Anda di halaman 1dari 158

LAPORAN PENELITIAN KUALITATIF

PERSEPSI REMAJA PEROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK

Dosen Pengampu :
Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi

Oleh :
Recky Sintya M. (115120300111023)
Tuthy Puji Lestari (115120300111049)
Amalia Adiningtia (115120300111067)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap individu dan masyarakat mengetahui bahwa merokok itu berbahaya bagi
kesehatan. Masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional, pemerintah
provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur No. 75/2005 tentang
kawasan Dilarang Merokok. Peraturan ini merupakan turunan dari Perda No. 2/2005
tentang pengendalian Pencemaran Udara (“Peraturan Gubernur Larangan Merokok Mulai
Disosialisasikan”, 2005). Peraturan tersebut sudah disosialisasikan pada tahun 2005
namun masih banyak yang melanggarnya. Peraturan selanjutnya pada tanggal 12 Agustus
2008 dikeluarkan oleh MUI yang menyatakan bahwa “Merokok itu Haram”. Namun, hal
tersebut juga tidak berdampak secara signifikan terhadap jumlah penurunan angka
perokok di Indonesia. Seringkali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam
kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan
dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok telah dimulai
sejak remaja, bahkan dari tahun ke tahun menunjukkan usia awal merokok semakin
muda. Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) dilaporkan bahwa
anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun (Komalasari &
Helmi, 2006). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok
kurang dari 20 tahun cenderung meningkat dan lebih dari separuh perokok
mengkonsumsi lebih dari 10 batang per hari, bahkan yang berumur 10 – 14 tahun pun
sudah didapat sebesar 30,5% yang mengkonsumsi lebih dari 10 batang per hari
diantaranya 2,6% yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang per hari. Hal ini dapat
menjadi bom waktu pada 25 tahun yang akan datang, mengingat timbulnya penyakit
seperti kanker berhubungan dengan lamanya merokok dan banyaknya rokok yang
dikonsumsi (Sirait 2002).
Menurut data Kemenkes, sejak tahun 1995-2007, jumlah perokok remaja
meningkat hingga 12 kali lipat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010 mencatat bahwa
58,6 juta orang Indonesia berumur 15 tahun ke atas menjadi perokok aktif. Rinciannya,
pria 55,05 juta dan perempuan 3,5 juta. Pada remaja (15-19 tahun), prevalensi merokok
meningkat dari 7,1 persen tahun 1995 menjadi 20,3 persen tahun 2010 (dikutip dari
Kompas.com, 2013). WHO pada tahun 2008 menyatakan bahwa perokok tertinggi ke-3
di dunia adalah Indonesia sesudah Cina dan India. Hal ini merupakan fakta
memprihatinkan yang terjadi di Indonesia saat ini, mengingat terjadi peningkatan
pengguna rokok pada remaja. Para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa yang
berperan penting atas kemajuan bangsa Indonesia di masa depan sebagian banyak yang
rusak oleh rokok.
Dalam jangka panjang merokok dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan data
dari WHO, jumlah perokok di dunia ada sebanyak 1,1 miliar orang, dan 4 juta orang di
antaranya meninggal setiap tahun. Pada tahun 2001, di Indonesia 427.928 orang
meninggal karena rokok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2020,
diperkirakan rokok akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang
menewaskan lebih dari 10 juta orang tiap tahunnya, 2 juta diantaranya terdapat di Cina,
jadi menyebabkan lebih banyak kematian di seluruh dunia, lebih banyak dari gabungan
kematian yang disebabkan HIV, TBC, kematian persalinan, kecelakaan lalu lintas, bunuh
diri dan pembunuhan.
Ditinjau dari segi moral, perokok yang kecanduan terkadang mengambil atau
meminta uang ayahnya, tetangganya, atau temannya untuk membeli rokok. Berdasarkan
data yang terdapat di pengadilan, 95 persen pelaku tindakan kriminal adalah para perokok
(Gillham B, 2000), sehingga negara harus menanggung biaya hidup para tahanan di
penjara. Sebenarnya negara dan masyarakat telah melupakan bahwa mereka kehilangan
uang sebanyak Rp 20.000.000.000.000,00 per tahun bukan hanya ulah para perokok,
melainkan juga akibat gangguan kesehatan yang disebabkan rokok; yang sebenarnya
dapat diinvestasikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Orang yang merokok
satu bungkus satu hari seharga Rp 2.500,00 - Rp 3.000,00 dapat menghabiskan uang
sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun (http://www.depkes.go.id/index.php?option=article,
diunduh pada tanggal 4 April 2014 pukul 13.00 WIB). Apalagi orang yang merokok
empat bungkus dalam satu hari, maka uang yang dikeluarkan bisa berjuta-juta rupiah
dalam satu tahun. Mereka yang sudah ketagihan (ketergantungan) rokok apabila
pemakaiannya dihentikan, mucullah “sindrom putus rokok” dengan gejala-gejala seperti
mudah tersinggung, cemas, dan gangguan konsentrasi (Harian Republika, 2004).
Jumlah perokok dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini berarti bahwa
terdapat pertambahan perokok baru setiap saat yang kemungkinan besar akan terus
menjadi perokok aktif seumur hidupnya. Perokok baru tersebut sebagaian besar adalah
anak-anak & remaja. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok
Indonesia memulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Berdasarkan Riskesdas
tahun 2007, perilaku penduduk Indonesia dalam mengkonsumsi rokok menunjukkan
bahwa masih lebih banyak masyarakat yang tidak merokok dibandingkan dengan
masyarakat yang merokok dimana persentase penduduk umur 10 tahun ke atas 23,7%
merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang, 3,0% adalah mantan perokok dan
67,8% bukan perokok. Namun, persentase tertinggi penduduk yang merokok setiap hari
berada pada kelompok usia sekolah yaitu 15 – 19 tahun dengan persentase sebesar 36,3%
dan konsumsi terbesar kedua berikutnya berada pada usia 20 – 24 tahun dengan
persentase sebesar 16,3%. Fakta ini menunjukkan bahwa konsumsi rokok justru sangat
tinggi di kalangan penduduk usia sekolah yang umumnya belum memiliki penghasilan
sendiri untuk membeli rokok atau bisa dikatakan mereka yang dalam tahap
perkembangan remaja (Mulya dan Ramdani, 2009).
Hal ini didasari karena masa remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari
masa anak-anak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi perubahan emosi dan
perubahan sosial pada remaja. Masa remaja penuh dengan gejolak, penuh dengan
pengenalan dan petualangan akan hal-hal baru dan masa pencarian jati diri. Untuk
mencari jati diri mereka seorang remaja merasa tertantang dan tertarik untuk mencoba
hal-hal yang baru. Remaja dalam masa ini sangat labil dan menjadi mudah terpengaruh
akan hal yang dilihat maupun hal yang terjadi sekitarnya.
Remaja merupakan aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung
penerus generasi bangsa di masa mendatang. Pada teori psikososial Erikson menyebutkan
bahwa masa remaja berada pada tahap Identitas versus kekacauan identitas, dimana pada
tahap ini terjadi pada individu saat berumur 12-20 tahun. Pada masa ini kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak sudah lebih matang. Mereka berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitasnya. Dorongan untuk memperlihatkan identitas
terkadang dilakukan dengan cara yang ekstrim atau berlebihan. Hal ini membuat mereka
melakukan sesuatu yang dianggap menyimpang oleh lingkungan sekitar.
Remaja sering berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Remaja sering bertingkah laku yang membuat mereka merasa seperti orang dewasa, yaitu
merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan (Hurlock, 1999).
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI tahun 1999
menghasilkan bahwa remaja yang pernah menggunakan narkoba 5,8% dari total
responden 8.058 orang, 15% pernah minum-minuman keras dan sebesar 46,6% merokok
(Rozy, 2001). Hal-hal seperti ini membuat remaja sering dibicarakan dan menjadi
sorotan.
Jika dilihat data-data mengenai keterlibatan remaja dalam berbagai perilaku
negative, maka kita akan menemukan angka-angka yang mengejutkan dan
mengkhawatirkan. Kelompok Smoking and Health memperkirakan sekitar enam ribu
remaja mencoba rokok pertamanya setiap hari dan tiga ribu diantaranya menjadi perokok
rutin (“Stop”, 2000).
Kondisi di atas menimbulkan kekhawatiran terhadap perilaku merokok remaja
karena semakin hari semakin bisa kemungkinan mereka akan menjadi perokok berat di
usia dewasa. Selain itu perilaku merokok bisa menjadi pintu masuk pertama (first step)
terhadap perilaku negative yang lain seperti minum alcohol, narkoba, agresif dan
destruktif (Efendi, 2005). Smet (1994) menemukan korelasi yang positif antara perilaku
merokok dengan minum alcohol. Penelitian Sullivan dan Farell (1999) juga menyatakan
bahwa merokok merupakan salah satu factor resiko untuk mengkonsumsi narkoba selain
penggunaan alcohol, tekanan teman, hubungan seksual dan niat itu sendiri.
Hampir sebagian remaja memahami akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok
tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau menghindar dari perilaku tersebut? Ada
banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum
menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga
disebabkan faktor lingkungan (Komalasari & Hemli, 2006). Factor dari dalam diri remaja
seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko turut mempengaruhi apakah
remaja akan mulai merokok. Factor lingkungan seperti orang tua yang merokok dan
teman sebaya yang merokok juga mempengaruhi seorang remaja merokok atau tidak
(Sarafino, 1994). Salah satu temuan tentang remaja merokok adalah bahwa remaja yang
orangtuanya merokok merupakan agen imitasi yang baik bagi remaja untuk merokok.
Orangtua yang merokok akan memberikan pengaruh terhadap anak remajanya untuk
merokok lebih besar dari pada orang tua yang tidak merokok (“Step parents influence
teenage smoking behavior”, 2008). Sebuah studi yang dilakukan oleh pusat Nasional
untuk penggunaan obat di Universitas Kolombia (dalam Richmond, 2004) menemukan
bahwa anak yang mempunyai teman-teman perokok memiliki kemungkinan 9 kali lebih
besar untuk menjadi perokok dari pada anak yang memiliki teman yang tidak merokok.
Sedangkan menurut Mu’tadin (2002), factor penyebab perilaku merokok pada remaja
tidak hanya berasal dari pengaruh orang tua maupun teman sebaya, namun juga berasal
dari factor kepribadian dan pengaruh iklan.
Menurut Erickson (Komasari & Helmi, 2000), remaja mulai merokok berkaitan
dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangan yaitu
masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Masa remaja sering dilukiskan sebagai
masa strom dan stress karena ketidaksesuaian antara perkembangan fisik yang sudah
matang dan belum diimbangi oleh perkembangan psikososial. Upaya-upaya untuk
menemukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan
masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris.
Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi remaja
merupakan perilaku simbolisasi. Symbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan
daya tarik terhadap lawan jenis.
Di sisi lain Green menyatakan bahwa perilaku seseorang – termasuk perilaku
merokok - dipengaruhi oleh faktor pendahulu (predisposing), yang meliputi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai; faktor pemungkin (enabling), yang meliputi
ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas; dan factor penguat atau pendorong
(reinforcing) yang meliputi sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya (Notoatmodjo,
2003). Sedangkan dalam Health Believe Model dijelaskan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh motif dan kepercayaannya (Ogden, 1996:21).
Berkaitan dengan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa terdapat proses kognitif
yang mendasari seseorang dalam mengambil tindakan untuk menjadi seorang perokok.
Perilaku yang kita keluarkan atau yang kita kenakan pada suatu objek merupakan hasil
dari proses berfikir kita yang didalamnya melibatkan proses kognitif yang disebut sebagai
persepsi.
Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus
yang dapat menggambarkan pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa yang dapat diorganisasikan, diinterpertasikan terhadap rangsang melalui proses
mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang
sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang
diamati, baik yang diluar maupun didalam diri individu (Auliya, 2007). Persepsi inilah
yang akan sangat menentukan bagaimana kita bersikap dalam menghadapi segala sesuatu
yang ada di dalam kehidupan kita. Persepsi kita mengenai suatu objek sangat menentukan
bagaimana keputusan kita untuk bersikap terhadap objek tersebut. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi kita mengenai suatu hal, beberapa diantaranya bisa berasal
dari faktor internal atau faktor yang berasal dari individu itu sendiri seperti sikap,
pengalaman, motivasi, minat, nilai, prasangka, kebutuhan, keadaan fisik, perasaan dan
faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar individu seperti latar belakang
keluarga, informasi yang diperoleh, familiar atau ketidakasingan suatu objek, dan
intensitas.
Berkaitan dengan perilaku merokok, banyak sekali media diluar sana yang
memberikan informasi terkait bahaya merokok dan dampak negative dari rokok.
Pemerintah dan berbagai instansi dalam dunia kesehatan dan pendidikan pun juga gencar
memberikan sosialisasi mengenai bahaya rokok pada semua kalangan, terutama kalangan
remaja. Bahkan iklan dari produk rokok itu sendiri juga menyebutkan dan berterus terang
dalam setiap akhir sesi iklannya mengenai bahaya dari rokok. Sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap orang pasti mengetahui bahwa rokok memberikan dampak
negative yang begitu dahsyat bagi tubuh. Namun, mengapa dengan begitu banyaknya
informasi yang diterima mengenai dampak negative rokok masih ada begitu banyak
orang yang tetap memutuskan untuk menjadi perokok dan berani mengambil resiko untuk
mempertaruhkan kesehatan dan kehidupannya sendiri hanya untuk rokok? Sehingga
penting kiranya kita mencari tahu hal yang mendasari keputusan mereka dalam merokok,
dalam hal ini persepsi mereka terhadap perilaku merokok. Terutama pada remaja, karena
remaja merupakan asset penting bangsa yang akan memimpin bangsa ini nantinya.
Dengan mengetahui persepsi mereka mengenai perilaku merokok, maka akan dapat
ditemukan jalan keluar yang lebih efektif untuk merubah pola pikir atau persepsi yang
maladaptive terhadap rokok menjadi persepsi atau pola pikir yang lebih adaptif, dengan
begitu individu akan lebih bisa mengembangkan pola hidup yang sehat dan terbebas dari
rokok.
Lantas, bagaimana sebenarnya remaja yang merokok menganggap dan
mempersepsikan perilaku merokok itu sendiri meski sudah mengetahui bahaya dari
merokok? Bertolak dari latar belakang di ataslah, peneliti bermaksud melakukan
penelitian dengan judul “Persepsi Remaja yang Merokok terhadap Perilaku Merokok”.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi remaja laki-laki yang merokok terhadap perilaku merokok itu
sendiri?
2. Apa yang mendasari remaja laki-laki perokok untuk merokok?

C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui dan memahami persepsi remaja laki-laki yang merokok terhadap
perilaku merokok.
2. Untuk mengetahui dan memahami perilaku yang mendasari remaja laki-laki perokok
untuk merokok

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
Psikologi khususnya dibidang Psikologi Perkembangan, selain itu hasil penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi pada penelitian selanjutnya
2. Manfaat praktis
a. Sebagai referensi bagi orang tua agar dapat memahami pandangan atau persepsi
remaja laki-laki terhadap perilaku merokok itu sendiri
b. Sebagai informasi bagi masyarakat pada umumnya dan para remaja khususnya
untuk mengetahui persepsi atau pandangan remaja laki-laki yang merokok
terhadap perilaku merokok,
c. Sebagai bahan informasi agar dapat memberikan pencegahan pada remaja laki-
laki lainnya untuk tidak merokok ditinjau dari segi persepsi para remaja laki-laki
yang merokok terhadap perilaku merokok itu sendiri.
d. Diharapkan orang tua, guru dan pemerintah dapat memberikan informasi tentang
bahaya merokok bagi kesehatan dan dapat mengubah persepsi yang salah dari
para remaja yang merokok terhadap perilaku merokok itu sendiri, sehingga dapat
mengurangi perilaku merokok pada remaja.

E. PENELITIAN TERDAHULU
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa
hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca, diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Christina Kwai-Choi Lee, Margo Buchanan-
Oliver dan Micael-Lee Johnstone pada tahun 2003, dengan judul “New Zealand
Adolescents’ Perception of Smoking and Social Policy Implications”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mengeksplorasi sikap dan
asosiasi merokok dikalangan remaja di Selandia Baru untuk menyorot implikasinya bagi
perkembangan kebijakan social. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan
menggunakan pendekatan induktif. Desain penelitian ini berdasarkan pada Focus Group
Discussions (FGD) dengan tujuan untuk mendapatkan data kualitatif yang dapat
memberikan pemahaman lebih dalam mengenai remaja yang merokok. Untuk
memastikan keakuratan hasil dari penelitian, peneliti menggunakan dua pengkodean
independen untuk menganalisis data sehingga memungkinkan interpretasi data dapat
dipertanggung jawabkan. Sedangkan integritas data (data tidak mengandung informasi
palsu) dipastikan dengan menjaga identitas peserta, dan menggunakan teknik wawancara
yang baik . Hanya dua moderator yang terlatih yang terlibat dalam pengumpulan data.
Selain itu, peneliti dalam penelitian ini juga melakukan pre-test untuk memastikan bahwa
pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian telah tepat. Penelitian ini didasarkan
pada 28 kelompok FGD yang terdiri dari 160 siswa, usia Antara 10 sampai 17 tahun di
Auckland, Selandia Baru. Anak-anak ini memiliki status social-ekonomi, etnis, dan
tingkat akademis yang bervariasi. Setiap kelompok FGD terdiri dari 3 sampai 8 peserta
dan diberi waktu sekitar 45-60 menit untuk berdiskusi. Aktivitas tersebut direkan dengan
audio dan video. Diskusi yang dilakukan dalam FGD relative tidak terstruktur.
Pertanyaan yang diajukan dalam FGD digunakan untuk menggali pikiran dan perasaan
responden tentang merokok, seperti persepsi mereka baik itu negative maupun positif
mengenai merokok, perasaan mereka mengenai teman-teman dan keluarga yang
merokok, serta perilaku merokok mereka sendiri. Sebelum FGD dimulai, setiap peserta
diminta untuk menuliskan pemikiran mereka dan berbicara mengenai apa yang telah
mereka tulis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pandangan pribadi tanpa pengaruh
anggota lainnya. Pikiran-pikiran yang telah ditulis oleh partisipan sebelum diskusi
dimulai dikumpulkan pada akhir sesi untuk crosscheck dengan kaset rekaman untuk
memastikan realibilitas dari hasil penelitian. Data dianalisis dengan cara mengidentifikasi
tema dari diskusi kelompok. Sebuah skema pengkodean deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi tema dari diskusi kelompok. Hasil dari penelitian di Selandia Baru ini
menunjukkan bahwa remaja rentan terhadap pengaruh social (dalam hal ini adalah
keputusan untuk menjadi perokok) yang disebabkan oleh factor-faktor tertentu. Factor-
faktor tersebut diantaranya adalah persepsi mengenai kekebalan tubuh mereka terhadap
penyakit yang ditimbulkan oleh merokok, persepsi citra diri mereka, pengaruh orang-
orang penting dalam kehidupan mereka seperti teman dan keluarga, keinginan untuk
bereksperimen, rasa ingin tahu, dan tekanan yang menimbulkan stress. Dalam hal ini,
peneliti merekomendasikan beberapa inisiatif kebijakan social diantaranya adalah :
pemberian pesan anti - merokok untuk penonton bioskop untuk melawan efek dari peran
model aspiratif, memperluas target program pendidikan anti - merokok di tingkat sekolah
dasar dan pra sekolah dasar, dan mendorong keterlibatan keluarga dalam program
pendidikan mengenai rokok juga dianjurkan.
Penelitian selanjutnya yang juga menjadi bahan pertimbangan dari penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Trixie Salawati dan Rizki Amalia pada tahun 2010,
dengan judul “Perilaku Merokok di Kalangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Semarang”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku
merokok antara mahasiswa Fakultas Kesehatan dan Non Kesehatan di Universitas
Muhammadiyah Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data
penelitian ialah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang yang berstatus aktif,
memiliki kebiasaan merokok, berjenis kelamin laki-laki yang layak dan bersedia menjadi
informan penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yakni data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari informan, sedangkan
data sekunder diperoleh melalui literature, data tertulis dan sumber-sumber lain sebagai
pendukung penelitian. Data dikumpulkan melalui FGD dan wawancara mendalam.
Selanjutnya data diolah dengan menggunakan analisis deskripsi hasil FGD dan wawancara
melalui pengumpulan data; reduksi data dengan pembuatan koding dan katagori;
penyajikan data; serta kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan, sikap, keyakinan, motivasi dan praktik merokok di kalangan informan dari
Fakultas kesehatan maupun non kesehatan tidak terlalu jauh berbeda, walaupun pada
pertanyaan tertentu informan dari Fakultas kesehatan bisa memberi penjelasan sedikit lebih
banyak. Temuan menarik dari penelitian ini antara lain bahwa walaupun beberapa
informan dari Fakultas Kesehatan menyatakan bahwa merokok adalah hak azasi dan
mereka merasa kesulitan untuk berhenti merokok, namun berdasarkan hasil FGD dan
wawancara diketahui bahwa mereka sebenarnya mempunyai beban, karena sebagai calon
petugas kesehatan mereka seharusnya bisa menjadi contoh, sehingga sebagian besar dari
mereka tetap berniat untuk berhenti bila sudah bekerja. Hal tersebut tidak ditemui pada
informan dari Fakultas Non Kesehatan. Walaupun sebagian besar yakin bahwa merokok
itu berbahaya., namun mereka tidak yakin mampu berhenti dan hanya berniat mengurangi
saja. Mereka tidak memiliki beban yang sama dengan informan dari Fakultas Kesehatan,
karena mereka bukan calon petugas kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala disekitarnya. Persepsi mengandung
pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah
memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya
mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.
Sedangkan menurut (Dorland, 2002) Persepsi merupakan proses pengolahan mental
secara sadar terhadap stimulus sensori. Sugihartono, dkk (2007: 8) mengemukakan bahwa
persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Ada yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif
yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Bimo Walgito (2004: 70) mengatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme
atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon
dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal
tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu
tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan
berbeda antar individu satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara
yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan
cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda
dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk
menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan
rapi didalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada
stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil
kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi,
2006: 118).
Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan persepsi merupakan
suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem
alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan
dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
Proses terbentuknya persepsi didahului adanya penginderaan yaitu merupakan proses
yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun
proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan ke
pusat susunan saraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu
menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya. karena itu proses
penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan
pendahulu dari persepsi (Walgito, 1994). Menurut Maramis (1999) persepsi adalah daya
mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara lain melalui proses
mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang.
Sedangkan menurut Sunaryo (2004) persepsi dapat diartikan sebagai proses
diterimanya rangsang melalui panca indera dengan didahului oleh perhatian sehingga
individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik
yang ada diluar maupun di dalam dari individu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pengertian persepsi adalah proses otak
dalam mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan menafsirkan, suatu objek,
peristiwa, atau stimulus tertentu yang masuk melalui alat indera sehingga individu atau
organisme mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati objek atau stimulus
tersebut.
2. Macam-Macam Persepsi
Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo (2004) yaitu :
a. External perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari luar individu.
b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang
datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah
dirinya sendiri.

3. Syarat Terjadinya Persepsi


Agar individu dapat mengadakan persepsi diperlukan beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu : (Walgito, 194 dan Sunaryo, 2004).
a. Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang mengenai
alat indera atau reseptor.
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus.
d. Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak kemudian dari
otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respon.

4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut Krech dan Richard (1992) dalam Walgito (1994) persepsi ditentukan oleh
faktor fungsional dan struktural
a. Faktor fungsional
Merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman, masalah dan hal-hal
yang termasuk faktor-faktor personal yang menentukan persepsi, bukan jenis atau
bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli
tersebut.
b. Faktor struktural
Faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf
yang ditimbulkan pada saraf individu.
Menurut Walgito (1994) faktor lain yang mempengaruhi persepsi yakni perhatian,
didalam pengertiannya perhatian adalah proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli
menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Hal ini ketika
perhatian seseorang berdasarkan pada salah satu indera saja dan mengesampingkan
masukan-masukan melalui alat indera lainnya. Sama seperti persepsi, perhatian juga
dipengaruhi faktor situasional dari personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai
determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarikan perhatian (attention getter).
Sedangkan menurut Miftah Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal : perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan
atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,
nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal : latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan
dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-
hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Menurut Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu :
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai saraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, saraf dan susunan saraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu
juga harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan saraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi
seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan
persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan
berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek
tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan
persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat
ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan dalam
kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarmya
proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.

5. Proses dan Langkah Terjadinya Persepsi


Langkah dan proses terjadinya persepsi seperti yang dikemukakan Bimo Walgito
(1997: 54) dalam Pengantar Psikologi Umum :
“ Proses terjadinya persepsi adalah objek menimbulkan stimulus dan stimulus
mengenai indera dan reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus
yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh saraf sensorik ke otak, sehingga
individu menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari
stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran
itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses
persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterimanya melalui alat indera
atau reseptor”.
Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu :
a. Proses fisik : obyek menimbulkan stimulus mengenai alat indera alat indera atau
reseptor
b. Proses fisiologis : stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan oleh saraf sensoris ke
otak.
c. Proses psikologis : proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari stimulus
yang diterima.

