Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Mata Kuliah : PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

AKTIVITAS BIOKIMIA MIKROORGANISME

OLEH :

NAMA : TAMIA ANGGRAINI BARUS

NIM : 4171141046

Jurusan : BIOLOGI

Program : PENDIDIKAN BIOLOGI (S1)

Kelompok : 3 (TIGA)

Tgl. Pelaksanaan : 24 OKTOBER 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mengidentifikasi reaksi hidrolisa gelatin, oleh enzim yang dihasilkan bakteri.
2. Mengetahui jenis-jenis uji dalam biokimia mikroorganisme
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase.
4. Untuk mengetahui hasil reaksi dari hidrolisis gelatin.

1.2 Tinjauan Teoritis

Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yangamat penting di dalam


identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenalkarena secara morfologis biakan atau pun sel
bakteri yang berbedadapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis yangmemadai
mengenai organik yang diperiksa maka penentuanspesiesnya tidak mungkin dilakukan.
Karakteristik dan klasifikasisebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi
enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe mediamemproduksi
tipe metabolit tentunya yang dideteksi denganinteraksi mikroba dengan reagen test yang mana
menghasilkanperubahan warna reagen (Murray, 2005).

Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksibiomolekul satu dengan


lainnya membawa sifat-sifat keadaan hidupini. Belum pernah dalam pengamatan dalam logika
molekul selhidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum - hukum fisis yang
telah dikenal, seiring dengan itu pula, kita belum pernahmemerlukan pendefinisian hukum
baru. Mesin organik lunak selhidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama
yangmengatur mesin buatan manusia, akan tetapi, reaksi-reaksi kimiadan proses pengaturan sel
telah maju demikian pesat, melampauikemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger,
1995).

Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-ujibiokimia yang biasanya
dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteriatau mikroorganisme yang antara lain uji katalase,
koagulase, ujinitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrolisis kanji, uji hidrogen sulfit danlain-lain.
Pengujian biokimia merupakan salah satu hal yang sangatpenting dalam dunia mikrobiologi
(Lim, 1998).
Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatanidentifikasi bakteri atau
mikroorganisme yaitu antara lain adalah ujikoagulase, uji katalase, uji MRVP, uji nitrit,
hidrolisis gelatin, ujiH2S dan lain-lain. Salah satu uji yaitu adalah uji hidrolisis urea. Ujiini
sangat penting dalam identifikasi bakteri-bakteri patogenpenghuni usus, begitu pula uji yang
lain sebenarnya digunakanuntuk mengidentifikasi bakteri dengan karakter tertentu, yang
manadengan karakter tersebut ia dapat dibedakan dengan jelas daribakteri-bakteri yang lain
yang hidup disekitarnya (Dwidjoseputro,1994).

Mikroorganisme, seperti juga mahluk hidup lainnya, memerlukan energi untuk


kelangsungan hidupnya. Energi tersebut dapat diperoleh dari lingkungan sekitarnya dalam
bentuk senyawa kimia tertentu yang dapat diurai. Kemampuan mikroorganisme untuk
mengurai senyawa tertentu dan mensintesis senyawa yang baru merupakan sifat khas masing-
masing mikroorganisme. Semua aktivitas metabolisme tersebut berlangsung dengan bantuan
enzim tertentu. Hasil reaksi metabolisme tersebut hampir semuanya dapat diamati, bahkan
dapat diukur kekuatannya. Reaksi-reaksi metabolisme tersebut berbeda untuk setiap
mikroorganisme, sehingga hal tersebut merupakan sifat yang sangat penting untuk
mengidentifikasi mikroorganisme (Gandjar dkk. 1992: 49).

