Anda di halaman 1dari 35

2.

2 Konsep Dasar Persalinan

2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai

dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks

secara progesif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (Ari Sulistyawati, 2010, Hal:

4)

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan

dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan

kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus

meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk

pengeluaran janin dari rahim ibu. (Rohani, 2011, Hal: 2)

Menurut Asrinah, dkk, Tahapan persalinan di bagi menjadi :

a. Kala 1 (Satu) Persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap(10

cm). Kala 1 (satu) persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase

aktif.

1) Fase laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan

pembukaan serviks secara bertahap.

b) Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm

c) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

2) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase yakni:

a) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam pebukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat cepat, dari

4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi

Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan

dari 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.

Pada primi, berlangsung selama 12 jam dan pada multigravida sekitar

8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm per jam (nulipara atau

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

b. Kala II (dua) persalinan

Persalinan kala II (dua) di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10

cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II (dua) juga disebut sebagai kala

pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II (dua) ditentukan melalui pemeriksaan

dalam yang hasilnya adalah:

1) Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), atau,

2) Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.


c. Kala III (tiga) persalinan

Persalinan kala III di mulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan

lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit.

d. Kala IV (empat) persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post

partum. (Asrinah, 2010, Hal: 4)

Tujuan Asuhan Persalinan

Menurut JNPK-KR (2007) asuhan persalinan normal bertujuan

menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu

dan bayinya dengan upaya terintegrasi dan lengkap serta intervensi seminimal

mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayan terjaga dengan optimal. (JNPK-

KR, 2007, Hal: 3)

2.2.2. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Persalinan

a. Perubahan Fisiologis Pada Kala I

1) Sistem Reproduksi

Kala 1 dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai dengan

perubahan serviks secara progesif dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap.

Pada kala I persalinan terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita,

diantaranya adalah sebagai berikut.

a) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahmin (SBR)


Sejak kehamilan lanjut, uterus terbagi menjadi 2 bagian yaitu segmen atas

rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari

isthmus uteri. SAR memegang peranan aktif karena berkontraksi dan dinding nya

bertambah tebal seiring majunya persalinan. Sebaliknya SBR memegang peranan

pasif, akan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang.

Jadi secara singkat, saat SAR berkontraksi, ia akan menjadi tebal dan

mendorong janin keluar, sedangkan SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan

dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.

b) Perubahan bentuk rahmin (uterus)

Uterus terdiri atas dua komponen fungsional utama yaitu miometrium dan

serviks. Berikut ini akan dibahas tentang kedua komponen fungsional dengan

perubahan yang terjadi pada kedua komponen tersebut.

(a) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan

serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan

sangat unik karena kontraksi ini merupakan kontraksi otot yang menimbulkan rasa

yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja dibawah kontrol

saraf dan bersifat intermitten, yang memberikan keuntungan berupa adanya periode

istirahat/relaksasi diantara dua kontraksi.

c) Perubahan pada serviks

Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditandai

dengan perubahan serviks secara pogresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks

lengkap. Kala ini dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan aktif.
(a) Pendataran

Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula

berupa saluran yang panjangnya beberapa milimeter sampai 3 cm, menjadi satu

lubang dengan pinggir yang tipis.

(b) Pembukaan

Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta tekanan yang

berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah janin. Pembukaan adalah

pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berapa suatu lubang dengan

diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui janin. Serviks

dianggap membuka lengkap setelah mencapai diamter 10 cm.

Pada nulipara, proses pembukaan terjadi sebagai berikut.

(1) Sebelum persalinan, serviks sering menipis 50-60% dan pembukaan

sampai 1 cm.

(2) Biasanya dengan dimulainya persalinan, ibu nulipara mengalami

penipisan serviks 50-100% kemudian baru dimulai pembukaan.

