Anda di halaman 1dari 4

Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan berlangsung

dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan
pada wanita yang sebelumnya normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau
kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal
(Junaidi, 2010).Hipertensi pada kehamilan merupakan penyakit tidak menular penyebab
kematian maternal. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak
ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah hipertensi, diabetes, penyakit
jantung, stroke, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PTM merupakan
penyebab kematian hampir 70% di dunia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 dan 2013, tampak kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti hipertensi,
diabetes, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini diprediksi akan terus
berlanjut (Kemenkes RI, 2018). Hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan merupakan
penyebab utama kematian ibu melahirkan, serta memiliki efek serius lainnya saat melahirkan.
Hipertensi pada kehamilan terjadi pada 5% dari semua kehamilan (Karthikeyan, 2015). Di
Amerika Serikat angka kejadian kehamilan dengan hipertensi mencapai 2 6-10 %, dimana
terdapat 4 juta wanita hamil dan diperkirakan 240.000 disertai hipertensi setiap tahun.
Hipertensi merupakan faktor risiko stroke dan insidennya meningkat pada kehamilan dimana
15% kematian ibu hamil di Amerika disebabkan oleh pendarahan intraserebral (Malha et al.,
2018).

Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan darah
≥140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4
jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15
mmHg.1,2 Pembagian hipertensi dalam kehamilan ialah Hipertensi kronik, Preeklamsi,
Eklamsi, Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsi, dan Hipertensi gestasional.

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria terjadi setelah kehamilan
minggu ke-20 sampai minggu ke-6 setelah persalinan. 1 Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.3
Proteinuria didefinisikan sebagai ekskresi protein dalam urin dengan kadar 300 mg/dl dalam
urin tampung 24 jam atau dengan pemeriksaan kualiatif ≥ 1+ pada pengambilan sampel urin
secara acak.3 Berdasarkan waktu kejadiannya preeklampsia dibagi menjadi dua, yaitu onset
awal, yang terjadi pada kehamilan < 34 minggu, dan onset lanjut, yang terjadi pada
kehamilan ≥ 34 minggu.14 Preeklampsia dengan onset awal umumnya terkait dengan
pembatasan pertumbuhan janin, bentuk gelombang dopler uterus dan arteri umbilikalis yang
abnormal, dan keluaran maternal dan perinatal yang buruk.15 Akan tetapi preeklampsia
dengan onset lanjut sebagian besar berhubungan dengan penyakit maternal ringan,
keterlibatan janin dengan tingkat yang lebih ringan, dengan hasil keluaran yang biasanya
menguntungkan.15 Preeklampsia berdasarkan gejala klinisnya diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu preeklampsia ringan dan berat.3,7,8 Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa
terjadinya kejang pada kehamilan ≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat
kesadaran 9 bukan karena epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. 2Kejang eklampsia
hampir selalu didahuluioleh preeklampsia.16 Eklampsia paling sering terjadi pada trimester
ketiga dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm.3 Eklampsia dapat terjadi pada
antepartum, intrapartum, dan postpartum.16 Eklampsia postpartum umumnya terjadi dalam
waktu 24 jam pertama setelah persalinan.16 Pada penderita preeklampsia dapat memberikan
gejala atau tanda khas sebelum terjadinya kejang disebut tanda prodromal. Preeklampsia yang
disertai tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.16
Suatu kehamilan disebut normotensi apabila mempunyai tekanan darah sistolik

Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu
atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016) Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang
ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai
dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho, 2012)

2.7 Pemeriksaan klinis Pre Eklamsia


Pada pemeriksaan klinis harus diketahui :
a. Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC
b. Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui adanya retardasi
pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion
c. Edema pada pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan yang
memberat
d. Peningkatan berat badan lebih dari 500 gr per minggu atau peningkatan berat
badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.
A. Pemeriksaan klinis pre eklamsia
1. Inspeksi edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2. Palpasi untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema
3. Auskultasi DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4. Perkusi untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian Sulfas
Magnesicus (jika reflek +)
a. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
a) Muka: edema
b) Mata: palpebra edema, conjungtiva pucat/ tidak, sklera iterus/tidak
c) Mamae: papila mamae normal/tidak
d) Abdomen: bekas operasi ada/ tidak, strie lividae ada/tidak
e) Genetalia: pengeluaran vagina berupa lendir bercampur darah,
pembesaran kelenjar bartolin ada / tidak, varices ada / tidak,
f) Ekstremitas atas: kuku pucat/ tidak
g) Ekstremitas bawah: ada edema/ tidak, varices ada/ tidak
2. Palpasi
a) Leher : pembesaran kelenjar limpe ada/tidak, pembesaran kelenjar
tiroid ada/tidak, bendungan vena jugularis ada/tidak
b) Mamae : nyeri tekan ada/tidak
c) Abdomen: Leopold I untuk mengetahui TFU dan menentukan usia
kehamilan serta untuk mengetahui janin yang berada di fundus,
Leopold II untuk mengetahui punggung dan bagian kecil janin,
Leopold III untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah ini
sudah atau belum terpegang oleh PAP (Pintu Atas Panggul)
3. Auskultasi
Mengetahui punctum proximum dan DJJ (frekuensi teratur/tidak) yaitu:
120-160x/menit. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bagaimana keadaan
janin.
-      
file:///C:/Users/Sony/Downloads/1602-2314-1-PB.pdf

http://digilib.unila.ac.id/21049/18/BAB%20II.pdf

http://kebidanan.poltekkes-smg.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/Materi-2-DR.dr_.-Haidar.pdf

http://eprints.umm.ac.id/38901/3/BAB%20II.pdf

Heller, Luz. 1988. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri.  Jakrta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri.  Jakarta : EGC

Wiknojosatro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan..  Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai