Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

ANALISIS MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Disusun oleh :

Alfina Nur Aini

1851100600111012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
PEMBAHASAN

Berita 1

Viral Guru Di-bully Murid, Sekolah akan Perkuat Pendidikan Karakter

Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berkoordinasi dengan


Kadisdik Provinsi Jawa Tengah Gatot Bambang Hastowo terkait video viral guru
di-bully murid di Kendal. Hasil pertemuan itu, para murid diminta tidak
mengulangi perbuatan mereka kembali.

"Dari informasi yang diterima KPAI, pihak sekolah sudah memanggil dan
membina para siswa yang terlibat dalam video yang viral tersebut pada Sabtu
(10/11). Para siswa tersebut juga diminta menuliskan pernyataan tidak akan
mengulangi guyonan seperti dalam video yang viral tersebut. Selanjutnya pada
Senin (12/11) giliran para orang tua siswa tersebut yang dipanggil pihak sekolah
dan membuat komitmen bersama untuk menasehati anak-anaknya agar tidak
mengulangi lagi perbuatannya dan dapat lebih menghormati para gurunya," kata
komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis, Senin (12/11/2018).

Pertemuan itu dihadiri Kepala SMK NU 3 Kaliwungu, Muhaidin, sejumlah guru,


pengawas sekolah, siswa, dan para orang tua murid serta Bupati Kendal Mirna
Annisa. KPAI mengapresiasi Disdik Jateng yang dengan cepat menangani kasus
video viral tersebut dan melaporkan perkembangan kepada Gubernur Jateng
Ganjar Pranowo dan KPAI. 

Retno mengatakan pihak sekolah dan guru Joko Susilo mengakui perbuatan yang
terekam video viral tersebut hanya bercanda, bukan kekerasan. Namun pihak
sekolah menilai candaan tersebut sudah melampaui batas. 

"Pihak sekolah dan guru yang bersangkutan menyatakan bahwa yang terekam di
video yang viral tersebut hanya guyonan, bukan kekerasan atau pengeroyokan.
Namun pihak sekolah mengakui guyonan atau candaan sejumlah siswa terhadap
gurunya merupakan tindakan atau perbuatan yang kelewat batas kesopanan/ etika
sosial," jelas dia.
Retno mengatakan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut ialah karakter
siswa yang kurang terbina dengan baik di rumah maupun sekolah sehingga
perilakunya kurang sopan. Faktor lainnya ialah rendahnya kompetensi pedagogik
guru, terutama dalam penguasaan kelas, serta upaya penciptaan suasana belajar
yang kreatif, menyenangkan, dan menantang kreativitas serta minat siswa.

Selain itu, ia mengatakan, pihak sekolah akan melakukan pembinaan penguatan


pendidikan yang berkarakter dan meningkatkan disiplin siswa. Bahkan pihak
sekolah akan menegakkan aturan serta pengawas sekolah wajib memantau dan
melaporkan hasilnya kepada Disdik Jateng. 

"Sekolah menyusun langkah-langkah pembinaan sebagai berikut: (1) menyusun


rencana aksi penguatan pendidikan karakter di sekolah, mengamalkan nilai nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari; (2) Meningkatkan disiplin siswa,
termasuk performance dan sikapnya, baik cara berpakaian maupun potongan
rambut sesuai ketentuan sekolah; (3) Sekolah akan menegakkan tata tertib
sekolah; (4) Disepakati pula secara berkala pengawas SMK wajib memantau dan
melaporkan hasilnya ke Dinas Dikbud Jawa Tengah," tutur dia.

Lebih lanjut, KPAI mendorong Pemprov Jawa Tengah melakukan rapat


koordinasi dengan sejumlah organisasi perangkat daerah terkait, termasuk
P2TP2A untuk sosialisasi stop bullying untuk seluruh siswa dan upaya rehabilitasi
psikologis terhadap para siswa pelaku.

Sebelumnya, viral video di media sosial terhadap lima orang siswa mengganggu
guru di dalam kelas. Dalam video yang berdurasi 24 detik itu, Joko seolah
dikepung para siswa dan saling tendang hingga sebelah sepatunya lepas. Namun
pihak sekolah memberikan keterangan hal itu hanya bercanda.