Sedangkan Menurut Miftah Toha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari
pada beberapa tahapan, yaitu :
a. Stimulus atau rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan
yang hadir dari lingkungannya.

b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa
penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.
Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya,
kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu
proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut
bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

B. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Menurut WHO (World Health Organization) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.
Masa remaja adalah masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu jika dilihat
dari siklus kehidupan. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang paling kritis bagi
perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Hal ini dikarenakan pada masa
inilah terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu baik itu perubahan fisik
maupun psikologis. Perubahan dari cirri kanak-kanak menuju pada kedewasaan.
Perubahan pada wanita ditandai dengan mulainya menstruasi atau buah dada yang
membesar. Perubahan pada pria antara lainditandai dengan perubahan suara, otot semakin
membesar serta mimpi basah. (United Nation Population Fund (UNFPA), 2001)
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat
anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara
hukum. Papalia (2008) membagi masa remaja menjadi 2 bagian, yaitu masa remaja awal
dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berlangsung ira-kira dari 11 tahun atau 12
tahun sampai 14 tahun. Masa remaja akhir berlangsung kira-kira 15 tahun sampai 20
tahun.

2. Ciri-ciri Remaja
Menurut Hurlock (1999), seperti halnya dengan semua periode yang penting
selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Dianggap periode yang penting karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan
perilaku, dan karena akibat-akibat jangka panjang. Awal masa remaja ditandai
dengan perkembangan fungsi fisik disertai perkembangan mental yang cepat,
mengakibatkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai,
dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari yang telah terjadi sebelumnya,
melainkan peralihan dari satu tahap ke tahap perkembangan berikutnya. Perubahan
fisik yang terjadi sebelum tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku
individu dan mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai
yang telah tergeser.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal, yaitu :
1. Meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik
dan psikologis yang terjadi.
2. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
menimbulkan masalah baru.
3. Perubahan minat dan pola perilaku mengakibatkan perubahan nilai-nilai.
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan sikap. Mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan tapi taku bertanggung jawab.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah namun merasa
dirinya mandiri untuk mengatasi masalahnya sendiri sehingga menolak bantuan
orang lain. Ketidakmampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri mengakibatkan
penyelesaian tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri.
Erikson menjelaskan bahwa identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa perannya didalam masyarakat, apakah ia seorang
anak-anak atau orang dewasa. Awal masa remaja diperlihatkan dengan penyesuaian
diri dengan kelompok masih tetap penting namun lambat laun mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama seperti temannya dalam segala
hal. Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalh
dengan menggunakan simbol status dalam menggunakan mobil, pakaian dan barang-
barang mewah lain, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas
dirinya didalam kelompok dengan mengikuti apa yang dilakukan kelompok seperti
merokok dan minuman keras.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Stereotip yang berlaku dalam masyarakat berfungsi sebagai cermin yang ditegakkan
masyarakat bagi remaja yang menggambarkan citra diri remaja sendiri yang lambat
laun dianggapnya sebagai gambaran yang asli dan remaja membentuk perilakunya
sesuai gambaran ini. Dengan menerima stereotip tersebut dan adanya keyakinan
bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat
peralihan ke masa dewasa menjadi sulit.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis.
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
diinginkannya dan bukan sebagaimana dirinya.
h. Masa remaja sebagai ambang dewasa.
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja mulai memusatkan diri
pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum
minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku tersebu akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
3. Perkembangan Fisik Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya
dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang
terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan
perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-
perubahan fisik itu. Diantara perubahan-perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat reproduksi (ditandai
dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki), tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2004: 52).

4. Perkembangan Sosial Remaja


Dalam masa perkembangan sosial, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial
untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok lain. Pergaulan yang
dahulu terbatas dengan anggota keluarga, tetangga, dan teman-teman sekolah; saat ini
dia ingin meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan
rumah. Penggabungan diri dengan anggota kelompok yang lain sebenarnya
merupakan usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu,
sebab remaja mulai meragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-
norma yang ada dan sebagainya (Y. Bambang Mulyono, 1989: 18).

5. Keadaan Emosi Remaja


Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan
dalam emosionalitas remaja. Masa ini disebut sebagai masa “storm and stres”, dimana
terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari perubahan fisik dan
hormonal. Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak
irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia
yang dilalui. Meningginya emosi terutama karena anak berada di bawah tekanan
sosial dan mereka mengahadapi kondisi baru, sedangkan pada masa kanak-kanak
kurang mempersiapkan diri. Keadaan yang belum labil ini sering menyeret remaja
dalam kegelisahan.

6. Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki

Masalah rokok pada hakikatnya sudah menjadi masalah nasional, bahkan


internasional. Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam
kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau
bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996). Mulai dari orang dewasa
sampai dengan anak kecil mengkonsumsi rokok. Perilaku merokok dilihat dari
berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang
disekelilingnya. Pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin,
CO (Karbonmonoksida) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat
dari sisi kesehatan. Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang
yang berada disekeliling perokok. Risiko yang ditanggung perokok pasif lebih
berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya
sangat rendah (Sarafini dalam Komasari & Helmi, 2000).

Perilaku merokok banyak dilakukan pada usia remaja. Masa remaja adalah
masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Erikson (Papalia, 2008)
mengatakan bahwa remaja mengalami krisis aspek psikososial pada masa
perkembangannya yaitu masa ketika mereka mencari jati dirinya. Remaja sering
berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa dengan bertingkah
laku seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, dan menggunakan
obat-obatan (Hurlock, 1999). Perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan
perempuan dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling
tinggi pada umur 15-19 tahun. Hal ini dapat dikaitkan dengan stres yang dialami oleh
remaja. Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang
mereka konsumsi berkaitan denga stres yang mereka alami.

Menurut Baldwin (2002) sumber stres pada remaja laki-laki dan


perempuan pada umumnya sama, hanya saja remaja perempuan sering merasa cemas
ketika sedang menghadapi masalah, sedangkan pada remaja laki-laki cenderung lebih
berperilaku agresif. Remaja laki-laki yang mengalami stres akan melakukan
perbuatan negatif seperti mengkonsumsi rokok dan alkohol (Hurrelmanndalam
Welle, 2004). Perbedaan ketika berada didalam kelompok teman sebaya juga
diperlihatkan antara remaja laki-laki dengan remaja perempuan. Remaja laki-laki
lebih mudah untuk terpengaruh teman-temannya dalam hal perilaku menyimpang
seperti merokok, minum minuman keras dan juga cabut dari sekolah. Remaja
perempuan biasanya lebih ingin menjalin hubungan harmonis dan hidup sesuai
harapan teman sebayanya seperti cara berpakaian yang sama.

Menurut Mu’tadin (2002) faktor penyebab perilaku merokok pada remaja


adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, faktor kepribadian, dan pengaruh
iklan. Keempat faktor ini yang menyebabkan remaja merokok. Tidak semua remaja
yang memiliki orangtua yang merokok, memiliki teman sebaya yang merokok dan
adanya iklan rokok mempengaruhi mereka untuk merokok. Ovine dan Cynthia
(1989) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki sikap yang teguh pada akibat
yang ditimbulkan dari nikotin berusaha keras untuk tidak merokok.

Terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok


(Leventhal dan Clearly, 1984). Pertama adalah tahap persiapan (prepatory) dimana
seseorang belum mencoba merokok. Seseorang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil
bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Kedua adalah tahap
permulaan (initiation), pada tahap ini seseorang sudah mencoba untuk merokok dan
menentukan apakah seseorang akan menjadi perokok ataukah tidak. Ketiga adalah
tahap menjadi perokok (becoming a smoker) dimana seseorang dikatakan sebagai
perokok bila telah mengkonsumsi empat batang perhari. Keempat adalah tahap
mempertahankan perilaku merokok (maintenance of smoking) dimana ketika faktor
psikologis dan mekanisme biologis menyatu agar perilaku merokok dipelajari terus-
menerus.

C. Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotania Tobacum, Nicotania Rustica dan
spesies lainnya atau sintetis yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (PP RI No. 19 Tahun 2003) dalam Frans (2004) secara umum,
bahan-bahan dalam rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen
gas dan komponen padat atau partikel, sedang komponen padat atau partikel dibagi
menjadi nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Rokok
mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya
dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama dalam rokok adalah tar, nikotin,
dan karbon monoksida (Atmanta, 2005).

2. Rokok dan Kesehatan


Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi sayangnya
masih banyak orang yang menikmatinya. Efek dari rokok/tembakau memberi
stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku.
Jika dibandingkan dengan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah
pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.
Penyakit yang ditimbulkan :
a. Jantung
Menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluhan darah dan peningkatan
tekanan darah , kenaikan penggunaan 02 serta peningkatan denyut jantung.
b. Otak
Menyebabkan terjadinya stroke dan lumpuh.
c. Paru-paru
Menyebabkan terjadinya batuk berdahak, bronchitis, paru-paru, kanker.

3. Bahaya Merokok
Laporan WHO (2003) dalam Utama (2004) juga menyebutkan beberapa
penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru, bronchitis
kronik, penyakit jantung iskemik, penyakit kardiovaskuler, kanker mulut, kanker
tenggorokan, penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam kandungan.
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) menambahkan tiga subtipe dampak
dari merokok yaitu :
a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya menambah atau meningkatkan
kenikmatan yang sudah didapat, misal merokok setelah minum kopi atau
makan.
b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya
untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of headling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan rokok
sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu
untuk mengisi pipa dengan tembakau sedang untuk menghisapnya dibutuhkan
waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang memainkan dengan
jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
D. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segala sesuatu yang dikatakan atau dikerjakan seseorang dan
perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan
merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto,
1999).
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,
dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus, respon ini berbentuk dua macam yaitu pasif dan aktif. Bentuk pasif
adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung
dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dari
pengetahuan. Sedang bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung (Sarwono, 1993).

2. Macam-macam Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi:
a. Perilaku tertutup
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert), respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
praktek (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Sedangkan menurut Purwanto (1999), perilaku manusia dibedakan :

a. Refleks
Perilaku refleks terjadi secara otomatis, tanpa dipikir oleh keinginan, tanpa
disadari. Secara umum perilaku ini bertujuan untuk menghindari ancaman yang
merusak keberadaan individu, sehingga individu tersebut dapat berperilaku dan
berkembang secara normal.
b. Perilaku refleks bersyarat
Perilaku ini merupakan perilaku yang muncul karena adanya perangsang tertentu.
Reaksi ini wajar dan merupakan pembawaan manusia serta bisa dipelajari atau
didapat dari pengalaman.
c. Perilaku yang mempunyai tujuan/perilaku naluri.
Gejala yang menyertainya adalah pengenalan, perasaan/emosi, dorongan,
keinginan/motif.

3. Klasifikasi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahnkan dan meningkatkan kesehatannya.
b. Perilaku Sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit
Perilaku ini meliputi :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana/penyembuhan penyakit yang
layak.
3) Mengetahui hak (misalnya hak untuk memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit (memberitahu penyakit
kepada orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
politik, ekonomi dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering mewarnai
perilaku seseorang.
Sedangkan menurut Purwanto (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
adalah sebagai berikut :
a. Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia dari
Tuhan Yang Maha Esa. Teori mendel merupakan teori tentang keturuna
yang dikenal dengan hipotesa genetika yang menjelaskan tentang sifat-
sifat makhluk hidup dikendalikan faktor keturunan, tiap pasangan
merupakan penentu alternatif bagi keturunannya dan pada waktu
pembentukan sel kelamin; Pasangan keturunan memisah dan menerima
pasangan-pasangan faktor keturunan.
b. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala sesuatu yang
berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu mulai
mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya.
5. Penyebab berperilaku
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu
berperilaku tertentu adalah karena adanya enam alasan pokok, yaitu :
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Sikap
4. Orang penting sebagai referensi
5. Sumber-sumber daya meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga, dll.
6. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
dalam masyarakat (budaya) (Notoatmodjo, 2003).
E. Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi
stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati
adalah perilaku merokok. Merokok lebih banyak dilakukan pada zaman Tiongkok
kuno dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang
mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui
hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Danusantoso (1991) mengatakan bahwa asap
rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada
disekitarnya.
Menurut Sitepoe (2001), merokok adalah membakar tembakau yang kemudian
dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Levy (1984)
mendefinisikan perilaku merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang berupa
membakar dan menghisap tembakau serta menimbulkan asap yang dapat terhisap
oleh orang disekitarnya. Armstrong (1990) mengatakan bahwa perilaku merokok
adalah menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
Perilaku merokok adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yaitu berupa
membakar dan menghisap tembakau, baik dengan menggunakan rokok maupun pipa
lalu menghembuskan asapnya keluar dimana asap tersebut dapat terhisap oleh orang
disekitarnya.

2. Aspek-Aspek Perilaku Merokok


Aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang (1997), yaitu :
1. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Erickson (Komasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa merokok
berkaitan dengan masa mencari jati diri pada diri remaja. Silvans &
Tomkins (Mu’tadin, 2002) fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan
yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan
negatif.
2. Intensitas merokok
Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya
rokok yang dihisap, yaitu :
a. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
b. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari

Menurut Komalasari dan Helmi (2000) aspek-aspek perilaku merokok terdiri dari :

1. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari


Adalah seberapa penting atau bermakna aktivitas merokok bagi individu
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan menjadikan rokok sebagai
penghibur saat beraktivitas.
2. Intensitas merokok.
Adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan perilaku merokok seperti menghisap, merasakan dan menikmatinya.
Seseorang yang merokok dalam jumlah yang banyak seperti 24 batang
perhari hal itu menunjukan perilaku merokok sangat tinggi.
3. Tempat merokok
Adalah individu akan melakukan kegiatan merokok dimana saja, bahkan
diruangan yang dilarang untuk merokok atau tempat-tempat dimana individu
biasa melakukan aktivitas merokoknya seperti sekolah, kampus, mol, toilet
dan lain sebagainya.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Tadin (2002)
menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi :
a. Merokok di tempat-tempat umum
1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,
karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
2) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak
rokok) mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai
orang yang tidak berperasaan, kurang etis, kurang sopan, dan tidak punya
tata karma.
b. Merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi:
1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat seperti
ini sebagai tempat yang digolongkan kepada individu yang kurang
menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
2) Di toilet. Perokok ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi, sepertiga jumlah perokok dunia adalah remaja.
Menurut Kim Farley (1990) dalam Notoatmojo (2003) dewasa ini
anak-anak dan remaja menjadi ancaman utama bahaya meningkatnya
penggunaan tembakau di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berbagai
penelitian menunjukkan usia untuk memulai merokok ternyata lebih muda.
Kebanyakan perokok memulainya ketika masih remaja. Padahal, jika
seseorang tidak mulai merokok sampai umur 20 tahun, kemungkinannya
kecil untuk menjadi perokok setelah dewasa.
4. Waktu merokok
Adalah kapan atau momen-momen apa saja individu melakukan aktivitas
merokok tidak pandang waktu bisa pagi, siang, sore dan malam hari. Menurut
Green (1990) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa biasanya waktu
yang digunakan seseorang dapat menikmati rokok adalah sehabis makan dan
setelah minum kopi, sehabis kerja, perasaan lagi kalut, frustasi dan tidak
mempedulikan waktu entah pagi, siang, sore ataupun malam. Menurut Presty
(Smet, 1994) remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang
dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman,
cuaca yang dingin, setelah dimarahi orang tua.

Berdasarkan aspek-aspek diatas dapat diambil kesimpuan bahwa


aspek-aspek perilaku merokok terdiri dari : fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari. intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok.

3. Tahap dalam Perilaku merokok

Saat pertama kali menkonsumsi rokok, gejala-gejala yang mungkin terjadi


adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut terasa mual, tetapi sebagian dari
pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi
kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini
dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala
ini dapat di jelaskan dari konsep tobacco dependency ( ketergantungan rokok ).
Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser
menjadi aktivitas yang bersifat obsesif.

Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari


ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini
dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami jika perokok sulit untuk
berhenti merokok. Klinke dan Meeker ( dalam Komasari dan Helmi, 2000)
mengatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat
mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang
menyenangkan, dan relaksasi.

Leventhal dan Clearly ( dalam Oskamp, 1984 ) mengungkapkan empat


tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :
a. Tahap Persiapan (preparatory).
Seseorang belum mencoba rokok pada tahap ini. Tahap ini meliputi
perkembangan sikap dan informasi tentang merokok. Seseorang mendapatkan
gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara mendengar, melihat
(observasi) dari orang tua atau dari media masa atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk merokok. Leventhal dan Clearly ( 1980 ) mengatakan
terdapat tiga perangkat sikap terhadap merokok pada remaja. Perangkat sikap
yang pertama adalah gambaran keren dari merokok. Penelitian menunjukkan
bahwa hanya sedikit murid sekolah yang mempersepsikan perokok seabgai orang
bodoh, kurang perhatian, keras, easygoing, pemalas, bermasalah, dan sebagainya.
Keebanyakan murid memandang bahwa perokok itu sebagai orang yang bebas (
independent ), jantan, dan pemberontak terhadap otoritas (Bland, Bewley, & Day,
1975 dalam Oskamp, 1984).
Perangkat sikap yang kedua adalah merokok sebagai bentuk kecemasan dan
mencari perhatian. Ini memberikan kesempatan untuk anak muda mencoba
merokok untuk mendapatkan penerimaan teman sebaya dan menjadi anggota
sebuah kelompok. Perangkat sikap yang ketiga adalah gambaran bahwa merokok
dapat membantu tetap tenang dalam kondisi stres dan tampil baik dalam
pekerjaan atau situasi akademis.
b. Tahap Permulaan (initiation).
Seseorang sudah mencoba untuk merokok. Tahap ini juga disebut tahap
perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan untuk
merokok ataukah tidak meneruskan untuk merokok. Teman sebaya adalah
tempat eksperimen pertama yang memungkinkan remaja untuk mencoba rokok.
Sebuah studi oleh Leventhal dkk ( 1967 ) menemukan bahwa pada umumnya
anak-anak muda mencoba rokok pertama mereka pada saat bersama dengan
teman-teman sebayanya dan disertai dengan dukungan dari teman-teman
tersebut.
Data menunjukkan bahwa remaja yang merokok sebanyak empat batang
perhari memiliki 80% kesempatan untuk menjadi seorang perokok
regular.jumlah remaja yang pernah mencoba rokok setidaknya satu batang
perhari adalah 70% sampai 80% namun setengahnya saja yang menjadi perokok
regular ( Grant & Weitman, 1968dalam Oskamp, 1984 ). Reaksi negatif terhadap
rokok seperti rasa rokok yang tajam dan panas merupakan faktor yang
mnyebabkan seseorang untuk tidak meneruskan perilaku merokok. Namun
kebanyakan dari remaja mengacuhkan rasa ini dan meneruskan perilaku
merokok mereka ( Leventhal & Everhart, 1979 ).
Sarafino (1994) menyatakan bahwa seseorang memutuskan untuk meneruskan
perilaku merokok jika individu :
 Memiliki setidaknya salah satu orang tua yang merokok
 Merasa bahwa orang tuanya tidak pedui dan mendorong mereka untuk
merokok
 Memiliki saudara kandung atau teman yang merokok
 Merasa ada tekanan dari teman sebaya untuk merokok, seperti “Kamu
akan ditertawakan orang-orang bila tidak merokok” atau “Kamu harus
merokok bila sedang berada dengan tema-teman yang merokok”
 Memiliki sikap yang positif terhadap rokok, misalnya “Merokok sangat
menyenangkan” atau “Merokok dapar membantu orang-orang
menghilangkan rasa bosan, stres dan kecemasan”
 Tidak percaya kalau rokok dapat membahayakan kesehatan mereka,
misalnya merasa bahwa merokok hanya akan berbahaya bagi orang-orang
yang telah tua, atau merokok hanya akan berbahaya jika telah
mengkonsumsinya dalam waktu yang cukup lama.
c. Tahap menjadi seorang perokok (becoming a smoke).
Oskamp (1984) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok apabila
orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari.
Individu yang telah mencoba sampai rokok ke empat cenderung menjadi
perokok tetap. Banyak penelitian mengindikasikan bahwa secara tipikal seorang
menjadi perokok regular menghabiskan waktu selama dua tahun. Hal ini belum
begitu jelas, apakah kebanyakan individu mengalami transisi ini dalam waktu
yang sama, lebih lama atau bahkan membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Leventhal dan Clearly (1967) melihat tahap ini sebagai suatu proses belajar,
kapan dan dimana merokok dan memasukkan peran dari seorang perokok
kedalam dirinya. Selama tahap ini, toleransi berkembang sebagai efek fisiologis
dari merokok (Russell, 1979 ). Remaja secara umum tidak menyadari bagaimana
bergantungnya orang dewasa terhadap rokok dan memandang rokok tidak baik
bagi orang yang sudah tua bukan untuk dirinya sendiri (Leventhal & Everhart,
1979).
d. Tahap mempertahankan perilaku merokok (maintance of smoking)
Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis dan faktor
mekanisme biologis menyatu agar perilaku merokok dipelajari terus-menerus.
Penelitian menemukan berbagai variasi alasan psikologis untuk terus merokok
(Ikard, Green, & Horn, 1969), diantaranya adalah :
 Kebiasaan
 Ketergantungan
 Penurunan kecemasan dan tensi
 Relaksasi
 Pergaulan dan social reward
 Stimulasi dan keterbangkitan (arousal).

3. Faktor-faktor penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja


Smet (1994) mengatakan bahwa permulaan untuk merokok terjadi akibat
pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah
sau determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino, 1990). Lewin (Komasari
& Helmi, 2000) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari
lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor dalam
diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor
lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok).
Menurut mu’aladin (2002) faktor penyebab remaja merokok adalah pengaruh orang
tua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.
a. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, 1999). Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang
menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka
panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah
“kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat pengaruhnya
adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contoh yaitu sebagai perokok,
maka anak-anaknya akan memiliki kemungkinan besar untuk mencontohnya
dan menjadi perokok

b. Pengaruh Teman Sebaya


Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Fakta tersebut menunjukkan dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan. Namun
satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan
(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi
pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,
1999).
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab perilaku merokok adalah karena pengaruh orang tua, pengaruh
teman sebaya, faktor kepribadian, dan pengaruh iklan

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen ( Sarafino, 1994) tentang faktor-faktor


yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :

1. Faktor Biologis

Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah


satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin dalam darah
perokok cukup tinggi.

