Anda di halaman 1dari 6

Tabel : Ketentuan Mengingat

No Regulasi Analisis
1. Undang-Undang Republik (1) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
Tentang Penataan Ruang a.pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap
Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota dan kawasan strategis
kabupaten/kota;
b.pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota;
c.pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
kabupaten/kota; dan
d.kerja sama penataan ruang antar kabupaten/kota.
(2) Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota
dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a.perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b.pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c.pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota.

2. Undang Nomor 9 Tahun 2015 3) Rancangan Perda kabupaten/kota yang mengatur


tentang Perubahan Kedua atas tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD,
Undang-Undang Nomor 23 pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pajak
Tahun 2014 tentang daerah, retribusi daerah, dan tata ruang daerah
Pemerintahan Daerah harus mendapat evaluasi gubernur sebagai wakil
Pasal 245 ayat (3) Pemerintah Pusat sebelum ditetapkan oleh
bupati/wali kota.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 e. penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten
Tahun 2010 tentang tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten
Penyelenggaraan Penataan oleh bupati.
Ruang Pasal 33 huruf (e)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah memiliki


Tahun 2010 tentang Bentuk dan tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan dan
Tata Cara Peran Masyarakat pengawasan pelaksanaan peran masyarakat di bidang
Dalam Penataan Ruang penataan ruang sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 20 ayat (1)
5. Peraturan Presiden Nomor 45 (2) Pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita
Tahun 2011 tentang Rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
Tata Ruang Kawasan Perkotaan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati atau Walikota
Denpasar, Badung, Gianyar dan sesuai dengan kewenangannya.
Tabanan
Pasal 111 ayat (2)
6. Peraturan Presiden Nomor 45 Peran masyarakat dapat disampaikan kepada:
Tahun 2011 tentang Rencana a. menteri/pimpinan lembaga pemerintah non
Tata Ruang Kawasan Perkotaan kementerian terkait dengan penataan ruang;
Denpasar, Badung, Gianyar dan b. Gubernur; dan/atau
Tabanan c. Bupati atau Walikota.
Pasal 118 ayat (2) huruf c
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang
Nomor 50 Tahun 2009 tentang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat
Pedoman Koordinasi Penataan ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
Ruang Daerah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Pasal 1 angka 23 Penataan Ruang di Provinsi dan di Kabupaten/Kota
dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas
Gubernur dan Bupati/Walikota dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri (1)Penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pasal 2 di kabupaten/kota menjadi tugas dan
Pedoman Koordinasi Penataan tanggung jawab Bupati/Walikota.
Ruang Daerah (2)Bupati/Walikota dalam melaksanaan koordinasi
Pasal 13 penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), membentuk BKPRD Kabupaten/Kota.
(3) Susunan keanggotaan BKPRD Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Penanggung jawab : Bupati dan Wakil Bupati;
b. Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota;
c. Sekretaris : Kepala Bappeda Kabupaten/Kota;
d. Anggota : SKPD terkait penataan ruang yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri (1) BKPRD Kabupaten/Kota dalam
Nomor 50 Tahun 2009 tentang melaksanakan koordinasi penataan ruang
Pedoman Koordinasi Penataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2),
Ruang Daerah mempunyai tugas:
Pasal 14 a. Perencanaan tata ruang meliputi:
1. mengoordinasikan dan merumuskan
penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota;
2. memaduserasikan rencana pembangunan jangka
panjang dan menengah dengan rencana tata
ruang kabupaten/kota serta mempertimbangkan
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan
melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS);
3. mengintegrasikan, memaduserasikan, dan
mengharmonisasikan rencana tata ruang
kabupaten/kota dengan rencana tata ruang
wilayah nasional, rencana tata ruang
pulau/kepulauan, rencana tata ruang kawasan
strategis nasional, rencana tata ruang wilayah
provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis
provinsi, dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang berbatasan;
4. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang
kabupaten/kota dengan provinsi dan antar
kabupaten/kota yang berbatasan;
5. mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi
rancangan peraturan daerah tentang rencana tata
ruang kabupaten/kota kepada BKPRD Provinsi
dan BKPRN;
6. mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana
tata ruang kabupaten/kota ke provinsi;
7. mengoordinasikan proses penetapan rencana
tata ruang kabupaten/kota; dan
8. mengoptimalkan peran masyarakat dalam
perencanaan tata ruang.
b. Pemanfaatan ruang meliputi:
1. mengoordinasikan penanganan dan
penyelesaian permasalahan dalam pemanfaatan
ruang baik di kabupaten/kota, dan memberikan
pengarahan serta saran pemecahannya;
2. memberikan rekomendasi guna memecahkan
permasalahan dalam pemanfaatan ruang
kabupaten/kota;
3. memberikan informasi dan akses kepada
pengguna ruang terkait rencana tata ruang
kabupaten/kota;
4. menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk
layanan pada jajaran pemerintah, swasta, dan;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama
penataan ruang antar kabupaten/kota; dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam
pemanfaatan ruang.
c. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
1. mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi
sistem kabupaten/kota;
2. memberikan rekomendasi perizinan
pemanfaatan ruang kabupaten/kota;
3. melakukan identifikasi dalam pelaksanaan
insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang kabupaten/kota dengan
provinsi dan dengan kabupaten/kota terkait;
4. melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan
penataan ruang;
5. melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang untuk menjaga konsistensi
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang;
dan
6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.
(2).BKPRD Kabupaten/Kota menyelenggarakan
pertemuan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3
(tiga) bulan untuk menghasilkan rekomendasi
alternatif kebijakan penataan ruang.
(3).BKPRD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
BKPRD Kabupaten/Kota dan rekomendasi secara
berkala kepada Bupati/Walikota.
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri BKPRD Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas
Nomor 50 Tahun 2009 tentang sebagaimana dimaksud dalam
Pedoman Koordinasi Penataan Pasal 14 ayat (1), dapat :
Ruang Daerah a.menggunakan tenaga ahli yang diperlukan;
Pasal 15 b.membentuk Tim Teknis untuk menangani
penyelesaian masalah-masalah yang bersifat
khusus; dan
c.meminta bahan yang diperlukan dari SKPD
Kabupaten/Kota.
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Pembentukan BKPRD Kabupaten/Kota, Sekretariat
Nomor 50 Tahun 2009 tentang BKPRD Kabupaten/Kota, dan Kelompok Kerja
Pedoman Koordinasi Penataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 17
Ruang Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
Pasal 22
12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan
Nomor 16 Tahun 2009 tentang penataan ruang, pemerintah provinsi memberikan
Rencana Tata Ruang Wilayah kewenangan penyelenggaraan penataan ruang
Provinsi Bali kepada pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 131 ayat (2)
13. Peraturan Daerah Kabupaten Susunan organisasi dan tata kerja serta tugas BKPRD
Badung Nomor 26 Tahun 2013 Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tentang Rencana Tata Ruang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Wilayah Kabupaten Badung
Tahun 2013-2033
Pasal 110 Ayat (2)

Anda mungkin juga menyukai