Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme dan Metabolisme Otot pada Os Pelvis

Abstrak

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih. Masing-
masing tulang pinggul terdiri atas tiga bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Sendi
pinggul adalah sendi sinovial dari varietas sendi putar. Kepala sendi femur kedalam asetabulum
tulang coxae. Terdapat juga mikroskopis otot dan tulang dimana otot terbagi atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Sedangkan tulang terdapat jaringan yaitu jaringan tulang rawan dan
jaringan tulang keras. Mekanisme kerja otot yang dimana terdapat kontraksi dan relaksasi otot
dan juga metabolisme otot yang juga terdapat kontraksi dan relaksasi otot dan pembentukan
energi ATP.

Kata kunci: pelvis, mikroskopis, mekanisme, metabolisme

Abstract

The pelvis consists of the hip bone (hip bone) which is the flat bone. Each hip bone consists of
three main parts: ilium, pubis and iscium. The hip joint is the synovial joint of the rotary joint
varieties. Head the femur joints to the coxae bone assabulum. Includes muscles and bones in
which muscles are divided into smooth muscle, heart muscle and skeletal muscle. While the
spine is the network of cartilage tissue and hard bone tissue. The mechanism of action in which
there is contraction and relaxation and also processes that also occur in the body and the
formation of ATP energy.

Keywords: pelvis, microscopic, mechanism, metabolism

Pendahuluan

Dalam anatomi manusia, pelvis/panggul merupakan bagian dari inferio posterior batang pada
perut di daerah transisi antara batang tubuh dan anggota tubuh bagian bawah (paha hingga kaki).
Pelvis merupakan kata lain dari cekungan dan merupakan nama bagi panggul, disebut cekungan
karena panggul berbentuk cekungan.

Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorso kaudal terhadap abdomen dan
merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior. Pelvis bersendi dengan
vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri pada acetabulum
yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentukoleh tulang, ligamentum, dan otot.
Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat kepada vesicaurinaria, alat
kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf.

1. Ekstermitas Inferior
 Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih. Masing-
masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak
di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian
inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial. Bagian ujung ilium
disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul
kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis
disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang femur.

 Tulang pangkal paha

Tulang pangkal paha ada 2 buah. Tulang pangkal paha terdiri dari 3 buah tulang yang
berhubungan dengan yang lainnya pada acetabulum. Tulang tersebut adalah tulang usus (os
ilium), tulang duduk (os ischium) dan tulang kemaluan (os pubis).

 Tulang usus (os ilium)

Tulang usus merupakan tulang terbesar panggul yang membentuk bagian atas dan belakang
panggul. Batas atas yang tebal disebut crista illiaka. Ujung depan maupun belakang dari crista
illiaka menonjol disebut spina iliaka anterior superior dan spina iliaka posterior superior.
Tonjolan tulang di bawah spina illiaka anterior superior disebut spina illiaka anterior inferior dan
sebelah bawah spina illiaka posterior superior terdapat spina illiaka posterior inferior. Dibawah
spina illiaka posterior inferior terdapat tekik atau cekungan yang disebut incisura iskhiadika
major. Garis yang membatasi panggul besar dan panggul kecil disebut linea inominata atau linea
terminalis.

 Tulang duduk (os ischium)

Tulang duduk terletak di sebelah bawah tulang usus, pinggir belakangnya berduri disebut spina
iskhiadika. Di bawah spina iskhiadika terdapat incisura ischiadika minor. Bagian pinggir bawah
tulang duduk sangat tebal, yang dapat mendukung berat badan pada saat duduk, disebut tuber
iskhiadikum. Tuber iskhiadikum merupakan ukuran melintang dari pintu atas panggul.

 Tulang kemaluan (os pubis)

Tulang kemaluan terletak di sebelah bawah dan depan dari tulang usus yang disebut dengan
tulang duduk. Tulang ini membatasi sebuah lubang yang terdapat dalam tulang panggul, lubang
ini disebut foramen obtoratorium. Ramus superior ossis pubis merupakan tulang kemaluan yang
berhubungan dengan tulang usus. Sedang yang berhubungan dengan tulang duduk disebut ramus
inferior ossis pubis. Ramus inferior kiri dan kanan membentuk arkus pubis. Arkus pubis normal
akan membentuk sudut 90-100 derajat.

 Tulang kelangkang (os sacrum)

Tulang kelangkang ada 1 buah. Tulang kelangkang merupakan tulang yang berbentuk segitiga
yang melebar di atas dan meruncing ke bawah. Tulang kelangkang terletak di sebelah belakang
antara kedua tulang pangkal paha. Tulang kelangkang terdiri dari 5 ruas tulang senyawa. Kiri dan
kanan dari garis tampak 5 buah lubang yang disebut foramen sacralia anterior. Crista sacralis
merupakan deretan cuat-cuat duri yang terdapat di garis tengah tulang kelangkang. Bagian atas
dari sakrum yang berhubungan dengan 5 ruas tulang pinggang dan menonjol ke depan disebut
promontorium. Jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis merupakan ukuran muka
belakang dari pintu atas panggul. Kesamping tulang kelangkang berhubungan dengan tulang
pangkal paha melalui articulasio sacro illiaca. Kebawah tulang kelangkang berhubungan dengan
tulang tungging

 Tulang ekor (os coccygis)


Tulang ekor ada 1 buah. Tulang ekor berbentuk segitiga dan terdiri dari 3-5 ruas, tulang yang
bersatu. Pada saat persalinan, ujung tulang ekor dapat ditolak sedikit ke belakang, sehingga
ukuran pintu bawah panggul bertambah besar.1

Gambar: struktur Tulang panggul

 Persendian gelang panggul

Sendi pinggul adalah sendi sinovial dari varietas sendi putar. Kepala sendi femur kedalam
asetabulum tulang koksa. Sendi ini tebal dan kuat, membatasi gerak sendi keseluruh arah dan
membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri, gerak sendi fleksi, ekstensi, abduksi,
endorotasi dan eksorotasi.

a. Articulatio sakroilliaka

Persendian antara os sacrum dan os sacrum dan os ileum melalui fascies artikularis ossis illii dan
fasies artikularis ossis sacrum. Sendi ini merupakan hbungan antara gelang pnggul dan rangka
yang identik dengan artikulasio sternoklavikularis. Artikulasio ini mempunyi gerakan yang kecil
karena banyak cekungan, cembung dan persendian tidak rata, disamping itu banyak ligamentum
pada sendi.

b. Articulatio Simfisis pubis.

Hubungan antara kedua os pubis. Di dalamnya ada satu kavum yang du sebut pseudokruris
berupa kartilago dinamakan fibrokartialagointerpubis.

c. Artikulatio coxae
Persendian ini merupakan enarthorosis spheroidea, diprkuat oleh ligamentum illeofemorale
sehingga caput femoris bisa keluar dari lekuknya dan berada di bawah os ilium.2

Gambar: persendian pelvis

 Mikroskopis
 Jenis-Jenis Otot

Berdasarkan struktur dan fungsinya, otot diklasifikasikan atau digolongkan ke dalam tiga
golongan, yaitu: otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Proses dasar kontraksi pada ketiga
jenis otot tersebut serupa, namun terdapat perbedaan yang penting, perbedaan-perbedaan tersebut
akan dibahas di bawah ini.

 Otot Polos

Otot polos adalah otot yang tidak berlurik dan kerjanya involunter (tak sadar). Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi
dasar.3

Otot polos memiliki ciri-ciri: serabut ototnya berbentuk spindel dengan panjang yang bervariasi,
satu sel otot polos mengandung satu nukleus yang terletak di tengah (sentral), bekerja secara
tidak sadar, kontraksinya kuat dan lamban, serta tidak mudah lelah. 4 Jenis otot ini dapat
berkontraksi tanpa adanya rangsangan saraf (meskipun didberapa tempat di bawah pengendalian
saraf otonimik / tak sadar).3 Secara fisiologi, otot polos sangat berbeda dengan otot rangka.
Kontraksinya lambat namun tahan lama, otot polos juga dapat memendek sampai seperempat
panjangya dan dapat membangkitkan kekuatan.5
 Otot Jantung

Seperti namanya, otot jantung hanya ditemukan pada jantung. Otot ini bergaris atau memiliki
lurik seperti pada otot lurik. Perbedaanya adalah bahwa serabutnya bercabang dan saling
bersambung satu sama lain. Otot jantung memiliki kemmapuan khusus untuk mengadakan
kontraksi otmatis dan ritmis tanpa tergantung pada ada atau tidaknya rangsangan saraf.3 Ciri lain
dari otot jantung adalah nukleusnya yang terletak di tengah dan panjangnya yang berkisar antara
85 mikron sampai 10 mikon dan diameternya sekitar 15 mikron, serta bekerja secara tak sadar.3

 Otot Lurik / Otot Rangka

Otot lurik atau otot rangka merupakan otot volunter (bekerja secara sadar). Otot rangka melekat
pada rangka tubuh dan bertanggung jawab untuk pergerakan. Satu serabut panjangnya berkisar
antara 10mm sampai 40mm. Jumlah nukleus banyak dan dapat ditemukan di bawah sarkolema
pada bagian perifer sel (bagian tepi sel). Kontraksi otot rangka lebih cepat dan kuat namun
mudah Lelah.3

Lurik yang terdapat pada otot rangka disebabkan oleh struktur protein yang membentuk otot.
Protein ini disebut aktin dan miosin. Nantinya, apabila otot berkontraksi, gambaran lurik akan
menyempit dan ini diperkirakan karena gerakan relatif satu protein terhadap protein yang lainnya
(teori pergeseran filamen – sliding filamen).6

Otot lurik dikendalikan oleh otak yang sangat cepat reaksinya terhadap berbagai jenis
rangsangan seperti dingin, panas, angin, arus listrik, dll. Tiap otot mempunyai dua atau lebih
tendon yang melekat di tuang. Tendon yang elekat di tulang yang tidak bergerak disebut tendon
origo, sementara tendon yang melekat di tuang yang akan digerakan disebut tendon insertio.7
Gambar: otot rangka, otot jantung, dan otot polos

 Tulang

Jaringan tulang tersusun atas sel-sel yang terkumpul dalam matriks. Jaringan tulang dibagi
menjadi dua, yaitu jaringan tulang rawan dan jaringan tulang keras.

 Jaringan tulang rawan

Jaringan tulang rawan (kartilago) tersusun atas sel-sel yang disebut kondrosit. Sel-sel kondrosit
berada didalam lakuna. Matriks pada jaringan tulang rawan tersusun atas serabut kolagen dan
serabut elastin. Terdapat 3 jenis tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastin,
dan tulang rawan serabut (fibrosa). Tulang rawan hialin merupakan bentuk sel tulang rawan yang
matriksnya tidak mengandung serabut. Contoh tulang rawan hialin terletak pada cuping hidung.
Tulang rawan elastin merupakan tulang rawan yang matriksnya tersusun atas serabut eastin.
Contoh tulang rawan ini terdapat pada daun telinga dan laring. Adapun tulang rawan fibrosa
merupakan tulang rawan yang matriksnya memiliki serabut klagen yang padat sehingga tulang
rawan ini tampak kaku dan liat. Contoh tulang rawan fibrosa adalah pada tulang antar ruas tulang
belakang.
Gambar: otot hialin, elastin, fibrosa

 Jaringan tulang keras

Jaringan ini tersusun atas sel-sel osteoblast. Sel-sel osteoblast terletak didalam lakuna. Sel-sel
osteoblast yang terjebak dalam sekretnya sendiri disebut osteosit. Antara osteosit yang satu
dengan yang lain dihubungkan oleh kanalikuli. Jaringan tulang keras ini tersusun atas unit-unit
yang dinamakan sistem harvers. Didalam sistem harvers terdapat pembuluh darah sebagai
penyuplai zat makanan bagi tulang.8

2. Mekanisme kerja otot

Otot rangka melakukan kerja otot yaitu kontraksi dan relaksasi. Akibat dari aktivitas kontraksi
dan relaksasi ini, akan timbul pergerakan pada rangka tubuh. Otot tidak pernah bekerja sendiri,
walaupun hanya untuk melakukan gerak paling sederhana. Misalnya saja saat mengambil pensil,
memerlukan gerakan jari dan ibu jari, pergelangan tangan, siku, bahu dan mungkin juga batang
tubuh ketika membungkuk ke depan. Setiap otot harus berkontraksi dan setiap otot antagonis
harus rileks untuk menghasilkan gerakan yang halus. Kerja harmonis otot-otot disebut koordinasi
otot.6

Tentu saja, kerja otot tidak lepas dari peran saraf. Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek yaitu
saraf sensorik dan saraf motorik. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot menuju ke saraf
pusat, sementara saraf motoik membawa impuls ke serat otot dari saraf pusat untuk memicu
kontraksi otot. Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam komu anterior substansia
grisea dalam medula spinalis.9
 Mekanisme Kontraksi

