Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam eksperimen ini, praktikan akan melakukan percobaan


mengenai modulus puntir pada suatu material. Dari modulus puntir
tersebut, praktikan akan dapat memahami sifat elastisitas bahan dan
momen gaya yang bekerja, serta dapat memprediksi bahan yang
terkandung dari material tersebut.
Suatu batang yang ditarik oleh suatu gaya dikatakan berada di bawah
tegangan meregang (tensile strees), sedangkan apabila tekanan menekan
maka benda berada di bawah tekanan menekan (compressive strees) yang
merupakan lawan dari gaya meregang. Apabila suatu benda diberi gaya
yang sama tetapi arahnya berlawan dan tidak segaris maka benda tersebut
berada di bawah tegangan memuntir (shear strees).
Modulus puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan
besaran tegangan tarik dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah
perbandingan anatara tegangan geser dan regangan geser. Modulus puntir
sangat penting dalam ilmu fisika karena dengan mempelajarinya, di
harapkan kemudian kita bisa menggunakannya untuk menentukan nilai
kelastisan dari sebuah benda (objek studi).
Suatu material dapat dikarakterisasi dengan cara diberikan suatu
gaya kemudian ditentukan ketahannya terhadap gaya tersebut. Gaya yang
diberikan dapat menekan benda, menarik benda ataupun memuntir
benda. Jika benda dikenai gaya yang arahnya sejajar dengan permukaan
benda dan arah gaya searah permukaan, maka akan didapatkan tahanan
regangan. Kemudian ketika suatu gaya yang diberikan tagk lurus
terhadap garis normal permukaan benda, maka akan didapatkan tahan
puntiran.
Prinsip prinsip tersebut telah di rumuskan secara sistematik dan
percobaan ini dilakukan untuk menerapkan kembali rumusan/teori yang
telah ada dalam kasus kasus yang sederhana agar praktikan lebih cepat
memahami rumusan atau teori tadi.

Tegangan tersebut yang disebabkan oleh penyimpang penyimpang


yang disebut dalam pengandaian diatas adalaha tegangan geser yang
terletak pada bidang yang sejajar dengan irisan yang di ambil tegak lurus
terhadap batang. Meskipun kita sering menjumpai peristiwa tersebut.

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksi Umum ( TIU )
1. Kami dapat memahami peristiwa puntiran pada batang akibat
momen puntir.
2. Kami dapat menetapkan konsep dari azas-azas fisika tentang
momen puntir.
1.2.2 Tujuan Instruksi Khusus ( TIK )
1. Kami dapat mengamati sudut puntir pada batang akibat dari
pengaruh momen puntir.
2. Kami dapat menentukan shear modulus dari berbagai jenis
logam.
3. Kami dapat menggambarkan grafik hubungan anatar sudut
puntir (Ɵ) dan panjang (L).

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar

Dalam bahasa fisisnya, modulus puntir adalah gaya yang dibberikan


persatuan luas penampang dengan luas yang sejajar dengan vektor gaya
yang di terapkan. Bentuk persamaannya adala
F Lo
G = x ...................................................................................
A ∆L
(2.2.1)
Dimana :
∆L = Pertambahan panjang (m).
LO = Panjang mula mula (m).
A = Luas dari permukaan (cm2).
F = Gaya yang bekerja (N).
G = Modulus puntir (Pa).
Untuk material yang berbentuk silinder, konsep dari tegangan
memuntir tetap sama. Hanya saja, dalam perumusannya digunakan
variabel variabel baru yang terdapat pada silinder. Gejala puntiran pada
silinder diskemakan dengan gambar berikut.

Gambar 2.2.1 Skema puntiran pada material berbentuk silinder

Salah satu ujung batang di jepit keras – keras di T, sedangkan ujung


lainnya dibiarkan bebas berputar dan dipasangi erat roda P. Jika roda

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

dengan pertolongan katrol diberi beban maka roda itu akan meghasilkan
momen M terhadap batang.
Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan pembagian
skala S dapat dibaca sudut puntiran batang. nilai α dihitung dalam
derajat. Sehingga tidak perlu di konversikan ke dalam satuan rad.
Dalam pembahasan sebelumnya, benda yang mendapatkan gaya
diidealkan sebagai benda tegar, tidak mengalami perubahan bentuk bila
mendapat gaya. Sesungguhnya benda mengalami perubahan bentuk saat
mendapatkan gaya. Pada bagian ini akan dibahas tentang hubungan
perubahan bentuk tersebut dengan gaya yang menyebabkannya.
Gambar di atas melukiskan suatu batang yang mempunyai
penampang serbasama ditarik dengan gaya F pada kedua sisinya. Batang
dalam keadaan tertarik. Bila dibuat irisan di batang (gambar b) yang
tidak dekat ujung batang, maka pada irisan tadi terdapat tarikan dengan
gaya F yang merata di penampang batang (sistem dalam keadaan
seimbang). Dari sini dapat didefinisikan tegangan di irirsan tersebut
sebagai perbandingan antara gaya F dengan luas penampang A.
Bila gaya diberikan pada balok tersebut memberikan tegangan tarik,
maka balok tersebut juga mengalami perubahan bentuk yang disebut
regangan. Bagian pertama (O - a) tegangan sebanding dengan regangan,
a adalah batas proporsional tersebut. Dari a sampai b tidak sebanding
lagi, tetapi bila beban diambil, kurva akan kembali ke titik a lagi.Titik a
sampai b masih bersifat elastik dan b adalah batas elastik. Bila beban di
ambil setelah melewati b,  misal di c, kurva tidak kembali ke b tetepi
kembali melellui garis tipis. Sehingga panjang tanpa tegangan menjadi
lebih besar dari semula. Bila beban ditambah terus sampai patah di d, d
disebut titik patah. Bila b sampai d cukup besar, bahan tersebut bersifat
ulet, tetapi kalau sangat pendek disebut rapuh.

Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi pada zat
padat. Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan
torsi  yang tegak lurus terhadap diameter material tersebut pada kedua
ujungnya secara berlawanan. Salah satu hal yang berpengaruh pada
USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM
03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

percobaan ini adalah gravitasi, karena berkaitan dengan berat (massa),


lalu hukum yang menyatakan gaya tarik benda atau gaya tarik menarik
benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat dengan kedua benda tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau modulus
punter.
Vt 2  =Vo2   -2gt..............................................................................
(2.2.2)
Dimana :
Vt = Kecepatan Akhir (m/s).
V0 = Kecepatan Awal (m/s).
G = Gravitasi (m/s2).
T = Waktu (s).
Berkaitan dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke
atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa m dari benda juga oleh
gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan nol.
S = v . t ......................................................................................(2.2.3)
Dimana :
S = Perpindahan (m).
V = Kecepatan / Kelajuan (m/s).
T = Waktu (s).
Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda
dalam hal ini arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas
menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang berlawanan dengan arah
gravitasi. Besarnya suatu gaya normal sangat bergantung dengan
besarnya gaya gravitasi suatu benda. Kecepatannya adalah sebesar :

Vt = V 0  – gt................................................................................(2.2.4)
Dimana :
Vt = Kecepatan Akhir (m/s).
V0 = Kecepatan Awal (m/s)
G = Gravitasi (m/s2).

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

T = Waktu (s)
Kecepatan akhirnya:
Vt 2  = Vo2   - 2gt ...........................................................................
(2.2.5)
Dimana :
Vt = Kecepatan Akhir (m/s).
V0 = Kecepatan Awal (m/s).
G = Gravitasi (m/s2).
T = Waktu (s).
Sebuah benda yang bekerja pada batang katrol, digunakan pada
sebuah katrol dengan menggunakan seutas tali sehingga benda
membentuk gaya ke atas lalu terjadi perubahan sudut.
Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami
perputaran terhadap sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan
oleh beban dengan titik kerja yang tidak terletak pada sumbu simetri. 
Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada
penampang balok cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena
kohesi maka bahan akan melawan pergeseran tersebut sehingga
timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan timbul
kerutan kerutan berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini
menunjukkan garis geseran yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang
kapur tulis yang dipuntir pada sumbu memanjang, kapur akan terputus,
bidang patahan adalah bidang geser puntir.
Salah satu batang di jepit keras-keras di T, ujung lainya bebas
berputar dan pada badanya di pasang keras-keras roda p, maka roda itu
akan menghasilkan momen M terhadap batang. Dengan jarum penunjuk
yang melekat pada batang dan pembagian skala s dapat di baca sudut
puntiran batang, maka modulus puntir dapat di hitung dari:
G = (2.m.l)/(π.θ.R^4 ) …………….......................................... (2.2.6)
Dimana :
G = Modulus Puntir. (Pa)

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

l = Panjang batang yang dipuntir (m).


g = Gaya gravitasi (m/s2).
r = Jari-jari roda P (m).
m = Massa beban (kg).
a = Sudut puntiran dalam derajat (0).
G = (360.g.r.l.m)/(π^2.a^2.R^2 )…...........................................(2.2.7)
Dimana :
G = Modulus Puntir (Pa).
l = Panjang batang yang dipuntir (m).
g = Gaya gravitasi (m/s2).
r = Jari-jari roda P (m).
m = Massa beban (kg).
a = Sudut puntiran dalam derajat (0).
Mengenai jari-jari yang dihitung tersebut ada dua, yaitu jari-jari luar
sehingga untuk menentukan jari-jari luarnya dikurangi jari-jari dalam,
dan momen gaya yang bekerja pada batang ini mempunyai banyak
momen gaya.
Suatu poros dijepit di salah satu ujungnya, ujung lainnya bebas, dan
dibebani dengan momen putir secara seragam disepanjang poros dengan
besar tper satuan panjang.
Momen puntir per unit panjang dinyatakan dengan t, dan
koordinat xmempunyai origin disebelah kiri. Diagram porsi batang ujung
sebelah kiri dan bagian x. Suatu elemen dengan panjang dx kita akan
menentukan sudut putar pada elemen silinder dengan panjang dx ini.
Untuk kesetimbangan momen terhadap sumbu batang, suatu momen
puntir tx bekerja pada bagian sebelah kanan bagian. Momen puntir tx ini
menyebabkan elemen sepanjang dx terpuntir dengan sudut putar. Total
putaran pada ujung sebelah kiri diperoleh dengan integrasi keseluruhan
elemen sedemikian. Modulus Geser didefinisikan sebagi perbandingan
tegangan geser dan regangan geser.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak
lurus pada bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau
mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang
diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya
pada elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam
keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal
dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal
geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut
regangan. Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau
mengecil dan menghasilkan regangan normal; atau lapisan-lapisan bahan
dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan regangan
geser.
Karena regangan hanya merupakan bilangan satuan modulus yang
sama seperti satuan tegangan, yaitu gaya persatuan luas. Tegangan
biasanya dinyatakan dalam pound per inci kuadrat atau dyne persenti
meter kuadrat.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang
bersangkutan penting perananya dalam cabang fisika yang disebut teori
elastisitas pada kekuatan bahan dibidang enginering. Apabila suatu jenis
tegangan diluaskan grafiknya terdapat regangannya akan ternyata bahwa
diagram tegangan yang diperoleh akan berbeda-beda bentuknya menurut
jenis bahanya. Dua bahan yang termasuk jenis bahan yang sangat penting
dalam ilmu dan teknologi dewasa ini ialah logam dan karet yang
divulkanisir, hubungan prororsional antara tegangan dan regangan dalam
hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan sifat elastis dan titik lainya
dinamakan batas elastis.
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada poros pejal maupun
poros berlubang dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin akan
mencapai titik lelah geser dari bahan bagian luar. Ini adalah batas
maksimum untuk momen puntir elastis dan dinyatakan dengan Te.
Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan tercapainya titik-
titik lelah pada bahan untuk posisi lapis yang semakin kedalam, sampai

