk ibu hamil ke bidan terlatih atau bidan
komunitas. Pendanaan berasal dari anggaran pemerintah daerah
2. Selain itu, dukun menerima sejumlah kecil uang ketika mereka
membantu bidan
3. Mereka (bidan) bertanggung jawab untuk merawat tali pusat bayi
dan untuk memandikan bayi baru lahir - diawasi oleh bidan - selama
minggu pertama. Dengan cara ini, dukun tidak merasa terancam
oleh kedatangan petugas kelahiran terampil atau bidan berbasis
komunitas di daerah mereka, tetapi senang untuk bekerja sama.
14
persalinan yang tidak adekuat dapat terjadi persalinan kasep,
kematian janin dalam rahim, ruptur uteri, perdarahan (akibat
pertolongan salah, robekan jalan lahir, retensio plasenta, plasenta
rest), dan bayi mengalami asfiksia, infeksi, atau trauma persalinan.
b. Pelayanan kesehatan yang patut dilaksanakan bidan
1) Meningkatkan upaya pengawasan ibu hamil.
2) Meningkatkan gizi ibu hamil dan ibu menyusui.
3) Meningkatkan gerakan penerimaan KB.
4) Meningkatkan kesehatan lingkungan.
5) Meningkatkan sistem rujukan.
6) Meningkatkan penerimaan imunisasi ibu hamil dan bayi.
Selain itu bidan juga melakukan pengawasan kehamilan dan
menetapkan kehamilan, persalinan, dan pascapartum dengan risiko
tinggi; kehamilan, persalinan, dan pascapartum yang meragukan;
dan kehamilan, persalinan, dan pascapartum dengan risiko rendah.
Berdasarkan penggolongannya, sikap yang dapat dilakukan bidan
adalah meningkatkan pengawasan hamil, persalinan dan
pascapartum, dan melakukan rujukan sehingga mendapat
pertolongan yang adekuat.
c. Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat
Pendidikan masyarakat memegang peranan penting yang
meliputi pentingnya arti pengawasan hamil, mengajarkan tentang
makanan yang berpedoman pada “empat sehat dan lima sempuma”,
pentingnya arti imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, pentingnya arti
pelaksanaan keluarga berencana, mengarahkan tempat persalinan
dilakukan untuk mendapatkan well born baby, pengawasan
pascapartum dan persiapan untuk merawat bayi dan menyusui,
pentingnya memberi ASI selama 2 tahun dan rawat gabung.
Pendidikan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan pada
waktu: Pengawasan hamil di Puskesmas atau pondok bersalin desa
dan praktik bidan swasta.Saat menyelenggarakan Posyandu.Melalui
pertemuan berkala atau kursus pada PKK (Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga).Pada saat memberi penyuluhan khusus.
Pada saat melakukan kunjungan rumah.
Tujuan pendidikan kesehatan masyarakat ini adalah
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan,
15
mengarahkan masyarakat memilih tenaga kesehatan terlatih,
meningkatkan pengertian masyarakat tentang imunisasi, keluarga
berencana, dan gizi sehingga mengurangi ibu hamil dengan anemia.
d. Meningkatkan upaya penerimaan gerakan keluarga berencana
Pembangunan ekonomi diselenggarakan pemerintah bersama
masyarakat, diikuti dengan program dan gerakan keluarga
berencana, sehingga diharapkan kesejahteraan makin cepat tercapai.
Pembangunan bangsa Indonesia berorientasi pada “pembangunan
keluarga” yang pada gilirannya “meningkatkan sumber daya
manusia”. Dalam pelaksanaan gerakan keluarga berencana dapat
mengambil bagian penting:
1) Memberi KIE dan motivasi.
Mengapa mengikuti gerakan KB? Kapan waktu yang tepat ber-
KB? Metode apa yang dipakai sesuai dengan waktu: pascapartum
atau pasta-abortus, interval, pada remaja, atau wanita di atas 35
tahun. Dimana dapat menerima pelayanan KB?
2) Memberi pelayanan dan pemeriksaan peserta KB. Keberadaan
bidan di tengah masyarakat dapat memberi pelayanan KB dalam
bentuk:
1) Metode sederhana (kondom, sistem kalender, dsb).
2) Metode hormonal (pil, suntikan, susuk).
3) Metode mekan is (pemasangan IUD).
4) Melakukan pengawasan peserta.
5) Merujuk klien yang menginginkan kontap ke Puskesmas atau
RSU.
e. Pendidikan dukun beranak
Peranan dukun beranak sulit ditiadakan karena masih mendapat
kepercayaan masyarakat dan tenaga terlatih yang masih belum
mencukupi. Dukun beranak masih dapat dimanfaatkan untuk ikut
serta memberi pertolongan persalinan. Kerjasama bidan di desa
dengan dukun beranak perlu dijalin dengan baik melalui:
a. Pendidikan dukun yang berkaitan dengan tanda bahaya
kehamilan dan persalinan serta pascapartum, teknik pertolongan
persalinan sederhana tetapi bersih dan legeartis, perawatan dan
pemotongan talipusat, perawatan neonatus, perawatan ibu
16
pascapartum, meningkatkan kerjasama dalam bentuk rujukan
bidan atau Puskesmas.
b. Diikutsertakan dalam gerakan keluarga berencana: membagikan
kondom, membagikan pil KB, melakukan rujukan KB.
c. Memberi kesempatan untuk melakukan pertolongan persalinan
dengan risiko rendah.
d. Meningkatkan sistem rujukan yang mantap.