2. Faktor Psikologis
Merokok Dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa
kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat
memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang
sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
3. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian
individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya.
4. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia
dewasa semakin banyak ( Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin
Zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita
sekarang sudah merokok.
5. Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi
pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
6. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang
bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi
perilaku merokok

4. Dampak Perilaku Merokok


Menurut Ogden (2000), dampak perilaku merokok dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Dampak Positif
Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan.
Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa dengan merokok dapat
menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi
keadaan-keadaan yang sulit. Graham juga menyebutkan keuntungan
merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan,
membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan.
b. Dampak Negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah sebagai penyebab suatu
penyakit, tetapi dapat menimbulkan suatu jenis penyakit sehingga dapat
dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Terdapa
berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan karena merokok, dimulai
dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit kardiovaskuler, kanker,
saluran pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menurunkan fertilitas
(kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan pembuluh darah,
menghambat pengeluaran air seni serta polusi udara dalam ruangan
sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif dalam pendekatan fenomenologi berusaha
memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang
biasa dalam situasi tertentu (Moleong. 2005: 9). Dengan kata lain penelitian kualitatif
dalam pendekatan fenomenologi adalah penelitian yang berusaha mengungkap makna
terhadap fenomena perilaku kehidupan manusia, baik manusia dalam kapasitas sebagai
individu, kelompok maupun masyarakat luas.
Menurut Hegel (1967), fenomenologi mengacu pada pengetahuan yang merujuk
pada kesadaran, suatu ilmu yang menjelaskan mengenai penerimaan, perasaan dan
pengetahuan seseorang secara cepat, sadar dan merupakan sebuah pengalaman (dalam
Moustakas, 1994:26) Sedangkan menurut Van Kaam (1966) pendekatan fenomenologi
melibatkan pengembalian pengalaman dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi
komperhensif untuk mendukung dasar dari pencerminan analisis struktutral yang
menggambarkan esensi dari pengalaman (dalam Moustakas, 1994:16).
Dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dijelaskan bahwa
untuk mendapatkan makna inti ( pure essences) beberapa langkah yang harus dilakukan,
yaitu :
a) Proses Epoche.
Proses Epoche merupakan proses dimana kita sebagai peneliti diharuskan untuk
menjauh dari kebiasaan sehari-hari kita, disini kita juga diharuskan untuk mengurung
ilmu pengetahuan kita sehingga kita sebagai peneliti mampu menilai objek tanpa
terpengaruh oleh pemikiran kita (subjektif), sehingga peneliti benar-benar meneliti secara
polos tanpa berhak menilai objek penelitian.
b) Phenomenological Reduction.
Setelah peneliti melakukan proses Epoche, sehingga data yang
diperoleh masih polos tanpa pengaruh atau penilaian dari peneliti. Peneliti
kemudian dapat melakukan proses kedua yaitu proses Phenomenological
Reduction, yaitu proses menggambarkan data yang telah diperoleh
sebelumnya dengan menggunakan cara, yakni: Horizonalization, Reduction
and elimination, Thematic Potrail, Individual Textural Description,
Individual Structural Description, Composite Textural Description, dan
Composite Structural Description.
c) Imaginative Variation.
Proses berfikir, menganalisis dengan kerangka teori yang telah
disebutkan pada awal penelitian, apakah sesuai atau tidak, jika tidak sesuai
maka perlu untuk mencari teori baru yang dapat mendukung hasil data
penelitian.
d) Synthesis Of Meanings and Essences.
Hasil penelitian yang telah dianalisis, disampaiakan dalam bentuk data
sintesis, beserta kesimpulan dari penelitian (Moustakas, 1994 :12).
Tujuan pendekatan fenomenologis ini menghadirkan deskripsi yang
akurat dari suatu fenomena yang tengah dipelajari mengenai “Persepsi Remaja
Perokok Terhadap Perilaku Merokok”. Pendekatan fenomenologis ini tidak
bertujuan untuk menggeneralisasi suatu penjelasan, teori, atau model
(Maloeng, 1998).
B. Subyek
Subjek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan bisa memberikan sebanyak
mungkin data yang dibutuhkan. Dengan persetujuan yang sudah diperoleh
maka peneliti bisa mengatur waktu dan tempat untuk melakukan wawancara
yang disertai dengan observasi yang mendukung (Gay & Airasian, 2003)
1. Karakteristik Subjek Penelitian
Adapun karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan diteliti,
yaitu sebagai berikut :
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Remaja usia 15-20 tahun
Sirait (2001) menyatakan bahwa prevalensi remaja merokok paling
besar adalah pada usia 15-19 tahun.
c. Subjek merupakan perokok (yang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak 4 batang perhari).
Oskamp (1984) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok
apabila orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4
batang per hari
2. Jumlah Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak mementingkan jumlah subjek
penelitian, yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah subjek
yang bisa memberikan sebanyak mungkin informasi yang ingin
didapatkan. Waktu, biaya, kemampuan partisipan, ketertarikan
parisipan dan faktor lain yang mempengaruhi banyaknya subjek
menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sampel
penelitian (Gay dan Airasian, 2003).
Pada penelitian ini jumlah partisipan yang direncanakan
sebanyak 2 orang remaja laki-laki, dengan pertimbangan 2 orang
subjek tersebut dapat memenuhi kriteria subjek yang sudah
disesuaikan dengan tujuan penelitian serta pertimbangan keterbatasan
dari peneliti sendiri baik waktu maupun kemampuan peneliti.
C. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah dengan observasi dan wawancara. Pada tahap observasi kami
menggunakan metode observasi non partisipan karena kami ingin
mengamati subyek secara penuh dan agar fokus dalam melakukan
pengamatan. Sedangkan wawancara kami lakukan dengan tehnik
wawancara semi terstuktur yaitu pertanyaan sudah kami siapkan
sebelumnya untuk ditanyakan pada subyek namun kami juga tidak
ingin membuat suasana terlihat terlalu kaku jadi kami membiarkan
subyek menjawab sebebasnya namun kami juga membatasi
wawancara agar topik yang dibicarakan tidak terlalu meluas dan kami
juga mendapatkan informasi yang kami butuhkan.
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung
data-data yang telah diperoleh dari hasil wawancara terhadap subyek.
Menurut Poerwanti (1998:120) observasi adalah pencarian data yang
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap obyek
penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi
non partisipan yaitu dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen.
Nasution (1988) menyatakan bahwa observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan dimana peneliti dapat belajar tentang
perilaku dan makna dari perilaku tersebut (dalam Sugiyono,
2007:206). Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti
mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap
selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu
mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga
peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus
menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat
menemukan tema-tema yang akan diteliti. Salah satu peranan pokok
dalam melakukan observasi ialah untuk menemukan interaksi yang
kompleks dengan latar belakang sosial yang alami. Penelitian ini
menggunakan metode observasi non partisipan yaitu dimana peneliti
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti
mengamati terlebih dahulu remaja yang akan dijadikan sebagai subyek
penelitian. Apakah mereka terogolong dalam kriteria subyek penelitian
atau tidak.
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Sugiyono, 2007:230). Susan Stainback (1988)
mengemukakan bahwa, dengan wawancara maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam mengenai partisipan dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal itu
tidak bisa ditemuka melalui observasi. Dengan teknik wawancara ini,
peneliti mencoba menyimpulkan maksud orang yang diteliti menurut
apa yang dikatakan oleh subjek penelitian (Sugiyono, 2007:232).
D. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini kelompok kami menggunakan lokasi yaitu
di markas komunitas futsal “KFC” tepatnya di Pare, Kediri. Lokasi ini
adalah lokasi tempat berkumpulnya para remaja pelajar SMA yang
minat terhadap futsal namun membenci sekolah, mereka menyebut
dirinya adalah students hate school. Alasan kelompok kami
menggunakan lokasi ini karena menurut pengamatan yang sudah
peneliti lakukan bahwa pada tempat tersebut banyak para remaja SMA
berkumpul (nongkrong) untuk menghabiskan waktu sepulang sekolah.
Mereka berkumpul seharian dan jarang pulang. Di lokasi tersebut
peneliti juga pernah menemui beberapa remaja laki-laki sedang asik
menghisap rokok bersama teman-teman mereka satu kelompok.
Disinilah peneliti memiliki gagasan bahwa tempat ini merupakan
tempat yang tepat untuk mendapatkan subjek penelitian yang sesuai
dengan kriteria subjek yang sudah ditetapkan. Kami melakukan
pengumpulan data pada tanggal 27 April tahun 2014 pada pukul
12.30-13.29 WIB dan pkl. 21.00-22.05 WIB . Waktu tersebut kami
gunakan untuk melakukan pengumpulan data karena pada pukul
tersebut, subjek baru bisa kembali ke markas setelah main di Kediri.
E. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland (Basrowi & Suwandi, 2008)
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain.berdasarkan pengertian tersebut berikut adalah jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber utama yakni
subyek penelitian. Metode pengumpulan data primer adalah
dengan wawancara dan observasi terhadap subyek. Sehingga
subyek data primer disini berupa teks hasil wawancara yang
diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang
dijadikan sampel dalam penelitian (Iskandar, 2009).
2. Data sekunder, data tambahan yang diperlukan untuk memperkuat
data primer penelitian. Sumber data sekunder merupakan data
yang telah tersedia dan dapat diambil oleh peneliti dengan cara
membaca, melihat dan mendengarkan (Iskandar, 2009).
F. Teknik Analisis Data
Langkah selanjutnya setelah dilakukan pengumpulan data
adalah analisis informasi. Pada penelitan ini analisis atas informasi
yang didapatkan, akan dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis model interaktif. Menurut Miles & Huberman
(Herdiansyah, 2010), teknik ini terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif, proses pengumpulan data dilakukan
sebelum penelitian, pada saat penelitian dan bahkan di akhir
penelitian. Idealnya proses pengumpulan data sudah
dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft.
2. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan
penyeragaman
segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan
(script)
yang akan dianalisis. Hasil dari wawancara, obsevasi, studi
dokumentasi
dan atau dari FGD (focus group disccusion) diubah menjadi
bentuk tulisan
(script) sesuai dengan formatnya masing-masing.

Hasil dari rekaman wawancara yang diubah menjadi bentuk


verbatim dan telah diberi tema yang sesuai, seluruh tema tersebut
dikelompokkan dan disusun alurnya menjadi suatu alur bahasan yang
beraturan dan mengalir dalam suatu tabel akumulasi tema beserta
frekuensinya (berapa kali tema yang sama muncul). Jumlah tabel
akumulasi tema dibuat sebanyak jumlah subjek dan informannya.
Fungsi dari tabel akumulasi tema adalah sebagai tabel ringkasan tema
yang didapat dalam seluruh proses wawancara.
1. Display Data
Setelah semua data telah diformat berdasarkan pengumpulan
data dan telah berbentuk tulisan (script), maka langkah
selanjutnya adalah display data. Display data adalah mengolah
data setengah jadi yang sudah beragam dalam bentuk tulisan
dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun
alurnya dan dalam tabel akumulasi tema) ke dalam suatu
matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah
dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecahkan
tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan
sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan
memberi kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan
verbatim wawancara yang sebelumnya telah dibuat. Hal yang
lakukan dalam tahap display data adalah mengisi kolom-kolom
pada matriks kategorisasi. Dalam kolom-kolom matriks
kategorisasi, proses display data terdiri atas tiga tahap, yaitu :
a. Kategori Tema
Merupakan proses pengelompokan tema-tema
yang telah disusun dalam tabel akumulasi tema
wawancara ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai
dengan susunan tema pada tabel akumulasi tema yang
dipindahkan satu per satu secara terperinci.
b. Subkategori Tema
Inti dari tahap ini adalah membagi tema-tema
yang telah tersusun ke dalam subtema. Subtema
merupakan pecahan atau bagian dari tema yang lebih
kecil, lebih sederhana, lebih mudah dicerna dan bersifat
lebih praktis.
c. Proses Pengodean
Inti proses pengkodean adalah memasukkan
atau mencantumkan pernyataan-pernyataan subjek dan
informan sesuai dengan kategori tema dan sukategori
temanya ke dalam matriks kategorisasi serta
memberikan kode tertentu pada setiap pernyataan-
pernyataan subjek dan informan tersebut. terdapat dua
proses dalam tahap proses pengodean, yaitu :
1) Proses memasukkan atau mencantumkan
pernyataan-pernyataan subjek dan informan ke
dalam matriks kategorisasi.
2) Pemberian kode pada setiap pernyataan-pernyataan
tersebut.

2. Kesimpulan atau Verifikasi


Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut
model interaktif yang dikemukakan Miles & Huberman (Herdiansyah,
2010) berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang
tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah
terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara. Terdapat tiga
tahap yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan atau verifikasi
yaitu sebagai berikut :
a. Menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan
pengodean disertai quote verbatim wawancaranya.
b. Menjelaskan hasil temuan penelitian dengan menjawab
pertanyaan penelitian berdasarkan aspek, konponen, faktor atau
dimensi dari central phenomenon penelitian.
c. Membuat kesimpulan dari temuan tersebut dengan memberikan
penjelasan dari jawaban pertanyaan penelitian yang diajukan.
G. Tingkat Pemeriksaan Keabsahan Data
Data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian
kualitatif perlu diuji keabsahannya (kebenaran) melalui teknik-teknik
(Hamidi, 2004:83): (1) triangulasi metode: jika informasi atau data yang
berasal dari hasil wawancara perlu diuji dengan hasil observasi, (2) triangulasi
peneliti : jika informasi yang diperoleh salah seorang anggota tim peneliti,
diuji oleh anggota tim lain, (3) triangulasi sumber: jika informasi tertentu
misalnya ditanyakan kepada informan yang berbeda atau antara informan dan
dokumentasi, (4) triangulasi situasi: bagaimana penuturan seorang responden
jika dalam keadaan ada orang lain dengan ketika subjek sendirian, (5)
triangulasi teori: apakah ada keparalelan antara suatu teori dengan teori yang
lain terhadap data hasil penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua jenis triangulasi
yaitu:
(1) triangulasi sumber dengan membandingkan jawaban atas
pertanyaan yang sama kepada informan lain, serta dengan
memperkuat pernyataan informan dengan data observasi yang
telah dilakukan oleh peneliti,
(2) triangulasi teori akan diterapkan oleh peneliti dengan
membandingkan teori yang ada pada tinjauan pustaka dengan
hasil analisis data. Jika hasil analisis data relevan dengan teori
yang ada, maka data tersebut dapat dinyatakan valid. Namun, jika
ditemukan kasus yang tidak sesuai dengan teori, peneliti bisa
menganalisis lebih lanjut penelitian ini.

H. Validitas dan Reliabilitas


Validitas menurut Neuman (Herdiansyah, 2010) adalah kesesuaian
antar alat ukur dengan yang hendak diukur, sehingga hasil ukur yang didapat
bisa mewakili dimensi ukuran yang sebenarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan sedangkan reliabilitas adalah tingkat kesesuaian
antara data atau uraian aoleh subyek dengan kondisi yang sebenarnya.
Terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk meningkatkan reliabilitas
data yaitu :
a. Melakukan prosedur cek ulang data (re-checking) secara lebih teliti dan
cermat.
b. Melakuakn teknik penggalian data yang bervariasi dan komprehensif.
c. Menambah jumlah subyek dan informan penelitian.
1. Validitas
Pada penelitian ini menggunakan Rhizomatic validity
merupakan validitas yang mencoba untuk memberi gambaran bahwa
tidak ada peristiwa yang terjadi secara linear, namun dengan perhatian
yang tinggi, setiap peristiwa itu dapat dipahami dan diungkapkan
banyak cerita sebagai kebenaran yang sahih Luther (Priskawati, 2012).
2. Reliabilitas
Pada penelitian ini menggunakan Synchronic Reliability
merupakan reliabilitas yang mengacu pada kesesuaian data atau
informasi di setiap kegiatan pengumpulan data Luther (Priskawati,
2012).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek dengan beberapa kriteria dengan


tema penelitian mengenai persepsi remaja yang merokok. Jumlah subjek pada
penelitian ini adalah 2 orang yang keduanya merupakan laki-laki yang berada
pada masa remaja serta merupakan anggota dari KFC, salah satu nama
perkumpulan anak muda di Pare-Kediri yang menyukai olah raga Futsal
namun membenci sekolah. Berikut adalah data subjek :

B. Analisa Penelitian
Berdasarkan hasil interview terhadap kedua subjek dapat diperoleh
hasil verbatim, yang kemudian hasil verbatim tersebut akan dianalisis
menggunakan teknik analisis Miles & Huberman (Herdiansyah, 2010). Pada
analisis ini, dilakukan pengumpulan data, reduksi data, display data dan
conclusion drawing.
1. Reduksi Data Observasi
Pada penelitian ini observasi dilakukan dengan cara observasi non-
partisipan. Observasi non-partisipan disini berarti bahwa peneliti sebagai
pengamat penuh yang dengan bebas mengamati secara jelas mengenai subjek
penelitian tanpa subjek mengetahui sama sekali bahwa mereka sedang
diamati. Pada penelitian ini observasi non-partisipan memfokuskan pada
kegiatan subjek di tempat subjek bersama dengan teman-temannya
menghabiskan waktu yaitu di markas komunitas futsal “KFC (Kriminal
Futsal Club)”. Di mana pada observasi ini, subjek tidak mengetahui bahwa
mereka sedang diamati. Berikut adalah hasil observasinya.
a. Subjek G
b. Subjek D

2. Reduksi Data Wawancara Data Primer


Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan
wawancara semi-terstruktur dimana sebelum diadakan wawancara, peneliti
merancang pertanyaan terlebih dahulu agar alur pembicaraan tidak melebar,
namun tetap fleksibel dan tidak kaku sesuai situasi. Berdasarkan hasil
wawancara tersebut dapat diperoleh hasil verbatim yang kemudian akan
disusun berdasarkan tema dan subtema. Hasil reduksi data pada penelitian ini
dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan persepsi subjek terhadap perilaku
merokok dan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi subjek
terhadap perilaku merokok. Berikut adalah hasil verbatim berdasarkan subjek
G terhadap perilaku merokok.

a. Subjek G
Tabel 1. Reduksi Data Berdasarkan Persepsi Subjek Terhadap Perilaku
Merokok

Pernyataan Analisis
Subjek mengaku merasa kasihan

 pernah mbak sebenernya. Tapi ya… dengan orang disekitarnnya ketika ia


merokok di tempat umum atau di
depan orang banyak. namun, meski
merasa kasihan dengan orang di
sekitarnya ia tetap merokok sebab
tidak mampu menahan keinginannya
untuk merokok. (AA; G; 27042014;
P.172)

Subjek merasa orang yang merokok


terlihat gaya dan keren, sehingga ia

 ya…gimana ya…disamping gaya…ya merasa dirinya akan terlihat keren


gaya itu lho mbak. Kan kuuuueeren kan pula apabila merokok. Selain itu
anak-anak yang ngerokok. Terus…ya itu ketika ia merokok setelah makan, ia
tadi…menghilang…men…ne…sir…ya merasa hidupnya bernyawa

nggak sih. Gimana ya mbak kalo Sembilan. (AA; G; 27042014;

mengartikan. Nggak bisa aku kalo P.228).


mengartikan…ya…itu tadi, kebutuhan.
He-eh. Termasuk ya itu. Itu, cuci mulut
itu lho mbak peh… habis makan…itu.
Hidup rasanya bernyawa 9.

Subyek mengartikan bahwa merokok


merupakan identitas dan syarat yang
sah bagi seorang laki-laki. (AA; G;
 Heem....., syarat sah 27042014; P. 116).

Subyek pasrah dengan akibat dari


merokok karena dia merasa bahwa
merokok menurut kepercayaannya
 Lah gak dosa Mbak halal...., eh makruh
yah, kalau haram gitu gimana terusan diperbolehkan dan tidak berdosa.
 Heem...., la kalau dosa, gak enak, (AA; G; 27042014; P. 133 - 135).
ngerusak badan, ya kalau itu yang gak
mau
 Ya udah gak apa-apa Mbak, yang
penting gak haram

Berkali-kali subjek menuturkan


bahwa merokok sudah menjadi
 he-emh. (kebutuhan) kebutuhan untuknya, bahkan juga

 harus. menjadi suatu kewajiban atau

 ya…gimana ya…disamping gaya…ya keharusan yang harus ia lakukan


gaya itu lho mbak. Kan kuuuueeren kan setelah makan sebagai pencuci mulut.
anak-anak yang ngerokok. Terus…ya (AA; G; 27042014; P.199-200 &
itu tadi…menghilang…men…ne…sir… 228).
ya nggak sih. Gimana ya mbak kalo
mengartikan. Nggak bisa aku kalo
mengartikan…ya…itu tadi, kebutuhan.
He-eh. Termasuk ya itu. Itu, cuci mulut
itu lho mbak peh… habis makan…itu.
Hidup rasanya bernyawa 9.

Subjek berpendapat bahwa perilaku


merokoknya ini cenderung lebih
 baik. Baik cenderung buruk mbak.
banyak buruknya dari pada baiknya.
 mungkin cenderung buruk. Gimana ya
Ia merasa perilaku tersebut buruk
maksudnya? (sambil tertawa). Ya baik
tapi…cenderung buruk. Banyak karena memberikan dampak negative
buruknya ketimbang baiknya. bagi keadaan fisiknya namun disisi
 tapi aku ya seneng merekok. lain ia merasa perilaku merokok ini
baik untuknya karena hal itu
menyenangkan baginya. (AA; G;
27042014; P.220-222).

Subyek mengatakan bahwa dia biasa


 Ya biasa tuh Mbak, lapang dada aku saja saat melihat iklan rokok yang
Mbak, tabah, tirakat, ya udah apa adanya berada di berbagai media dan dia
ya orang ngerokok ya pasti ada efek juga berlapang dada, tabah, dan
sampingnya kan Mbak tirakat. Subyek menyadari bahwa
 Terus, tapi jelek ya Mbak dibadan ya apabila seseorang merokok pasti akan

 Tapi enak e menyebabkan akibat tertentu. Subyek


menyadari bahwa merokok tidak baik
untuk badannya namun dia akan tetap
merokok karena merokok memiliki
rasa yang enak. (AA; G; 27042014;
P. 111 - 113).

Subjek selalu merokok setiap kali

 ya buah ya bisa… rokokan juga. Wajib sehabis makan dan setelah bangun
itu habis makan rokokan. Kanjeng Nabi tidur karena ia merasakan

juga gitu kan mbak. kenikmatan yang luar biasa apabila


merokok pada waktu-waktu tersebut.
 habis makan rokokan…
Namun ketika mau tidur ia jarang
 nggak pasti mbak ya. Yang pasti habis
makan. Habis makan, mau tidur ya itu. sekali merokok. Hanya ketika tidak
 terkadang… he-eh bangun tidur. Mau bisa tidur saja dia terkadang
tidur biasanya kalo nggak bisa tidur merokok. (AA & TPL; G; 27042014;
kadang ya rokokan. P.229-230 &244-249).
 he-eh. Nggak pasti. Habis makan
merokok, habis makan merokok.
 ya…ya itu…
 he-eh.
 habis bangun tidur kan minum air putih
terus berjemurkan… lha itu… sambil
rokokan ya uenak mbak itu pagi-pagi
rokokan. Terus biasanya dibuatkan kopi.
Dibuatkan kopi susu sama ibu. Ya itu.

Sejak dulu, rokok adalah suatu hal


yang tidak asing bagi subjek, sebab
 banyak mbak. Tetanggaku. Perempuan.
orang-orang dilingkungannya, seperti
 itu sekeluarga…merokok. Perempuan
tetangga dan teman-temannya, baik
laki perempuan.
itu pria dan wanita, banyak yang
 he-emh, udah punya anak, udah punya
merokok. (AA; G; 27042014; P.174-
cucu, merokok. Gitu ya
176 &179).
suuuuuuaaaantai. Nggak malu sama
tetangga. Lha bahayanya rokok buat
perempuan itu apa mbak? Aku ganti
Tanya.
 tapi temen-temenku cewek ya banyak itu
mbak yang merokok. Gitu dilarang
nggak bisa mbak. “Bapakku lho diem
aja”. Bilang gitu. Itu malah masih
sekolah mbak.

Subjek tidak merasa jengkel terhadap


 gimana ya? Guruku ada mbak yang orang yang menyuruhnya berhenti
kayak gitu. “kamu merokok?” “iya merokok atau melarangnya merokok.
pak!” “jangan merokok. Gini gini Namun, menurutnya orang lain tidak
gini…” terus waktu itu kan pas ada ada hak untuk melarang dan
ibuku kan mbak. “Sama ibu lho nggak mengatur hidupnya karena mereka
pa-pa” terus orangnya diam mbak. tidak ikut merawat atau
 nggak. Ya nggak sebel. “sama ibu boleh membesarkannya. (AA; G;
kok pak”, gurunya mau Tanya ibu 27042014; P.201-204).
mungkin sungkan. Kan waktu disekolah
itu.
 gak punya hak ya mbak. Aslinya ya
gimana…nggak punya hak buat
ngelarang. Orang ini kan nggak
menghidupi. Nggak ikut ngerawat,
kenapa kok koment, ikut-ikut,
ngelarang-ngelarang, ngatur-ngatur…
 he-emh. Yang merawat aku aja nggak
ngelarang.
Berikut adalah hasil verbatim berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi subjek G terhadap perilkau merokok.
Tabel 2. Reduksi Data Berdasarkan Faktor Internal

Sub Tema Pernyataan Analisis


Sikap  Nongkrongnya jam 9 keatas, Subyek mengaku bahwa dirinya
pulangnya pagi, pagi pulang trus berkumpul bersama teman-temannya
sekolah diatas jam sembilan malam setiap
 Kalau libur gak pulang harinya, apabila hari libur subyek
 Kemarin tidur sini Mbak (rumah tidak pulang kerumah melainkan
salah satu interviewer) menginap dirumah temannya (AA;
G; 27042014; P. 27-30).

Subyek menjelaskan bahwa dirinya

 Ya udah gitu itu grendel membeli rokok jauh dari tempat

 Belinya di warung, biar gak ketahuan tinggalnya agar tidak diketahui oleh
jadi kan rumahnya di Kauman belinya keluarganya apabila dia merokok,
di depannya Polres di orang tua itu apabila ditanya untuk siapa dia
aku beli dulu biar gak ketahuan membeli rokok maka dia menjawab
untuk ayahnya. Saat kelas 4 SD
 Ditanyai sama orang tuanya disuruh
subyek ketahuan oleh ibunya saat
siapa nak? Ayah gitu, nanti aku
merokok. Subyek berkata bahwa dia
kembali di sini lagi Mbak, kan beli 2
sudah pandai merokok sejak pertama
biji kan Mbak, gaya-gayanya kayak
kali mencobanya dan tidak
gitu
menemukan kesulitan. Subyek
 Ya enak, kelas 4 abis itu ketahuan,
berkata bahwa teman yang saat kecil
gak sampai selesai SMP
merokok bersama sekarang berhenti
 Iya langsung bisa pinter, la aku lihatin
merokok. (AA; G; 27042014; P. 68
terus e
-74).
 Biasa tuh
 Sekarang udah gak ngerokok
anaknya, kecil anaknya dulu dia
sekarang tinggi aku banget

Subyek mengaku bahwa merokok


 Cuci mulut Mbak kalau kataku, kayak berguna sebagai pencuci mulut
“Sarman bacoan bar mangan rokok baginya. (AA; G; 27042014; P. 92).
an” aku dapat kata bijak dari google
gitu, “Sarman bacoan bar mangan
rokok an”, gitu tuh
Subyek berkata bahwa dia sudah
berusaha untuk mencoba berhenti
 Ya udah aku coba berhenti gak bisa e merokok namun tidak bisa karena
Mbak udah kebiasaan sudah terbiasa merokok. (AA; G;
27042014; P. 110).

Subyek mengaku bahwa yang


membuat dirinya ingin tetap

 Ngeluarin asap Mbak, ya enak, merokok karena menurutnya rokok


pencuci mulut, ya abis makan nasi mengeluarkan asap, rasanya enak,
pecel itu pedes selesai itu minum...., dan dapat digunakan sebagai pencuci
ngerokok aduh, enak...., kamu mulut. Subyek juga mengatakan
perempuan Mbak misal kamu laki- bahwa apabila laki-laki tidak
laki gitu ngerasain enak, la temannya merokok maka dia menyarankan
kamu laki-laki dari itu gimana untuk memakai rok saja. (AA; G;

 Suruh ngerokok Mbak, kalau gak 27042014; P. 114 - 115).


ngerokok suruh pake rok aja
Subyek menjelaskan bahwa apabila
dirinya sudah mulai merasa sesak,
maka dia akan mensiasatinya dengan
 Ya gak setiap hari kan Mbak kalau memakan tomat yang diberi garam
ingin kalau gak malas-malasan gitu lalu meminum soda dan itu yang
kan trus minumnya soda, jadi setelah akan membuatnya muntah dan
itu soda, tapi sodanya jarang mengeluarkan zat yang dia akui
 Ya lama Mbak jangkanya biasanya 3 sebagai nikotin. Jangka waktu yang
minggu, kelihatan sesak ngerokok ditetapkan subyek untuk melakukan
baru itu tomat, tomat di keluarin kegiatan itu adalah setiap tiga
isinya trus dikasih garam penuh gitu minggu sekali. Meskipun subyek
Mbak, bener baunya gak enak bener mengalami kondisi fisik yang tidak
 Gak takut Mbak, biasa baik, namun dia tetap ingin merokok.

 Heem, tetep... (AA; G; 27042014; P. 128 - 132).

Subyek mengetahui bahwa merokok


dapat merusak badan namun dia tetap
merokok dan mengaku pasrah
dengan dampak yang diakibatkan

 Heem.... oleh rokok dan menganggap yang


terpenting adalah kesenangannya
 Tetap kembali ke pasrah
dalam merokok. Subyek mengaku
 Heem..., yang penting gak
bahwa merokok tidak mengganggu
 Kalau belajar aku jujur gak pernah
belajarnya karena dia berkata bahwa
pernah Mbak, la gimana sore pulang
tidak pernah belajar karena
sekolah kan nunggu maghrib, trus
maghrib sebelumnya maghrib itu menganggap bahwa dia tidak
udah di tempati tempat ngaji, ngaji memiliki waktu untuk itu karena
terus sebelumnya ngaji jamaah dulu sibuk sekolah, mengaji, beribadah
terus ngaji, setelah ngaji isyak an lalu setelah itu tidur. (AA; G;
udah selesai isya an tidur, udah gitu 27042014; P. 136 - 139).
aja setiap hari pokok libur sabtu sama
minggu

Subyek mengaku bahwa merokok


tidak memberikan manfaat bagi
dirinya dan dia juga tidak
mengetahui apa alasan dia untuk
merokok. Subyek juga sadar bahwa
 Manfaatnya ya gak ada itu Mbak merokok itu berbahaya namun dia
 Gak tau menikmatinya (AA; G; 27042014; P.

 Sadar banget aku Mbak, menikmati 142-144).

Subjek bersikap biasa saja apabila


ada orang yang merokok. Apalagi
apabila orang tersebut merokok di
tempat yang sudah disediakan untuk
merokok (smoking area), namun ia

 ya biasa aja mbak. menunjukkan sikap tidak setuju atau


tidak suka pada orang yang merokok
 Biasa.
di tempat yang tidak seharusnya
 mesti kalo ada orang yang merokok
untuk merokok. Ia berpendapat
itu di tempat, di luar. Misalnya kan…
bahwa orang tersebut tidak memiliki
aku kemarin kan mengunjungi
temenku kan mbak yang lagi sakit. otak dan pikiran. (AA; G; 27042014;
Kamarnya sini, terus di sana ada area P.155-159).
rok…area…apa ya namanya…smoke
area. Lha di situ.
 nggak masalah. Sudah ada perintah
itu. Smoke area. Smoking area apa
smoke area gitu aku lupa.
 ya…berarti orang itu nggak punya Subjek juga bersikap biasa saja
pikiran mbak. Nggak punya otak apabila merokok di depan orang lain.
berarti. ia juga mengaku tidak pernah ada
yang merasa terganggu dengan asap
rokoknya karena ia selalu merokok di
 biasa. tempat yang tepat atau di tempat

 ya nggak ada tuh mbak. Soalnya aku yang memang biasa untuk merokok.
rokokan ditempat merokok. Ya Ia juga merasa biasa saja apabila
tempat buat rokokan pada umumnya. merokok di rumah. (AA & TPL; G;
Jadi ya udah biasa. 27042014; P.169-171).

 he-eh. (merokok di rumah sudah


biasa) Subjek bersikap biasa saja pada
orang yang merokok. Namun ia
melarang dan menunjukkan sikap
tidak suka apabila ada wanita atau
gadis yang merokok. (AA; G;
27042014; P.179).

 tapi temen-temenku cewek ya banyak


itu mbak yang merokok. Gitu
dilarang nggak bisa mbak. “Bapakku Setiap kali akan bermain futsal,
lho diem aja”. Bilang gitu. Itu malah subjek selalu meminum soda untuk
masih sekolah mbak. meminimalisir dampak rokok bagi
stamina tubuhnya, supaya ia tidak
terlalu merasa sesak nafas saat
bermain futsal. (AA; G; 27042014;
 aku kalo mau futsal, mesti minum P.198).
soda dulu mbak. Suuuuesek e kalo
dibuat futsal. Apa lagi udaranya
nggak banyak. Udaranya kan sedikit Subyek mengatakan bahwa tidak
tho kalo futsal. Di ruangan kayak semua anggota dalam kelompoknya
ruangan… diharuskan untuk merokok dan dia
mengaku bahwa teman-teman
futsalnya semua adalah perokok.
Subyek juga sempat mengajak
teman-temannya untuk berhenti

 Ya Skenan ya gimana ya merokok namun dia merasa bahwa


tidak apa-apa merokok namun harus
 La itu Mbak, pemainnya ngerokok
diimbangi dengan joging dan
semua
olahraga lainnya. (AA; G; 27042014;
 Ya Mbak waktu itu udah gitu, gak
P. 117-119)
apa-apa ngerokok tapi di susul joging,
ya joging kalau dua hari udah selesai,
kan diimbangi sama olah raga gak
masalah, joging dua hari udah

Minat  Futsal terus ngopi Mbak Subyek mengaku bahwa kegiatannya


 Futsal seminggu 3 kali selain sekolah adalah futsal

 Selalu seminggu tiga kali dan berkumpul

 Ya udah nongkrong bersama teman-tamannya. Skenan


merupakan tempat subyek untuk
 (menganggukkan kepala)
 Dulu di Skenan timur pasar berkumpul bersama teman-temannya
 Ya tempat nongkrong kayak gitu lo dan di tempat itu berisi anak-anak
Mbak, apa namanya Skenan yang berkarya didunia musik dan
gerombolan setiap anak berhak untuk memilih
 (menganggukkan kepala) aliran musik yang mereka sukai.

 Ya kalau nongkrong, tapi rata-rata (AA; G; 27042014; P. 16 - 26)


berkarya di dunia musik
 Ya musik sesukanya seminatnya
 Mandi, makan, tidur

Subyek mengaku bahwa dirinya


memiliki hobi bermain futsal yang
 Hobinya ya tetep sepak bola, ya udah
menuntutnya memiliki pola hidup
itu aja...futsal
yang sehat dan tidak begitu memiliki
 Musik gak begitu
minat dengan musik. Subyek (AA;
 (mengangguk)
G; 27042014; P. 31 – 32 & 196-197).
 he-emh
Perasaan  Gak enak, hambar gitu lo....., kalau Subyek merasa bahwa apabila
diumpamain gimana ya...., kalau dirinya tidak merokok maka akan
sungai gak ada airnya gitu, tau hambar dan tidak bisa
maksudnya mengungkapkan perasaan tersebut.
 Ya gitu itu lah, ya gimana gak bisa kemudian apabila dia merokok maka
gambarin aku dia akan merasa memiliki sembilan
 Hidup sembilan Mbak, enak hidup nyawa karena merasa sangat
sembilan menyenangkan apabila melakukan

 Ya enak gak bisa diungkapkan kegiatan tersebut dan dia juga tidak
bisa mengungkapkan perasaan
tersebut. (AA; G; 27042014; P. 93-
96).

 Heem...., kalau ada anak perempuan Subyek merasa minder apabila dia
itu minder Mbak tidak merokok apabila terdapat
perempuan disekitarnya. (AA; G;
24042014; P. 122).

Ketika subjek sedang merasa galau,

 kalo menghilangkan stress, aku kalo ia tidak merokok tetapi lebih memilih
lagi guuuuualau gitu justru aku nggak untuk tidur. (AA; G; 27042014;
merokok mbak. Tidur. P.144).

Subjek mengaku ia menikmati


perilaku merokoknya dan mengaku
mendapatkan kesenangan dari
 suuuuuadar puol aku mbak. aktivitas tersebut. Ia juga merasa
sadar akan perilaku merokoknya
 menikmati. tersebut. (AA & TPL; G; 27042014;
P.142-143 & 222).

 tapi aku ya seneng merekok. Aku…


Subjek merasa bahwa merokok bisa
sampai…pernah kan mbak
meringankan pikirannya ketika ia
merasa pusing dan bisa
dulu…cara menghentikan rokok.
meminimalisir stress yang ia alami.
Tanya ke google. Lha kok tidak ada
Ia juga merasa merokok memberikan
itu?
kenikmatan padanya. (AA & TPL;
G; 27042014; P.147-154).

 entheng.

 iya.

 he-emh. Aku kalo sekolah waktu


istirahat selalu keluar kan mbak,
keluar sekolah terus…
Subjek mengaku merasa kasihan
dengan orang disekitarnnya ketika ia
 he-eh. merokok di tempat umum atau di
depan orang banyak. namun, meski
 enak mbak soalnya. Ya nggak tahu merasa kasihan dengan orang di
alasannya gimana…kok uwenak. sekitarnya ia tetap merokok sebab
tidak mampu menahan keinginannya

 ya gitulah mbak. untuk merokok. (AA; G; 27042014;


P.172).

 ya sebenarnya juga nggak hilang i


mbak. Cuman gimana ya… kayak
memini…mini…
Subjek merasa bangga pada dirinya
karena pernah bisa berhenti merokok
 ya…udah agak nggak stress gitu selama satu bulan. (AA; G;
lho… 27042014; P.210).

Subjek merasa orang yang merokok


terlihat gaya dan keren, sehingga ia
merasa dirinya akan terlihat keren

 pernah mbak sebenernya. Tapi ya… pula apabila merokok. Selain itu
ketika ia merokok setelah makan, ia
merasa hidupnya bernyawa
Sembilan. (AA; G; 27042014;
P.228).

 aku dulu satu bulan udah bangga


udahan mbak. Satu bulan nggak
merokok.

 ya…gimana ya…disamping gaya…


ya gaya itu lho mbak. Kan
kuuuueeren kan anak-anak yang
ngerokok. Terus…ya itu tadi…
menghilang…men…ne…sir…ya
nggak sih. Gimana ya mbak kalo
mengartikan. Nggak bisa aku kalo
mengartikan…ya…itu tadi,
kebutuhan. He-eh. Termasuk ya itu.
Itu, cuci mulut itu lho mbak peh…
habis makan…itu. Hidup rasanya
bernyawa 9.

Keadaan  Kalau sakit gak ngerokok sama Subyek mengaku bahwa apabila
fisik sekali, kalau sakit gitu gak sama sedang sakit misalnya saja demam
sekali maka dia tidak memiliki minat untuk
merokok sama sekali. (AA; G;
27042014; P. 88).

 panas. Demam…ya… K.O gitu lho Ketika sedang sakit subjek memilih
mbak. Tapi mesti nggak enak kalo untuk tidak merokok sebab ia merasa
dibuat rokokan. lebih sakit dan tidak enak apabila
 he-eh. Lebih sakit kalo merokok. dibuat merokok. (AA; G; 27042014;

 lebih baik sakit terus ketimbang… P.250-253).


kalo sakit gitu males banget rokokan.
Nggak uenak buat rokokan mbak.
 he-emh. Kalo sakit gitu selalu nggak
ngerokok aku.
 aku kalo mau futsal, mesti minum Subjek merasakan dampak merokok
soda dulu mbak. Suuuuesek e kalo pada kondisi fisiknya ketika ia
dibuat futsal. Apa lagi udaranya bermain futsal. dimana ia selalu
nggak banyak. Udaranya kan sedikit merasa sesak nafas. Sehingga ia
tho kalo futsal. Di ruangan kayak mengatasi hal tesebut dengan
ruangan… meminum soda karena soda dirasa
dapat meminimalisir dampak nikotin
pada tubuhnya. (AA; G; 27042014;
P.198).

Merokok menyebabkan gigi subjek


 kooooooouuuning gitu. rusak dan terlihat kuning. Bahkan
 ya aku alami sendiri. gigi ayah subjek yang dulunya bagus

 iya, bapakku itu juga contohnya. dan rata menjadi tidak beraturan
Dulu giginya buuuuuaguus…. setelah merokok. (AA; G; 27042014;
ruuuuaaataa… kena rokok jadi morat P.190-192).
marit…lha itu lho yaudah…yang
nganu ya itu aja. Gigi

Nilai  Heem....., syarat sah Subyek mengartikan bahwa merokok


merupakan identitas dan syarat yang
sah bagi seorang laki-laki. (AA; G;
27042014; P. 116).

 Lah gak dosa Mbak halal...., eh Subyek pasrah dengan akibat dari
merokok karena dia merasa bahwa
makruh yah, kalau haram gitu gimana merokok menurut kepercayaannya
terusan diperbolehkan dan tidak berdosa.
 Heem...., la kalau dosa, gak enak, (AA; G; 27042014; P. 133 - 135).
ngerusak badan, ya kalau itu yang gak
mau
 Ya udah gak apa-apa Mbak, yang
penting gak haram
Motivasi  Berhenti itu gara-gara futsal, kan fisik Subyek mengaku bahwa dia sempat
kan Mbak berhenti merokok selama enam bulan
 Selama 6 bulanan lah, setengah tahun karena dia merasa bahwa merokok
kalau gak salah aku berhenti berdampak pada fisiknya yang
ngerokok.... gak ngerokok semakin melemah dan itu
 Iya, masih kecil kan mengganggu dalam melaksanakan

 Biasa aja, ya kalau sekedar kagum, ya hobinya yaitu bermain futsal dan
ingin lah gitu aja Mbak subyek merasa biasa saja pada

 Disamping fisik ya uangnya ya..... awalnya. Dia merasa bahwa apabila


bisa ngumpulkan uangnya. tidak merokok dapat menghemat
uang dan baik untuk kondisi fisiknya.
(AA; G; 27042014; P. 51 - 55).

 Ya uda nahan Mbak ya udah bau aja Subyek mengaku bahwa saat dia
selama sebulan coba gak ngerokok berhenti selama enam bulan masih
bau aja ingin akhirnya ya itu nahan, ada keinginan untuk merokok,
permen bekalku, lolipop yang merah apabila itu terjadi maka dia akan
itu, kalau ingin aku pegangi aja gak memegangi rokok namun tidak
aku nyalakan, aku bau-bau trus menyalakannya dan membaunya
akhirnya gak kuat....., udah move on saja. Subyek juga mengaku bahwa
dia berbekal permen kemanapun
dari rokok tapi padahal....120 untuk mengatasi keinginannya untuk
kembali merokok. (AA; G;
27042014; P. 120).
 iya mbak. (masih bisa merokok
meski tidak memiliki uang).
 kan aku punya teman.

Subjek mengaku masih bisa merokok


meski tidak memiliki uang karena ia
 siapa ya? Ya…ya…gak nggak ada
memiliki teman yang bersedia
itu mbak. Pengen pengen sendiri.
memberinya merokok. Adanya
 iya.
fasilitas rokok yang diberikan oleh
 lingkungan.
teman kepada subjek inilah yang
 tetep. Kembali ke lingkungan lagi.
terus menerus mendorong subjek
Lha gimana…
untuk tetap bisa merokok. (AA &
TPL; G; 27042014; P.181-182).

Subjek menyatakan bahwa


dorongannya untuk merokok atau
keputusannya untuk menjadi perokok
berasal dari dirinya sendiri bukan
karena orang lain. Namun hal yang
membuat subjek kesulitan untuk
berhenti merokok adalah karena
adanya factor lingkungan subjek
yang sebagian besar orang
dilingkungannya juga perokok. (AA;
 ada. Aku dulu masih masih punya G; 27042014; P.184-185, 194, 213).
punya sedikit punya inisiatif berhenti
dulu mbak. Sekarang udah…
 ya..mau berhenti itu. Minum soda. Subjek pernah termotivasi untuk
Yang tomat itu nggak ada di google. berhenti merokok hingga ia mencari
Kan itu kan jawa. He-eh. Kayak informasi di internet mengenai cara
pengobatan tradisional. untuk berhenti merokok. Namun
 mungkin…seiring berjalannya waktu sekarang dia tidak memiliki motivasi
itu. untuk berhenti merokok lagi dan
mungkin motivasi itu akan timbul
seiring berjalannya waktu. (AA; G;
27042014; P.224-226).

Subjek mengaku motivasinya

 ya…gimana ya…disamping gaya… merokok selama ini adalah supaya


ya gaya itu lho mbak. Kan terlihat keren dan gaya. Selain itu ia
kuuuueeren kan anak-anak yang merokok untuk memenuhi

ngerokok. Terus…ya itu tadi… kebutuhannya dan sebagai pencuci


mulut setelah makan. Ia juga
menghilang…men…ne…sir…ya
merasakan kenikmatan yang luar
nggak sih. Gimana ya mbak kalo
biasa apabila merokok setelah
mengartikan. Nggak bisa aku kalo
makan. Hal tersebutlah yang
mengartikan…ya…itu tadi,
membuat subjek untuk tetap menjadi
kebutuhan. He-eh. Termasuk ya itu.
perokok. (AA; G; 27042014; P.228).
Itu, cuci mulut itu lho mbak peh…
habis makan…itu. Hidup rasanya
bernyawa 9.

 he-emh. (kebutuhan) Berkali-kali subjek menuturkan


 harus. bahwa merokok sudah menjadi

 ya…gimana ya…disamping gaya… kebutuhan untuknya, bahkan juga


ya gaya itu lho mbak. Kan menjadi suatu kewajiban atau
kuuuueeren kan anak-anak yang keharusan yang harus ia lakukan
ngerokok. Terus…ya itu tadi… setelah makan sebagai pencuci
menghilang…men…ne…sir…ya mulut. (AA; G; 27042014; P.199-
Kebutuhan nggak sih. Gimana ya mbak kalo 200 & 228).
mengartikan. Nggak bisa aku kalo
mengartikan…ya…itu tadi,
kebutuhan. He-eh. Termasuk ya itu.
Itu, cuci mulut itu lho mbak peh…
habis makan…itu. Hidup rasanya
bernyawa 9.

Prasangka  gimana ya? Guruku ada mbak yang Subjek tidak merasa jengkel terhadap
kayak gitu. “kamu merokok?” “iya orang yang menyuruhnya berhenti
pak!” “jangan merokok. Gini gini merokok atau melarangnya merokok.
gini…” terus waktu itu kan pas ada Namun, menurutnya orang lain tidak
ibuku kan mbak. “Sama ibu lho ada hak untuk melarang dan
nggak pa-pa” terus orangnya diam mengatur hidupnya karena mereka
mbak. tidak ikut merawat atau
 nggak. Ya nggak sebel. “sama ibu membesarkannya. (AA; G;
boleh kok pak”, gurunya mau Tanya 27042014; P.201-204).
ibu mungkin sungkan. Kan waktu
disekolah itu.
 gak punya hak ya mbak. Aslinya ya
gimana…nggak punya hak buat
ngelarang. Orang ini kan nggak
menghidupi. Nggak ikut ngerawat,
kenapa kok koment, ikut-ikut,
ngelarang-ngelarang, ngatur-ngatur…
 he-emh. Yang merawat aku aja nggak
ngelarang.

 baik. Baik cenderung buruk mbak. Subjek berpendapat bahwa perilaku

 mungkin cenderung buruk. Gimana merokoknya ini cenderung lebih


ya maksudnya? (sambil tertawa). Ya banyak buruknya dari pada baiknya.
baik tapi…cenderung buruk. Banyak Ia merasa perilaku tersebut buruk
buruknya ketimbang baiknya. karena memberikan dampak negative

 tapi aku ya seneng merekok. bagi keadaan fisiknya namun disisi


lain ia merasa perilaku merokok ini
baik untuknya karena hal itu
menyenangkan baginya. (AA; G;
27042014; P.220-222).
 ya…gimana ya…disamping gaya… Subjek berpendapat bahwa orang
ya gaya itu lho mbak. Kan yang merokok terlihat gaya dan
kuuuueeren kan anak-anak yang keren, sehingga ia merasa dirinya
ngerokok. Terus…ya itu tadi… akan terlihat keren pula apabila
menghilang…men…ne…sir…ya merokok. (AA; G; 27042014; P.228).
nggak sih. Gimana ya mbak kalo
mengartikan. Nggak bisa aku kalo
mengartikan…ya…itu tadi,
kebutuhan. He-eh. Termasuk ya itu.
Itu, cuci mulut itu lho mbak peh…
habis makan…itu. Hidup rasanya
bernyawa 9.

Keinginan  he-emh. (tidak bisa mengendalikan) Untuk saat ini, subjek tidak memiliki
atau  kayaknya nggak ada mbak. Tapi aku rencana untuk berhenti merokok.
harapan imbangi sama olah ragaaaa mbak. Namun, untuk kedepannya ia tidak
Yaudah itu tadi minum soda. tahu. Sebenarnya subjek ingin sekali
 nggak pengen lagi Tapi bisa berhenti merokok tapi rasanya
mbak.
mungkin besok kalo dah tua ya… sangat sulit karena dia sudah
pengen-pengen sendiri. kecanduan rokok dan tidak bisa

 lha udah terlanjur kecanduan itu mengendalikan keinginannya untuk


mbak. merokok. Sehingga ia saat ini

 (menyela) berhenti. He-eh pengen memilih pasrah dan menjalaninya


punya harapan bisa berhenti. Kalo saja seperti air mengalir. (AA; G;
bisa ya berhenti, kalo nggak yaudah. 27042014; P.173, 186-189, 193).
apa kata…besok. Tapi kalo merokok
menyebabkan gigi rusak ya mbak ya?
 gimana ya?? Pengeeeeeeenn gitu
berhenti. Tapi nggak…nggak bisa
udahan mbak.
Pengalama  kayak dimana ya?? Aku kemarin Subjek pernah memiliki pengalaman
n atau kayak pernah lihat (berpikir, diam ditegur oleh pihak keamanan suatu
proses beberapa saat). O….aku mbak. Di tempat wisata karena merokok tidak
belajar sana lho. Di alun-alun Batu. Tahu kan pada tempatnya. Hal tersebut terjadi
pean? Kan ada tempatnya kan buat karena ia tidak mengetahui bahwa
ngerokok. Lha waktu itu rokokku aku area tersebut adalah area dilarang
bawa ke taman. Lha kok di halo-halo untuk merokok. (AA; G; 27042014;
tho. P.161-162).
 temen-temenku rokokan semua. Lha
terus di halo-halo, “mas yang ngene
ngene ngene…” “yang merokok
kayaknya Cuma kita tho setau ku…”
aku Tanya ke temenku gitu. “Dah ayo
kita duduk sana aja”. Ada tulisannya
smoking area. Terus akhirnya duduk
disitu. Merokok disitu. Padahal lho
sama aja sebenernya mbak

 aku dulu satu bulan udah bangga Subjek pernah memiliki pengalaman
udahan mbak. Satu bulan nggak bisa berhenti merokok selama satu
merokok. bulan dan hal tersebut membuat

 he-emh. Lha iya, aku juga, ma ibuku dirinya dan orang-orang di sekitarnya
juga udah di support. “udah nak, merasa senang dan bangga. (AA; G;
nggak usah rokokan!” 27042014; P.210-212).
 suuuuueeeneng buanget lah.
Pelatihku dulu juga gitu.

 Iya, tapi sekarang ganti namanya KFC Subyek mengatakan bahwa tempat
 Isinya mafia aja Mbak anaknya dia berkumpul bersama teman-

 Ya mafianya ya anak student hate temannya berubah nama menjadi

shcool gitu loh Mbak KFC yang berisi mafia artinya bahwa

 Murid benci sekolah anggotanya adalah para murid yang


benci sekolah dan rata-rata dari
 La gak Mbak, maksudnya gimana ya?
mereka tidak memiliki niat yang
La rata-rata sekolahnya mblendes
sungguh-sungguh untuk sekolah dan
(malas) semua e
malas. Subyek juga mengaku bahwa
 La terlalu malasnya lo Mbak
teman-temannya sulit untuk diatur
 La itu di hadang waktu, gerombolan,
namun dia masih menjalankan
ya udah gak jelas
rutinitasnya untuk sekolah. Subyek
 Udah gak patuh Mbak gak bisa di tata
berkata bahwa dia merokok sejak
 Ya sadar
kelas 2 SMP dan dia melakukan itu
 Di jelasin gak bisa lo Mbak susah, di
karena diajari oleh temannya. Subyek
suruh sekolah juga ya susah
mengatakan bahwa dia sempat
 Aku sekolah kok Mbak
berhenti merokok lalu kembali lagi
 Ngrokok sejak kelas 2 SMP merokok baru-baru ini. (AA; G;
 SMP Darma Wanita 27042014; P. 33 - 48).
 Heem....
 Aku di ajarin sama teman Mbak
 Teman SMP, trus sampai sekarang....,
kelas satu SMA itu berhenti sempat
berhenti trus baru-baru ini kembali
lagi Subyek mengatakan bahwa awal dia
merokok karena diajari oleh

 Diajari teman la ngrokok semua kalau temannya dan apabila dia tidak
gak kan malu kan Mbak ya melakukan ajakan temannya tersebut

 Ya gak yang berangkat bareng, kan maka dia akan malu pada temannya.
selalu kalau berangkat di parkiran Teman subyek tersebut adalah teman
dulu trus ngerokok sekolah yang selalu berangkat
bersama dan sebelum masuk kelas
 ee......
mereka pergi ke parkiran sepeda
 Nah...., gak juentel (gentle)
terlebih dahulu untuk merokok.
 Ya gak ya gak enak
Subyek merasa bawa apabila terdapat
laki-laki yang tidak merokok berarti
tidak gentle. Teman subyek juga
tidak ada yang berani menegurnya
karena memiliki perasaan tidak enak
apabila melakukan perilaku tersebut.
(AA; G; 27042014; P. 56 - 60).

Subyek mengatakan bahwa dia tidak


pernah menolak apabila ditawari
rokok oleh temannya. Awal subyek
 Gak pernah, langsung nrima menerima ajakan temannya tersebut

 Ya coba rasanya gimana kan karena ingin mengetahui rasa dari

 Oh aku pertama kali ngerokok kelas 4 rokok. Kemudia subyek mengatakan


bahwa pertama kali dia merokok saat

SD Mbak, ketahuan ibunya, ngerokok kelas 4 SD karena saat itu musim


di lemari kayak gitu lo Mbak, kan khajatan atau selamatan dilingkungan
dulu masih musimnya khajatan di rumahnya dan dia selalu

rumahlah rokoknya aku sembunyiin di menyembunyikan rokok dari lemari


lemari, aku jujur ini Mbak..... di apabila mendapatkannya dari acara
lemari trus siang-siang ibuku belanja, tersebut di lemari, suatu siang saat
didalam lemari segini (menunjukkan dia merokok didalam lemari tiba-tiba
ukuran) loh aku kan masih kecil kan ibunya mengetahui dirinya sedang
la kok ketahuan, trus di sumpah aku merokok dan dia disumpah untuk
Mbak, di sumpah gak boleh ngerokok, tidak boleh merokok dan mabuk
gak boleh minum (mabuk), trus namun sekarang dia sudah

sekarang udah boleh, boleh ngerokok mendapatkan ijin dari ibunya untuk
tapi kalau minum gak, aku gini-gini merokok namun tidak diperbolehkan
non alkohol, no drug untuk mabuk. (AA; G; 27042014; P.
63 - 65).

Subyek mengatakan bahwa penyebab


dari dia ingin merokok untuk
pertama kalinya karena tetangganya
yang sedang merokok, tetangganya
tersebut senang bermain dengan
anak-anak kecil. Subyek juga
 Tetanggaku Mbak, penyebab orang
mengaku bahwa dia biasa saja
itu, orang jelek gitu Mbak telanjang
apabila merokok didalam rumahnya
dada pasti ngerokok..., kan mainan
dan biasanya tempatnya merokok
sama anak kecil-kecil gitu itu kan
yaitu di kamar, ruang tamu dan
Mbak, ya orang ini kayak orang gila
kamar mandi saat dia sedang BAB.
tapi gak gila, orang sehat ya gak
Selain dirumah, subyek juga

sehat, ya nongkrong sama anak kecil- mengatakan bahwa dia merokok


kecil. diwarung namun dia tidak berani

 Biasa Mbak merokok apabila berada dirumah

 Dikamar, diruang tamu, kamar mandi sakit karena subyek melihat-lihat


tempat apabila akan merokok (AA;
 Ya waktu BAB
G; 27042014; P. 99 - 107).
 Kalau warung ya pasti Mbak
 Ya iya Mbak
 Kalau rumah sakit ya gak ya lihat-
Subyek mengaku bahwa dirinya
lihat tempatnya
merokok saat berkumpul dengan
teman-temannya setiap hari hingga
sekarang, namun saat kelas satu
SMA dia mengaku bahwa sempat
berhenti merokok dan bisa
melakukan itu. (AA; G; 27042014; P.

 Lo kalau aku nongkrong ya udah 75).


ngerokok setiap hari sampai sekarang,
kelas satu berhenti, punya inisiatif
berhenti aku Mbak, udah gak
ngerokok bisa

Tabel 3. Reduksi Data Berdasarkan Faktor Eksternal

Sub Tema Pernyataan Analisis


Latar  Karena disuruh Bapaknya Subyek mengaku bahwa alasan dia untuk
Belakang  Ya bapaknya juga ngrokok kembali merokok karena disuruh untuk
Keluarga merokok lagi oleh ayahnya. Ayah dari subyek
juga merupakan seorang perokok. (AA; G;
27042014; P. 49 -50)
 Gak tau Mbak, gak boleh kalau
SMP, bolehnya ya barusan ini
 Ya di jatah nanti kalau selesai Subyek mengaku bahwa saat SMP ibunya
makan aku pasti di kasihin uang tidak mengetahui bahwa dia merokok. Namun
aku udah ngerti, nih buat beli sekarang ibunya sudah mengetahui dan subyek
jajan, sekarang jajan seribu itu mendapatkan uang dari ibunya untuk membeli
jajan apa sih pastinya ya rokok, rokok setiap harinya setelah selesai makan.
mau bilang rokok sungkan sama Uang yang diberikan ibunya sebanyak seribu
aku rupiah, subyek menganggap bahwa dengan
 Ya bapaknya bilang, ya sejumlah uang tersebut tidak mungkin ada
ngrokok-ngrokok sana loh orang makanan yang bisa dibeli jadi dia membelikan
ada rokok ya udah akhirnya uang tersebut rokok. Ayah subyek juga
ngerokok lagi trus jarang futsal menyuruhnya untuk merokok apabila tersedia
jadi jarang joging ya gitu terus, rokok dan apabila dia tidak terlihat merokok.
jadi ngerokok lagi Itu membuatnya menjadi jarang joging dan

 Gak sekarang kalau juga jarang futsal dan akhirnya merokok

 aku.....heeeem..... alkohol belum kembali. Awalnya subyek mengaku bahwa


ibunya tidak kuat apabila melihatnya merokok
namun lambat laun karena terbiasa maka
ibunya akhirnya mengijinkannya dengan syarat
bahwa dia tidak boleh minum alkohol seumur
hidupnya. Subyek juga memiliki adik
 Kalau ngerokok gak apa-apa,
perempuan yang sekarang menginjak kelas 4
kalau ngerokok pokoknya
SD. (AA; G; 27042014; P. 76 - 83).
sampai kerja katanya tapi kalau
mabuk seumur hidup meskipun
sudah gak ada jangan sampai
mabuk, tanganku ditaruh di
kepala gini loh Mbak
(menunjukkan gerakan
memegang kepala) nangis, kelas
4 SD loh Mbak, sekarang sudah Subyek mangatakan bahwa dia akan diam saja
gak, ditawarin gak kuat aku lihat apabila ayahnya menyuruhnya untuk merokok
kamu ngerokok cepet pergi sana, karena terkadang dia berfikir apabila terlalu
pertamanya gitu lama-lama banyak merokok maka akan menurunkan
capek orangnya malah dibelikan. kondiasi fisiknya. (AA; G; 27042014; P. 89).
 2 sulung
 Perempuan
 4 SD Mbak
Subyek mengatakan bahwa ayahnya saat ini

 Gak deh, aku gak, diam aja sudah jarang merokok dan apabila membeli
langsung ambil rokok rokok maka akan diberikan pada dirinya, jika
tidak ada maka ayahnya akan mengusahakan
agar dapat memberikannya rokok. Selain
futsal, subyek mengaku bahwa dirinya juga
mengaji. (AA; G; 27042014; P. 97).

 Bapaknya sekarang agak-agak


malas-malasan lo Mbak, beli
mungkin dibuat hanya buat aku,
aku kalau gak punya rokok ya di
anu in, oh ya selain aku futsal
aku juga ngaji kok Mbak
 sekarang juga udah nggak pa-pa
merokok sama orang tuaku.

Orang tua subjek mengijinkan subjek merokok.


(AA; G; 27042014; P.195)
 dekat banget.
 iya kalo sekolah… kalo malam
minggu aja lho aku mbak. Kalo
malam minggu aja aku mesti,
pulangku mesti pagi jam 7an Subjek memiliki hubungan yang baik dengan
gitu. Lha nggak boleh pulang orang tuanya. Ia mengaku dekat sekali dengan
malam ya pulang pagi aja. kedua orang tuanya. Bahkan subjek juga sering

 enggak tuh. ibuku. curhat atau bercerita tentang hubungan


Suantai
Paling Cuma…ibuku soalnya percintaannya pada ibunya. Ibu subjek juga
udah tahu kalo aku ini nggak percaya pada subjek bahwa subjek tidak akan
mungkin minum alcohol. Jadi bertindak lebih dari merokok seperti minum-
ya dibiarkan aja. minuman keras atau mengkonsumsi narkoba.

 cerita mbak. Kalo masalah (AA; G; 27042014; P.214-219).


cewek gitu juga cerita biasanya.
 nggak pa-pa. pacarku…
biasanya juga curhat ke ibuku.
Ya aku…bi…biasanya ya jadi
dimarahi. “Garin itu gini gini
gini…”
 aku juga…aku tidur lho mbak.
Ibuku di bawah. Kan aku tidur
kan dibuatkan pagupon di atas.
Ibuku di vawah ngobrol ma
pacarku. Sharing-sharing gitu
lho.
Informasi  Gak tau aku Mbak gak Subyek mengaku bahwa dirinya tidak pernah
yang diperoleh ngerokok, gak baca, sekarang memperhatikan iklan-iklan rokok yang ada
kan rokok membunuhmu kan, di baik berupa media massa maupun media
tempat CCTV kan ada kan, doa elektronik, meskipun begitu subyek juga
aja Mbak aku jangan mati terkadang takut apabila suatu hari terkena
akibat dari rokok setelah melihat tayangan di
salah satu media elektonik dan dia mengaku
selalu berdoa saja semoga sesuatu yang tidak
dia inginkan tidak terjadi. (AA; G; 27042014;
 Ya biasa tuh Mbak, lapang dada P. 109).
aku Mbak, tabah, tirakat, ya
udah apa adanya ya orang Subyek mengatakan bahwa dia biasa saja saat
ngerokok ya pasti ada efek melihat iklan rokok yang berada di berbagai
sampingnya kan Mbak media dan dia juga berlapang dada, tabah, dan
 Terus, tapi jelek ya Mbak tirakat. Subyek menyadari bahwa apabila
dibadan ya seseorang merokok pasti akan menyebabkan

 Tapi enak e akibat tertentu. Subyek menyadari bahwa


merokok tidak baik untuk badannya namun dia
akan tetap merokok karena merokok memiliki
rasa yang enak. (AA; G; 27042014; P. 111 -

 Ngerti 113).

 Paru-paru, gak tau sih Mbak


lupa aku pernah di ceritain
Subyek mengaku bahwa dia sebenarnya
kayak gitu
mengerti tentang bahaya rokok namun dia
 Pernah, polisi yang jelasin, memiliki cara untuk mengurangi resikonya
narkoba, alkohol, ngerokok yaitu dengan memakan buah tomat yang diberi
 Heem...., tapi itu kok Mbak aku garam lalu setelah itu meminum soda, menurut
imbangi sama tomat, tomat subyek setelah itu akan muntah dan
dikasih garam trus di makan itu mengeluarkan nikotin. Subyek juga mengaku
nanti mutah trus keluarnya bahwa disekolahnya sudah pernah diadakan
nikotin sosialisasi tentang bahaya rokok, narkoba, dan
 Dari mantannya pemain Persib, alkohol namun itu tidak mempengaruhinya
itu pelatihku Mbak pelatih futsal untuk berhenti merokok. (AA; G; 27042014; P.
kalau itu, orang kampung gitu 123 - 127).
itu lo mbak kan kalau anak
kampung kan ada yang main
futsal kan trus pelatihnya itu
mantan pemain, pelatihnya itu
ngerti kalau ngerokok semua
trus dibilangin gak apa-apa
ngerokok di selingi soda.....,
soda aja yang putih aja Mbak itu
sama tomat dikasih garam itu
kan dibiarin dulu kan Mbak
ditunggu, baunya gak enak baru
itu dimakan trus mutah pasti
warnanya hitam, itu yang
namanya nikotin

 aku dulu, di sekolah. Di


sekolahku ada mbak.
 ro…nggak…rokok. Kayak
poster gitu. Poster kan, itu
rokok ya, mulai dari bawah, dari
sini sampai sana (sambil
menggambar bentuk rokok
menggunakan jari telunjuknya).
Aku baca yang aku tahu ya
Cuma lantai itu… yang buat Subjek mendapatkan informasi mengenai
pembersih lantai itu lho mbak bahaya rokok dari poster yang ia baca di
(kandungan yang ada pada sekolahnya. Ia mengaku meresapi betul kata-
rokok, red). Nikotin. Apa lagi kata yang ada di poster tersebut namun tak
ya? Buuuuanyak itu mbak. Jadi kunjung juga tersadar untuk mau berhenti
kanan kiri tulisan semua sampek merokok. Menurutnya ia butuh waktu untuk
ke atas. Dari bawah sampai atas. bisa berhenti merokok. (AA; G; 27042014;
 aku baca mbak. Aku resapi P.205-209).
juga. Ualah…ini tho ternyata.
Tapi kok…kok nggak mau
sadar ya… mungkin butuh
waktu mbak ya?

 tapi aku ya seneng merokok.


Aku…sampai…pernah kan
mbak dulu…cara menghentikan
rokok. Tanya ke google. Lha
kok tidak ada itu?
 tidak…ti…tidak ditemukan atau
gimana ya? Aku cari tetep
nggak ketemu. Terus…terus…
cara menghilangkan nikotin ya
itu, ya soda itu.
 ya..mau berhenti itu. Minum
soda. Yang tomat itu nggak ada
di google. Kan itu kan jawa. He-
eh. Kayak pengobatan Subjek mengetahui cara untuk meminimalisir
tradisional. dampak nikotin pada tubuh melalui internet
dan pengobatan tradisional. Subjek juga
mengaku pernah mencoba mencari cara
berhenti merokok di Internet namun tidak
ditemukan. (AA & TPL; G; 27042014; P.222-
223 & 225).
Intensitas  Ngerokok, gak pasti pokok Subyek mengatakan bahwa dia tidak dapat
sehabis makan sama nongkrong memastikan berapa kali dia merokok dalam
 Tiga..... lima mungkin Mbak, seharinya. Biasanya dia merokok sehabis
pokok habis makan......, nanti makan dan saat berkumpul bersama teman-
kalau ingin ngerokok....., gak temannya. Subyek mengaku bahwa dalam
banyak-banyak banget sehari dia dapat merokok tiga hingga lima
 Jarang Mbak main aja itu, bisa batang rokok namun apabila saat bermain
lebih, kalau sakit.... bersama temannya bisa lebih dari itu. (AA; G;

 Heem..... 27042014; P. 84 - 87).

Subyek mengatakan bahwa dia merokok


sehabis makan, BAB,dan bangun tidur di pagi
hari sambil memanaskan diri di bawah
matahari. (AA; G; 27042014; P. 108).

 Habis makan, BAB, trus bangun


tidur minum air dulu, mau tidur,
sama memanas kan enak kan
Mbak kena sinar matahari sehat Subjek selalu merokok setiap kali sehabis
makan dan setelah bangun tidur karena ia
merasakan kenikmatan yang luar biasa apabila
merokok pada waktu-waktu tersebut. Namun
ketika mau tidur ia jarang sekali merokok.
Hanya ketika tidak bisa tidur saja dia terkadang
 ya buah ya bisa… rokokan juga. merokok. (AA & TPL; G; 27042014; P.229-
Wajib itu habis makan rokokan. 230 &244-249).
Kanjeng Nabi juga gitu kan
mbak.
 habis makan rokokan…
 nggak pasti mbak ya. Yang pasti
habis makan. Habis makan, mau
tidur ya itu.
 terkadang… he-eh bangun tidur.
Mau tidur biasanya kalo nggak
bisa tidur kadang ya rokokan.
 he-eh. Nggak pasti. Habis
makan merokok, habis makan
merokok.
 ya…ya itu…
 he-eh.
 habis bangun tidur kan minum
air putih terus berjemurkan…
lha itu… sambil rokokan ya
uenak mbak itu pagi-pagi
rokokan. Terus biasanya
dibuatkan kopi. Dibuatkan kopi
susu sama ibu. Ya itu.

Familiar atau  banyak mbak. Tetanggaku. Sejak dulu, rokok adalah suatu hal yang tidak
ketidakasinga Perempuan. asing bagi subjek, sebab orang-orang
n suatu objek  itu sekeluarga…merokok. dilingkungannya, seperti tetangga dan teman-
Perempuan laki perempuan. temannya, baik itu pria dan wanita, banyak
 he-emh, udah punya anak, udah yang merokok. (AA; G; 27042014; P.174-176
punya cucu, merokok. Gitu ya &179).
suuuuuuaaaantai. Nggak malu
sama tetangga. Lha bahayanya
rokok buat perempuan itu apa
mbak? Aku ganti Tanya.
 tapi temen-temenku cewek ya
banyak itu mbak yang merokok.
Gitu dilarang nggak bisa mbak.
“Bapakku lho diem aja”. Bilang
gitu. Itu malah masih sekolah
mbak.
b. Subjek D
Tabel 4. Reduksi Data Berdasarkan Persepsi Subjek Terhadap Perilaku
Merokok

Pernyataan Analisis
 Iya.. pengen banget.. enak kalo Subjek merasakan kenikmatan dari merokok
habis makan. setelah makan. (AA; D; 27042014; P. 118-121)

setelah awalnya mencoba-coba merokok,


 Ya.. alasannya enak kok. Coba-coba akhirnya subjek merasa ketagihan karena
dulu kok tiba-tiba jadi ketagihan. rasanya enak serta adem di pikiran ketika
 Kalau galau gitu, ademm… gak ada sedang galau. (AA; D; 27042014; P.
pikiran sama sekali, gak sesak 137&216).

Subjek merasa tidak enak apabila ada orang


 Dibilangi aja disuruh pindah yang merokok di “no smoking area”. Subjek
 Ya.. ngomong didalam hati “gimana akan menegur orang yang merokok di tempat
orang ini, orang ada tulisannya lo” tersebut. (AA; D; 27042014; P. 168 dan 170).

Menurut subjek, merokok bisa digunakan untuk


mencari atau mendapatkan teman-teman yang
 Ndak. Buat nyari teman-teman yang lebih dewasa atau lebih tua dibanding dirinya.
besar-besar gitu… rokokan..kalo (AA; D; 27042014; P. 209).
sama anak-anak kecil bingung

Meskipun sudah mengetahui bahaya dari rokok


itu sendiri, hal ini tidak mempengaruhi subjek
 Ya… gak pengaruh mbak.. untuk merasa takut dan meninggalkan rokok.
(AA; D; 27042014; P. 225).

Apabila subjek tidak merokok, subjek


merasakan sepet di mulutnya, sehingga hal ini
membuat subjek memiliki keinginan untuk
merokok. (AA; D; 27042014; P. 233).
 Ya begitu.. rasanya sepet.
Subjek merasa orang laki-laki yang tidak
merokok seperti anak perempuan atau seperti
banci.( AA; D; 27042014; P. 235&237).

Subjek menganggap rokok adalah seperti


makanan sehari-hari, bahkan apabila disuruh
 Iya.. kalau gak ngerokok kayak anak memilih, subjek akan lebih memilih rokok.
banci ( AA; D; 27042014; P. 250&258).

 Ya.. kalau gak rokokan itu kayak


anak perempuan.
Subjek merasa bahwa merokok tidak
berpengaruh secara langsung terhadap

 Iya sudah. Sudah seperti makanan kesehatannya. Menurutnya, merokok atau tidak

sehari-hari. ketika sakit tidak ada bedanya, tidak

 Ya misal gak ada uang, mending memperparah tidak juga membuatnya cepat

uang tipis dibuat merokok daripada sembuh. Setelah sakit kemudian ia merokok,

makan hal tersebut tidak membuat subjek kembali


sakit atau rasa sakitnya bertambah parah.
Namun ia merasakan dampak rokok pada
staminanya ketika ia sedang bermain futsal
 Habis sakit terus merokok gitu itu dimana ia tidak sekuat teman-temannya dan
nggak pengaruh di kesehatanku. mudah lelah. Ia juga mengaku staminanya
Tambah parah atau gimana nggak semakin bagus ketika ia berhenti merokok.
ada pengaruhnya. (AA; D; 27042014; P.338 & 342).
 Ya…berpengaruh tapi nggak
langsung mbak. Maksudnya gini,
rasa nggak enak di badan waktu sakit
itu bukan karena rokokan tapi karena
emang lagi sakit. Jadi karena aku
kesakitan aku nggak sempet mikirin
atau ngeluangin waktu buat rokokan
tapi waktuku tak buat tidur terus.  Subjek bersikap biasa saja dan tidak marah
Kalo udah sembuh rokokan gitu ketika ada orang tua yang menegur dia
nggak bikin jadi sakit lagi atau karena dia merokok, namun subjek akan
sakitnya tambah parah. Intinya nggak marah apabila dia dipukul. Dia sadar kalau
ada bedanya rokokan atau nggak dirinya salah namun, cukup diberitahu atau
waktu lagi sakit. Apa tambah parah ditegur subjek sudah paham. (AA; D;
atau gimana. Ya biasa aja. Nggak 27042014; P. 241-245).
ada bedanya. Karena rokokan terus
aku langsung sakit gitu juga enggak.
Tapi ya keliatannya kalo ada
pengaruhnya di stamina ya pas main
futsal itu. Ngerasa sesak buat lari ma
jadi cepet capek.
 Pernah… pernah ada orang yang gak
kenal, tiba-tiba orang tua itu bilang
“kecil-kecil ngerokok” terus aku
Cuma senyum-senyum saja.
 Enggak… gak marah
 Aku gak marah kalau dipukul baru
aku marah.
 Iya… bener-bener salah aku. Tapi
maksudku kalau dibilangi sudah
ngerti.
 Iya

Berikut adalah hasil verbatim berdasarkan faktor-faktor yang


mempengaruhi persepsi subjek G terhadap perilkau merokok.
Tabel 5. Reduksi Data Berdasarkan Faktor Internal

Subtema Pernyataan Analisis


Sikap  Ya…. Karena itu…. Subjek sering bolos
Pertamanya karena bolos sekolah pada saat subjek
sekolah kelas 3 SMP, sehingga
 Dari SMP, kalau tidak membuat subjek dipukuli
pas lulus oleh ayahnya. Namun
 Iya, ya mbolosan itu. pada saat subjek kelas 1

 SMP SMA, subjek sudah

 9 jarang bolos sekolah.


(AA; D; 27042014; P. 32-
 Bolos saja
33, 39-42&74-76).
 Ya tidak suka saja mbak
dipukuli
 Ya…. Karena itu….
Pertamanya karena bolos
sekolah
 Jarang mbak.. Ya.. tapi
ada bolosnya juga mbak..
Sering pas SMP mbak..

 Kalo membolos ya
biasanya kalo udah Subjek sering membolos
dengar besok itu ada apa sekolah apabila disekolah
gitu mbak… sudah ada kabar bahwa

 He-eh. Nggak ada besok tidak ada pelajaran.


pelajaran gitu… Ia juga mengaku waktu

 He-eh. Kemarin kelas 3 SMP sering


mbolosnya seringnya pas membolos ketika mau
mau UN, kan Ujian Nasional karena
pelajarannya dah merasa sudah memahami
dipahami. IPA, IPS, BI, pelajaran yang akan

Bahasa Inggris. Ya diujikan dan kembali


nggak tahu masuk aku. masuk sekolah ketika
Langsung deh langsung ujian diadakan. Ia bisa
UN. mengerjakan soal Ujian

 Bisa. Bocoran tho. Nasional karena


mendapatkan bocoran.
 (tersenyum) sebenarnya
Meski sebenarnya ia
udah nggak bisa sama
sudah tidak bisa sama
sekali.
 Iya. sekali karena tidak pernah
belajar. (AA; D;
27042014; P.306-311).

 Tidak pengen.
Ketika melihat ayahnya
merokok, subjek tidak
memiliki keinginan untuk
merokok. (AA; D;
27042014; P.101).

 Pernah
Subjek pernah merokok
di tempat yang tidak
diperbolehkan merokok,
(AA; D; 27042014;
P.150).

 Iya
 Iya tetep nahan
Setelah peristiwa
 Iya
ditegurnya subjek akibat
 Hehhehe
merokok di tempat yang
 Ya..bagaimana ya?
bukan area merokok
 Hehhe
(Kediri Mall), subjek
 Dibilangi aja disuruh
menahan untuk tidak
pindah, tidak tahu ada
merokok ketika berada di
tulisannya apa?
area yang tidak
 Ya.. ngomong didalam
diperbolehkan merokok.
hati “gimana orang ini,
orang ada tulisannya lo” Selain itu, ketika subjek
dihadapkan pada orang
yang merokok pada “no
smoking area”, subjek
akan menegurnya untuk
tidak merokok di area
tersebut. (AA; D;
 Aldi tok mbak 27042014; P. 162-170).
 gak mau sama sekali
 Ya pernah
 Gak, ya gak gitu… gak -
pernah maksa Subjek pernah mengajak
salah satu teman subjek
yang tidak merokok
(Aldi) untuk merokok,
namun subjek tidak

 Nggak. Malah dia punya memaksanya untuk

niatan buat merokok merokok. (AA; D;


27042014; P. 178-180).
 Iya.. tapi gak tak bolehin
 Enggak
 Ya gak usah melarang-
melarang, belum jadi
Subjek melarang
istri aja kok hehheh
pacarnya untuk merokok
ketika pacarnya
mengatakan kalau berniat
untuk merokok. Subjek
merasa pacar subjek tidak
 Ya.. biasa aja mbak. berhak melarangnya
Orang sama-sama merokok karena belum
merokok aja menjadi istrinya.(AA; D;
 ya itu.. pengen nyoba aja 27042014; P.269-272).
 Ya enggak.. tergantung
keinginan sendiri mbak.
 Enggak
 Enggak Setelah menjadi perokok
aktif apabila subjek
melihat orang merokok,
dia bereaksi biasa saja
karena sama-sama
merokok, keinginan
subjek untuk merokok
tergantung dari keinginan
sendiri bukan karena
ketika melihat orang lain.
 Ndak.. mungkin Cuma
Namun ketika dulu
rada dikurangi..
sebelum merokok, subjek
sangat ingin mencoba
rokok ketika melihat
orang merokok. (AA; D;
27042014; P. 273-277).

 Iya.. itu jarang mbak.


Kadang ya Cuma satu
Setelah mengetahui
saja. Kadang ya gak
bahaya rokok, subjek
pernah sama sekali.
berusaha untuk
 Ya kalau kumpul-
kumpul sama keluarga. menguranginya, namun
 Iya tidak bisa berhenti. . (AA;
 Bisa D; 27042014; P. 228)

Subjek menahan untuk


tidak merokok ketika

 Pernah… pernah ada sedang berkumpul

orang yang gak kenal, dengan keluarganya atau

tiba-tiba orang tua itu ketika sedang dalam

bilang “kecil-kecil acara keluarga, dan

ngerokok” terus aku subjek mampu menahan

Cuma senyum-senyum rasa ingin merokoknya

saja. tersebut. (AA; D;

 Enggak… gak marah 27042014; P. 229-232).

 Aku gak marah kalau


dipukul baru aku marah.
 Iya… bener-bener salah
Subjek bersikap biasa
aku. Tapi maksudku
saja dan tidak marah
kalau dibilangi sudah
ketika ada orang tua yang
ngerti.
menegur dia karena dia
 iya
merokok, namun subjek
akan marah apabila dia
dipukul. Dia sadar kalau
 Kadang kalau ngerokok
dirinya salah namun,
disampingnya anak
cukup diberitahu atau
perempuan. Kadang ya
ditegur subjek sudah
“asapmu lo.. ” ya rada
menjauh gitu. paham. (AA; D;
27042014; P. 241-245).

 Enggak. Tapi puengen


rokokan. Menahan
soalnya
 Tapi agak, agak belum Ketika subjek sedang
sakit kepala. Nggak merokok dan asapnya
nggak sakit kepala mengganggu temannya,
sedikit gitu langsung subjek menjauh (TPL; D;
rokokan. 27042014; P. 246)
 Ya kalo sakitnya udah
parah ya nggak ada niat
merokok.
 Ya ngga merokok sama ketika subjek sedang sakit
sekali. parah, subjek memilih

 Ya rasanya nggak enak. untuk tidak merokok


Sakit mbak. Tidur aja. karena tidak enak badan
dan lebih memilih untuk
tidur, namun ketika
kondisi fisiknya sudah
mulai membaik meski

 Udah kebiasaan mbak. masih sedikit pusing,


Udah semenjak SD. subjek kembali merokok.
Udah nggak pernah (AA; D; 27042014;

belajar. P.287-288, 293-294,


297).
 Sampai sekarang ya tetep
dibilangi mbak. Tapi…
 Ya ada. Mikirnya sih
gitu. Ya tapi ya gimana.
Muuuuuaaales buat
belajar.
 Membaca puuuuyeng e. Sejak SD hingga
hehehe. (sambil tertawa) sekarang subjek mengaku
tidak pernah belajar.
Subjek memiliki
keinginan untuk serius
menuntut ilmu namun ia
mengaku sangat malas
belajar karena membaca
membuatnya merasa
pusing. (AA; D;
27042014; P.313-314,
326-328).
Minat  Main saja, pulang Untuk kesehariannya,
sekolah- main sepulang sekolah subjek
 Ya.. main kesini kadang langsung main kadang
di Kediri, kalau jauh dimarkas (rumah
biasanya pas liburan temannya), kadang juga
 Heem di Kediri selain itu juga

 Ndak. Nggak punya. Ya Subjek memiliki minat

sama anak-anak ini, pada bidang futsal,

gerombolannya sekitar fotografi, dan balap

ini. motor (W1, 27-04-2014,

 Ya… ngopi-ngopi gitu 9-27 &171).

aja, foto-foto
 Hunting-hunting.
 Iya, biasanya sama
teman-teman
 Balapan.
 Sepeda motor.
 Sering
 Banyak mbak. Kartika,
arenanya depan Kartika,
tentes kadang.
 Ya.. sering ikut.
 Iya ada klub-klubnya
 Iya, dulu pernah ikut.
 Tidak.
 Iya.
 Tidak hehee…
Motivasi  Terus.. lihat-lihat di Awal subjek merokok
parkiran kok banyak adalah didasari oleh rasa
yang merokok. Ingin keinginan mencoba untuk
mencoba mumpung merokok ketika melihat
tempatnya sepi tidak ada banyak orang di parkiran
yang tahu. yang sedang merokok dan
 Ya.. alasannya enak kok. situasi pada saat itu
Coba-coba dulu kok tiba- sedang sepi, sehingga
tiba jadi ketagihan. membuat subjek dan
teman-temannya merokok
bersama. Subjek
menikmati rasa dari
rokok tersebut, dari yang
awalnya coba-coba
akhirnya dia ketagihan.
(AA; D; 27042014; P.96
& 137)
 Hehe.. lha itu kadang
juga ada kalanya berhenti
sudah tidak suka lagi, Subjek sempat berhenti
tapi tiba-tiba ada anak merokok, namun subjek
lainnya ngerokok, kembali mencoba
ditawari gitu.. terus coba- merokok karena ajakan
coba.. teman-temannya. Setelah
 Ya itu tadi mbak, itu, subjek merasa enak
ditawari anak-anak lagi.. dan ketagihan.(AA; D;
enak..enak.. ya sudah itu 27042014; P. 145 & 185).
lebih senang lebih betah,
lebih enak akhirnya
sampai kebiasaan

 Rasanya pengen keluar,


pengen merokok gitu Subjek merasa tidak enak
mbak. di mulut apabila setelah

 Ya aslinya tidak kenapa- makan, subjek tidak

kenapa mbak. Yang merokok, sehingga

kadang-kadang rasanya membuat subjek

ingin keluar untuk termotivasi untuk keluar

merokok adalah pas rumah untuk merokok.

selesai makan itu. (AA; D; 27042014; P.


 Ya gak enak aja di
121, 186-187)
mulut. Modelnya gimana
gitu.. kayak sepo…
sepo…

Subjek menggunakan
 Ya Cuma itu tadi mbak.
rokok untuk mendapatkan
Lihat-lihat saja, lihat
teman-teman yang sudah
orang, ingin mencoba-
besar (dewasa), karena
coba gitu.
berteman dengan anak
 Ndak. Buat nyari teman-
kecil membuatnya
teman yang besar-besar
bingung, selain itu subjek
gitu… rokokan..kalo
merokok untuk dapat
sama anak-anak kecil
menghilangkan rasa galau
bingung.
(AA; D; 27042014; P.
 Iya
208-210)

Menurut subjek, subjek


merokok karena ajakan
 Gak ada mbak, ya Cuma
teman-teman, tidak ada
sama teman-teman ini
motif karena adanya
mbak.
masalah atau motif
lainnya. (AA; D;
27042014; P. 262).

 Teman.
Orang yang paling
 Enggak. (Orang tua tidak berpengaruh dalam diri
berpengaruh pada diri subjek dan yang selama
subjek dalam ini membuatnya tetap
keputusannya sebagai merokok adalah teman-
perokok) temannya. Orangtua
subjek sama sekali tidak
berpengaruh dalam
keputusan subjek untuk
menjadi perokok. (AA;
D; 27042014; P.299 &
301).

 (menggeleng). (Tidak
mungkin tidak bisa Menurutnya tidak
membeli rokok) mungkin baginya untuk
 Ya kalo seumpama tidak bisa membeli rokok
sampai nggak punya karena ia memiliki
uang sama sekali gitu, teman-teman yang akan
soalnya temen-temen memberinya rokok ketika
rokokan mbak. Jadi ia tidak memiliki uang.
bakalan sama temen- Fasilitas yang disediakan
temen kalo seumpama atau yang diberi teman-
nggak punya uang gitu temannya inilah yang
ya bakalan dibeli- mendorongnya sehingga
belikan. Dibelikan sama- tetap merokok (AA; D;
sama. 27042014; P.302-303).
 Dulu udah pernah mbak. Subjek pernah
Soalnya sueneng… termotivasi untuk
hampir…tiap hari futsal berhenti merokok ketika
itu lho. Waktu itu kan, ia masih aktif bermain
yang lainnya kok kuat- futsal dikarenakan
kuat, aku nggak kuat kondisi fisiknya yang
sendiri. Sebentar aja lebih lemah dan mudah
udah capek. Tak coba lelah jika dibandingkan
makan permen terus. dengan teman-temannya
satu tim. (TPL & AA; D;
27042014; P.333).
Proses  Awalnya coba-coba, liat Subjek pertama kali
belajar/Pengalaman begitu mbak. mencoba-coba rokok
 Sama teman-teman SD bersama dengan teman-
 Iya.. teman SD nya. Dan

 Tahunya baru-baru ini pada kelas 2 SMP, subjek

mbak, pas SMP itu. pernah dipukuli oleh

 Kelas 2 ayahnya karena ketahuan


merokok, subjek merasa
 Ya.. dipukuli lagi.
sakit hati dengan
 Iya..
ayahnya. Dia ingin
 Ya.. diam saja tapi hatiku
ayahnya untuk
ya sakit banget.
memberitahu dia dengan
 Salah e….
baik-baik bukan dengan
 Ya.. harus bagaimana?
main tangan (AA; D;
Begini-begini modelnya
27042014; P. 46-48 &
sebenarnya salah e..
50-58)
 Hehhehe
 Iya.. sebenarnya
dibilangi saja
ya..pokoknya mengerti
gitu.. tidak usah main
tangan.

 Yang dilihat siapa ya


 Ya.. kalau parkir kan
tidak parkir di sekolah to Pada saat SD kelas 6,
mbak. Parkirnya di subjek melihat orang-
sebelah SD PARE 2 itu. orang di parkiran sedang
 Leni. Dulu ketemu sama merokok, dari situ subjek
Leni itu karena ada mencoba rokok bersama
parkirannya disitu. dengan teman-temannya.

 Sepeda onthil. Tapi (AA; D; 27042014; P. 92-

parkir disitu. 100).

 Karena kalau
disekolahan itu kadang
ada yang dicuri.
 Terus.. lihat-lihat di
parkiran kok banyak
yang merokok. Ingin
mencoba mumpung
tempatnya sepi tidak ada
yang tahu.
 Iya.
 SD, SMP… SMP Darmo
yang parkir disitu.
 Heem..
 Ya.. pengen bareng-
bareng gitu lo mbak. Ya..
mencoba.

 Tidak. Pernah punya Subjek pernah


niatan tapi belum bisa mempunyai niat untuk

 Sulit banget berhenti merokok, namun


subjek belum bisa
berhenti, bagi subjek hal
tersebut merupakan hal
yang sangat sulit.(AA; D;
27042014; P.108-109).

 Di KM
 Sri Ratu
Subjek pernah ditegur
 Kediri
oleh salah satu security di
 He’e
KM (Kediri Mall) pada
 Iya
saat merokok di “no
 Dengan teman-teman.
somoking area”. Subjek
Terus dibilangi “area
mengaku mengetahui
merokok disini mas,
bahwa tempat tersebut
diluar”
memang bukan area
 Ya aslinya tahu, tapi
merokok. .(AA; D;
ternyata disini..
 Gak boleh kok, bolehnya 27042014; P.151-160).
diluar
 Tahu kalau itu aslinya
area yang boleh dibuat
merokok.
 Ada area yang boleh dan
ada yang tidak boleh.

 Guru… guru SMP tahu.


Pernah ngerokok di
kamar mandi soalnya Subjek pernah ketahuan

 Dipanggil BK terus guru SMP ketika subjek

dipanggil orang tua merokok di kamar mandi

 Iya sekolah. Hal ini yang


membuat orang tua
 Ya…itu dimarahi terus
subjek dipanggil oleh
dipukuli
BK, sehingga membuat
 Iya.
subjek dimarahi dan
dipukuli oleh ayahnya. .
(RSM&AA; D;
 Dulu udah pernah
27042014; P.192-197).
mbak. Soalnya
sueneng…hampir…
tiap hari futsal itu lho.
Subjek pernah mencoba
Waktu itu kan, yang
berhenti merokok ketika
lainnya kok kuat-kuat,
dia merasa kondisinya
aku nggak kuat sendiri.
Sebentar aja udah tidak begitu bagus jika
capek. Tak coba makan dibandingkan dengan
permen terus. teman-temannya saat dia
 Ya malah nggak bisa. masih aktif bermain futsal
 Ya tetep nggak bisa. waktu kelas 3 SMP. Ia

 He-eh. mencoba berhenti dengan

 Ya masih belum bisa. cara memakan permen,


Pelan-pelan masihan. namun hal tersebut gagal

 SMP waktu giat- karena ia tidak bisa


giatnya futsal. menahan keinginannya
untuk merokok dan perlu
 Ya kelas tiga. He-eh,
pelan-pelan untuk
kelas tiga.
berhenti merokok. (RSM
& AA; D; 27042014;
P.333-341).
Kondisi Fisik  Ya rasanya nggak enak. Subjek merasa bahwa
Sakit mbak. Tidur aja. merokok tidak
 Iya..(sakit semua berpengaruh secara
dibadan apabila langsung terhadap
merokok) kesehatannya. Ketika ia
 Enggak Nggak sedang sakit, ia tidak
itu.
pengaruh rokok kalo merokok karena
rokok. badannya sakit semua

 Kalo aku misalnya sakit sehingga ia hanya tidur


merokok setelah sakit saja. Rasa sakit yang
gitu nggak pengaruh. dialaminya tidak

 Habis sakit terus disebabkan oleh rokok


merokok gitu itu nggak tapi karena memang dia
pengaruh di sedang tidak enak badan.
kesehatanku. Tambah Merokok atau nggak
parah atau gimana ketika sakit tidak ada
nggak ada bedanya, tidak
pengaruhnya. memperparah tidak juga
 Dulu udah pernah membuatnya cepat
mbak. Soalnya sembuh. Setelah sakit
sueneng…hampir…tiap kemudian ia merokok, hal
hari futsal itu lho. tersebut tidak membuat
Waktu itu kan, yang subjek kembali sakit atau
lainnya kok kuat-kuat, rasa sakitnya bertambah
aku nggak kuat sendiri. parah. Namun ia
Sebentar aja udah merasakan dampak rokok
capek. Tak coba makan pada staminanya ketika ia
permen terus. sedang bermain futsal
 (mengangguk) dimana ia tidak sekuat
(Stamina semakin teman-temannya dan
bagus ketika berhenti mudah lelah. Ia juga
merokok) mengaku staminanya
 Ya…berpengaruh tapi semakin bagus ketika ia
nggak langsung mbak. berhenti merokok. (AA;
Maksudnya gini, rasa D; 27042014; P.297-298,
nggak enak di badan 289-291, 338 & 342 ).
waktu sakit itu bukan
karena rokokan tapi
karena emang lagi
sakit. Jadi karena aku
kesakitan aku nggak
sempet mikirin atau
ngeluangin waktu buat
rokokan tapi waktuku
tak buat tidur terus.
Kalo udah sembuh
rokokan gitu nggak
bikin jadi sakit lagi atau
sakitnya tambah parah.
Intinya nggak ada
bedanya rokokan atau
nggak waktu lagi sakit.
Apa tambah parah atau
gimana. Ya biasa aja.
Nggak ada bedanya.
Karena rokokan terus
aku langsung sakit gitu
juga enggak. Tapi ya
keliatannya kalo ada
pengaruhnya di stamina
ya pas main futsal itu.
Ngerasa sesak buat lari
ma jadi cepet capek.
Harapan  Tidak. Pernah punya Subjek mengaku kalau
niatan tapi belum bisa. dia tidak pernah berhenti
 Sulit banget.. merokok, namun
memiliki keinginan untuk
berhenti tapi hal tersebut
sulit untuk dilaksanakan.
(AA; D; 27042014; P.
108-109).
 Cita-citaku polisi mbak.
 Kalau cita-citaku polisi Subjek memiliki
katanya bapak kelas 2 keinginan untuk berhenti,
harus dilatih lari, renang karena subjek bercita-cita
 Aku takut kalau tidak untuk menjadi polisi
kuat sedangkan untuk menjadi
 Hehehe… ingin jadi polisi harus memiliki
polisi aku badan yang sehat dan
 Iya.. tidak mungkin subjek
 Ya punya niatan berhenti merokok untuk
mbak habis ini mendapatkan badan yang
 Iya, kelas dua sehat, sehingga subjek
 Harapan apa? berencana untuk berhenti
 Ya enggak. Harapannya merokok pada kelas 2
gak tetap merokok. SMA secara bertahap
 Iya (AA; D; 27042014; P.
 Sekarang seumpamanya 110-113, 205-207, &
kalau mendadak berhenti 252-256).
sulit mbak. Pelan-pelan
saja.
 Iya.. dikurangi terus.
Kebutuhan  Iya sudah. Sudah seperti Merokok sudah menjadi
makanan sehari-hari. sebuah kebutuhan bagi
 Berharga mbak subjek, merokok seperti
 Ya misal gak ada uang, makanan sehari-hari,
mending uang tipis bahkan apabila tidak
dibuat merokok daripada memiliki uang yang
makan lebih, subjek lebih
 Iya memilih untuk
 Gak tau hehhe…kalau membelikan rokok
makan daripada makanan, rokok
 Iya juga sudah seperti teman
 Dibuat… buat… buat… bagi subjek ketika subjek
lapar, galau, buat teman sedang merasa galau dan
 Hehhhe. kesepian (AA; D;
27042014; P. 250, 257-
261, & 278-279).
Nilai  Iya.. kalau gak ngerokok Subjek menganggap anak
kayak anak banci laki-laki yang tidak
 Iya.. tapi teman-temanku merokok itu seperti anak
merokok semua mbak. perempuan “banci” (AA;
 Ya.. kalau gak rokokan D; 27042014; P. 235-
itu kayak anak 238).
perempuan.
 Iya
Prasangka  Ya… gak pengaruh Subjek menganggap
mbak.. bahwa merokok tidak
 Iya membawa dampak buruk
 Nggak bagi kegiatannya di
 Ndak.. ndak ada sekolah justru nilainya
pengaruhnya. Sejak lihat naik terus ketika SMP,
balap-balapan di sekolah namun subjek merasa
mulai mengantuk. kegiatannya dalam
 Endak i mbak… malah balapan yang
sering naik terus.. mempengaruhinya di
 Iya hehehhe sekolah yaitu sering
 Kalau pas SD saya lupa. mengantuk ketika
SMP seingatku naik mengikuti pelajaran, hal
terus. ini dikarenakan
kegiatannya di balapan
berlangsung semalam dan
membuat subjek tidak
tidur. (AA; D; 27042014;
P.188-191& 225-227).
Perasaan  Ya.. tidak suka saja Meskipun subjek diam
mbak dipukuli. saja, namun subjek
 Ya.. diam saja tapi hatiku merasa sakit hati atas
ya sakit banget. tindakan ayahnya yang
 Ya tidak… ya karena pernah memukulinya
sakit hati tadi, karena ketika subjek ketahuan
dipukuli. merokok. (AA; D;
27042014; P. 30, 54 &
90)

 Batuk-batuk mbak.
 Pahit banget mbak. Pertama kali mencoba
 Di lidah mbak. rokok, subjek batuk-batuk
 Hemm. Di leher serik karena menghisap asap,
sampek memerah. serak di tenggorokan, dan
 awalnya batuk saja merasakan pahit di lidah,
 Iya selanjutnya sejak ditawari
 Sama pahit temannya, tidak
 Tetep lanjutnya ya itu membutuhkan waktu
mbak… karena ditawari yang lama, subjek sudah
sama anak-anak, ya merasa ketagihan dan
sudah gak apa-apa coba- lama-kelamaan rasanya
coba.. sebentar saja enak. (AA; D; 27042014;
langsung ketagihan P. 138-141 & 199-204).
mbak. Kalo dihisap itu lo
mbak enak
 Iya..
 Ya batuk-batuk itu gara-
gara menghisap itu
mbak. Menghisap asap

 Kalau suasana hati lagi


gak enak gitu habis Subjek merasa mudah
banyak mbak. sesak ketika merokok
 Hem… dalam keadaan tidak ada
 Rasanya seperti gak pikiran apapun misal
sesak sama sekali, gak ketika bercanda dengan
mikir sama sekali, terus teman, namun merasakan
kalo biasanya bercanda- adem dipikiran dan
canda gitu rasanya sesak seperti terbebas dari
banget, kadang satu aja pikiran yang tidak enak
cukup ketika subjek dalam
 Kalo biasanya pas gak suasana hati yang tidak
ada pikiran apa-apa, enak dan merasa galau.
kalau ngerokok mudah Dalam keadaan ini subjek
sesak. dapat menghabiskan
 Iya banyak batang rokok.
 Kalau galau gitu, (AA; D; 27042014; P.
ademm… gak ada 211-217).
pikiran sama sekali, gak
sesak
 Iya.
 Ya begitu.. rasanya Ketika subjek berada
sepet. dalam acara keluarga,
 Iya…. Pengen banget subjek memilih untuk
tidak merokok, pada
keadaan ini subjek
merasa ingin sekali
merokok dan subjek
merasa masam di lidah. .
(AA; D; 27042014; P.
233-234).

Tabel 6. Reduksi Data Berdasarkan Faktor Eksternal

Subtema Pernyataan Analisis


Latar belakang keluarga  Tiga. Subjek adalah anak ke 2
 Anak ke 2. dari tiga bersaudara,
 Adik kakak subjek memiliki kakak
 Perempuan, TK dan adik perempuan.
 Mbak. Kakak subjek sudah
 Kuliah menempuh perguruan
 Di UNAIR tinggi di UNAIR yang
 Jurusan apa ya…. tidak diketahui
Pokoknya pas SMA jurusannya oleh subjek.
ambil IPS Kakaknya jarang
 Tidak pernah kontak pulang, biasanya tiga
e… ya tidak tahu. minggu sekali. Kakak
Sekarang jarang sekali subjek pulang untuk
dirumah, di rumah meminta uang saku
paling ya mandi, minta kepada ibunya.
uang begitu saja Sementara pendidikan
 Kadang ya tiga minggu adik subjek masih di TK
sekali. Kadang ya… .(AA&TPL; D;
dua minggu sekali, 27042014; P. 77-89).
kadang jumat pulang
 Ya dikasih
 Ibu.. kalau bapak sudah
tidak pernah
 Tidak. Ya diam aja
begitu.

 Tidak, tidak pernah Subjek tidak pernah


mbak. Dibiarin menceritakan
 Lha.. sejak setelah pengalaman-
dipukuli itu, aku pindah pengalamannya dengan
rumah. ibu subjek, ibu subjek
 Ha’a cenderung diam bahkan
 Ya… biasa gitu mbak. ketika subjek dipukuli
 Ya sering… oleh ayahnya.
 Tidak. Kalau tidak Sejak dipukuli oleh
pulang gitu.. ditanya ayah subjek, subjek jadi
“tidur dimana?” jarang pulang dan tidur
 Kalau sama bapak di rumah, dan orang tua
sudah tidak pernah
ditanyai. Diam saja… subjek membiarkan
kalau bertemu ya diam subjek untuk tidur diluar
saja. rumah, namun ibu
 Sejak… ya sejak masuk subjek masih
SM.. ya masuk SMA menanyakan
ini. keberadaannya yaitu
 Itu kan sudah lama dengan menelpon
mbak. Sejak itu ya subjek untuk
terus tambah diam… menanyakan tempat
gak pernah pulang. dimana subjek tidur.
 Ya.. diam saja.. sudah Sebaliknya sejak
tidak pernah.. ketemu ketahuan merokok, ayah
berpapasan begitu ya subjek jarang berbicara
diam saja dengan subjek walaupun
 Sekitar kelas satu itu sedang berpapasan.
( AA; D; 27042014; P.
28-29, 31 & 59-73).

 Merokok Ayah subjek bekerja di


 Parah Mojokerto yang
 Mojokerto berangkat di pagi hari
 Pindah dan pulang di malam
 Iya hari. Ayah subjek juga
 Iya merupakan perokok
 Iya yang berat.( AA; D;
27042014; P. 49&102-
107).
 Tapi bapak ku kan
pulang-pulang udah
malam dah langsung
tidur. Ibuku kalo Ibu subjek adalah ibu
nyuruh nggak tau keras yang penyabar dan
kalo ibuku. Ngomong lembut sedangkan ayah
sekali ya udah. subjek adalah orang
 (menyela) iya. Tapi yang berwatak keras.
juarang di rumah. Subjek mengaku
Datang-datang kalo ada ayahnya jarang berada
urusan apa gitu terus dirumah dan hanya
pergi lagi. pulang kerumah kalau
 (mengangguk) (dulu sudah malam atau
masih mengobrol ketika ada urusan saja.
dengan bapak) Subjek juga mengaku ia
 Nggak pernah mbak. tidak begitu dekat

 Ya nggak nggak begitu dengan ayahnya dan

dekat. jarang sekali

 Kalo ada kebutuhan berkomunikasi dengan

yang besar gitu ayahnya, ia hanya

mungkin ngajak berkomunikasi dengan


ngobrol. ayahnya ketika ia ada

 Butuh. Ada kebutuhan perlu meminta uang

besar. Kan sama ibu dalam jumlah besar

dibilangi. Kalomau untuk keperluan

minta apa-apa…yang organisasinya. Meski

nurut…iuran gitu lho… ayahnya tidak menyukai


keterlibatan subjek pada
 Kalo iuran buat acara…
organisasi tersebut,
apa-apa gitu kan, iuran
banyak gitu minta uang namun ayahnya tetap
bapak. Nggak nggak memberinya uang. (AA;
minta ibu ku. Kalo ibu D; 27042014; P.315-
uang saku sehari-hari. 325).
Biasa. Beli-beli nasi
gitu.
 Iya. Kalo iurannya
sampai ratusan ribu
gitu biasanya.
 Ya selalu ditanyai.
Urusan kayak giniiii aja
nggak ada positifnya.
Sekolahnya kapan?
 Diem aja. Senyam
senyum. (sambil
tersenyum)

Informasi yang  Apa? Subjek mendapatkan


diperoleh  Ya itu.. jantung informasi tentang
 Sakit-sakitan hehheh bahaya merokok dan
 Apa.. narkoba dari pelajaran
 Ya.. feeling sendiri yang dia pelajari di
 Di pelajaran ada mbak sekolah (AA; D;
 Narkoba.. rokok 27042014; P. 218-224).

 Ya.. dengar-dengar gitu


mbak.. tapi gak tahu Subjek mengetahui
bahayanya apa bahwa perokok pasif
 Iya lebih bahaya
dampaknya daripada
perokok aktif, namun
subjek belum
mengetahui bahayanya
apa saja (AA; D;
27042014; P.247-248).
Intensitas  Kalau nongkrong gitu Pertama kali merokok,
ya satu pak dibuat subjek habis satu
bersama. batang. Biasanya subjek
 Tidak merokok di tempat
 Iya.. pengen banget.. tongkrongan bersama
enak kalo habis teman-temannya. Ketika
makan berkumpul dengan
 Iya.. setelah makan teman-temannya, subjek
kadang. bisa menghabiskan satu
 makan. pak yang dikonsumsi
 Habis satu.. bersama-sama. Untuk
 Tidak kesehariannya, subjek
 Gak pernah bangun dapat menghabiskan 10
tidur.. batang per harinya.
 Soalnya kalau bangun Subjek terkadang
tidur kan masih seger merokok setelah makan
to mbak.. kalau dan merasakan
rokokan kan sesak kenikmatan apabila
modele di dada merokok setelah makan,
 Habis bangun tidur namun ia tidak merokok
kan tidak rokokan setelah bangun tidur,
sama sekali to.. karena merokok setelah
 Bangun-bangun bangun tidur membuat
modele ingin dada terasa sesak.(AA;
rokokan, kan belum D; 27042014; P. 118-
rokokan sama sekali. 121, 142, 128-135, dan
 Iya 146-149).
 Pasti
 10 batang mbak.
(128-135)
 Biasanya kalau
nongkrong gitu..
 heem
 Ya di tempat
tongkrongan aja mbak
 Tidak (146-149)
Familiar/ketidakasingan  Merokok (ayah Ayah dan orang yang
suatu objek subjek merokok) sering ia lihat di
 Terus.. lihat-lihat di parkiran SD merupakan
parkiran kok banyak seorang perokok.(AA;
yang merokok. Ingin D; 27042014; P.
mencoba mumpung 49&96).
tempatnya sepi tidak
ada yang tahu.

3. Display Data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam
dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas. Berdasarkan
penelitian dan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti, pada reduksi
data berikut adalah display data dari penggabungan hasil observasi,
wawancara dengan subjek yang dikaitkan dengan faktor-faktor yang
mempunyai persepsi.

a. Subjek G
Tabel 7. Display Data Berdasarkan Faktor Internal Subjek

Subtema Hasil
Sikap  Subyek berkumpul bersama teman-temannya diatas jam sembilan malam
setiap harinya, apabila hari libur subyek tidak pulang kerumah melainkan
menginap dirumah temannya.
 Alasan subyek ingin tetap merokok karena menurutnya rokok
mengeluarkan asap, rasanya enak, dan dapat digunakan sebagai pencuci
mulut. Subyek juga mengatakan bahwa apabila laki-laki tidak merokok
maka dia menyarankan untuk memakai rok saja.
 Apabila subyek mulai merasa kondisi fisiknya kurang baik, maka dia akan
mensiasatinya dengan memakan tomat yang diberi garam lalu meminum
soda dan itu yang akan membuatnya muntah dan mengeluarkan zat yang
dia akui sebagai nikotin. Jangka waktu yang ditetapkan subyek untuk
melakukan kegiatan itu adalah setiap tiga minggu sekali.
 Subyek mengaku pasrah dengan dampak yang diakibatkan oleh rokok dan
menganggap yang terpenting adalah kesenangannya dalam merokok.
 Subyek berkata bahwa merokok tidak mengganggu belajarnya karena dia
berkata bahwa dia tidak pernah belajar.
 Subyek menikmati saat dia merokok dan dia tidak mengetahui apa manfaat
yang dia dapatkan dari merokok.

 Subjek bersikap biasa saja apabila ada orang yang merokok, apabila orang
tersebut merokok di tempat yang sudah disediakan untuk merokok
(smoking area), namun ia menunjukkan sikap tidak setuju atau tidak suka
pada orang yang merokok di tempat yang tidak seharusnya untuk merokok
 Subjek bersikap biasa saja apabila merokok di depan orang lain. ia merasa
tidak pernah ada yang merasa terganggu dengan asap rokoknya
 Subjek melarang dan menunjukkan sikap tidak suka apabila ada wanita
atau gadis yang merokok.
 Saat merokok, subyek melihat-lihat tempat.

 Subyek mengaku bahwa kegiatannya selain sekolah adalah futsal seminggu


tiga kali yang itu merupakan hobinya dan berkumpul bersama teman-
Minat tamannya.
 Skenan merupakan tempat subyek untuk berkumpul bersama teman-
temannya yang berisi anak-anak yang berkarya didunia.
Perasaan  Subyek mengaku bahwa dia akan merasa minder apabila tidak merokok
dihadapan teman-temannya saat berkumpul apalagi terdapat perempuan
dikekitarnya, dia juga mengaku bahwa tidak pernah menolak saat ditawari
merokok.
 Subyek merasa bahwa apabila dirinya tidak merokok akan terasa hambar
dan merasa memiliki sembilan nyawa apabila merokok.
 Ketika subjek sedang merasa galau, ia tidak merokok tetapi lebih memilih
untuk tidur.
 Subjek menikmati perilaku merokoknya dan mendapatkan kesenangan dari
aktivitas tersebut. Ia sadar akan perilaku merokoknya tersebut.
 Subjek merasa bahwa merokok bisa meringankan pikirannya ketika ia
merasa pusing dan bisa meminimalisir stress yang ia alami.
 Subjek merasa kasihan dengan orang disekitarnnya ketika ia merokok di
tempat umum atau di depan orang banyak., namun ia tetap merokok sebab
tidak mampu menahan keinginannya untuk merokok
 Subjek merasa bangga pada dirinya karena pernah bisa berhenti merokok
selama satu bulan.
 Subjek merasa keren apabila merokok.
 Subyek tidak memiliki minat untuk merokok sama sekali saat sakit.
 Subjek merasakan dampak merokok pada kondisi fisiknya ketika ia
Keadaan bermain futsal seperti merasa sesak nafas sehingga ia mengatasi hal tesebut
fisik dengan meminum soda karena soda dirasa dapat meminimalisir dampak
nikotin pada tubuhnya.
 Merokok menyebabkan gigi subjek rusak dan terlihat kuning.
 Bagi subyek merokok merupakan identitas dan syarat yang sah bagi
seorang laki-laki.
Nilai
 Subyek pasrah dengan akibat dari merokok karena dia merasa bahwa
merokok menurut kepercayaannya diperbolehkan dan tidak berdosa.
 Subyek sempat berhenti merokok selama enam bulan karena merasa bahwa
merokok berdampak pada fisiknya yang semakin melemah
 Saat berhenti merokok, subyek berbekal permen untuk mengatasi
keinginannya untuk kembali merokok dan memegangi serta membau rokok
tanpa menyalakannya.
 Subjek masih bisa merokok meski tidak memiliki uang karena ia memiliki
Motivasi teman yang bersedia memberinya merokok.
 Subjek memiliki dorongan untuk merokok berasal dari dirinya sendiri
bukan karena orang lain, namun yang membuat subjek kesulitan untuk
berhenti merokok adalah karena adanya faktor lingkungan subjek.
 Subjek pernah termotivasi untuk berhenti merokok hingga ia mencari
informasi di internet mengenai cara untuk berhenti merokok, namun
sekarang dia tidak memiliki motivasi untuk berhenti merokok lagi.
 Subjek berkata bahwa merokok sudah menjadi kebutuhan untuknya,
Kebutuhan bahkan juga menjadi suatu kewajiban atau keharusan yang harus ia lakukan
setelah makan sebagai pencuci mulut.
Pengalama  Subjek pernah ditegur oleh pihak keamanan suatu tempat wisata karena
merokok tidak pada tempatnya.
 Subjek pernah berhenti merokok selama satu bulan dan hal tersebut
membuat dirinya dan orang-orang di sekitarnya merasa senang dan bangga.
 Pada saat awal merokok subyek membeli rokok jauh dari tempat tinggalnya
agar tidak diketahui oleh keluarganya apabila dia merokok.
 Subyek berkata bahwa dia sudah pandai merokok sejak pertama kali
mencobanya dan tidak menemukan kesulitan.
n atau
proses  Subyek berkata bahwa dia sudah berusaha untuk mencoba berhenti

belajar merokok namun tidak bisa karena sudah terbiasa merokok.


 Subyek mengatakan bahwa pertama kali dia merokok saat kelas 4 SD.
 Subyek tidak pernah menolak tawaran temannya untuk merokok.
 Biasanya subyek merokok saat berkumpul dengan teman-temannya, namun
saat kelas satu SMA dia mengaku bahwa sempat berhenti.
 Penyebab subyek ingin merokok untuk pertama kalinya karena melihat
tetangganya yang sedang merokok.

 Saat ini subjek tidak memiliki rencana untuk berhenti merokok.


Keinginan
 Subjek ingin sekali bisa berhenti merokok tapi rasanya sangat sulit karena
atau
dia sudah kecanduan rokok dan tidak bisa mengendalikan keinginannya
harapan
untuk merokok.
Prasangka  Subjek tidak jengkel terhadap orang yang menyuruhnya berhenti merokok
atau melarangnya merokok.
 Subjek mengerti bahwa merokok cenderung lebih banyak buruknya dari
pada baiknya, namun ia merasa bahwa merokok baik untuknya karena hal
itu menyenangkan baginya.
 Subjek merasa orang yang merokok terlihat gaya dan keren, sehingga ia
merasa dirinya akan terlihat keren pula apabila merokok.
 Subyek merasa bawa apabila terdapat laki-laki yang tidak merokok berarti
tidak gentle.

Table 8. Display Data Berdasarkan Faktor Eksternal Subjek

Subtema Hasil
 Subyek kembali merokok karena disuruh untuk merokok lagi oleh ayahnya.
 Saat SMP ibu subyek tidak mengetahui bahwa dia merokok.
Latar Belakang  Saat ini ayah subyek sudah jarang merokok dan apabila membeli rokok maka
Keluarga akan diberikan pada dirinya.
 Orang tua subjek mengijinkan subjek merokok.
 Subjek memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya.
 Subyek tidak pernah memperhatikan iklan-iklan rokok yang ada baik berupa
media massa maupun media elektronik, namun dia pernah merasa takut dengan
akibat rokok saat melihat salah satu tayangan di media elektronik.
 Sebenarnya subyek mengerti tentang bahaya rokok namun dia memiliki cara
untuk mengurangi resikonya yaitu dengan memakan buah tomat yang diberi
garam lalu setelah itu meminum soda, menurut subyek setelah itu akan muntah
Pengetahuan dan
dan mengeluarkan nikotin.
Informasi yang
 Disekolah subyek pernah mengadakan sosialisasi tentang bahaya rokok, narkoba,
diperoleh
dan alkohol namun itu tidak mempengaruhinya untuk berhenti merokok.
 Subjek mengaku memahami kata-kata yang terdapat pada poster yang ada
disekolahnya tentang bahya merokok namun tak kunjung tersadar untuk berhenti
merokok.
 Subjek mengetahui cara untuk meminimalisir dampak nikotin pada tubuh melalui
internet dan pengobatan tradisional.
Intensitas  Biasanya subyek merokok sehabis makan dan saat berkumpul bersama teman-
temannya.
 Dalam sehari subyek dapat merokok tiga hingga lima batang rokok namun apabila
saat bermain bersama temannya bisa lebih dari itu.
 Waktu subyek merokok yaitu saat sehabis makan, BAB, dan bangun tidur di pagi
hari.
 Subyek jarang sekali merokok sebelum tidur, ia melakukan itu hanya ketika tidak
bisa tidur saja.
Familiar atau  Rokok bukan suatu yang asing bagi subjek sebab orang-orang dilingkungannya
ketidakasingan suatu baik pria dan wanita banyak yang merokok.
objek

Table 9. Persepsi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Subjek Terhadap


Perilaku Merokok.

Persepsi Subjek Terhadap Perilaku Faktor yang mempengaruhi


Merokok persepsi subjek
Subjek mengaku merasa kasihan Faktor Internal :
dengan orang disekitarnnya ketika ia Perasaan
merokok di tempat umum atau di
depan orang banyak. namun, meski
merasa kasihan dengan orang di
sekitarnya ia tetap merokok sebab
tidak mampu menahan keinginannya
untuk merokok. (AA; G; 27042014;
P.172)

Subjek merasa orang yang merokok Faktor Internal :


terlihat gaya dan keren, sehingga ia Perasaan
merasa dirinya akan terlihat keren
pula apabila merokok. Selain itu
ketika ia merokok setelah makan, ia
merasa hidupnya bernyawa Sembilan.
(AA; G; 27042014; P.228)

Subyek mengartikan bahwa merokok Faktor Internal :


merupakan identitas dan syarat yang Nilai
sah bagi seorang laki-laki. (AA; G;
27042014; P. 116)

Subyek pasrah dengan akibat dari Faktor Internal :


merokok karena dia merasa bahwa Nilai
merokok menurut kepercayaannya
diperbolehkan dan tidak berdosa.
(AA; G; 27042014; P. 133 - 135)

Berkali-kali subjek menuturkan Faktor Internal :


bahwa merokok sudah menjadi Kebutuhan
kebutuhan untuknya, bahkan juga
menjadi suatu kewajiban atau
keharusan yang harus ia lakukan
setelah makan sebagai pencuci mulut.
(AA; G; 27042014; P.199-200 & 228)

Subjek berpendapat bahwa perilaku Faktor Internal :


merokoknya ini cenderung lebih  Prasangka
banyak buruknya dari pada baiknya.  Keadaan fisik
Ia merasa perilaku tersebut buruk
karena memberikan dampak negatif
bagi keadaan fisiknya namun disisi
lain ia merasa perilaku merokok ini
baik untuknya karena hal itu
menyenangkan baginya. (AA; G;
27042014; P.220-222)

Subyek mengatakan bahwa dia biasa Faktor Eksternal :


saja saat melihat iklan rokok yang Informasi yang Diperoleh
berada di berbagai media dan dia juga
berlapang dada, tabah, dan tirakat.
Subyek menyadari bahwa apabila
seseorang merokok pasti akan
menyebabkan akibat tertentu. Subyek
menyadari bahwa merokok tidak baik
untuk badannya namun dia akan tetap
merokok karena merokok memiliki
rasa yang enak. (AA; G; 27042014; P.
111 - 113)

Subjek selalu merokok setiap kali Faktor Eksternal :


sehabis makan dan setelah bangun Intensitas
tidur karena ia merasakan kenikmatan
yang luar biasa apabila merokok pada
waktu-waktu tersebut. Namun ketika
mau tidur ia jarang sekali merokok.
Hanya ketika tidak bisa tidur saja dia
terkadang merokok. (AA & TPL; G;
27042014; P.229-230 &244-249)

Sejak dulu, rokok adalah suatu hal Faktor Eksternal :


yang tidak asing bagi subjek, sebab Familiar atau ketidakasingan suatu
orang-orang dilingkungannya, seperti objek
tetangga dan teman-temannya, baik
itu pria dan wanita, banyak yang
merokok. (AA; G; 27042014; P.174-
176 &179)

Subjek tidak merasa jengkel terhadap Faktor Internal :


orang yang menyuruhnya berhenti Prasangka
merokok atau melarangnya merokok.
Namun, menurutnya orang lain tidak
ada hak untuk melarang dan mengatur
hidupnya karena mereka tidak ikut
merawat atau membesarkannya. (AA;
G; 27042014; P.201-204)

b. Subjek D
Tabel 10. Display Data Berdasarkan Faktor Internal Subjek

Subtema Hasil
Sikap  subjek sering bolos sekolah pada saat subjek masih kelas
3 SMP, namun sudah jarang bolos sekolah ketika sudah
masuk SMA
 subjek tidak memiliki keinginan untuk merokok ketika
melihat ayahnya merokok.
 subjek pernah merokok di tempat yang tidak
diperbolehkan merokok
 sejak ditegur oleh security di Mall, subjek tidak lagi
merokok di "no smoking area". dan sejak itu pula subjek
akan menegur orang yang merokok di "no smoking area"
 subjek pernah mengajak temannya yang tidak merokok,
namun dia tidak memaksanya
 subjek melarang pacarnya untuk merokok
 setelah menjadi perokok aktif, subjek bersikap biasa saja
(acuh) terhadap orang yang merokok.
 setelah mengetahui bahaya rokok, subjek berusaha
mengurangi intensitas merokok.namun tidak bisa
berhenti.
 subjek menahan untuk tidak merokok ketika berada pada
acara keluarga atau berkumpul bersama keluarga.
 subjek bersikap biasa saja (acuh) ketika ada seseorang
yang menegurnya karena subjek yang masih kecil tapi
sudah merokok.
 subjek bersikap menjauh ketika asapnya mengganggu
orang disekitarnya.
 ketika sakit, subjek memilih untuk tidak merokok,
namun ketika kondisinya sudah mulai membaik subjek
kembali merokok.
 subjek memiliki keinginan untuk menuntut ilmu, namun
subjek sangat malas belajar, karena belajar membuatnya
pusing
Minat  setelah pulang sekolah, subjek biasanya langsung main
di markas (rumah temannya)
 subjek memiliki minat pada bidang olahraga seperti
futsal, balap motor, dan bidang fotografi
Motif  Awal mula subjek merokok adalah didasari oleh rasa
keinginan untuk mencoba setelah melihat orang
diparkiran yang merokok
 Situasi yang mendukung (sepi) membuat subjek dan
teman-temannya coba-coba untuk merokok
 Subjek sempat berhenti merokok, namun kembali
merokok karena ajakan teman
 Subjek merasa tidak enak di mulutnya apabila setelah
makan tidak merokok.
 Merokok dapat membantu subjek untuk mendapatkan
teman-teman yang lebih tua (dewasa) dari dirinya
 Orang tua dan adanya masalah pada diri subjek tidak
mempengaruhi keputusan subjek untuk merokok, tetapi
teman-teman subjeklah yang sangat berpengaruh
 Subjek cukup memiliki fasilitas (teman-teman subjek)
untuk bisa menikmati rokok meskipun subjek tidak
memiliki uang.
 Subjek pernah termotivasi untuk berhenti merokok agar
tidak cepat lelah ketika bermain futsal
Proses  Subjek pernah ketahuan merokok ketika SMP, sehingga
belajar/Pengalama dipukuli oleh ayahnya. subjek sangat kesal dengan
n tindakan ayahnya.
 Pada saat SD kelas 6, subjek mulai mencoba merokok
bersama teman-temannya setelah melihat orang-orang
di parkiran merokok
 Subjek pernah memiliki keinginan untuk berhenti
merokok, namun hal tersebut sangat sulit.
 Subjek pernah ditegur oleh security karena merokok di
"no smoking area".
 Ketika SMP, subjek pernah ketahuan merokok di kamar
mandi sekolah, sehingga orang tua subjek dipanggil
oleh BK
 Ketika kelas 3 SMP, subjek pernah berhenti merokok
dengan menghisap permen namun gagal.
Kondisi Fisik  subjek merasa bahwa merokok tidak berpengaruh secara
langsung terhadap kesehatannya
Harapan  subjek memiliki keinginan untuk berhenti merokok
karena cita-cita subjek yang ingin menjadi polisi
 subjek berencana berhenti merokok pada kelas 2 SMA
secara bertahap.
Kebutuhan

 Merokok sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi subjek.


Bahkan subjek lebih memilih membeli rokok dari pada
makan ketika tidak memiliki uang.
 Rokok seperti teman bagi subjek ketika subjek sedang
merasa galau dan kesepian

Nilai  Subjek menganggap lelaki yang tidak merokok seperti


banci.
Prasangka  Subjek merasa rokok tidak berdampak negative pada
prestasi akademiknya.
Perasaan  Subjek merasa sakit hati atas tindakan ayahnya yang
telah memukulnya
 Pertama kali subjek mencoba rokok, subjek merasakan
pahit di lidah, serak di tenggorokan, dan batuk karena
asap rokok tersebut, selanjutnya lama kelamaan subjek
menikmati rasa rokok yang enak.
 Subjek merasa mudah sesak ketika merokok pada saat
suasana hati dan pikirannya baik, namun ia merasa
pikirannya tenang dan terasa ringan ketika ia merokok
pada saat suasana hatinya tidak enak dan galau.
 Subjek merasa mulutnya terasa masam ketika menahan
diri untuk tidak merokok.

Table 11. Display Data Berdasarkan Faktor Eksternal Subjek

Subtema Hasil
Latar Belakang
Keluarga  Subjek adalah anak ke 2 dari tiga bersaudara,
subjek memiliki kakak dan adik perempuan.
Hubungan subjek dengan kedua saudaranya
tidak begitu dekat karena mereka jarang
berkumpul.
 Ayah subjek adalah perokok berat dan
berwatak keras namun ibu subjek adalah
orang yang penyabar.
 Hubungan subjek dengan kedua orang tuanya
tidak begitu dekat. Terutama dengan ayahnya.
 Ayah subjek bekerja di luar kota dan jarang
pulang ke rumah.
 Hubungannya dengan ayahnya semakin
renggang sejak subjek dipukuli oleh ayahnya
karena ketahuan merokok dan sering
membolos.
 Ayahnya sudah tidak mempedulikan subjek
lagi, namun ibu subjek masih perhatian
terhadap subjek meski mereka tidak begitu
dekat.
 Meski hubungan subjek dengan ayahnya tidak
begitu baik dan ayahnya tidak mendukung
aktivitas yang ia tekuni, namun ayah subjek
masih memfasilitasi dan memberikan uang
pada subjek.

Informasi yang
diperoleh  Subjek mengetahui bahaya dari rokok dari
pelajaran di sekolah namun tidak mendetail.

Intensitas

 Subjek biasanya merokok di tempat


tongkrongannya.
 Subjek merokok 10 batang per hari.
 Subjek bisa menghabiskan 1 pak rokok yang
dikonsumsi bersama setiap berkumpul dengan
teman-temannya.

Familiar/ketidak  Ayah subjek merokok


asingan suatu objek  Banyak orang di sekitar tempat subjek
memarkirkan sepedanya pada waktu SD
adalah perokok

Table 12. Persepsi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Subjek Terhadap
Perilaku Merokok.

Persepsi Subjek Terhadap Faktor yang mempengaruhi persepsi


Perilaku Merokok subjek
Subjek merasakan kenikmatan dari Faktor Internal :
merokok setelah makan.

 Motivasi
Faktor eksternal :
 Intensitas

Setelah awalnya mencoba-coba Faktor Internal :


merokok, akhirnya subjek merasa  Motivasi
ketagihan karena rasanya enak serta  Perasaan
adem di pikiran ketika sedang galau.
Subjek merasa tidak enak apabila Faktor Internal :
ada orang yang merokok di “no  Sikap
smoking area”. Subjek akan  Perasaan
menegur orang yang merokok di
tempat tersebut.
Menurut subjek, merokok bisa Faktor Internal :
digunakan untuk mencari atau  Motivasi
mendapatkan teman-teman yang
lebih dewasa atau lebih tua
dibanding dirinya.
Meskipun sudah mengetahui bahaya Faktor Internal :
dari rokok itu sendiri, hal ini tidak  Prasangka
mempengaruhi subjek untuk merasa
takut dan meninggalkan rokok.
Apabila subjek tidak merokok, Faktor Internal :
subjek merasakan sepet di  Perasaan
mulutnya, sehingga hal ini membuat
subjek memiliki keinginan untuk
merokok.
Subjek merasa orang laki-laki yang Faktor Internal :
tidak merokok seperti anak  Nilai
perempuan atau seperti banci.
Subjek menganggap rokok adalah Faktor internal :
seperti makanan sehari-hari, bahkan  Kebutuhan
apabila disuruh memilih, subjek
akan lebih memilih rokok.
Subjek merasa bahwa merokok Faktor Internal :
tidak berpengaruh secara langsung  Keadaan fisik
terhadap kesehatannya.
Menurutnya, merokok atau tidak
ketika sakit tidak ada bedanya, tidak
memperparah tidak juga
membuatnya cepat sembuh. Setelah
sakit kemudian ia merokok, hal
tersebut tidak membuat subjek
kembali sakit atau rasa sakitnya
bertambah parah. Namun ia
merasakan dampak rokok pada
staminanya ketika ia sedang
bermain futsal dimana ia tidak
sekuat teman-temannya dan mudah
lelah. Ia juga mengaku staminanya
semakin bagus ketika ia berhenti
merokok. (AA; D; 27042014; P.338
& 342).

4. Conclusion Drawing
Tabel 12. Perbandingan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Subjek
Faktor Subjek G Subjek D
Internal
 Sikap  Tetap merokok meskipun  Menahan merokok saat
bersama keluarga bersama keluarga
 Memilih untuk tidak merokok  Memilih untuk tidur
saat sakit daripada merokok saat
 Tetap merokok meskipun sakit
sudah mengetahui bahayanya  Setelah mengetahui
 Berkumpul bersama teman- bahayanya, berusaha
temannya diatas jam sembilan untuk mengurangi
malam setiap harinya dan merokok
tidak pulang kerumah apabila  Pernah merokok
sedang libur ditempat yang tidak
 Sudah pandai merokok diperbolehkan
semenjak pertama kali  Melarang pacarnya
mencobanya untuk merokok
 Merasa bahwa merokok tidak  Menjauh saat asap
menganggu belajarnya rokoknya mengganggu
 Tidak mengetahui manfaat orang disekitarnya
rokok namun tetap
menikmatinya
 Melarang dan menunjukkan
sikap tidak suka apabila
terdapat perempuan yang
merokok
 Minat  Memiliki hobi bermain futsal  Memiliki minat pada
 Berkumpul bersama teman- bidang olahraga seperti
temannya ditempat yang futsal, balap motor, dan
bernama Skenan bidang fotografi
 Berkumpul dirumah
temannya sepulang
sekolah

 Motif  Sempat berhenti merokok dan  Sempat berhenti


kembali merokok karena merokok dan kembali
disuruh oleh ayahnya setelah mendapatkan
 Keinginan merokok diawali ajakan dari temannya
saat melihat tetangganya yang  Keinginan merokok
merokok diawali setelah melihat
 Merokok dapat membuat orang diparkiran yang
subyek terlihat keren dan merokok
bergaya dihadapan orang lain  Merokok dapat
terutama perempuan membantu subjek untuk
 Pernah termotivasi untuk mendapatkan teman-
berhenti merokok agar kondisi teman yang lebih tua
fisiknya tidak melemah saat (dewasa) dari dirinya
bermain futsal  Pernah termotivasi
untuk berhenti merokok
agar tidak cepat lelah
ketika bermain futsal
 Memiliki teman-teman
yang dapat
membantunya untuk
memiliki rokok
meskipun tidak dapat
membelinya
 Keadaan Fisik  Merasa bahwa merokok  Merasa bahwa merokok
berdampak langsung pada tidak berpengaruh
kondisi fisiknya seperti sesak secara langsung
nafas dan giginya yang terhadap kesehatannya
nampak menguning
 Berusaha mengurangi dampak
dari rokok terhadap kondisi
fisiknya dengan meminum
soda dan makan tomat yang
dicampur garam
Kebutuhan Merokok sudah menjadi Rokok sudah menjadi
kebutuhan dan merupakan kebutuhan yang penting.
aktivitas yang WAJIB Bahkan lebih penting
dilakukan setelah makan membeli rokok dari pada
membeli makan ketika
tidak memiliki uang.
Pengalaman atau proses Pernah ditegur oleh security di Pernah ditegur oleh
belajar suatu tempat karena merokok security di suatu tempat
tidak pada tempatnya. karena merokok tidak
pada tempatnya.
Pernah berhenti merokok
selama 1 bulan saat kelas 1 Pernah mencoba berhenti
SMA. Namun setelah itu merokok ketika kelas 3
merokok kembali SMP dengan cara
memakan permen namun
gagal.
Berusaha berhenti merokok
namun tidak bisa karena sudah Berusaha berhenti
kecanduan. merokok namun tidak bisa
karena sudah kecanduan.
Awal ingin merokok saat kelas
4 SD karena melihat Awal merokok saat kelas
tetangganya yang sedang 6 SD, mencoba bersama
merokok. teman-temannya ketika
melihat orang-orang di
parkiran merokok.
Keinginan atau harapan Memiliki harapan untuk bisa Berencana berhenti
berhenti merokok namun dirasa merokok pada kelas 2
sangat sulit karena tidak bisa SMA karena bercita-cita
mengendalikan keinginannya menjadi Polisi.
untuk merokok, sehingga untuk
saat ini tidak memiliki rencana
untuk berhenti merokok dan
lebih memilih menjalaninya
seperti air mengalir.
Prasangka Sadar bahwa merokok Merasa bahwa merokok
cenderung lebih banyak tidak berdampak negative
buruknya namun tetap merasa terhadap prestasi
bahwa merokok baik untuknya akademiknya.
karena menyenangkan baginya.

Berdasarkan analisis data diatas bahwa terdapat kesamaan faktor-


faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi subjek, seperti pada
faktor internal adalah mengenai sikap subjek G yang melarang perempuan
untuk merokok, subjek D pun demikian ketika pacar subjek D ingin mencoba
rokok. Namun, terdapat perbedaan sikap ketika kedua subjek berada dalam
lingkungan keluarga, subjek G sudah biasa dan tetap merokok ketika berada
di lingkungan keluarganya (rumah), hal ini dikarenakan subjek G sudah
mendapatkan ijin dari kedua orang tuanya untuk merokok. Namun, sebaliknya
pada subjek D, sebisa mungkin subjek D menahan untuk tidak merokok ketika
sedang berkumpul dengan keluarganya. Hal ini karena kedua orang tua subjek
masih melarang subjek untuk merokok namun orang tua subjek sudah capek
untuk mengingatkan jadi dibiarkan saja. Terdapat kesamaan pula pada faktor
minat, subjek G menyukai futsal dan berkumpul bersama teman-temannya
begitu pula dengan subjek D. Subjek D juga menyukai balap motor, dan
fotografi. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan pada faktor motivasi
subjek G dan subjek D. Awal mula subjek G merokok adalah karena melihat
tetangganya merokok, sedangkan subjek D karena melihat orang-orang di
parkiran SD nya banyak yang merokok. Baik subjek G maupun subjek D
pernah berhenti merokok, namun kembali merokok lagi. Subjek G merokok
lagi karena tawaran dari ayah subjek G, sedangkan subjek D karena ajakan
teman-temannya. Keinginan subjek G untuk merokok adalah agar dapat
terlihat gaya dan keren dihadapan orang lain dan perempuan, sedangkan
subjek D merokok agar bisa mendapatkan teman-teman yang lebih tua
(dewasa). Subjek G dan subjek D pernah ingin berhenti merokok agar dapat
bermain futsal secara maksimal tanpa harus cepat lelah. Perbedaannya subjek
G berhasil sedangkan subjek D gagal. Subjek G merasa rokok dapat
mempengaruhi secara langsung kondisi fisiknya seperti sesak nafas dan
giginya yang menguning, hal ini membuat subjek mengambil inisiatif untuk
berusahan mengurangi dampaknya dengan cara-cara tertentu, sedangkan pada
subjek D merasa bahwa rokok tidak mempengaruhi kondisi fisiknya secara
langsung.
Sedangkan pada faktor eksternal banyak pula kesamaan dan
perbedaan faktor yang mempengaruhi persepsi mereka, seperti informasi yang
diperoleh pada subjek G tentang bahaya merokok pernah disampaikan oleh
pihak sekolah melalui sosialisasi tentang bahaya merokok dan penggunaan
NAPZA, sedangkan pada subjek D juga memperoleh informasi dari sekolah
melalui pelajaran yang diajarkan namun tidak mendetail. Subjek G memiliki
inisiatif untuk mencari solusi agar meminimalisir dampak dari merokok untuk
dirinya melalui internet, sedangkan pada subjek D tidak inisiatif tersebut.
untuk intensitas merokok, pada subjek G biasa merokok ketika berkumpul
dengan teman-teman dan setelah makan sama halnya dengan subjek D. Selain
merokok ketika kumpul bersama teman, subjek juga merokok setelah bangun
tidur dan ketika BAB. Dibandingkan dengan subjek D, berdasarkan waktu
merokok subjek G lebih intens. Pada ketidak asingan suatu objek, rokok
bukanlah hal yang asing di lingkungan kedua subjek. Lingkungan subjek G
banyak yang merupakan perokok baik pria maupun wanita, sedangkan pada
subjek D ayah subjek dan lingkungan SD tempat ia sekolah dulu juga banyak
yang merokok. Terdapat perbedaan latar belakang pada subjek G dan subjek
D, yakni subjek G merasa bahwa dia cukup dekat dengan keluarganya,
ayahnya yang sudah jarang merokok, ketika membeli rokok bahkan rokok
tersebut diberikan pada subjek G. Namun, berbeda dengan subjek D, dia tidak
begitu dekat dengan keluarganya namun ibu subjek D masih perhatian
terhadap subjek D, sedangkan ayah subjek sangat tidak menyukai kegiatan
yang sering dilakukan oleh subjek bersama dengan teman-temannya (balap
motor, nongkrong, konser musik), namun ayah subjek masih memfasilitasi
kegiatan subjek dalam hal materi.

Berdasarkan hasil analisis data , dapat diketahui bahwa kedua subjek


memiliki anggapan yang sama bahwa merokok sudah menjadi kebutuhan bagi
mereka. Pada subjek G, ia menuturkan bahwa “WAJIB” baginya untuk
merokok setelah selesai makan, karena ia merasakan kenikmatan yang luar
biasa apabila merokok pada waktu-waktu tersebut. Hal yang mirip juga terjadi
pada subjek D, subjek D bahkan lebih memilih untuk membeli rokok dari
pada makan ketika lapar dan tidak memiliki uang. Sehingga dapat dikatakan
rokok sudah seperti kebutuhan pokok mereka dan merokok sudah seperti
aktivitas wajib yang harus mereka lakukan sehari-hari.
Kedua subjek ini sama-sama mencoba merokok pertama kali ketika
duduk dibangku SD (Sekolah Dasar). Keinginan mereka untuk mencoba
rokok ketika itu pada intinya juga berasal dari hal yang sama. Subjek G ingin
merokok karena melihat tetangganya yang sedang merokok dan ia merasa
tetangganya terlihat sangat menikmati aktivitas tersebut, ia pun tertarik untuk
mencoba merokok secara diam-diam supaya tidak diketahui ibunya dan tidak
terkena marah. Sedangkan pada subjek D, ia mengaku bahwa pertama kali ia
merokok karena melihat banyak orang di parkiran daerah Sekolah nya yang
merokok dan terlihat sangat menikmati aktivitas tersebut, sehingga ia bersama
teman-temannya memiliki inisiatif untuk mencoba. Pada intinya mereka
mencoba merokok karena adanya proses belajar dari lingkungan sekitar.
Mereka sama-sama mengamati aktivitas tersebut, mempelajarinya, kemudian
mempraktekkannya.

Kedua subjek juga menuturkan bahwa mereka sudah pernah mencoba


untuk berhenti merokok, namun hal tersebut gagal. Subjek G, pernah berhasil
berhenti merokok selama 1 bulan pada saat duduk di bangku kelas 1 SMA,
sedangkan subjek D hanya pernah mencoba berhenti merokok saat duduk di
bangku kelas 3 SMP dengan cara memakan permen namun belum sampai
berhasil. Kedua subjek memiliki alasan yang sama mengapa saat itu mereka
ingin berhenti merokok. Sebab saat itu mereka sama-sama menggemari olah
raga Futsal dan merasakan dampak negative rokok ketika mereka sedang
bermain futsal, dimana stamina mereka lebih lemah dari pada teman-teman
mereka. Meski kedua subjek ini merasakan dampak negatef rokok terhadap
dirinya, namun kedua subjek tetap memiliki prasangka yang baik terhadap
rokok. Subjek G tetap beranggapan bahwa rokok baik untuknya karena
menyenangkan dan memberikan kenikmatan untuknya, sedangkan subjek D
memiliki prasangka bahwa merokok sama sekali tidak berdampak negative
pada prestasi akademiknya. Keengganannya untuk belajar dan membolos
bukan disebabkan oleh rokok tetapi disebabkan oleh factor lain. Pada intinya
disamping dampak negative dari rokok yang mereka rasakan, mereka tetap
memiliki prasangka baik terhadap rokok.

Kedua subjek ini sama-sama memiliki harapan untuk berhenti


merokok namun mereka merasa pesimis untuk mempu berhenti merokok,
karena mereka sama-sama tidak bisa mengendalikan keinginan mereka untuk
merokok. Sehingga subjek G tidak berencana untuk berhenti merokok dan
memilih menjalaninya seperti air mengalir. Ia menuturkan apabila bisa
berhenti merokok maka dia akan berhenti tetapi apabila tidak bisa berhenti
tidak apa-apa untuknya. Subjek G ini tidak memiliki keinginan yang kuat
untuk bisa berhenti merokok. Berbeda dengan Subjek D, ia memiliki rencana
untuk berhenti merokok pada saat duduk di bangku kelas 2 SMA dan ia
benar-benar ingin bertekad untuk itu sebab ia memiliki cita-cita untuk bisa
menjadi seorang polisi.

Tabel 13. Perbandingan Persepsi Subjek Terhadap Perilaku Merokok

Subjek G Subjek D
 Subjek selalu merokok setiap kali  Subjek merasakan kenikmatan dari
sehabis makan dan setelah bangun merokok setelah makan. (AA; D;
tidur karena ia merasakan 27042014; P. 120)
kenikmatan yang luar biasa apabila
merokok pada waktu-waktu
tersebut. Namun ketika mau tidur
ia jarang sekali merokok. Hanya
ketika tidak bisa tidur saja dia
terkadang merokok. (AA & TPL;
G; 27042014; P.229-230 &244-
249)
 Setelah awalnya mencoba-coba
 Ketika subjek sedang merasa galau, merokok, akhirnya subjek merasa
ia tidak merokok tetapi lebih ketagihan karena rasanya enak serta
memilih untuk tidur. (AA; G; adem di pikiran ketika sedang
27042014; P.144) galau. (AA; D; 27042014; P.
137&216)

 Subyek mengatakan bahwa dia  Meskipun sudah mengetahui


biasa saja saat melihat iklan rokok bahaya dari rokok itu sendiri, hal ini
yang berada di berbagai media dan tidak mempengaruhi subjek untuk
dia juga berlapang dada, tabah, dan merasa takut dan meninggalkan
tirakat. Subyek menyadari bahwa rokok. (AA; D; 27042014; P. 225)
apabila seseorang merokok pasti
akan menyebabkan akibat tertentu.
Subyek menyadari bahwa merokok
tidak baik untuk badannya namun
dia akan tetap merokok karena
merokok memiliki rasa yang enak.
(AA; G; 27042014; P. 111 - 113)

 Subyek merasa bahwa apabila  Apabila subjek tidak merokok,


dirinya tidak merokok maka akan subjek merasakan sepet di
hambar dan tidak bisa mulutnya, sehingga hal ini
mengungkapkan perasaan tersebut. membuat subjek memiliki
kemudian apabila dia merokok keinginan untuk merokok. (AA; D;
maka dia akan merasa memiliki 27042014; P. 233)
sembilan nyawa karena merasa
sangat menyenangkan apabila
melakukan kegiatan tersebut dan
dia juga tidak bisa mengungkapkan
perasaan tersebut. (AA; G;
27042014; P. 93-96)

 Subyek juga mengatakan bahwa


apabila laki-laki tidak merokok  Subjek merasa orang laki-laki yang
dianggap sebagai perempuan dan tidak merokok seperti anak
dia menyarankan untuk memakai perempuan atau seperti banci.( AA;
rok saja. (AA; G; 27042014; P. D; 27042014; P. 235&237).
115)
 Subyek mengartikan bahwa
merokok merupakan identitas dan
syarat yang sah bagi seorang laki-
laki. (AA; G; 27042014; P. 116)

 Subjek berpendapat bahwa perilaku  Subjek merasa bahwa merokok


merokoknya ini cenderung lebih tidak berpengaruh secara langsung
banyak buruknya dari pada terhadap kesehatannya.
baiknya. Ia merasa perilaku Menurutnya, merokok atau tidak
tersebut buruk karena memberikan ketika sakit tidak ada bedanya, tidak
dampak negatif bagi keadaan memperparah tidak juga
fisiknya namun disisi lain ia membuatnya cepat sembuh. Setelah
merasa perilaku merokok ini baik sakit kemudian ia merokok, hal
untuknya karena hal itu tersebut tidak membuat subjek
menyenangkan baginya. (AA; G; kembali sakit atau rasa sakitnya
27042014; P.220-222) bertambah parah. Namun ia
merasakan dampak rokok pada
staminanya ketika ia sedang
bermain futsal dimana ia tidak
sekuat teman-temannya dan mudah
lelah. Ia juga mengaku staminanya
semakin bagus ketika ia berhenti
merokok. (AA; D; 27042014; P.338
& 342)

 Subyek mengaku bahwa merokok


berguna sebagai pencuci mulut  Menurut subjek, merokok bisa
baginya. (AA; G; 27042014; P. 92) digunakan untuk mencari atau
 Subjek merasa orang yang mendapatkan teman-teman yang
merokok terlihat gaya dan keren, lebih dewasa atau lebih tua
sehingga ia merasa dirinya akan dibanding dirinya. (AA; D;
terlihat keren pula apabila 27042014; P. 209)
merokok. Selain itu ketika ia
merokok setelah makan, ia merasa
hidupnya bernyawa Sembilan.
(AA; G; 27042014; P.228)

 Subjek bersikap biasa saja apabila


ada orang yang merokok. Apalagi
apabila orang tersebut merokok di  Subjek merasa tidak enak apabila
tempat yang sudah disediakan ada orang yang merokok di “no
untuk merokok (smoking area), smoking area”. Subjek akan
namun ia menunjukkan sikap tidak menegur orang yang merokok di
setuju atau tidak suka pada orang tempat tersebut. (AA; D; 27042014;
yang merokok di tempat yang tidak P. 168 dan 170)
seharusnya untuk merokok. Ia
berpendapat bahwa orang tersebut
tidak memiliki otak dan pikiran.
(AA; G; 27042014; P.155-159)

 Subjek tidak merasa jengkel


terhadap orang yang menyuruhnya
berhenti merokok atau
melarangnya merokok. Namun,  Subjek bersikap biasa saja dan
menurutnya orang lain tidak ada tidak marah ketika ada orang tua
hak untuk melarang dan mengatur yang menegur dia karena dia
hidupnya karena mereka tidak ikut merokok, namun subjek akan
merawat atau membesarkannya. marah apabila dia dipukul. Dia
(AA; G; 27042014; P.201-204). sadar kalau dirinya salah namun,
cukup diberitahu atau ditegur
subjek sudah paham. (AA; D;
27042014; P. 241-245)
Berdasarkan perbandingan analisis persepsi subjek G dan subjek D terhadap
perilaku merokok, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan pula. Subjek G
merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika merokok setelah makan dan bangun
tidur, begitu pula dengan subjek D yang juga merasakan kenikmatan ketika merokok
sehabis makan. Ketika sedang merasa galau, subjek G tidak merokok, dan memilh
untuk tidur, berbeda dengan subjek D yang merasa adem dipikiran ketika merokok di
saat sedang galau. Subjek G mengetahui akan bahaya rokok dan menyadari itu tidak
baik untuk badannya, namun subjek G akan tetap merokok karena rasanya yang enak,
sam seperti subjek D yang tetap merokok meskipun sudah mengerti bahayanya.
Subjek G merasa hambar dan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata
ketika tidak merokok, sedangkan subjek D pun demikian dia merasakan sepet di
mulutnya ketika tidak merokok, hal ini yang akan membuatnya untuk terus merokok.

C. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja
yang merokok terhadap perilaku merokok.
D. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Pada penelitian ini menggunakan Rhizomatic validity merupakan
validitas yang mencoba untuk memberi gambaran bahwa tidak ada
peristiwa yang terjadi secara linear, namun dengan perhatian yang tinggi,
setiap peristiwa itu dapat dipahami dan dapat diungkap banyak cerita
sebagai kebenaranyang shahih Luther (Priskawati, 2012).
Dengan menggunakan Rhizomatic validity ini,maka dapat dielaskan
bahwa persepsi subjek terhadap perilaku merokok tidak terjadi secara
linier melainkan terbentuk berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi, yang berbeda pada setiap subjek. Kemudian dengan perhatian
yang tinggi, dapat dijelaskan bahwa kedua subjek memiliki nilai dan
motivasi tersendiri pada perilaku merokok, dimana subjek G menganggap
perilaku merokok merupakan sesuatu yang terlihat gaya dan keren
dihadapan para wanita, sedangkan subjek D melihat perilaku merokok
bisa digunakan untuk mendapatkan teman-teman yang lebih tua (dewasa).
Dengan menggunakan validitas ini, persepsi kedua subjek dapat
dipahami dan mengungkap bahwa persepsi bersifat konstruksi pribadi
yang mungkin berbeda pada setiap orang.

2. Reliabilitas
Pada penelitian ini menggunakan Synchronic reliability yang
merupakan relabilitas yang engacu pada kesesuaian data atau informasi di
setiap kegiatan pengumpulan data Luther (Priskawati, 2012). Karena pada
penelitian ini, peneliti mendapatkan data hasil wawancara dan data hasil
observasi. Hal tersebut dilakukan agar mencapai kesesuaian data.
Dari data-data tersebut, dibentuklah reduksi data yaitu sebuah proses
memilah data berdasarkan topik atau tema penelitian. Kemudian dilakukan
display data untuk menunjukkan ringkasan dan hubungan tema penelitian.
Dan yang terakhir adalah melakukan kesimpulan dan verifikasi yang
membantu dalam menjawab pertanyaan penelitian.
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan minimal 10 subjek,
mengingat penelitian ini adalah penelitian fenomenologis.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar menambah sumber data selain data primer,
yakni data sekunder untuk memperkuat data primer.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya memperkuat teori yang akan
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku :
Aditama, Tjandra Yoga. 2006. Rokok di Indonesia. Jakarta: UI Press
Papalia. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Edisi Sembilan.
Jakarta : Kencana.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: EGC.

Hurlock, E.B. 1994. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta:
Erlangga.
Referensi Jurnal :
Kwai, C., Buchanan, M., & Johnstone, L. 2003. New Zealand Adolescents’
Perception of Smoking and Social Policy Implications. Australian Marketing
Journal 11 (1).
Salawati, T., & Amalia, R. 2010. Perilaku Merokok di Kalangan Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Semarang (Smoking behaviour among students
in UNIMUS). Prosiding Seminar Nasional UNIMUS 2010.
Lestari, R., & Purwandari E. 2012. Perilaku Merokok Pada Remaja SMA/SMK di
Kota dan Luar Kota. Proceeding Temu Ilmiah Nasional VIII IPPI, Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Yogyakarta, 8-10
November.
Fawzani, N., & Triatnawati, A. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3
Perokok Berat). Makara, Kesehatan, Vol. 9, No.1, 15-22.
Amelia, A. 2009. Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi.
Tidak diterbitkan. Medan : Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Departemen Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles
diunduh pada tanggal 3 April 2014, pukul 13.15 WIB.
Anonim. Lagi-lagi Bahaya Merokok. Harian Republika, 2004 Juli 4 : 15.
Gillham B. Case Study Research Methods. London : Continuum, 2000 : 10.
Komalasari, D. & Helmi, AF. 2000. Factor-faktor Penyebab Perilaku Merokok pada
Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press.
Sirait, M.A. dkk (2001). Perilaku Merokok di Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sarafino, F.P. 1994. Health Psychology (2-nd Edition). New York : John Wiley &
Sons.
Step parents influence teenage smoking behavior. 2008. http://www.news-
medical.net/?d=35624 diakses pada tangal 2 April 2014, pukul 19.18 WIB.
Ogden, Jane. 2000. Health Psychology. Buckingham : Open University Press.
Lampiran Verbatim

Anda mungkin juga menyukai