Otot memiliki mekanisme khusus untuk berkontraksi. Kontraksi pada otot akan memunculkan
suatu gerakan, otot akan berkontraksi apabila terkena rangsangan. Kontraksi otot dikenal dengan
nama “model pergeseran filamen” (sliding filament mode). Kontraksi otot diawali oleh
datangnya implus saraf. Pada saat dating implus, sinaps atau daerah hubungan antar saraf dan
serabut otot dipenuhi oleh asetil-kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium(Ca+
+) ke serabut otot. Ketika konsentrasi kalsium dibagian dalam sel meningkat, kalsium berikatan
dengan troponin sehingga menyebabkan posisi troponin pada molekul tropomiosin bergeser,
sehingga membuka tempat pengikatan untuk myosin, yang disebut jembatan silang (cross
bridge). Saat tempat pengikatan pada aktin terbuka, kepala myosin (filament tebal) segera
berikatan dengan aktin (filament tipis) dan melepaskan energy yang disimpannya dan
menyampaikan energi tersebut kearah filament tipis, sehingga filament bergeser satu sama lain
dan otot berkontraksi. Semakin banyak jumlah jembatan silang yang berhubungan dan berayun
pada satu waktu, semakin besar tegangan yang dihasilkan oleh otot.

Setelah setiap kontraksi, molekul ATP yang baru berikatan dengan molekul myosin (ADP dan Pi
lama telah dilepaskan). Hal ini menyebabkan jembatan silang myosin terpisah dari aktin dan
mengalami relaksasi. Saat mengalami relaksasi molekul ATP baru terpecah, dan energinya
kembali disimpan kedalam kepala myosin. Apabila kalsium intrasel tetap tinggi, jembatan silang
miosin akan kembali mengikat aktin, dan energy ini akan dilepaskan sehingga menimbulkan
kontraksi kedua. Dengan tropomiosin tersingkir, aktin dan myosin dapat berikatan dan
berkontraksi dijembatan silang, menyebabkan kontraksi otot.

 Mekanisme Relaksasi

Setelah otot mengalami kontraksi, harus diikuti dengan relaksasi. Serabut otot mengalami
relaksasi ketika kalsium dipompa keluar dari sitoplasma kembali kedalam reticulum
sarkoplasma. Pemompaan kalsium adalah proses aktif yang terjadi dimembran reticulum
sarkoplama. Proses ini menggunakan energy yang berasal dari pemecahan molekul ATP yang
berbeda. Ketika kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7 molar, troponin kembali ke posisinya
semula pada molekul tropomiosin, dan tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin dan
myosin, yang menyebabkan kontraksi otot berhenti (relaksasi).10-11

Gambar: mekanisme kerja otot

3. Metabolisme otot
 Pemebentukan kembali ATP

Kemampuan kontraksi otot bergantung pada energi yang disediakan oleh ATP. Jumlah ATP
yang tersedia dalam otot, bahkan otot yang terlatih dengan baik, hanya cukup mempertahankan
daya otot yang maksimal selama kira-kira 3 detik. Untuk itu dibutuhkan sistem metabolisme agar
ATP tetap terbentuk. Terdapat 3 sistem metabolik dasar yang berkaitan dengan durasi aktivitas
otot, yaitu:

 Sistem fosfagen

Energi yang dihasilkan sistem fosfagen merupakan gabungan dari 2 proses. Oleh sebab itu,
energi yang dihasilkan sistem ini sangat besar.

Proses pertama adalah pemecahan fosfokreatin menjadi ion fosfat dan kreatin. Saat proses
pemecahan, dilepaskan energi dalam jumlah besar yang berasal dari ikatan fosfat berenergi
tinggi. Energi hasil pemecahan fosfokreatin lebih banyak dibandingkan ATP.

Pada proses kedua, fosfokreatin membentuk ikatan fosfat berenergi tinggi yang mengubah AMP
dan ADP menjadi ATP. Setelah itu terjadi pelepasan energi yang disimpan dalam ATP.

 Sistem glikogen-asam laktat


Sistem glikogen-asam laktat terdiri dari dua tahap yaitu glikolisis dan oksidatif. Prinsipnya,
glikogen otot dipecah menjadi glukosa yang kemudian akan digunakan sebagai sumber energi.

