Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM


PEMBELAJARAN (LANJUTAN)

Dosen Pembimbing :
Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons.

Disusun oleh:
Anggota Kelompok 8 :

Syawaldi Eka Syahputra 18067022


Antoni Hilman 18067026
Wiskar 18073076
Zakyatul Azizah 18003173

Mata Kuliah Umum


Universitas Negeri Padang
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya dengan membuka pintu hati dan pikiran penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul “Teori Belajar dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran (Lanjutan)”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah. Dalam
kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Psikologi Pendidikan yaitu Ibu, Dr. Yarmis Syukur, M. Pd., Kons. karena telah
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Selaku hamba Allah, penulis adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan,
sehingga masih banyak kelemahan baik dari segi materi maupun dalam penyajian
penulisan makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sehingga pada penulisan
pada masa akan datang bisa jadi lebih baik.

Padang, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif......................................3

B. Prinsip – prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif.............................7

C. Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran.................................8

BAB III PENUTUP.................................................................................................11

A. Kesimpulan....................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 12


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar,
dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar
memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan
individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi
suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim
yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide,
konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variabel yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya. Dari dua pendapat diatas teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-
kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian belajar menurut teori belajar kognitif?
2. Apa saja prinsip – prinsip belajar menurut teori belajar kognitif?
3. Apa saja penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut teori belajar kognitif.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar menurut teori belajar kognitif,
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan teori belajar kognitif dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif

Kognitif berasal dari bahasa Inggris “Cognitive” yang bermakna mengerti atau
pengertian. Diartikan secara luas bahwa Cognition (Kognisi) adalah perolehan pengetahuan,
penataan dan penggunaannya. Kalau arti secara umumnya adalah kemampuan intelektual yang
terdiri dari beberapa tahap mulai dari Knowledge (Pengetahuan), Comprehention (Pemahaman),
Application (Penerapan), Analysis (Analisis), Sinthesis (Sintesa), sampai Evaluation (Evaluasi).
Ada juga yang mengartikan kognitif sebagai kemampuan untuk mengembangkan rasional
(akal).

Teori belajar kognitif menurut Drs. Bambang Warsita yang beranggapan bahwa ”belajar
adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman”.
Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian
suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan.

Pembelajaran bagi aliran kognitif dipandang bukan hanya sekedar mendapat stimulus dan
menghasilkan respons yang mekanistik, tetapi pembelajaran juga melibatkan kondisi mental
didalam individu pembelajar yang berhubungan dengan persepsi, perhatian, motivasi dan lain-
lain. Sehingga belajar dipahami sebagai suatu proses mental yang aktif dalam memperoleh,
mengingat dan menunjukkan kedalam perilaku. Perilaku yang nampak tidak dapat diamati dan
diukur apabila tidak melibatkan proses mental seperti kesadaran, motivasi, keyakinan dan
proses mental lainnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar menurut teori kognitif adalah
perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang
dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Teori belajar kognitif adalah teori yang menjelaskan proses pemikiran dan perbedaan
kondisi mental serta pengaruh faktor internal dan eksternal dalam menghasilkan belajarnya
seorang individu. Apabila proses kognitif bekerja normal, maka perolehan informasi dan
penyimpanan pengetahuan akan bekerja dengan baik pula. Namun apabila proses kognitif
bekerja tidak sebagaimana mestinya, maka terjadilah masalah dalam belajar.

Tokoh-tokoh aliran teori kognitif diantaranya adalah Max Wertheimer, Jean Piaget,
David Ausubel, Jerome Bruner, Albert Bandura, dan Kurt Lewin. Berikut ini akan dijelaskan
teori belajar kognitif menurut tokoh-tokoh aliran kognitif.

1. Max Wertheimer

Teori kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Rahyubi (2012 :
77) menyatakan bahwa peletak dasar teori gestalt adalah Max Werheimer (1880-1943) yang
meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kaum Gestaltis berpendapat bahwa
pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Menurut pandangan
Gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan,
terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Intinya, tingkat kejelasan dan keberartian
dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar
seseorang dari padadengan hukuman dan ganjaran. Aplikasi teori Gestalt dalam proses
pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut: (1) Pengalaman tilikan (insight), bahwa
tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku; (2) Pembelajaran yang bermakna
(meaningful learning), kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan
tilikan dalam proses pembelajaran; (3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior),bahwa
perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai; (4) Prinsip ruang hidup (life
space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana seseorang
berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi
dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik; dan (5) Transfer dalam belajar,yaitu
pemindahan pola-pola perilaku dalam situasipembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer
belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu
persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

2. Jean Piaget

Piaget adalah seorang psikolog developmental dengan suatu teori komprehensif tentang
perkembangan intelegensi atau proses berpikir. Karena, kemampuan belajar individu
dipengaruhi oleh tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur individu. Menurut
Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru
yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan
kualitatif (Dalyono, 2012:37).

Pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek yaitu struktur, content, dan
function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur, dan konten intelektualnya
berubah/berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkansuatu rangkaian
perkembangan, masing-masing mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan
kecakapan pikiran anak. Maka, Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur
psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus (Dalyono, 2012:39).

Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.

3. David Ausubel

Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah
bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya” (2008:72). Hal ini berarti bahwa pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana proses belajar tidak
sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep
yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus
menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha
mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu
memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.

4. Jerome Bruner

Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang Warsita (2008:71)
dimana Jerome Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery learning. Teori ini
bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan
termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang
menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan : menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat
memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan
memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan
memanipulasi informasi. Menurut Bruner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang
yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta
didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu
peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga,
simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem
simbolik.

5. Albert Bandura
Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku
karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social
Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan
peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi
murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid
terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor
lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling
berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.

6. Kurt Lewin
Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan
tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan
oleh Nana Sudjana (1991:97) dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar
medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi
menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”. Hal ini berarti
bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan
belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan
dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga
mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan
pemuda dalam ssituasi belajar.

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna. Teori belajar kognitif memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif yaitu:
1. Kelebihan teori belajar kognitif :
 Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
 Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
2. Kelemahan teori belajar kognitif :
 Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
 Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
 Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
B. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Teori Belajar Kognitif

Pada umumnya prinsip teori belajar kognitif antara lain sebagai berikut;
1. Proses lebih penting daripada hasil.
2. Disebut juga sebagai model perseptual.
3. Persepsi menentukan tingkah laku seseorang serta pemahaman terhadap situasi
berhubungan dengan tujuan belajar.
4. Perubahan persepsi merupakan proses pembelajaran yang kadang tidak namak dalam
bentuk tingkah laku.
5. Situasi belajar atau materi pelajaran yang dipisah-pisah menjadi komponen-komponen
kecil atau dipisah-pisah akan menghilangkan makna.
6. Belajar adalah merupakan proses internal yang terdiri dari perolehan informasi, ingatan,
pengolahan informasi dan aspek kejiwaan lainnya.
7. Belajar juga merupakan aktivitas berpikir yang kompleks.
8. Dalam penerapannya dalam pembelajaran teori belajar ini tampak pada tahap-tahap
perkembangan (J. Piaget), Advance Organizer (Ausubel), Pemahaman Konsep (Bruner),
Hierarki Belajar (Gagne), dan Webteaching (Norman).
9. Keterlibatan dan keaktifan peserta didik sangat penting dalam pembelajaran.
10. Materi pelajaran dan proses pembelajaran disusun dengan pola mulai dari yang sederhana
sampai ke yang kompleks.
11. Keberagaman individu peserta didik perlu diperhatikan, karena sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang
prinsip-prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:

1. Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan.


2. Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran.
3. Menekankan pada pola pikir peserta didik.
4. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan
informasi dalam ingatannya.
5. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses
aktif di dalam diri peserta didik
6. Menerapkan reward and punishment.
7. Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi
juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

C. Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas belajara yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi  persepsual, dan prosese intelektual.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan
dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar
lebih bermakana bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama
jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan menigkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau
informasi beru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar makna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari
dengan apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi,
persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Dari pemahaman di atas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh
masing-masing tokoh tersebut berbeda. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang
dikemukakan oleh Jean Piaget, Jerome Bruner, dan David Ausubel dapat digunakan. Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Memilih materi pelajaran.
3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.
4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian,
memecahkan masalah, diskusi, stimulasi, dan sebagainya.
5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir
siswa.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner :
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke
generalisasi).
5. Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan
sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak, atau
dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel :
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan
sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk
konsep-konsep inti.
4. Menentukan topik-topik  dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan
dipelajari siswa.
5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan materi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar menurut teori
belajar kognitif adalah teori yang menjelaskan proses pemikiran dan perbedaan kondisi mental
serta pengaruh faktor internal dan eksternal dalam menghasilkan belajarnya seorang individu.
Apabila proses kognitif bekerja normal, maka perolehan informasi dan penyimpanan
pengetahuan akan bekerja dengan baik pula. Namun apabila proses kognitif bekerja tidak
sebagaimana mestinya, maka terjadilah masalah dalam belajar. Tokoh-tokoh aliran teori
kognitif diantaranya adalah Max Wertheimer, Jean Piaget, David Ausubel, Jerome Bruner,
Albert Bandura, dan Kurt Lewin.

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca dan semoga makalah
yang dibuat oleh penulis dapat memberikan manfaat untuk pembaca.
Daftar Pustaka

Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.


Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Pahliwandari, R. 2017. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga, 5(2), 154-164.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT. Indeks.
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.
Sudjana, Nana. 1991. Teori – Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta :Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai