TOD
TOD
pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi
penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan
(LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan
didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan
perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi dan
biasanya dilengkapi dengan fasilitas parkir, khususnya parkir sepeda.
Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil langkah
untuk menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu menjadi
pertimbangan adalah frekuensi angkutan umum yang tinggi.
Ada beberapa ciri tata ruang campuran yang bisa dicapai dengan mudah cukup berjalan kaki
atau bersepeda. Beberapa ciri penting yang akan terjadi dalam pengembangan TOD yaitu:
1. Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta fasilitas
pendukung,
2. Kepadatan penduduk yang tinggi yang ditandai dengan bangunan apartemen,
condominium
3. Tersedia fasilitas perbelanjaan
4. Fasilitas kesehatan,
5. Fasilitas pendidikan
6. Fasilitas hiburan
7. Fasilitas olahraga
8. Fasilitas Perbankan
Dijelaskan selanjutnya dalam Peraturan Menteri tersebut bahwa terdapat kajian dan
analisis yang diperlukan sebelum menetapkan suatu kawasan menjadi TOD, antara lain kajian
sistem transportasi massal dalam lingkup regional dan lokal, kajian daya dukung prasarana
kawasan, kajian kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kajian karakteristik pemanfaatan ruang
seperti ketersediaan tanah dan status kepemilikan tanah. Perlu diketahui bahwa pembangunan
TOD juga memerlukan perangkat penunjang untuk mewujudkan kawasan TOD sesuai dengan
karakteristik daerah dan sebagai alternatif pembangunan TOD di kawasan terbangun antara lain
zona bonus, pengalihan hak membangun (transfer of development right) dan perangkat
penunjang lainnya.
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kawasan TOD saat ini pun sangat
beragam, “Perencanaan pembangunan kawasan TOD umumnya akan dibangun pada daerah yang
telah terbangun sebelumnya, sehingga akan muncul hambatan, utamanya, dari aspek sosial
seperti isu kepemilikan lahan, resistensi masyarakat, dan kompensasi. Maka dari itu,
pengembangan TOD harus diakomodir dalam rencana tata ruang baik lingkup umum maupun
detail dan kesepakatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dan para pemangku
kepentingan,” tambah Abdul Kamarzuki. Selain itu tantangan lainnya yaitu butuh komitmen
dalam pembangunan kawasan TOD karena dari sisi pembiayaan membutuhkan dana yang sangat
besar, beberapa opsi pembiayaan yang dilakukan misalnya dengan metode Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) serta tantangan berikutnya yaitu pembangunan TOD
ini diharapkan tidak hanya membangun infrastruktur untuk kalangan menengah keatas namun
harus mengalokasikan ruang untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk itu, Pemerintah
Pusat terus mendukung dan mendorong Pemerintah Daerah untuk menghadapi tantangan-
tantangan diatas untuk mewujudkan kawasan TOD ini karena pada akhirnya implementasi
keberlangsungan TOD dari perencanaan hingga pengelolaan ada di tangan Pemerintah Daerah.
Pengembangan TOD ini terkait dengan banyak sektor, maka dari itu diperlukan
koordinasi lintas pemangku kepentingan dan waktu yang tidak sebentar untuk dapat dijalankan
dengan sebaik mungkin. Untuk mewujudkan semua rencana penataan kawasan dan sistem
transportasi terintegrasi akan ada kendala dalam proses pembangunannya seperti kemacetan atau
permasalahan pertanahan. Yang perlu diingat adalah hal ini memang membutuhkan proses dan
waktu, namun saat selesai nantinya akan membuat tata ruang dan sistem transportasi di kawasan
tersebut menjadi lebih baik. Masyarakat juga dapat lebih mudah untuk menjangkau lokasi yang
diinginkan karena transportasi sudah saling terintegrasi dan pada akhirnya efisiensi struktur
ruang dan pengembangan kota yang berkelanjutan dapat terwujud dengan baik.
Jakarta sebagai megapolitan, jika ditarik radius 800 meter dari titik-titik transit, baik itu
kereta komuter maupun bus Transjakarta, maka hampir seluruh area memenuhi prinsip tersebut.
Selain prinsip berjalan kaki, prinsip TOD selanjutnya adalah bersepeda. Dalam hal ini, bersepeda
dapat memberikan manfaat kesehatan bagi udara kota dan pesepeda itu sendiri. Prinsip ketiga
TOD adalah soal konektivitas. Warga yang berjalan kaki dan bersepeda perlu terhubung dengan
jaringan jalan dan trotoar. Kemudian, prinsip ke-4 kawasan TOD adalah transit, yakni
pembangunan dekat jaringan angkutan umum. Prinsip selanjutnya yakni pembauran
pembangunan sejumlah peruntukan atau kegiatan dalam satu area. Sebagai contoh, adanya
tempat tinggal, tempat kerja, dan ritel dalam satu kawasan. Selain itu, TOD juga harus memiliki
prinsip memadatkan. Artinya, kota memiliki angkutan umum yang cepat dan berkala.
Dua prinsip TOD selanjutnya adalah merapatkan dan beralih. Untuk prinsip merapatkan,
kawasan harus terbangun dengan jarak kebutuhan perjalanan yang pendek.
Transit Oriented Development adalah tren pertumbuhan cepat yang menarik dalam
menciptakan komunitas yang bersemangat, layak huni, dan berkelanjutan. Juga dikenal sebagai
TOD, ini adalah penciptaan komunitas yang kompak, dapat berjalan kaki, berorientasi pejalan
kaki, dan serba guna yang berpusat di sekitar sistem kereta berkualitas tinggi. Hal ini
memungkinkan untuk menjalani kehidupan yang stresnya lebih rendah tanpa ketergantungan
penuh pada mobil untuk mobilitas dan kelangsungan hidup.
Pembangunan berorientasi transit juga merupakan solusi utama untuk masalah perubahan
iklim yang serius dan terus meningkat serta keamanan energi global dengan menciptakan
komunitas yang padat dan dapat dilalui dengan berjalan kaki yang sangat mengurangi kebutuhan
untuk mengemudi dan konsumsi energi. Pengaturan hidup seperti ini dapat mengurangi
mengemudi hingga 85%.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGEMUDI TREN MENUJU TOD
-Tidak suka tumbuh untuk pinggiran kota dan pengembangan strip goreng-pit
-Tumbuh keinginan untuk gaya hidup yang lebih walkable dari lalu lintas
-Perubahan dalam struktur keluarga: lebih banyak lajang, orang yang tidak berpenghuni, dll
"Kemacetan lalu lintas telah meningkat sangat banyak di hampir setiap wilayah metropolitan
sehingga perjalanan dua jam sekarang menjadi rutin. Upaya untuk meringankan masalah dengan
membangun lebih banyak jalan raya hampir selalu menyebabkan lebih banyak pertengkaran dan,
akhirnya, lebih banyak kemacetan." Jim Miara
-Node regional yang berisi campuran penggunaan dalam jarak dekat (kantor, perumahan, ritel,
sipil)
-Ketinggian tinggi, distrik walkable dalam jarak berjalan kaki 10 menit di sekitar stasiun kereta
-Kolektor mendukung sistem transit termasuk trem, kereta ringan, dan bus, dll
-Dirancang untuk memasukkan kemudahan penggunaan sepeda dan skuter sebagai transportasi
pendukung harian
- Parkir yang dikurangi dan dikelola dalam 10 menit berjalan kaki di sekitar pusat kota / stasiun
kereta
-Ritel khusus di stasiun yang melayani penumpang dan penduduk setempat termasuk kafe, toko
bahan makanan, dry cleaning
MANFAAT TOD
-Kualitas hidup yang lebih tinggi dengan tempat yang lebih baik untuk tinggal, bekerja, dan
bermain
- Pengeluaran rumah tangga yang dikurangi untuk transportasi, menghasilkan perumahan yang
lebih terjangkau
Gaya hidup sehat dengan lebih banyak berjalan, dan lebih sedikit stres
-Peningkatan lalu lintas pejalan kaki dan pelanggan untuk bisnis area
-Sangat mengurangi ketergantungan pada minyak asing, mengurangi polusi, dan kerusakan
lingkungan