Tahap glikolisis merupakan metabolisme anaerobik. Selama tahap ini setiap molekul glukosa
dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat disertai pelepasan energi untuk membentuk 4 molekul
ATP dari tiap molekul glukosa.

Tahap oksidatif dimulai dengan masuknya asam piruvat ke dalam mitokondria sel otot. Asam
piruvat bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP. Jika jumlah
oksigen tidak mencukupi untuk melangsungkan tahap oksidatif, sebagian besar asam piruvat
akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat kemudian berdifusi dari sel otot ke cairan
intersisial untuk mengubah AMP menjadi ADP untuk selanjutnya diubah menjadi ATP.

 Sistem aerobic

Pada sistem aerobik terjadi proses oksidasi glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam
makanan di mitokondria untuk menghasilkan energi. Bahan makanan tersebut akan berikatan
dengan oksigen untuk mengubah AMP dan ADP menjadi ATP.12

Gambar: metabolisme otot

 Kontraksi dan Relaksasi

Kontraksi otot pada hakikinya terdiri dari perlekatan dan pembebasan siklik kepala S-1 miosin
ke filamen F-aktin. Proses ini juga dapat disebut sebagai siklus penyusunan dan perombakan
jembatan silang. Perlekatan aktin pada miosin diikuti oleh perubahan konformasi yang sangat
penting di kepala S-1 dan bergantung pada nukleotida mana yang tersedia (ADP atau ATP).
Perubahan ini menghasilkan power stroke (kunyahan bertenaga), yang mendrorng pergerakan
filamen aktin melewati filamen miosin. Energi untuk power stroke pada akhirnya dipasok oleh
ATP yang dihidrolisis menjadi ADP dan Pi. Namun kunyahan bertenaga itu sendiri terjadi karena
perubahan konformasi dikepala miosin saat ADP meninggalkannya.

Siklus biokimia dari kontraksi dan relaksasi otot terdiri dari 5 tahap, yaitu:

1. Dalam fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada miosin menghidrolisis ATP menjadi
ADP dan Pi, tetapi produk-produk ini tetap terikat. Komplek ADP-Pi-miosin yang
terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi
2. Ketika kontraksi otot distimulasi (melalui proses-proses yang melibatkan CA 2+, troponin,
tropomyosin, dan aktin, yang dijelaskan kemudian), aktin dapat diakses dan kepala S-1
miosin menemukannya, mengikatnya, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ADP-Pi
3. Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang memicu power stroke. Hal
ini diikuti oleh pembebasan ADP. Miosin sekarang dikatan berenergi rendah, yamg
ditunjukan sebagai aktin-miosin KONTRAKSI
4. Molekul ATP lain mengikat kepala S-1, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ATP
5. Miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin, dan oleh sebab itu aktin
terlepas.  RELAKSASI13
Kesimpulan

kerja tulang dipengaruhi oleh mekanisme kontraksi dan beban yang digunakan saat melakukan
kerja untuk manusia yang pertumbuhan dan komposisi tulang dalam keadaan normal. Ada
hubungan erat antara kerja tulang dan mekanisme kontraksi. Yaitu terjadinya kontraksi saat kita
melakukan aktivitas atau kegiatan yang berat
Daftar Pustaka

1. Raven, P. Prof. dr, Atlas Anatomi, Jakarta, Djambatan; 2005


2. SYAIFUDDIN. ANATOMI FISIKOLOGI, Jakarta: EGC; 2006
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2006.
4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2012.h.15-7.
5. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Ed 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007.h.236-7.
6. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.
7. Handoko P. Pengobatan Alternatif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2013.h.118.
8. Firmansyah R, Mawardi H A, Riandi R M. mudah dan aktif belajar biologi: PT. Grafindo
Media Pratama.
9. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia: sobotta (jilid 2). Ed 22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.h.308-9.
10. Sherwood L. Fisiologi Manusia.Ed 16. Jakarta: EGC;2011. h.280-88
11. Elisabeth J, Corwin. Buku Saku Patofisiologi.Ed 3. Jakarta: EGC;2009
12. Parahita A. pengaruh latihan fisik terprogram terhadap daya tahan otot pada siswi sekolah
bola voli tugu muda semarang usia 9-12 tahun. Semarang: fakultas kedokteran universitas
diponegoro semarang;2010
13. Murray RK, Bender AD, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia
Harper. Ed 29. Jakarta: EGC; 2014

Anda mungkin juga menyukai