Dengan penempatan bidan di desa diharapkan peranan dukun
akan makin berkurang sejalan dengan makin tingginya pendidikan
dan pengetahuan masyarakat dan tersedianya fasilitas kesehatan.
f. Meningkatkan sistem rujukan
Salah satu kelemahan pelayanan adalah pelaksanaan rujukan
yang kurang cepat dan tepat, suatu kekurangan, tetapi tanggung
jawab yang tinggi dan mendahulukan kepentingan masyarakat.
Kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal. Tindakan rujukan
ditujukan pada mereka yang tergolong dalam risiko tinggi. Rujukan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.
17
Masa nifas masih merupakan masa yang rentan bagi kelangsungan
hidup ibu baru bersalin. Menurut Studi Tindak Lanjut Kematian Ibu SP
2010 (Afifah dkk, 2011), sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa
nifas sehingga pelayanan kesehatan masa nifas berperan penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu. Pelayanan masa nifas adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama periode 6 jam
sampai 42 hari setelah melahirkan. Kementerian Kesehatan menetapkan
program pelayanan atau kontak ibu nifas yang dinyatakan dalam
indikator:
1) KF1, kontak ibu nifas pada periode 6 jam sampai 3 hari setelah
melahirkan
2) KF2, kontak ibu nifas pada periode 7-28 hari setelah melahirkan dan
3) KF3, kontak ibu nifas pada periode 29-42 hari setelah melahirkan.
18
pertama setelah melahirkan bervariasi menurut provinsi yaitu tertinggi di
DI Yogyakarta (93,5%) dan terendah di Papua (54,9%).
19
profesional terakreditasi - seperti dokter, bidan atau perawat - yang
telah dididik dan dilatih untuk kemampuan dalam keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengelola secara normal (tanpa komplikasi)
kehamilan, persalinan dan masa nifas, dan dalam mengidentifikasi,
memanajemen dan memberikan rujukan komplikasi pada wanita dan
bayi baru lahir.
Satu studi memperkirakan bahwa hampir 11% dari lulusan untuk
semua sekolah kedokteran di India beremigrasi ke negara lain untuk
berlatih. Situasi adalah serupa untuk perawat. Sebuah survei terbaru
yang dilakukan di dua sekolah keperawatan besar di India
menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa lulus bermigrasi keluar negeri.
Hal ini memiliki implikasi besar bagi staf dan pelatihan dalam sistem
kesehatan masyarakat. Penelitian telah menunjukkan bahwa India telah
kehilangan hingga Rp 5 miliar dalam biaya pelatihan sejak 1951
karena emigrasi. Hal ini menunjukkan permasalahan lain bagaimana
tenaga kesehatan di India menjadi deficit atau kekurangan.
Oleh karena itu, penting meningkatkan SDM tenaga kesehatan
terlatih dan ahli di kebidanan yaitu bidan dan dokter spesialis
kebidanan demi menurunkan angka kematian ibu.
D. BBL
Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam menurunkan
angka kematian pada bayi dan balita yang merupakan MDG keempat.
Tahun 1990-an menunjukkan perkembangan tetap dalam menurunkan
angka kematian balita, bersama-sama dengan komponen-komponennya,
angka kematian bayi dan angka kematian bayi baru lahir. Akan tetapi,
dalam beberapa tahun terakhir, penurunan angka kematian bayi baru lahir
(neonatal) tampaknya terhenti. Jika tren ini berlanjut, Indonesia mungkin
tidak dapat mencapai target MDG keempat (penurunan angka kematian
anak) pada tahun 2015, meskipun nampaknya Indonesia berada dalam
arah yang tepat pada tahun-tahun sebelumnya.
Sebagian besar kematian anak diIndonesia saat ini terjadi pada masa baru
lahir (neonatal) bulan pertama kehidupan. Kematian bayi baru lahir kini
20
merupakan hambatan utama dalam menurunkan kematian anak lebih
lanjut. Sebagian besar penyebab kematian bayi baru lahir dapat ditangani.
Survei Demografi dan Kesehatan 2007 (SDKI 2007) menunjukkan bahwa
baik angka kematian balita maupun angka kematian bayi baru lahir telah
meningkat pada kuintil kekayaan tertinggi, tetapi alasannya tidak jelas.
Gambar :Kematian anak balita dan bayi baru lahir menurut kelompok
kekayaan dalam periode 10 tahun sebelum setiap survey
21
1. neonatus lahir dari ibu yang mengalami komplikasi selama
persalinan, seperti pendarahan vagina, demam, dan kejang-kejang
2. Untuk bayi baru lahir, yang lahir ukuran sesuai dengan ibu lebih
kecil dari rata-rata
3. berat badan lahir rendah (<2500 gram)
4. status pekerjaan gabungan orangtua
5. Faktor perawatan pelayanan kesehatan
6. persalinan tidak dibantu oleh bidan terlatih
7. jumlah kunjungan perawatan antenatal yang rendah
8. pelayanan perawatan setelah melahirkan
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Frase M Diane and Cooper A Margaret. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Reeder and Sharon J. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga. Jakarta: EGC.
Tom Lissauer dan Avroy Fanaroff. (2008). At a glance neonatologi. Jakarta: EMS.
Varney et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed., Vol. 1). (E. Wahyuningsih,
Ed.) Jakarta: EGC.
iv