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

keseluruhan lapisan bahan mencapai titik lelahnya dan ini menunjukkan


terjadinya momen puntir plastis penuh (fully plastic twisting moment) Tp.
Kita tidak bicarakan tegangan yang lebih besar dari batas titik lelah,
karena ini adalah batas momen puntir yang dapat diberikan oleh poros.
Dari hasil beberapa pengujian diperoleh bahwa Tp = 4/3(Te).
Terdapat banyak peneliti yang melakukan studi tentang besarnya
nilai modulus geser maksimum (Gmax). Dan banyak parameter yang
akan mempengaruhi besarnya nilai modulus geser maksimum (Gmax),
yang paling utama adalah jenis tanah (lempung atau pasir), effective
confining preassure, void ratio (e), dan derajat konsolidasi. Hardin dan
Black (1969) mengusulkan suatu rumus yang dipakai untuk menghitung
nilai modulus. Ada beberapa model yang mencoba meramalkan modulus
geser logam (dan juga alloy). Model-model modulus geser yang sudah
digunakan dalam komputasi aliran plastik termasuk:

1. Model modulus geser MTS yang dikembangkan oleh dan


digunakan dalam hubungan dengan model tegangan aliran plastik
"Mechanical Threshold Stress" (MTS).
2. Model modulus geser "Steinberg-Cochran-Guinan" (SCG) yang
dikembangkan oleh dan digunakan dalam hubungan dengan model
tegangan aliran "Steinberg-Cochran-Guinan-Lund" (SCGL).
Model modulus geser "Nadal and LePoac" (NP) yang menggunakan teori
Lindemann untuk menentukan ketergantungan akan suhu dan model
SCG untuk ketergantungan akan tekanan dari modulus geser.
Karena dirasa penting bagi mahasiswa untuk mengetahui dan
menguasainya, maka dilakukanlah sebuah praktikum untuk
memperdalam
materi fisika tentang modulus puntir.
Selanjutnya, untuk melengkapi praktikum tersebut, disusunlah
laporan praktikum tersebut. Laporan praktikum bertujuan pula untuk
pemahaman secara lebih sistematis mengenai percobaan yang dilakukan
pada praktik modulus puntir tersebut. Isi dari laporan ini antara lain

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

adalah pendahuluan yang berisi landasan awal mengenai praktik tersebut


serta metode praktikum yang dilakukan untuk mendapatkan data – data
yang bersifat kuantitatif melalui percobaan secara sistematis dan
terkontrol. Pada pembahasan selanjutnya, secara garis besar, laporan ini
berisikan pembahasan mengenai cara menganalisa suatu data melalui
aplikasinya terhadap rumus yang telah diberikan untuk kemudian
dijabarkan melalui suatu bentuk grafik. Pada pembahasan terakhir
dipaparkan sedikit kesimpulan mengenai hasil akhir percobaan. Tujuan
lain dari laporan ini adalah memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
fisika dasar.
Pembuatan Alat Praktikum Modulus Puntir ini tidak membutuhkan
waktu yang terlalu lama, namun dalam pengambilan data dan
perhitungannya lah yang membutuhkan kesabaran dalam pengerjaannya.
Batang yang saya Gunakan dalam Praktikum adalah batang silinder dari
logam kuningan dan besi, untuk logam jenis lain tidak saya gunakan
karena kesulitan dalam mendapatkannya.
Kegiatan praktikum selalu dilakukan kegiatan pengukuran.
Pengukuran merupakan pengumpulan informasi, dengan melakukan
pengumpulan dapat diperoleh besarnya suatu besaran, dan juga diperoleh
bukti yang kuantitatif. Namun dalam pengamatan suatu gejala pada
umumnya belum lengkap jika belum memberikan informasi yang
kuantitatif, sehingga untuk memperoleh informasi tersebut memerlukan
pengukuran suatu sifat fisis.
Bila sebatang logam pejal dengan panjang L dan jari-jari R, salah
satu ujungnya dijepit dan ujung yang lain dipuntir dengan gaya F, maka
akan terjadi simpangan atau pergeseran sebesar α˚ (lihat gambar )

