MODULUS PUNTIR
BAB I
PENDAHULUAN
MODULUS PUNTIR
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum ( TIU )
1. Kami dapat memahami peristiwa puntiran pada batang akibat
momen puntir.
2. Kami dapat menetapkan konsep dari azas-azas fisika tentang
momen puntir.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )
1. Kami dapat mengamati sudut puntir pada batang akibat dari
pengaruh momen puntir.
2. Kami dapat menentukan shear modulus dari berbagai jenis
logam.
3. Kami dapat menggambarkan grafik hubungan anatar sudut
puntir (Ɵ) dan panjang (L).
MODULUS PUNTIR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MODULUS PUNTIR
dengan pertolongan katrol diberi beban maka roda itu akan meghasilkan
momen M terhadap batang.
Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan pembagian
skala S dapat dibaca sudut puntiran batang. nilai α dihitung dalam
derajat. Sehingga tidak perlu di konversikan ke dalam satuan rad.
Dalam pembahasan sebelumnya, benda yang mendapatkan gaya
diidealkan sebagai benda tegar, tidak mengalami perubahan bentuk bila
mendapat gaya. Sesungguhnya benda mengalami perubahan bentuk saat
mendapatkan gaya. Pada bagian ini akan dibahas tentang hubungan
perubahan bentuk tersebut dengan gaya yang menyebabkannya.
Gambar di atas melukiskan suatu batang yang mempunyai
penampang serbasama ditarik dengan gaya F pada kedua sisinya. Batang
dalam keadaan tertarik. Bila dibuat irisan di batang (gambar b) yang
tidak dekat ujung batang, maka pada irisan tadi terdapat tarikan dengan
gaya F yang merata di penampang batang (sistem dalam keadaan
seimbang). Dari sini dapat didefinisikan tegangan di irirsan tersebut
sebagai perbandingan antara gaya F dengan luas penampang A.
Bila gaya diberikan pada balok tersebut memberikan tegangan tarik,
maka balok tersebut juga mengalami perubahan bentuk yang disebut
regangan. Bagian pertama (O - a) tegangan sebanding dengan regangan,
a adalah batas proporsional tersebut. Dari a sampai b tidak sebanding
lagi, tetapi bila beban diambil, kurva akan kembali ke titik a lagi.Titik a
sampai b masih bersifat elastik dan b adalah batas elastik. Bila beban di
ambil setelah melewati b, misal di c, kurva tidak kembali ke b tetepi
kembali melellui garis tipis. Sehingga panjang tanpa tegangan menjadi
lebih besar dari semula. Bila beban ditambah terus sampai patah di d, d
disebut titik patah. Bila b sampai d cukup besar, bahan tersebut bersifat
ulet, tetapi kalau sangat pendek disebut rapuh.
Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi pada zat
padat. Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan
torsi yang tegak lurus terhadap diameter material tersebut pada kedua
ujungnya secara berlawanan. Salah satu hal yang berpengaruh pada
USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM
03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MODULUS PUNTIR
Vt = V 0 – gt................................................................................(2.2.4)
Dimana :
Vt = Kecepatan Akhir (m/s).
V0 = Kecepatan Awal (m/s)
G = Gravitasi (m/s2).
MODULUS PUNTIR
T = Waktu (s)
Kecepatan akhirnya:
Vt 2 = Vo2 - 2gt ...........................................................................
(2.2.5)
Dimana :
Vt = Kecepatan Akhir (m/s).
V0 = Kecepatan Awal (m/s).
G = Gravitasi (m/s2).
T = Waktu (s).
Sebuah benda yang bekerja pada batang katrol, digunakan pada
sebuah katrol dengan menggunakan seutas tali sehingga benda
membentuk gaya ke atas lalu terjadi perubahan sudut.
Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami
perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri.
Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada
penampang balok cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena
kohesi maka bahan akan melawan pergeseran tersebut sehingga
timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan timbul
kerutan kerutan berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini
menunjukkan garis geseran yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang
kapur tulis yang dipuntir pada sumbu memanjang, kapur akan terputus,
bidang patahan adalah bidang geser puntir.
Salah satu batang di jepit keras-keras di T, ujung lainya bebas
berputar dan pada badanya di pasang keras-keras roda p, maka roda itu
akan menghasilkan momen M terhadap batang. Dengan jarum penunjuk
yang melekat pada batang dan pembagian skala s dapat di baca sudut
puntiran batang, maka modulus puntir dapat di hitung dari:
G = (2.m.l)/(π.θ.R^4 ) …………….......................................... (2.2.6)
Dimana :
G = Modulus Puntir. (Pa)
MODULUS PUNTIR
MODULUS PUNTIR
langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau
mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang
diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya
pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal
dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal
geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau
mengecil dan menghasilkan regangan normal; atau lapisan-lapisan bahan
dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan regangan
geser.
Karena regangan hanya merupakan bilangan satuan modulus yang
sama seperti satuan tegangan, yaitu gaya persatuan luas. Tegangan
biasanya dinyatakan dalam pound per inci kuadrat atau dyne persenti
meter kuadrat.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang
bersangkutan penting perananya dalam cabang fisika yang disebut teori
elastisitas pada kekuatan bahan dibidang enginering. Apabila suatu jenis
tegangan diluaskan grafiknya terdapat regangannya akan ternyata bahwa
diagram tegangan yang diperoleh akan berbeda-beda bentuknya menurut
jenis bahanya. Dua bahan yang termasuk jenis bahan yang sangat penting
dalam ilmu dan teknologi dewasa ini ialah logam dan karet yang
divulkanisir, hubungan prororsional antara tegangan dan regangan dalam
hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan sifat elastis dan titik lainya
dinamakan batas elastis.
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada poros pejal maupun
poros berlubang dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin akan
mencapai titik lelah geser dari bahan bagian luar. Ini adalah batas
maksimum untuk momen puntir elastis dan dinyatakan dengan Te.
Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan tercapainya titik-
titik lelah pada bahan untuk posisi lapis yang semakin kedalam, sampai
MODULUS PUNTIR
MODULUS PUNTIR
MODULUS PUNTIR
MODULUS PUNTIR
2. Jangka sorong.
MODULUS PUNTIR
3. Milimeter sekrup.
4. Rol meter.
MODULUS PUNTIR
6. Neraca analitik
MODULUS PUNTIR
BAB IV
TABEL PENGAMATAN
MODULUS PUNTIR