Anda di halaman 1dari 10

Seorang ibu Ny.

A 42 tahun memiliki 3 orang anak yang masih kecil dan sekarang


sedang hamil dengan usia kehamilan minggu ke 38, memeriksakan ke poliklinik kandungan
RSUD. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 160/110 mmHg, frekuensi nadi 94x/menit,
frekuensi nafas 20x/menit, dan protein urin +2. Pasien mengatakan jika dalam dua minggu ini
berat badannya turun sebanyak 2 kg karena nafsu makan berkurang dan tidak mau makan
banyak, sering merasa haus dan sering BAK, sering nyeri kepala, nyeri ulu hati, dan kedua
tungkai bengkak. Sebelum hamil pasien tidak punya riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan
kehamilan didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari di atas pusat. Pemeriksaan leopold anak letak
kepala, belum masuk PAP, punggung kanan. Dokter juga menyarankan pemeriksaan USG untuk
mengetahui kesejahteraan janin, dan dirawatinapkan. Sebelumnya ibu hanya melakukan ANC
sekali di bidan pada saat umur kehamilan 4 bulan, dan dinyatakan sehat, sehingga tidak pernah
periksa lagi. Hasil pemeriksaan Lab: Hb 10,2 g / dL, PLT: 132.000 / mm3, WBC: 12.600 / mm3
dan dia memiliki 4+ protein pada urin, silinder (-).

Kata Sulit

Fundus uteri : bagian uterus proximal, dibagian ini kedua tuba falopi masuk uterus.
PAP : (Pintu Atas Panggul) suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium corpus vertebra
sacral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis
ANC : (Antenatal Care) pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada
ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar
Pu-ka : (Punggung kanan) punggung janin berada diperut sebelah kanan ibu
Proteinuria : adanya protein di dalam urin manusia yang jumlahnya melebihi dari normal.

Pertanyaan

1. Apakah penyakit yang diderita oleh Ny A?


2. Apakah etiologi penyakit diatas?
3. Apakah manifestasi klinis dari penyakit Ny.A?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakityan di derita Ny.A?
5. Sebutkan patofisiologi dari penyait tersebut
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan pada pasien dengan kasus tersebut?
7. Apakah penyakit tersebut menimbulkan koplikasi? Jika ada, jelaskan.
8. Diagnosa keperawatan apa saja yang bias ditegakkan pada Ny A?
9. Buat rencana perawatan untuk Ny A
Jawaban

1. Berdasarkan kasus Ny.A menderita PEB (pre eklamsi berat).


Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai proteiuria dan / atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih (Helen Varney, 2007).
Preeklamsia digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif;
c. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
e. Edema paru dan sianosis.
2. Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum dketahui secara pasti. Pada penderita yang
meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi
kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan
coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab
primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala
yang menyertai preeklamsi (Wiknjosastro, 2008)
a. Vasospasmus menyebabkan :
1) Hypertensi
2) Pada otak (sakit kepala, kejang)
3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)
4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
5) Pada hati (icterus)
6) Pada retina (amourose)
b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :
1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
c. Faktor Perdisposisi Preeklamsi
1) Molahidatidosa
2) Diabetes melitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrocepalus
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun
3. Manifestasi klinis
a. penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
1) TD > 140/90 mmHg atau
2) Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
3) Diastolik>15 mmHg
4) tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai
preeklamsi
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kuwalitatif +1 /
+2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi
tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
4. Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap pemantauan janin dengan
klinis, USG, kardiotokografi.
a) Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.
1) Ada tanda-tanda impending eklampsia
2) Ada hellp syndrome
3) Ada kegagalan penanganan konservatif
4) Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
5) Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%
sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan
dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80
ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali
permenit – tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam
sebelumnya – refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi –
atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat
perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc
NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah
sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang
dipakai umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun
dapat diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,
dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau
prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi
vakum atau cunam (Trijatmo, 2007)
b)      Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif.Medisinal : sama dengan pada
penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. jangan lupa :
oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan ketat keadaan ibu dan janin.
bila ada indikasi, langsung terminasi.
Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak
selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan
dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidat,
garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
c). Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari
pemeriksaan antenatal yang baik. (Trijatmo, 2007)
5. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero
plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklampsia.
Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi
arterial.Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating
pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta
sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation (Trijatmo, 2007).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
7. Komplikasi
Tergantung derajat preeklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri
(uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown),
ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem
paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut
kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
8. Diagnosa
9.
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut berhubungan tingkat nyeri (L.08066) manajemen nyeri
dengan agen pencedera fisik
keluhan nyeri (4) (I.08238)