Keseluruhan dari rekasi kimia dalam mikroorganisme didefinisikan sebagai


metabolisme selular, dan transformasi biokimia yang terjadi di dalam dan luar sel dipengaruhi
oleh katalis biologikal yang disebut enzim (Cappuccino & Sherman 1996: 131). Enzim
merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Kerja enzim menurut aturan tertentu yang
teratur. Enzim mengkatalisis reaksi penyimpanan dan mengubah energi kimia. Spesifikasi
enzim amat tinggi terhadap substrat dan enzim mempercepat reaksi kimia spesifik tanpa
pembentukan produk sampingan ( Lehninger 1995: 235).

Enzim ekstraseluler atau eksoenzim adalah enzim yang dihasilkan oleh bakteri dan
disekresikan ke lingkungan (enzim yang aktivitasnya di luar sel). Sebagian besar substansi
dengan berat molekul yang besar tidak dapat melewati membran sel. Oleh karena itu,
substansi seperti polisakarida substansi seperti polisakarida, lipid dan protein harus didegradasi
terlebih dahulu menjadi bahan dengan berat molekul yang rendah sebelum ditransportasikan ke
dalam sel, Eksoenzim terutama enzim hidrolitik dapat mereduksi bahan dengan molekul tinggi
ke dalam blok-blok pembangunnya dengan penambahan air pada molekul. Eksoenzim sangat
berguna untuk hidrolisis pati, hidrolisis lipid, hidrolisis kasein dan hidrolisis gelatin
(Cappuccino & Sherman 1996: 132).
Endoenzim berfungsi di dalam sel dan berperan dalam sintesis protoplasma baru
yang diperlukan dan produksi energi selular dari asimilasi bahan. Kemampuan sel untuk
bekerja pada substrat bernutrisi menembus membran sel mengindikasikan adanya
eksoenzim yang dapat merubah substrat yang spesifik secara kimiawi menjadi bahan yang
penting. Perubahan tersebut diperlukan untuk ketahanan dan fungsi sel, dan merupakan
dasar dari metabolisme selular. Endoenzim berperan dalam fermentasi karbohidrat, reaksi
litmus susu, produksi H2S, reduksi nitrat, reaksi katalase, tes urease, tes oksidase, tes
IMVIC dan tes triple sugar-iron (Cappuccino & Sherman 1996: 132).

Gelatin merupakan suatu jenis protein yang tidak mengandung triptofan dan hanya
sedikit mengandung asam-asam amino penting lain. Pencairan gelatin oleh
mikroorganisme dapat terjadi dengan adanya enzim gelatinase yang bersifat proteolitik
(Gandjar dkk. 1992: 52).

Walaupun nilai gelatin sebagai sumber nutrisi masih dipertanyakan, gelatin sangat
berguna di dalam mengidentifikasi spesies bakteri. Gelatin adalah suatu protein yang
diproduksi dari hidrolisis kolagen, komponen utama dalam jaringan penghubung dan otot
manusia dan hewan lainnya. Pada temperatur di bawah 25 OC, gelatin bersifat padat dan
membentuk gel, sedangkan pada temperatur di atas 25 OC, gelatin bersifat cair (Cappuccino
& Sherman 1996: 145).

Pencairan gelatin oleh bakteri dilakukan oleh enzim proteolitik yang dikenal
sebagai gelatinase. Adanya gelatinase dapat dilihat dengan memasukkan kultur ke dalam
lemari pendingin. Apabila gelatin tetap cair, menunjukkan bahwa mikroorganisme tersebut
mensekresi gelatinase ke dalam medium (Salle 1967: 354).

Ketika melakukan respirasi aerob, mikroorganisme menghasilkan hidrogen


peroksida dan beberapa superoksida toksik. Akumulasi substansi itu dapat menimbulkan
kematian pada organisme jika substansi itu tidak didegradasi secara enzimatis. Substansi
tersebut diproduksi ketika organisme aerob, anaerob fakultatif dan mikroaerofil
menggunakan jalur respirastori aerob, yang membutuhkan oksigen bebas sebagai aseptor
elektron terakhir, selama degradasi karbohidrat untuk menghasilkan energi. Organisme
yang dapat memproduksi katalase atau peroksidase dapat mendegradasi hidrogen peroksida
secara cepat, reaksinya sebagai berikut:

katalase
2 H2O2 2 H2O + O2
Peroksidase
Hidrogen peroksida Air Oksigen bebas
(Cappuccino & Sherman 1996: 187).

Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk degradasi


superoksida toksik pada organisme aerob katalase negatif. Ketidakmampuan
mikroorganisme untuk mensintesis katalase, peroksidase atau superoksida dismutase dapat
menjelaskan bahwa oksigen beracun untuk mikroorganisme tersebut. Oleh karena enzim
tidak ada, konsentrasi H2O2 yang bersifat toksik tidak dapat didegradasi ketika organisme
itu ditumbuhkan pada kondisi yang ada oksigennya. Produksi katalase dapat ditentukan
dengan penambahan substrat H2O2 pada kultur trypticase soy agar. Jika terdapat katalase,
reaksi kimia yang terjadi diindikasikan dengan adanya gelembung gas oksigen bebas
(Cappucino & Sherman 1996: 187).
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat

No NamaAlat Jumlah
1 bunsen 1 buah
2 Jarum ose 2 Buah
3 Incubator 1 Buah

2.1.2. Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1 Nutrient gelatin Agar Secukupnya
2 Agar miring Tripticase soy agar Secukupnya
3 Biakan Murni Secukupnya
4 H2O2 3% 3 – 4 tetes

2.2. ProsedurKerja

 Hidrolisis Gelatin

1. Diinokulasikan biakan murni bakteri kedalam tabung reaksi berisi Nutrient Gelatin
Agar

2. Media di inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37℃

3. Media kemudian disimpan di incubator pada suhu 4℃ selama 30 menit dan diamati
perubahan yang terjadi

 Uji Katalase

1. Jarum ose dipijarkan selama 15 detik

2. Biakan murni bakteri diinokulasikan kemedia agar miring dan dilakukan secara aseptic

3. Kultur di inkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃

4. Permukaan kultur ditetesi 3-4 tetes H2O2 dan diamati ada / tidak ada gelembung pada
permukaan media.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
NO Jenis uji Jenis HASIL
Bakteri Sebelum Sesudah

1 Uji Gelatin E.coli Warna kekuningan Warna menjadi keruh dan terdapat
endapan diatas dan berubah
menjadi padat

Bacillus Warna kekuningan Warna menjadi keruh dan terdapat


endapan diatas dan berubah
menjadi padat

2 Uji Katalase E.coli Warna bening Ada gelembung-gelembung

Bacillus Warna Bening Ada Gelembung-gelembung

3.2 Penjelasan Tabel Hasil Penelitian

Aplikasi dari uji biokimia ini biasanya dilakukan uji-uji biokimia yaitu suatu uji
senyawa dalam makhluk hidup. Kebanyakan dari senyawa itu adalah senyawa karbon yang
terikat secara kovalen dengan beberapa unsur H, O, N, F, S, dan beberapa unsur logam,
misalnya karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat. Uji biokimia digunakan untuk
karakterisasi dan identifikasi mikroba. Fungsinya adalah mengidentifikasi bakteri dengan
karakter tertentu, yang mana dengan karakter tersebut ia dapat dibedakan dengan jelas dari
bakteri-bakteri yang lain.

Percobaan ini terbagi menjadi dua uji, yaitu uji biokimia itu sendiri dan uji hidrolisa.
Uji biokimia merupakan salah satu uji yang dapat digunakan untuk identifikasi dan
karakterisasi bakteri, yaitu dengan melihat reaksi di dalam sel-sel hidup bakteri ketika
ditambahkan zat kimia. Bakteri yang digunakan dalam percobaan ini adalah Eschericia coli
dan Bacillus subtilis

Uji katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase pada bakteri.
Pengujian ini menggunakan H2O2 3 % karena H2O2 merupakan salah satu hasil respirasi
aerobik bakteri, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri
karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri sehingga komponen ini harus dipecah agar tidak
bersifat toksik lagi. Pada saat melakukan respirasi, salah satu komponen yang dihasilkan
bakteri adalah H2O2. Bakteri yang memiliki kemampuan memecah H2O2 dengan enzim
katalase segera membentuk suatu sistem pertahanan dari toksik H2O2 yang dihasilkannya
sendiri.