Sumber berita : https://news.detik.com/berita/d-4299012/viral-guru-di-bully-


murid-sekolah-akan-perkuat-pendidikan-karakter (Diakses pada 20 Mei 2019)

Hari, tanggal : Selasa, 13 November 2018

Pukul : 00.36 WIB


Reporter : Faiq Hidayat

A. Identifikasi masalah

Berita 1 tersebut memuat masalah tentang sebuah video berisi seorang


guru yang didorong dan ditendang murid-muridnya secara beramai-ramai.
Pengeroyokan tersebut dilakukan lima siswa di dalam kelas. Menurut pihak
sekolah dan guru korban pengeroyokan tersebut, aksi yang dilakukan siswa-siswa
itu hanya bercanda. Meskipun hanya candaan, hal ini sangat tidak pantas
dilakukan dalam dunia pendidikan.

B. Faktor-faktor penyebab masalah

1) Para siswa tidak mengetahui bahwa bercanda dengan guru itu ada
batasnya.
2) Rendahnya kompetensi pedagogik guru tersebut dalam penciptaan suasana
pembelajaran di kelas dan penguasaan kelas.
3) Karakter siswa kurang terbina dengan baik di rumah maupun di sekolah,
sehingga menyepelekan sopan santun.

C. Solusi atau upaya penanggulangan masalah

1) Pemberian pembinaan karakter oleh guru BK. Jadi, setiap minggu guru
BK perlu memberikan bimbingan kepada setiap siswa, termasuk siswa
yang sering bermasalah.
2) Setiap kelas maupun sudut sekolah diberi CCTV agar siswa terus
terpantau oleh pihak sekolah. Hal ini dapat mengurangi aksi kekerasan di
lingkungan sekolah.
3) Guru agama juga memberikan bimbingan berupa pengamalan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa.
4) Meningkatkan kedisiplinan siswa dengan memperketat aturan berpakaian
dan sikap.
Berita 2

KPAI : Kasus Kekerasan Anak dalam Pendidikan Meningkat Tahun 2018

JAKARTA — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melihat trend


kekerasan terhadap anak dalam pendidikan di tahun ini cukup meningkat.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan dari total 445
kasus bidang pendidikan sepanjang tahun ini, 51,20 persen atau 228 kasus terdiri
dari kekerasan fisik dan kekerasan seksual yang kerap dilakukan oleh pendidik,
kepala sekolah dan juga peserta didik. Kasus cyberbully di kalangan siswa juga
meningkat.

Selanjutnya, kasus tawuran pelajar mencapai 144 kasus atau 32,35 persen, dan 73
kasus atau 16,50 persen merupakan kasus anak yang menjadi korban
kebijakan.Dalam konferensi pers di kantor KPAI, Jakarta, Kamis (27/12), Retno
menyoroti kasus cyberbully di kalangan siswa yang meningkat signifikan. Hal ini,
kata Retno karena perkembangan teknologi dan pengaruh media sosial cukup
masif di kalangan pelajar.

"(Tanggal) 21 Desember total 206 kasus, ini peningkatan memang. Pada tahun
sebelum 2015 cyberbully itu nol, atau tidak ada laporan satu pun
tentang cyberbully, tapi terjadi terus naik dari 2015. 2015, pertama itu pun hanya
empat lalu terus naik, terakhir mencapai 206, jadi seiring dengan kemajuan
teknologi dan media sosial memang terjadi peningkatan terutama
untuk cyberbully," kata Retno.

Selain kasus kekerasan, KPAI mencatat anak-anak juga menghadapi


permasalahan pendidikan pasca bencana alam yang terjadi sepanjang tahun ini.
Kerusakan gedung sekolah, trauma siswa dan guru menjadi permasalahan yang
cukup pelik.

Untuk mengatasi permasalahan ini, pihak KPAI melihat bahwa pihak sekolah saja
tidak cukup. Perlu kerjasama dengan berbagai lembaga dan juga masyarakat untuk
mengatasi atau bahkan mencegah sebelum kekerasan itu terjadi pada anak-anak.
KPAI, kata Retno, merekomendasi beberapa hal di antaranya, pemerintah perlu
mengadakan pelatihan-pelatihan guru, sehingga tidak ada lagi guru yang dipukul
oleh siswa, atau guru yang menghukum siswanya dengan memukul dan lain-lain.

Selain itu, KPAI juga mendorong Kemendikbud, Kemenag dan Dinas Pendidikan
untuk membuat program edukasi kepada peserta didik, terkait kesehatan
reproduksi dan penyadaran bahwa ada bagian tertentu di tubuhnya yang tidak
boleh disentuh oleh siapapun kecuali dirinya sendiri. Mengingat kasus kekerasan
seksual cukup tinggi terjadi di ruang kelas, dia juga menyarankan agar setiap
ruang kelas di sekolah dipasangi CCTV. Hal tersebut, menurutnya dapat
melindungi anak-anak dari kekerasan seksual.

Terkait masalah pendidikan pasca bencana alam, KPAI juga mendorong


pemerintah untuk membangun lebih banyak lagi sekolah darurat, serta
mengembangkan kurikulum sekolah darurat serta pemulihan psikologis terhadap
pendidik dan peserta didik yang terdampak bencana.

Menanggapi hal ini, Mendikbud Muhadjir Effendy mengakui untuk mengatasi


permasalahan kekerasan anak dalam pendidikan memang dibutuhkan koordinasi
yang lebih intensif antar semua Kementerian/Lembaga (K/L). Setiap K/L tersebut,
kata Muhadjir punya otoritas masing-masing guna mengatasi setiap permasalahan
yang ada.

"Sebetulnya tidak ada satupun anak yang tidak punya irisan dengan sekolah,
sehingga apapun urusannya pasti berkaitan dengan sekolah, termasuk masalah
kekerasan terhadap anak. Masalahnya tentu harus ditangani secara terjalin dan
berkelindan antar Kementerian / Lembaga terkait. Karena kan untuk anak ada
kementerian yang sebetulnya bertanggung jawab terhadap perlindungan anak
misalnya, kemudian kaitannya dengan narkoba misalnya, siswa kena narkoba,
sebetulnya juga ada badan anti narkotika, kemudian pemikiran keras sebetulnya
juga ada BNPT. Jadi saling berkelindan. Itu yang penting sebetulnya, bagaimana
meningkatkan koordinasi satu sama lain secara intensif, dan saya sangat mengakui
bahwa semuanya memang akhirnya bermuara kepada sekolah, karena memang
anak-anak itu anak sekolah," lanjutnya.

Ia menjelaskan, Kemendikbud juga mengembangkan manajemen berbasis


sekolah, di mana seluruh aktivitas siswa baik di dalam maupun di luar sekolah
harus dikelola oleh manajemen sekolah. Nantinya, kalaupun ada kekerasan di luar
sekolah, pihak sekolah tidak bisa lepas tanggung jawab begitu saja. Dia pun
mengapresiasi laporan dari KPAI, sehingga permasalahan yang menimpa anak-
anak dalam pendidikan bisa transparan dan respon untuk mengatasinya bisa lebih
cepat. [gi/uh]

Sumber berita: https://www.voaindonesia.com/a/kpai-kasus-kekerasan-anak-


dalam-pendidikan-meningkat-tahun-2018/4718166.html (Diakses pada 20 Mei
2019)
Hari, tanggal : Kamis, 27 Desember 2018
Reporter : Ghita Intan

A. Identifikasi masalah

Berita 2 tersebut berisi tentang masalah peningkatan kasus kekerasan


dalam dunia pendidikan. Kekerasan fisik dan kekerasan seksual di lingkungan
sekolah dilakukan oleh pendidik maupun peserta didik. Kasus cyberbully juga
makin meningkat di kalangan siswa. Kasus cyberbully ini terjadi karena
penggunaan media sosial yang disalahgunakan oleh pelajar. Kasus ini dapat
membuat korban depresi bahkan bunuh diri. Selain kasus kekerasan, ada juga
permasalahan pendidikan pasca bencana yang terjadi pada tahun 2018. Kerusakan
gedung sekolah, trauma siswa dan guru menjadi persoalan yang cukup pelik.

B. Faktor-faktor penyebab masalah

1) Kasus kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan cyberbully :


a) Lemahnya pendidikan karakter siswa yang melakukan kekerasan.
b) Kurangnya pendidikan tentang sopan santun di lingkungan
keluarga maupun tempat tinggal.
c) Pengaruh penggunaan media sosial yang kurang terkontrol dan
adanya konten-konten yang memicu siswa melakukan kekerasan.
d) Lemahnya pengawasan pihak sekolah di dalam lingkungan
sekolah.
e) Adanya konten pornografi yang memicu siswa atau guru yang
melakukan kekerasan seksual.
2) Masalah pendidikan pasca bencana alam :
a) Adanya kekurangan sekolah darurat di daerah rawan bencana.
b) Kurangnya pengembangan kurikulum sekolah darurat dan tindakan
pemulihan psikologis terhadap pendidik dan peserta didik yang
terdampak bencana.

C. Solusi atau upaya penanggulangan masalah

1. Kasus kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan cyberbully :


a. Melakukan pembinaan karakter baik di sekolah maupun di rumah.
Di sekolah, pembinaan karakter dilakukan oleh guru BK dan guru
agama. Bila kasus dilakukan oleh pendidik, perlu diberi sanksi dan
mendapat tindak lanjut dari Dinas Pendidikan. Peran orang tua juga
dituntut untuk selalu mengawasi dan mengontrol siswa agar tidak
terjerumus pada kekerasan.
b. Membuat program edukasi kepada peserta didik tentang
pencegahan kekerasan seksual.
c. Pemasangan CCTV di setiap kelas dan sudut sekolah agar kasus
kekerasan fisik maupun seksual berkurang.
d. Mengadakan pertemuan rutin antara pihak sekolah, guru, dan orang
tua peserta didik untuk membahas perkembangan peserta didik
selama di sekolah. Jadi, pihak sekolah dan orang tua sama sama
memantau peserta didik.
2. Masalah pendidikan pasca bencana alam :
a. Adanya kebijakan pemerintah untuk membangun lebih banyak lagi
sekolah darurat di daerah rawan bencana
b. Mengembangkan kurikulum sekolah darurat dan pemulihan
psikologis pendidik dan peserta didik yang terkena dampak
bencana

Perbandingan kedua permasalahan berita :

Berita 1 dan berita 2 sama sama berisi masalah tentang kekerasan dan
bullying dalam dunia pendidikan. Dalam berita 1, kasus bullying dilakukan oleh
siswa kepada guru. Meski pihak sekolah pada akhirnya memberi penjelasan
bahwa itu hanya candaan sebab sang guru memang dikenal suka bercanda dan
para siswa yang melakukan tendangan tersebut mengaku hanya bercanda dengan
guru di dalam kelas, namun menurut saya bercanda yang dilakukan siswa-siswa
tersebut sangat tidak pantas dilakukan. Guru adalah sosok yang harus dihormati
sebab beliau telah memberi jasa berupa memberi ilmu kepada siswa. Sedangkan
dalam berita 2, kasus kekerasan fisik dan kekerasan seksual dilakukan oleh
pendidik maupun peserta didik. Pendidik yang melakukan kekerasan terhadap
peserta didik biasanya dipicu oleh peserta didik tersebut yang membuat jengkel,
seperti berbuat gaduh ketika guru sedang menjelaskan pelajaran maupun berkelahi
dengan temannya ketika di kelas. Sebaliknya, siswa yang melakukan kekerasan
ataupun cyberbully kepada sesama siswa biasanya terpengaruh dari media sosial.
Konten-konten dalam media sosial yang dibaca atau ditonton siswa tidak disaring
dahulu sehingga menyebabkan siswa mudah meniru. Hal ini menjadi pelajaran
agar dunia pendidikan beberapa tahun ke depan tidak terjadi kekerasan-kekerasan
lagi agar tidak menimbulkan banyak korban dari siswa yang seharusnya memiliki
hak untuk mengenyam pendidikan yang layak.

Anda mungkin juga menyukai