Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERPEUTIK PADA REMAJA

DENGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

Kasus

An. B, siswa laki-laki berusia 17 tahun, beragama Islam, bertempat tinggal di Jl.
Besar Ijen. Orang tua klien membawanya ke rumah sakit karena perubahan sikap B akhir-
akhir ini sangat drastis, yaitu seolah-olah B menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Nilai
rapornya mulai menurun, B juga jarang berkumpul bersama teman-temannya lagi, ia lebih
memilih untuk mengurung diri di rumah. Saat B mengobrol dengan ibunya, B tampak sering
kali mengalihkan pandangan matanya seolah tak ingin berkontak mata dengan siapapun,
tampak lesu dan tidak bergairah seperti sebelumnya, mata memerah, tampak kumal, memiliki
gangguan saat tidur sehingga sulit tidur, sering merasa pusing dan kesulitan untuk fokus
sehingga saat ditanya seringkali memberikan jawaban yang tidak nyambung. Saat dilakukan
pemeriksaan didapati pupil yang mengecil atau lebih besar dari normal, tremor dan berbicara
ngelantur. Tekanan darah 150/90 dan denyut jantung yang kencang, serta dilakukan test urine
dan dipatai positif narkotika.

Diagnosa Medis

Penyalahgunaan NAPZA

Masalah keperawatan

- Isolasi sosial
- Koping tidak efektif
- Harga diri rendah situasional

Rencana keperawatan

- Identifikasi penyebab ketergantungan atau penyalahgunaan zat


- Melatih sikap/ perilaku positif mengatasi masalah penggunaan zat di masa akan
datang
- Menganjurkan klien untuk menghindari perilaku isolasi sosial
- Mendiskusikan perencanaan jadwal kegiatan sehari-hari atau mingguan

Tujuan

- Menurunkan perilaku penyalahgunaan zat


- Meningkatkan pastisipasi sosial
- Untuk meningkatkan sikap menghindari penyalahgunaan obat dan zat

Strategi Pelaksanaan

FASE ORIENTASI

Perawat : “Permisi dek selamat pagi.”

Klien : (klien diam)

Perawat : “Saya perawat Bela, perawat yang bertugas pada pagi ini. Bisa disebutkan namanya
dek?”

Klien : “Bejo Sutejo”

Perawat : “Benar ya, ini dengan adek Bejo. Saya mau ngobrol sebentar nih sama adek Bejo,
paling lama cuma 15 menit. Rileks aja ya dek.”

Klien : (menganggukkan kepalanya)

Perawat : “Bagaimana dek keadaannya hari ini?”

Klien : “Baik”

Perawat : “Bagaimana dek tidurnya tadi malam? Nyenak? Atau masih susah tidur?”

Klien : “Ya, lebih baik.”

Perawat : “Adek, bisa lihat saya? Coba hadap saya sini dek, liat muka saya sini.”

Klien : (klien menoleh dan menghadap ke arah perawat)

Perawat : “Enak kan kalau gini dek? Jadi adeknya bisa ngobrol sambil liat muka saya. Kalau
yang tadi kan saya kayak ngomong sama angin. Benar tidak?”

Klien : “Iya.”

Perawat : “Tujuan saya ke sini untuk berkenalan dan membuat kontrak waktu supaya bisa
ngobrol lagi dengan adek Bejo. Kan sekarang kita sudah saling mengenal, apa adek
bersedia kalau kita ngobrol lagi di lain waktu?”

Klien : “Ya boleh, tapi saya gak mau kalau lama.”

Perawat : “Nggak lama kok, cuma 30 menit aja. Ngobrolnya juga santai dek. Jadi rencananya
mau saya lakukan sore jam 3. Bagaimana dek?”
Klien : “Ya sudah. Saya maunya ngobrol di sini aja, sus.”

Perawat : “Baik kalau memang itu keinginan adek, akan saya penuhi. Jadi kontrak kita hari
ini mengobrol santai di kamar adek ini ya jam tiga sore nanti.”

Klien : “Iya”

Perawat : “Nanti adek bisa cerita banyak hal sama saya, semua yang adek rasakan dan
pengalaman yang didapat adek.”

Klien : “Nggak mau ah, dan aku gak suka dipaksa.”

Perawat : “Kalau adek nggak mau cerita, makin lama adek keluar dari rumah sakit dong.
Memangnya enak tinggal di sini lama-lama? Minum obat sehari sudah berapa kali.
Adek mau begitu terus?”

Klien : “Ya nggak mau lah. Aku masih punya rumah.”