meringis (4) observasi:


gelisah (4)
- identifikasi lokasi,
sikap protektif (4) karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
menarik diri (4)
intensitas nyeri
perineum terasa tertekan
(4) - identifikasi skala nyeri

ketegangan otot (4) - identifikasi respon nyeri


non verbal
muntah (4)

mual (4) -identifikasi faktor yang


memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik

- berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
terapi musik,
Biofeedback, terapi pijat)

- kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri

- fasilitasi istirahat dan


tidur

Edukasi

- jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

- jelaskan strategi
meredakan nyeri

Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri

- anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Hiverpolemi berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi.

SDKI SLKI SIKI


Hiverpolemi berhubungan Keseimbangan cairan manajemen hipervolemia
dengan Gangguan (L.03020) (I.03114)
mekanisme regulasi. Asupan cairan (4)
observasi:
Haluaran cairan (2)
- periksa tanda dan gejala
Kelembapan membran hipervolemia (mis.
mukosa (4) ortopnea, dispnea,
Ket (4): cukup meningkat edema, JVP/CVP
meningkat, suara napas
(2): cukup menurun tambahan)
Edema (4)
- identifikasi penyebab
asites (4) hipervolemia
konfusi (4) - monitor intake dan
ketegangan otot (4) output cairan

Ket (4): cukup menurun - monitor tanda


peningkatan tekanan
Tkanan darah (4)
onkotik plasma (mis.
Denyut nadi (4) kader protein dan
albumin meningkat)
Turgor kulit (4)
- monitor kecepatan
Berat badan (4)
infus secara ketat
Ket (4): cukup membaik
Terapeutik

- timbang berat badan


setiap hari

- batasi asupan cairan


dan garam
- tinggikan kepala tempat
tidur 30o – 40o

Edukasi

- anjurkan melapor jika


haluaran urin <0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam

- anjurkan melapor jika


bb bertambah > 1 kg
dalam sehari

Ajarkan cara mengukur


dan mencatat asupan
dan haluaran cairan

- ajarkan cara membatasi


cairan

Kolaborasi

- kolaborasi pemberian
diuretik

- kolaborasi penggantian
kehilangan kaium akibat
diuretik

Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)

SDKI SLKI SIKI


Defisit nutrisi berhubungan Status nutrisi (L.03030) manajemen nutrisi
dengan faktor psikologis Porsi makan yang
(I.03118)
(keengganan untuk makan) dihabiskan (4)
observasi:
Verbalisasi keinginan
untuk meningkatkan - identifikasi status
nutrisi (4) nutrisi

Pengtahuan tentang pilihan - identifikasi alergi dan


makanan yang sehat (4) intoleransi makanan
Sikap terhadap
makanan/minuman sesuai - identifikasi makanan
dengan tujuan kesehatan
Ket (4): cukup meningkat yang disukai

Perasaan cepat kenyang - monitor asupan


(4)
makanan
Nyeri abdomen (4)
- monitor berat badan
sariawan (4)
Terapeutik
diare (4)
- lakukan Oral Hygiene
Ket (4): cukup menurun
sebelum makan
Berat badan (4)
- fasilitasi menentukan
Frekuensi makan (4) pedoman diet
Nafsu makan (4) - berikan makanan yang
Bising usus (4) tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ket (4): cukup membaik
Edukasi

- anjurkan posisi duduk,


jika mampu

- ajarkan diet yang


diprogram

Kolaborasi

- kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu

- kolaborasi dengan ahli


gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Hanifa Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi 2. EGC : Jakarta

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Trijatmo R., 2007. pereklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi
IV, Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai