OLEH :
DIAN EKA AMBARWATI (14030194065)
PRADITA RAHMADHANI (14030194066)
AYU IRSALINA (14030194099)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016
Model pembelajaran menurut Marsha Weil dan Bruce Joyce Bahwa di dalam
pelaksanaan nyata pembelajaran, pengambilan keputusan akan pilihan model
pembelajaran harus dikembalikan bagi kepentingan pebelajar itu sendiri. Marsha Weil
dan Bruce Joyce mengidentifikasi empat model pembelajaran yakni:
1. Model pengolahan informasi,
2. Model personal,
3. Model interaksi sosial, dan
4. Model behavior:
1. KELUARGA MODEL-MODEL PENGOLAHAN INFORMASI
(INFORMATION PROCESSING MODELS)
Keluarga model ini titik penekanannya ialah pada bagaimana orang
mengolah stimulus dari lingkungan, mengorganisasikan data, pengertian akan
masalah dan konsep-konsep umum, serta pemecahan masalah, menggunakan
lambang verbal dan non verbal. Keluarga model ini juga menekankan pada
kreativitas atau keterampilan intelektual di samping strategi-strategi khusus untuk
berfikir kreatif dan berfikir ilmiah.
Pemrosesan Informasi
2. Latihan Inkuari Richard Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan untuk
Suchman pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan
dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan
pada umumnya. Kelebihan model ini dibandingkan dengan berpikir
induktif lebih banyak melatihkan metode ilmiah.
Inquiry training
Model pembelajaran ini dirancang oleh Richard Suchman untuk mengajar siswa untuk
terlibat dalam penalaran dan menjad lebih lancar dalam bertanya pertanyaan, membangun
konsep dan hipotesis, dan mengujinya. Adapun proses pembelajaran ini adalah :
Sistem Pendukung
Sumber dokumen yang focus pada situasi permasalahan dan website yang mendukung
ANALISIS KRITIS
Model Penelitian Yurisprudensial menuntut guru agar kreatif dan inovatif terhadap
isu yang berkembang dalam masyarakat dan mengkaitkannya kedalam proses belajar.
Seorang guru harus menggali wawasan yang cukup dan mengambil posisi terlebih dahulu
dengan argumentasi yang cukup. Pada saat dikelas dia akan mudah memberikan pertanyaan
konfrontatif begitu posisi siswa telah ditetapkan.
Seorang guru seharusnya mempersiapkan pertanyaan konfrontatif sesuai dengan isu
yang akan didialogkan dalam kelas sehingga dialog terjadi secara alami dan tidak
terkesan kaku. Strategi belajar ini menuntut dialog interaktif antara guru dengan
siswa untuk mengeksplorasi ranah publik yang kontroversial, sehingga
dimungkinkan terjadi dialog hangat yang bisa mengarah ke debat kusir. Disinilah
peran guru dituntut untuk mengembangkan iklim intelektual dalam debat.
Kelebihan model