Perawat : “Nah, adek aja maish sadar kalau harus pulang. Makanya, kalau ngobrol nanti adek
cerita ya sama saya, saya jamin nggak bakalan bocor ke siapa-siapa. Adek boleh
mengatur saya untuk siapa saja informasi adek boleh dibagikan.”

Klien : “Bener nih? Sekalipun saya cerita yang aneh-aneh suster gak bakal marah?”

Perawat : “Tentu saja enggak, karena saya akan semakin senang kalau adek makin banyak
cerita sama saya. Adek bisa mempercayai saya sepenuhnya. Karena rahasia adek,
rahasia saya juga.”

Klien : “Hmm, kalau gitu nanti saya akan cerita deh.”

Perawat : “baik, kalau begitu terima kasih atas waktunya dan terima kasih atas
kepercayaannya. Kalau adek bitih saya, adek tinggal tejan bel atau panggil saya
melalui keluarga, saya ada di ruangan. Terima kasih.”

FASE KERJA

(Latar tempat di dalam kamar klien, klien ditinggalkan sendirian oleh keluarga karena
mmebutuhkan privasi saat berkomunikasi terapeutik dengan perawat.)

Perawat : “Selamat sore dek.”


Klien : (klien hanya mendongakkan kepalanya dan menatap perawat)

Perawat : “Benar ini dengan adek Bejo kan?”

Klien : “Iya benar.”

Perawat : “Masih ingat kan tentang obrolan kita siang tadi?”

Klien : “Iya masih.”

Perawat : “Jadi kita ngobrol-ngobrol santai ya sore ini, sesuai kontrak yang sudah kita buat
tadi.”

Klien : “Iya.”

Perawat : “Nah, sekarang adek bisa bercerita tentang masalah adek pada saya. Janga
khawatir, kan kemarin suster sudah janji untuk tidak membocorkan pada siapapun,
rahasia kita berdua ya.”

Klien : “Iya sus.”

Perawat : “semakin adek berani mengungkapkan masalah adek pada saya, saya akan lebih
mudah untuk memberikan motivasi buat adek. Mulai dari kenapa adek bisa minum
ibat terlarang seperti itu.”

Klien : “Karena teman-teman. Ya, mereka yang paksa saya minum begituan. Awalnya saya
gak mau, mereka ancam saya. Akhirnya saya minum. Tapi obatnya bikin senang
kadang, jadi saya minta lagi gitu.”

Perawat : “Oh jadi, ini bukan kemauan adek sendiri ya minum obat-obat begitu?”

Klien : “Bukan, mereka yang suruh.”

Perawat : “Terus adek ini jarang main keluar ya kata mama? Kenapa dek bisa gitu? Apa sejak
minum obat-obat ini?”

Klien : “Iya, saya malas ketemu mereka. Nanti saya dipaksa minum lagi. Saya juga malas
komunikasi dengan orang-orang, bikin saya tambah capek.”

Perawat : “Kenapa adek berpikir begitu? Bukannya lebih senang kalau bisa berinteraksi
dengan lingkungan sekitar? Bertemu dengan orang-orang baru."

Klien : “Nggak, saya lebih suka diam di kamar, mau ngobrol Cuma sama mama dan papa.”
Perawat : “Nah, makanya ini dek, juga tidak bisa mmebiarkan kamu mengurung diri seperti
ini. Jadi, saya akan melatih adek pelan-pelan, supaya aktif lagi interaksinya dengan
lingkungan sekitar.”

Klien : “Ya, terserah.”

Perawat : “Adek stres nggak kalo diam di rumah terus? Kan nggak pernah main, masa nggak
bosen di rumah terus? Kan nggak ngapa-ngapain juga kan?

Klien : “Ya kadang, tapi memang saya gak nafsu mau keluar rumah. Ya sudah, diam saja
di rumah. Ya mau ngapain lagi. Makanya dulu saya main sama mereka, ternyata malah
dipaksa minum obat.”

Perawat : “Nah makanya dek, karena adek ini nggak bisa megisi waktu luang ya selain
dengan bermain, jadi saya akan bantu dengan membuat jadwal mingguan buat adek.
Jadwal ini menentukan kegiatan apa saja yang akan dilakukan adek dalam seminggu.
Supaya kegiatannya berfaedah.”

Klien : “Terserah, terus saya harus bagaimana?”

Perawat : “Adek Cuma perlu mendata ikut kegiatan apa saja di rumah dan di sekolah, nanti
jadwal kegiatannya juga di susun. Kemudian disatukan, dalam seminggu adek mau
melakukan kegiatan apa saja. Nah selebihnya, adek bisa isi dengan hal-hal yang
santai, seperti main sepak bola dengan teman-teman, main basket, memancing. Tapi semua
itu jangan lupa, dijadwalkan dengan baik.”

