Jalur Evolusi Dan Jalan Kedepan Oleh: Fathoni Septa Charisma
Dalam artikel jurnal ini menjelaskan tentang perkembangan Corporate Social
Responsibility dalam keberlangsungan sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Pengertian Corporate Social Resposibility adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Terdapat tiga prinsip dasar dari CSR yaitu: 1. Profit (Keuntungan) 2. People (Masyarakat) 3. Planet (Lingkungan) Jika perusahaan ingin menjaga kelangsung hidupnya, maka perusahaan harus memperhatikan 3P, yaitu Pijakan yang seimbang pada aspek Profit atau keuntungan, People atau masyarakat, dan Planet atau lingkungan. Dengan adanya gagasan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) membawa kepada inti dari etika bisnis, dimana perusahaan tidak hanya memikirkan diri sendiri atau hanya berpijak pada Single bottom line, karena hal ini belum dapat menjamin kelangsungan dan keberlanjutan sebuah perusahaan. Boli dan Hartsuiker (2001) kurang dari setengah perusahaan Fortune 500 bahkan menyebut CSR dalam laporan tahunan mereka. Pada akhir 1990-an, hampir 90% dari perusahaan Fortune 500 menganut CSR sebagai elemen penting dalam tujuan organisasi mereka, dan secara aktif mempromosikan kegiatan CSR mereka dalam laporan tahunan. Konsep Triple Bottom Line menegaskan bahwa prestasi suatu perusahaan tidak hanya dilihat ataupun dinilai melalui ukuran kekuatan keuangannya (profit) saja, tetapi dinilai juga oleh tindakannya atas masyarakat sosial (people) dan mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan (planet) secara menyeluruh (Kolodinsky et al., 2010; Tandon et al., 2011).
Tujuan dari Corporate Social Responsibility
Pada dasarnya tujuan CSR adalah menyediakan informasi yag mungkin dilakukan evaluasi pengaruh kegiatan perusahaan kepada masyarakat. Pengaruh kegiatan perusahaan ini bisa menimbulkan sisi negatif yang berarti menimbulkan biaya sosial yang akan di berikan oleh perusahaan kepada masyarakat atau sisi positif yang berarti menimbulkan manfaat sosial pada masyarakat di lingkungannya.
Perkembangan dari Corporate Social Responsibility
Lam dan Khare (2010), bahwa TJSP bukan saja sekedar mempertimbangkan perihal “right thing to do” sebagai bentuk kontribusi terhadap masyarakat, tetapi juga sebagai “smart thing to do” karena hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi organisasi. McWilliams et al. (2006) telah menegaskan bahwa TJSP dapat diandalkan dalam mendukung reputasi perusahaan, untuk itulah TJSP dapat dipandang sebagai bentuk investasi strategis yang patut dipertimbangkan. Kotler dan Lee (2005) mengungkapkan mengenai beberapa nama atau istilah yang digunakan oleh dunia bisnis dalam menyebutkan kegiatan-kegiatan yang hampir serupa dengan tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP) atau Corporate Social Responsibility (CSR), berdasarkan pada tinjauan yang dimuat oleh situs web Fortune 500. Istilah yang dimaksud diantaranya Community Giving, Community Development, Community Involvement, atau Corporate Citizenship. Prastowo (2011) perkembangan penerapan tanggung jawab sosial di Indonesia, akhir- akhir ini perusahaan berbondong-bondong menerapkan TJSP, baik itu dalam bentuk amal (charity) ataupun pemberdayaan (empowerment). Lambat laun, TJSP telah menjelma menjadi trend di kalangan perusahaan, dan hal ini dapat dilihat lewat gencarnya publikasi yang berhubungan dengan implementasi TJSP di media cetak maupun elektronik. Pelaksanaan TJSP di Indonesia telah diatur oleh Undang-Undang, diantaranya Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 yang mengatur Perseroan Terbatas yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam dengan mewajibkan untuk melaksanakan TJSP terhadap dampak dari operasional perusahaannya.
Strategi dalam perkembangan Corporate Social Responsibility
Terdapat empat strategi yang dapat digunakan perusahaan dalam meyiasati corporate social responsibility yaitu: 1. Strategi Reaktif 2. Strategi Defensif 3. Strategi Akomodatif 4. Strategi Proaktif Keterkaitan corporate social responsibility dengan kinerja perusahaan Dowling Preffer(1975) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja sosial tinggi yang diwujudkan dengan perhatian sosial terhadap lingkungan dapat meningkatkan legitimasi dan transaksi. Begitu pula sebaliknya, perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik, dalam rangka mempertahankan legistimasi cenderung meningkatkan kinerja sosial. Kepercayaan ini ditunjukkan stakeholder dengan diterimanya produk-produk perusahaan sehingga akan meningkatkan laba dan ROE perusahaan. Banyak penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility (CSR),baik yang berhubungan dengan kinerja perusahaan, ataupun dalam pengembangannya pada masyarakat di sekitar perusahaan. CSR memiliki multi dampak positif terhadap kinerja dan nilai perusahaan dalam jangka panjang, contohnya PT. Gudang Garam membina petani tembakau dengan pengembangan bibit tembakau yang unggul sehingga nantinya hasil panen dari petani dapat di jual ke perusahaan kemudian dengan dana cukai yang dapat menjadi modal terhadap dampak lingkungan sekitar yaitu dengan perbaikan kualitas layanan kesehatan serta kualitas pendidikan sehingga eksistensi keberlangsungan perusahaan dapat terjaga hingga saat ini. Dengan demikian perkembangan corporate social responsibility kedepannya bukan hanya menjadi hambatan bagi perusahaan melainkan menjadi peluang untuk mendapatkan benefit lebih yang didapat oleh perusahaan dengan tetap membagi pertanggung jawaban sosial terhadap lingkungan sekitarnya.