Uji katalase dapat dilihat dengan menetesi hidrogen peroksida (H2O2) pada biakan
mikroorganisme yang diletakkan pada kaca objek. Mikroorganisme yang digunakan adalah
Bacillus subtilis dan Escherichia coli. Jika terdapat enzim katalase, reaksi kimia yang terjadi
diindikasikan dengan terbentuknya gelembung gas oksigen bebas (O2).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedua bakteri yang digunakan menunjukkan
adanya reaksi yang positif terhadap uji katalase. B.subtilis, dan E. coli memperlihatkan
adanya gelembung O2 ketika ditetesi oleh H2O2, namun waktu yang dibutuhkan sampai terlihat
adanya gelembung gas pada setiap bakteri adalah berbeda-beda. B. Subtilis memerlukan waktu
sekitar 19 detik, sedangkan E. coli membutuhkan waktu sekitar 9 detik. Kemampuan kedua
biakan tersebut menghasilkan enzim katalase yang dapat memecah hidrogen peroksida menjadi
air dan oksigen sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa kedua bakteri tersebut
memberikan uji terhadap uji katalase (Holt dkk. 1994: 179).
Uji hidrolisa gelatin merupakan suatu uji untuk mengetahui ada tidaknya kemampuan
suatu mikroorganisme dalam menghidrolisis gelatin. Uji ini menentukan kemampuan suatu
mikroorganisme untuk dapat membentuk enzim semacam proteolitik (gelatinase) yang dapat
mencairkan gelatin yang akan terurai oleh bakteri yang mensintesis enzim proteolisis.
Parameter yang menunjukkan hasil positif pada percobaan ini adalah gelatin tetap dalam
keadaan cair walaupun telah didinginkan. Artinya reaksinya bersifat irreversibel (tidak dapat
balik), di mana media gelatin akan tetap cair meskipun telah didinginkan dengan es. Dengan
kata lain,mikroorganisme dapat membentuk enzim semacam proteolitik (gelatinase) yang
dapat mencairkan gelatin.

Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen, yaitu zat pada jaringan
penghubung dan tendon pada hewan. Pada suhu rendah, media gelatin akan memadat
sedangkan pada suhu kamar gelatin berwujud cair. Melalui hal tersebut, akan diketahui
bagaimana uji hidrolisa ini terjadi. Media gelatin terhidrolisis jika wujudnya menjadi cair,
bukan padatan. Dalam uji hidrolisa ini, hasil yang diperoleh adalah negatif pada E. coli dan
positif terhadap B. subtilis, yang ditunjukkan dengan terbentuknya padatan pada media gelatin
atau dengan kata lain bakteri yang digunakan tidak dapat mensintesis enzim proteolisis untuk
menguraikan gelatin, sehingga media gelatin memadat. Media gelatin menjadi padat karena
ikatan hidrogen yang terdapat didalamnya tidak dapat dihidriolisa (tidak terurai) oleh bakteri,
sehingga reaksinya bersifat reversibel dapat balik. Reaksi dikatakan dapat balik jika media
gelatin tersebut akan memadat pada suhu rendah dan akan kembali cair pada suhu normal.