Klien : “Terus saya harus ngelakuin itu semua?”

Perawat : “Iya dek, ini dilakukan dalam rangka masa rehabilitasi adek. Jadi, ini dasar untuk
membentuk perilaku positif adek, supaya bisa berinteraksi dengan lingkungan luar
lagi, supaya tidak salah pergaulan lagi, dan lain sebagainya. Lagipula adek ini kan sudah
terlanjur mem-pasifkan diri sendiri, jadi untuk membuat aktif kembali yang dengan
cara-cara seerhana seperti itu. Nanti saya akan pantau setiap kegiatan adek.”

Klien : “Terserah, saya ikut saja selama tidak menyulitkan saya. Saya memang sudah
berniat mau berubah, karena saya sayang sama mama dan papa. Saya sudah merasa
hancur setiap mereka memberikan saya obat baru untuk diminum.”

Perawat : “Sikap adek ini terbuka sekali untuk berubah. Jadi saya akan ajarkan juga bagaima
cara menghindari penyalahgunaan obat-obatan di masa selanjutnya.”
Klien : “Bagaimana caranya? Karena saya memng nggak pernah melawan sebelumnya.
Dan saya pasrah-pasrah saja sama mereka.”

Perawat : “Jadi begini dek, kalau misalnya nanti adek ditawari atau dipaksa lagi minum obat
itu, adek harus menolak. Dengan sangat keras harus menolaknya. Jangan sampai
terjerumus lagi, itu bukan hal yang bisa diremehkan.”

Klien : “Ya tapi kan saya bisa saja saat itu mungkin saya di kondisi yang sedang tidak
bagus, seperti saya sedang stres atau apa, jadi saya tiba-tiba menggunakan lagi.”

Perawat : “Nah makanya dek, adek ini harus selalu berpikir positif, nggak boleh mengurung
diri seperti itu, supaya pikirannya tidak stres. Ingat dek, setiap kali adek terjun ke
dunia gelap itu, selalu ingat, ada mama papa adek yang harus dibanggakan. Terus kalau
adek tidak bisa membanggakan mama dan papa apa adek suka?”

Klien : “Ya enggak lah. Makanya saya masih mau berubah.”

Perawat : “Satu juga dek yang paling penting, adek harus ibadah. Ibadah dengan rajin,
dekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu hal yang akan mencegah adek untuk menjauhi
dunia obat- obatan secara nggak langsung.”

Klien : “Iya sus, saya memang jarang sholat. Saya sholat juga kalau pas ingat saja.”

Perawat : “Nah, maka dari itu, adek ini nggak ada pertahanan dirinya dalam menolak
pengaruh buruk dari teman.”

FASE TERMINASI

Perawat : “Baik dek, sudah bisa dipahami kan apa saja yang saya ucapkan tadi? Kalau ada
yang tidak paham tanya saja.”

Klien : “Iya sus, saya paham, saya nggak lagi mabok, saya sadar.”

Perawat : “Nah kalau sudah paham, coba katakan apa yang saya sarankan dalam seminggu
ini?”

Klien : “Ya, saya harus bikin jadwal kegiatan mingguan entah ekskul atau kegiatan di
rumah. Saya harus interaksi dengan lingkungan sekitar dan sholat yang rajin.
Selebiihnya saya sudah paham semua kok, sus.”

Perawat : “Bagus sekali ya dek Bejo. Sudah paham dan mengerti, semoga adek Bejo
keadaanya lekas membaik. Dan dijauhkan dari dunia gelap itu lagi.”
Klien : “Iya sus, terima kasih atas semua saran yang diberikan kepada saya, saya akan
berubah untuk mama dan papa saya.”

Perawat : “Baik adek Bejo, ini kan sudah hampir habis kontrak waktunya. Jadi saya akan
mengakhiri obrolan ini. Mungkin kita bis angobrol lagi lain kali. Adek bisanya kapan
ya?”

Klien : “Besok aja sus, saya nggak mau lama-lama di sini.”

Perawat : “Baik dek bejo, besok kita ngobrol lagi ya, adek mau kita ngobrol di tempat dan
jam yang sama lagi atau bagaimana?”

Klien : “Saya maunya di sini. Jam segini lagi aja sus, saya mau istirahat dulu.”

Perawat : “Baik, besok kita ngobrol lagi di kamar adek ini dan jam tiga sore lagi. Saya akan
kembali ke ruangan saya dulu ya dek, nanti kalau butuh bantuan saya, adek bisa
panggil saya dengan menekan bel atau pamgil saya melalui keluarga adek. Terima
kasih ya dek, selamat sore.”

Klien : “Iya sus, terima kasih juga.”

Anda mungkin juga menyukai