Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN PERHOTELAN

TENTANG
‘Nasib Industri Perhotelan / Pariwisata ditengah Penyebaran Virus Covid 19’

Disusun Oleh :
RIZKA WAHYUNI SIR (3518004)
DOSEN PEMBIMBING : Derizal ,SE.Par.M.Mpar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PARIWISATA SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2018 /2019

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyaayang, puja dan puji
syukur kami panjatkan kehadirat Nya yang telah melimpahkan Rahmat,Hidayat sehingga kami
dapat merampungkan penyusunan makalah ilmiah Manajemen Perhotelan Dengan Judul Nasib
Industri Perhotelan/ Pariwisata ditengah Penyebaran Virus Covid-19
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancarkan dalam penyusunanya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak dapat lepas dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi sasaran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-makalan selanjutnya.

Bukittinggi, 24 Maret 2019


penulis

Nasib Industri Perhotelan / Pariwisata Di Tengah Penyebaran Virus


Covid-19
1. Industri Pariwisata
Covid-19 atau coronavirus disease 2019, ada sebuah penyakit menular yang dikarenakan virus
SARS-CoV-2 atau belakangan disebut juga dengan nama virus corona covid-19. Ini merupakan satu di
antara jenis dari virus Corona. Oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wabah COVID-19 yang
disebabkan virus Corona Covid-19 dilabeli status pandemi lantaran penularannya sudah secara global
dan cenderung sulit dikendalikan. Di Indonesia, kasus positif COVID-19 terus meningkat. Per Minggu
(22/3/2020) sudah menjangkiti 514 orang, dan setidaknya 48 orang meninggal dunia akibat virus yang
kali pertama diduga berasal dari Wuhan, China ini.

Diprediksi jumlah itu bisa bertambah mengingat sifat penularan virus Corona SARS-VoC-2 yang
memang cenderung mudah. Itulah mengapa, tak henti-hentinya seluruh pihak terkait memberikan
imbauan untuk menjaga kesehatan serta melakukan tindakan pencegahan untuk meminimalisasi risiko
dari terpapar virus corona covid-19 ini, yang sudah menjakiti lebih dari 290 ribu orang di dunia ini.

Dengan munculnya Virus ini ternyata memberikan dampak besar bagi Negara Indonesia. Baik itu
bagi Masyarakat maupun Bagi Pendapatan negara Itu Sendiri. Salah satunya di bidang Pariwisata Dan
Perhotelan. Pariwisata Merupakan salah satu sektor Yang Dapat Meningkatkan Devisa suatu Negara.
Dengan adanya penyebaran Virus Covid 19 Menjadi salah atu maalah besar bagi keberlangsungan
Industri Pariwisata. Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Jabar, Budijanto Ardiansjah
mengatakan, sejak mewabahnya virus Corona pada awal tahun memang sudah terjadi penurunan
aktivitas perjalanan wisata. Tren penurunan terus berlangsung seiring semakin bertambahnya kasus
yang ditemukan dan jumlah negara yang melaporkan. Bahkan sekarang Banyak Sekali Kota Kota
penghasil Destinasi yg sekarang bahkan sudah tidak di kunjungu karena takun akan adantya penyebaran
Virus Covid 19. Sektor pariwisata selama ini digadang-gadang sebagai sumber kontribusi devisa terbesar
kedua bagi Indonesia. Namun, pandemi corona COVID-19 mengubah semuanya.

Sejak adanya instruksi menjaga jarak sosial dan gaung beraktivitas di rumah saja, sektor
pariwisata menjadi lesu. Bahkan, kelesuan itu sudah dirasakan sebelum Indonesia mengumumkan ada
pasien positif corona pada awal Maret 2020 lalu.

Sejumlah stimulus yang disiapkan pemerintah untuk membangkitkan sektor pariwisata tak mampu
membendung dampak negatif corona COVID-19. Atraksi wisata banyak ditutup yang berarti tak ada
pemasukan bagi mereka. Okupansi mayoritas hotel juga turun drastis dan berarti tak ada pendapatan.

Bayang-bayang dirumahkan atau PHK maupun tutup makin dekat. Salah satu contoh nyata,
Aston Bogor and Resort memutuskan menutup hotel bintang empat itu dan merumahkan 120
karyawannya. Lalu, apa yang dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenparekraf) untuk menyelamatkan sektor yang jadi penyumbang devisa kedua terbesar
setelah tambang itu?

Menparekraf/Kepala Baparekraf Wishnutama Kusubandio meresponsnya dengan menyatakan


masih mempersiapkan berbagai kebijakan dan langkah untuk menangani dan mengurangi dampak
wabah pandemi COVID-19 bagi pelaku dan industri yang bergerak di sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif. Ia beralasan Kemenparekraf memprioritaskan mengatasi wabah dan dampak COVID-19.

Dampak paling nyata menurutnya secara langsung dirasakan sektor pariwisata. Dia menyebut,
kerugian sampai saat ini sudah mencapai US$ 1,5 miliar. Angka itu didapat dari hitungan kasar dengan
mengelaborasi data kunjungan turis di Indonesia. Dia juga menggarisbawahi, angka US$ 1,5 miliar itu
hanya dari industri perhotelan dan restoran saja. Belum termasuk jika ditambah dengan beberapa
sektor lainnya yang berkaitan dengan hotel dan restoran

Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan pada 18 Maret 2020, segala kegiatan di dalam dan di
luar ruangan di semua sektor yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif ditunda sementara waktu
demi mengurangi penyebaran corona. Di sisi lain, ia menyatakan ada banyak pihak yang terdampak
akibat kebijakan itu dan jumlahnya besar.

Pemerintah juga mempersiapkan berbagai kebijakan dan langkah agar dapat mengurangi
dampak wabah ini terhadap berbagai usaha, tentunya termasuk untuk sektor pariwisata ekonomi kreatif
dan juga para pekerjanya. Dalam waktu dekat ini, pemerintah akan segera mengumumkan langkah-
langkah konkrit penyebaran Virus Covid 19 benar-benar membuat bisnis hotel dan restoran lesu.
Sepinya hotel kini sudah melanda kawasan DKI Jakarta.

Tak hanya memukul pasar saham, mewabahnya virus corona juga ikut berdampak ke sejumlah sektor
riil. Di sektor pariwisata, misalnya, penyebaran virus corona yang kian masif membuat aktivitas
kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara turun signifikan.

Banyak masyarakat yang enggan bepergian di tengah situasi saat ini, kendati harga tiket pesawat—salah
satu moda transportasi andalan untuk berwisata—telah diturunkan.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi ada potensi kehilangan devisa dari
sektor pariwisata senilai US$530 juta. Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana bahkan menghitung
penyebaran virus corona akan membuat RI kehilangan devisa sebesar US$730 juta sepanjang 2020.
Sementara itu, BI memperkirakan penerimaan devisa dari pariwisata akan menurun hingga US$1,3
miliar. Dari penilaian BI, kunjungan turis dapat turun dalam enam bulan ke depan

2. Industri Perhotelan

Selain Dari sektor Pariwisata, Pengusaha Perhotelan juga mengalami dampak dari penyebaran Virus
Covid 19. Jumlah Pengunjung Yang Menginap Berkurang Karena penyebaran Virus ini. Kalangan pelaku
usaha di sektor perhotelan dan restoran juga ikut kena imbas gara-gara virus corona. Perhimpunan
Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) mencatat efek penyebaran virus corona telah menekan tingkat
okupansi di hotel-hotel di Tanah Air, utamanya di Jakarta.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi P. Sukamdani,
menyebut, tingkat okupansi hotel di Jakarta hanya 30%. Artinya, 70% kamar hotel tak terisi alias kosong.
Dampak ekonomi ini yang kita tak pernah lihat akan sampai mana. Di sektor hotel dan restoran, sudah
mulai terasa sekali dampaknya. Hari ini di Jakarta itu okupansi sudah sekitar 30%. Jadi ini sudah suatu
hal yang serius,Lebih jauh, sepinya pariwisata di Bali akibat penyebaran virus ini berdampak pada
lesunya bisnis hotel di kawasan tersebut. PHRI mencatat, rata-rata okupansi hotel di hanya 20%. Artinya,
ada 80% kamar kosong, khususnya di daerah-daerah yang banyak dikunjungi oleh individual traveler
seperti Kuta, Sanur, Legian, Ubud, Jimbaran. Hariyadi Sukamdani menyebut, hal tersebut merupakan
gambaran nyata dampak virus corona yang dirasakan oleh berbagai wilayah dengan destinasi wisata
yang paling banyak diminati wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Kondisi tersebut membuat
pihak hotel gencar melakukan efisiensi. Salah satu efisiensi terbesar ada pada biaya pegawai. Dia
menyebut, ongkos untuk pegawai dipangkas hingga 50%. Kendati demikian, pemangkasan biaya
pegawai tersebut tidak secara langsung dilakukan melalui mekanisme pemecatan alias PHK. Dia
menjelaskan, dalam menjalankan bisnis hotel, para pelaku usaha biasanya memberlakukan 3 skema
kepegawaian. Ada 3 jenis karyawan yakni harian, kontrak dan tetap. Tak hanya hotel, hal serupa juga
terjadi pada bisnis restoran. Hanya saja, efisiensi biaya pekerja untuk bisnis restoran tidak serumit beban
yang ada pada bisnis hotel.

Dia menegaskan, sejak adanya pengumuman dari Presiden Jokowi terkait kasus corona pertama
di Indonesia, masyarakat sudah tampak panik. Hal tersebut benar-benar berdampak pada
perekonomian di semua sektor industri.

Terkait hal ini dia mengaku telah berkoordinasi dengan sejumlah pemerintah daerah. Salah
satunya adalah dengan Pemprov DKI Jakarta sebagai salah satu instansi yang mengeluarkan kebijakan
larangan kegiatan berkeramaian.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr
Daeng M Faqih buka-bukaan mengenai virus corona (Covid-19). Menurutnya, dampak terbesar virus ini
bukan pada aspek kesehatan, tetapi lebih banyak 'menerkam' bidang di luar kesehatan itu sendiri. Oleh
karena itulah mengapa Restoran menjadi sepi pengunjung karena Masyarakat takut untuk keluar
Rumah. Dampak corona ini betul-betul telah melumpuhkan ekonomi tidak hanya Indonesia tetapi juga
dunia. Penyebaran Virus Covid 19 Memang sangat meresahkan Masyarakat Baik itu Pelaku Usaha
maupun Masyarakat bisanay. Adanya anjuran untuk tidak keluar rumah membuat para pelaku usaha
merasa Rugi karena pengunjung atau Masyarakat takut akan penyebaran Virus 19 ini yang dimana bisa
membuat kita mati mendadak atau Karena Penyebaran Virus ini Semakin Banyak Dikalangan
Masyarakat. Bahkan sampai sekarang belum ada Vaksin untuk mencegah virus ini masuk ke Tubuh.
Karena belum diketahui Vaksin Pencegar Covid 19 oleh karena itulah pemerintah Mengeluarkan surat
edaran untuk Tidak keluar Rumah dan Menjauhi keramaian.

Pandemi corona global membuat okupansi atau tingkat hunian hotel dan resort di kawasan
wisata internasional Lagoi, Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) hanya tersisa 20 persen. Padahal, sebelum
virus corona merebak, okupansi hotel di Bintan rata-rata mencapai 60 sampai 70 persen.

Kendati demikian, General Manager PT Bintan Resort Cakrawala (BRC), Abdul Wahab salah
satu pengusaha hotel mengatakan, dampak virus corona ini tidak separah saat mereka menghadapi
wabah SARS. Saat itu, okupansi hotel dan resort di Bintan cuma 3 hingga 5 persen.

Berbeda dengan COVID-19, menurutnya pihak hotel dan resort sudah lebih memahami serta
mengetahui bagaimana menangani dampak virus tersebut.Apalagi, saat ini pintu masuk terbesar
mereka adalah Singapura. Ditambah ada direct flight dari Cina ke Batam,

Wahab pun tidak menampik, kalau COVID-19 berdampak besar terhadap penurunan
kunjungan wisatawan mancanegara ke Lagoi. Namun, pihaknya telah mengantisipasi penyebaran
COVID-19, denganmelakukan pembersihan, pemeliharaan, serta memperkuat SDM hotel dan resort.
"Sehingga, ketika situasi sudah membaik, kita jadi lebih siap untuk menghadapi kondisi urgen seperti
saat ini,BRC selaku pengelola kawasan wisata internasional Lagoi juga terus berupaya mencari formula
guna menggairahkan dunia pariwisata setelah kasus COVID-19 ini mereda.

Anda mungkin juga menyukai