Percobaan percairan gelatin mengunakan bakteri E. coli dan B. subtilis yang


diinokulasikan pada medium gelatin yang ditempatkan pada lemari pendingin. Gelatin pada
suhu rendah akan membeku. Jika dihidrolisis dengan gelatinase, medium tersebut akan
kehilangan sifat solidifikasi. Semakin cair, aktivitas proteolitik akan semakin tinggi.
Pencairan gelatin dilakukan oleh enzim proteolitik yang dikenal sebagai gelatinase. Adanya
enzim tersebut dapat dilihat dengan menginokulasi tabung berisi medium gelatin dengan
mikroorganisme yang diamati dan diinkubasi. Medium diletakkan pada lemari pendingin.
Apabila gelatin tetap mencair menunjukkan bahwa organisme yang ada mensekresi gelatinase
ke dalam medium (Salle 1967: 421).
Berdasarkan hasil pengamatan B. subtilis memiliki enzim gelatinase yang dapat
menghidrolisis gelatin. Hal tersebut terlihat dari gelatin yang mencair setelah diinkubasi
selama 24 jam, sedangkan pencairan gelatin tidak terlihat pada medium yang ditumbuhi oleh
E. coli. B. subtilis dapat menghidrolisis gelatin dengan bantuan enzim gelatinase, sedangkan
E. coli tidak dapat menghidrolisis gelatin karena tidak mempunyai enzim gelatinase. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa E. coli memberikan hasil negatif pada
pencairan gelatin (Clifton 1958: 164).

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
1. Bakteri dari debu yang kami isolasikan ternyata mampu menghidrolisa pati Gelatin
(protein) dan melakasanakan aktivitas katalase hal ini dikarenakan mikroba melakukan
meabolismenya dengan menghidrolisa senyawa yang ada dilingkungan sekitarnya.
2. Jenis-jenis uji biokimia mikroorganisme ada dua yaitu uji eksoenzim dan uji
endoenzim .Dimana uji eksoenzim itu ada Hidrolisis pati, hidrolisis lemak, hidrolisis
kasein dan hidrolisis gelatin.Dan uji endoenzim itu ada fermentasi karbohidrat , reaksi
susu litmus, produksi hidrogen sulfida, reduksi nitrat, reaksi katalase, uji urease, uji
oksidasi dan IMVIC.
3. Enzim bekerja berpengaruh dengan derajat keasaman dan suhu, pada pH yang terlalu
asam maupun basa enzim ini tidak bekerja secara maksimal, sedangkan pada suhu
tunggi akan mengalami denaturasi.
4. Media gelatin menjadi padat karena ikatan hidrogen yang terdapat didalamnya tidak
dapat dihidriolisa (tidak terurai) oleh bakteri, sehingga reaksinya bersifat reversibel
dapat balik. Reaksi dikatakan dapat balik jika media gelatin tersebut akan memadat
pada suhu rendah dan akan kembali cair pada suhu normal.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.

Cappuccino, J.G. & N. Sherman. 1996. Microbiology: A laboratory manual. ddison-Wesley


Publishing : New York
Clifton, C. E. 1958. Introduction to the bacteria. Ed. ke-2. McGraw Hill Book Company :
New York
Gandjar, l., l. R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo,& L. Soebagya. 1992. Pedoman praktikum
mikrobiologi dasar. Jurusan Biologi FMIPA Ul : Depok.
Holt, J. G., N. R. Kneg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley, & S. T. Williams. 1994. Bergey’s manual
of determinative bacteriology. Williams & Wilkins, Baltimore: New York
Lehninger, A. L. 1995. Dasar-dasar biokimia. Terj. dari Principles of biochemistry, oleh
Thenawidjaja, M. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Salle, A. J. 1967. Fundamental principles of bacteriology. Ed. Ke-5. McGraw Hill Book
Company, Inc. : New York
Lim, D. 1998. Microbiology. WCB Mcgraw-Hill. : Missouri.

Medan, 31 Oktober 2019

DOSEN / ASISTEN PRAKTIKAN

Tamia Anggraini Br Barus

NIM/NIP NIM : 417334101

Anda mungkin juga menyukai