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

Gambar 2.2.2 alat modulus punter

Besar pergeseran (α˚) untuk setiap logam berbeda-beda, tergantung


koefisien kekenyalannya. Hubungan tersebut dinyatakan sebagai berikut :
360˚ L ·m · g · r
G= ………………….….….................................
π 2 R 4 α˚
(4.3.7)
Dimana :
G = Modulus Puntir (Pa).
l = Panjang batang yang dipuntir (m).
g = Gaya gravitasi (m/s2).
r = Jari-jari roda P (m).
m = Massa beban (kg).
a = Sudut puntiran dalam derajat (0).
a) Modulus Geser atau adalah bilangan yag menggambarkan
perubahan benda yang elastis, atau suatu konstanta yang
menyatakan besarnya gaya yang diperlukan untuk memuntir suatu
bahan per satuan luar tiap satu derajat.
b) Modulus Young adalah perbandingan regangan terhadap regangan
ke satu arah.
c) Modulus Bulk adalah perbandingan regangan terhadap regangan ke
segala arah.
Mendapatkan modulus elastisitas bukan cuma uji tarik. Uji
tekuk (bending) lebih akurat dalam penentuannya karena pada uji
tersebut mesinnya lebih sedikit menerima gaya daripada uji tarik.
Modulus elastisitas atau disebut juga Modulus Young menyatakan
tingkat kekakuan bahan. Dirumuskan dalam perbandingan antara
tegangan yang mampu ditahan suatu bahan sebelum mengalami
deformasi plastis terhadap regangan saat yield point terjadi. Modulus
elastisitas merupakan salah satu sifat bahan yang dapat diperoleh
USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM
03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

dari uji tarik.. Deformasi Elastis Besarnya bahan mengalami


deformasi atau regangan bergantung kepada besarnya tegangan.
Pada sebagian besar metal, tegangan dan regangan adalah
proporsional dengan hubungan : E = modulus elastistas atau modulus
young Dikenal dengan HUKUM HOOKE Untuk logam harga E : 4,5
X 104 mpa S/D 40,7 X 104Mpa. Bahan disebut mengalami
DEFORMASI ELASTIS Jika tegangan dan regangan besarnya
proporsional. Deformasi elastis adalah tidak permanent, artinya jika
beban dilepaskan maka bahan kembali ke bentuk semula. Deformasi
Elastis Non Linear Modulus elastisitas dicari dengan modulus tangen
atau modulus secant. dalam skala atom, deformasi elastis adalah
perubahan jarak antar atom.
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

1. Peralatan torsi satu set.

2. Jangka sorong.

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

3. Milimeter sekrup.

4. Rol meter.

5. Beban pemberat satu set.

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

6. Neraca analitik

3.1.1 Prosedur Kerja

Mula-mula kami menimbang massa beban, lalu kami


mengukur diameter roda (puly) secara vertika, horizontal dan
diagonal dan kami mengukur diameter batang logam, setelah itu
kami mengatur skala pada busur derajat hingga jarumnya tepat
berada di tenga,kemudian kami memasang beban pada roda dan
mengukur beban yang tercipta, kami menyetel kembali panjang
batang sesuai ukuran yang ditentukan.

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

BAB IV
TABEL PENGAMATAN

4.1 Tabel Pengamatan

NO Diameter Puly Diameter Keterangan


Luar (m) Dalam (m)
Bidang (m)
1 0,1442 m 0,002 m 0,00445 m
2 0,1441 m 0,00225 m 0,00445 m
3 0,1444 m 0,00225 m 0,00445 m

4.2 Tabel Beban Tetap, Panjang Batang Berubah


NO W Tetap (Kg) L Berubah (M) θ1 θ2
°
1 4,05 kg 0,10 m 20 5°
2 4,05 kg 0,20 cm 17° 5°
3 4,05 kg 0,30 cm 14 ° 8°

4.3 Tabel Beban Tetap, Panjang Batang Berubah


NO W Tetap (Kg) L Berubah (M) θ1 θ2
°
1 1 kg 0,35 m 5 3°
2 2,056 kg 0,35 m 6° 3°
3 3,056 kg 0,35 m 10° 5°
Kelompok : 2B
NAMA STAMBUK

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
LABORATORIUM FISIKA DASAR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MODULUS PUNTIR

1. MUH. FIKRI IRSYAM 031 2018 0027


2. MUH.GUFRAN LAMALANI 031 2018 0034

Makassar,08 November 2018


ASISTEN

( USMAN HAYA UMAR )

USMAN HAYA UMAR MUH. FIKRI IRSYAM


03120180027

Anda mungkin juga menyukai