Pada multipara, proses pembukaan terjadi sebagai berikut

(1) Sebelum persalinan, seringkali serviks tidak menipis tetapi hanya

membuka 1-2cm

(2) Biasanya dengan dimulainya persalinan, serviks ibu multipara

membuka dan kemudian menipis. (Rohani, 2011)

2) Sistem Kardiovaskular

a) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-

20mmHg dan diastol meningkat 5-10mmHg, antara kontraksi, tekanan darah kembali

normal seperti sebelum persalinan. Perubahan posisi ibu dari telentang menjadi

miring dapat mengurangi peningkatan tekanan darah, peningkatan tekanan darah ini

juga dapat disebabkan oleh rasa takut dan khawatir.

b) Detak Jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis

naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung meningkat dibandingkan

sebelum persalinan.

c) Jantung

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk

kedalam sistem selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung meningkat

dibandingkan sebelum persalinan.

d) Hematologi

(a) Hemogoblin akan meningkat 1,2mg/100 ml selama persalinan dan kembali

seperti sebelum persallinan pada hari pertama post partum, asalkan tidak ada

kehilangan darah yang abnormal.

(b) Waktu koagulasi darah akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma.

Sel-sel darah putih secara progesif akan meningkat selama kala I persalinan sebesar

5.000-15.00 WBC pada pembukaan lengkap.

(c) Gula darah akan berkurang, kemungkinan besar disebabkan karena

peningkatan kontraksi uterus dan otot-otot tubuh.

3) Sistem Pencernaan
a) Metabolisme, selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun

anaerob akan meningkat secara terus menerus. Kenaikan ini sebagian besar

disebabkan oleh kecemasan dan kegiatan otot tubuh. Kenaikan metabolisme

tercermin dengan kenaikan suhu tubuh, denyut jantung, pernapasan, kardiak output

dan kehilangan cairan. Peningkatan kardiak output serta kehilangan cairan akan

memengaruhi fungsi renal, sehingga diperlukan perhatian dan tindakan untuk

mencegah terjadinya dehidrasi.

b) Motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansial

berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu, pengeluaran getah lambung

berkurang menyababkan aktivitas pencernaan hampir berhenti dan pengosongan

lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut

dalam waktu yang biasa.

c) Rasa mual dan muntah bisa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan.

d) Persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut

menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respons

emosi terhadap persalinan.

4) Suhu Tubuh

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena

terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 1-

2˚F (0,5-1˚C)

5) Sistem Pernapasan
a) Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal, hal ini

mencerminkan adanya kenaikan metabolisme. Hiperventilasi yang terjadi dalam

waktu yang lama menunjukkan kondisi tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

b) Sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai

pernapasan karena angka dan iramanya dipengaruhi oleh rasa tegang, nyeri, khawatir

serta pengunaan teknik-teknik bernapas.

c) Observasi pernapasan ibu dan bantulah ia dalam mengendalikan pernapasan

tersebut untuk menghindari hiperventilasi yang terlalu lama.

6) Sistem Perkemihan

a) Proteinuri yang sedikit (+1) dianggap normal dalam persalinan

b) Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila

terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita

dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan:

edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa

malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respons

rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan

c) Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh

peningkatan curah jantung, peningkatan filtrasi dalam glomelurus dan peningkatan

aliran plasma ginjal. Proteinuria yang seikit dianggap normal dalam persalinan.

7) Perubahan Endokrin

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan dimana terjadi penurunan

kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, protaglanding dan oksitosin.

8) Perubahan Integumen
Adaptasi sistemn integumen khususnya distensibilitas yang besar pada

introitus vagina yang terbuka. Derajat distensibilitas bervariasi pada ibu yang

melahirkan. Walaupun tanpa episiotomi atau laserasi, robekan kecil pada kulit sekita

introitus vagina mungkin terjadi.

9) Perubahan Muskuloskeletal

Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan asam basa, cairan

tubuh, dan darah sehigga menambah terjadinya kram pada kaki karena proses

persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram

tungkai. (Rohani, 2011, Hal: 60)

b. Perubahan Fisiologis Pada kala II

1) Perubahan pada uterus dan organ dasar panggul

Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi lebih

tebal dan menjadi lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong

janin dan kantong ke arah segmen bawah rahim dan serviks.

2)Pergeseran organ dasar panggul

Saat persalinan segmen atas berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak

keluar. Sementara itu, segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi, dilatasi,

serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui bayi.

Tanda dan gejala bahwa kala dua persalinan sudah dekat adalah:

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

b) Perineum menonjol

c) Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena meningkatnya

tekanan pada rektum dan vagina nya


d) Vulva, vagina dan sfingter anus membuka

e) Jumlah pengeluaran lendir dam darah dan air ketuban meningkat.

Diagnosis pasti kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil

pemeriksaan dalam yang menunjukkan pembukaan serviks telah

lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi di introitus vagina.

Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali.

Karena biasanya dalam kala ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka

saat his tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara refleks menimbulkan rasa

ingin mengedan. Ibu bersalin juga merasakan tekanan pada rektum yang

menimbulkan perasaan ingin defekasi. Kemudian perineum mulai menonjol dan

menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak di vulva pada saat his. Bila dasar panggul sudah lebih

berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan

mengedan yang maksimal kepala janin akan dilahirkam, menyusul bahu dan seluruh

badan bayi. (Lailiyana, 2012)

Biasanya ibu akan dibimbing untuk meneran tanpa berhenti selama 10 detik

atau lebih, tiga sampai empat kali per kontraksi (Sagady, 1995). Meneran dengan cara

ini dikenal sebagai meneran dengan tengorokan terkatup atau valsava manuver. Pada

banyak penelitian, meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian

menurunnya DJJ dan rendahnya nilai APGAR. Oleh karena cara ini berkaitan dengan

buruknya keluaran janin, maka cari ini tidak dianjurkan. (Rohani, 2011, Hal: 8)

c. Fisiologis Pada Kala III


Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta serta selaput ketuban.

1) Mekanisme pelepasan plasenta

Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan

volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengkatan plasenta. Karena

tempat perleketan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuan plasenta tidak

berubah, plasenta akan terlipat, menebal kemudian lepas dari dinding uterus.

2) Tanda-tanda lepasnya plasenta

a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus

berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah

uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk

segitiga, atau seperti buah pir atau alpukat dan fundus berada diatas pusat

(seringkali mengarah kesisi kanan)

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld).

c) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang

plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya

gravitasi. Apabila kumpulan darah dalam ruang diantara dinding uterus

dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya, darah

tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

3) Cara pelepasan plasenta


a) Metode ekspulsi schultze

Pelepasan ini dapat dimuali dari tengah (sentral) atau dari pinggir plasenta.

Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali psat dari vagina tanpa adanya

perdarahan pervaginam.

b) Metode Ekspulsi Matthew-Duncan

Ditandai dengan adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai

terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400 nl.

4) Beberapa prasat untuk mengetahui apakah plasnta lepas dari tempat

implatansinya

a) Prasat kustner

(a) Tali pusat ditegangkan

(b) Tangan ditekankan di atas simfisis, bila tali pusat masuk kembali,

berarti plasenta belum lepas.

b) Prasat strassmann

Tangan kanan merengangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri

mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang

diregangkan ini berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.

c) Prasat klein

Parturient tersebut disuruh mengejan sehingga tali pusat tampak turun ke

bawah. Bila mengejan dihentikan dapat terjadi:

(a) Tali pusat tertarik kembali, berarti plasenta belum lepas dari dinding

uterus.

(b) Tali pusat tetap ditempat, berarti plasenta sudah lepas.


d) Prasat manuaba

Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim, sedangkan

tangan kanan memegang dan megencangkan tali psat. Kedua tangan

ditarik berlawanan, dpat terjadi:

(a) Tarikan terasa berat dan tali pusat tidak memanjang, berarti plasenta

belum lepas

(b) Tarikan terasa ringan dan tali pusat memanjang berarti plasenta telah

lepas.

e) Prasat crede

(a) Empat jari-jari pada dinding rahim belakang, ibu jari difundus depan

tengah

(b) Lalu pijat rahim dan sedikit dorong kebawah, tapi ajgan terlalu kuat

seperti memeras jeruk

(c) Lakukan sewaktu ada his

(d) Jangan tarik tali pusat, karena bisa terjadi inversion uteri

5) Pengeluaran plasenta

Plasenta yang sudah terlaps oleh kontraksi rahim akan didorong ke SBR, ke

dalam bagian tas vagina. Dari tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga

mengejan, 20% secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolongan.

6) Pemeriksaan plasenta dan selaputnya

Setelah plasenta lahir bersama selaputnya, selanjutnya dilakukan pemeiksaan

yang cermat terhadap:

a) Kotiledon, yang berjumlah 20 buah


b) Permukaan plasenta janin

c) Kemungkinan terdapat plasenta suksenturiata

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta dapat menyebabkan:

a) Perdarahan puerperium yang berkepanjangan

b) Bahaya infeksi

c) Terjadi polio plasenta

d) Degenerasi ganas menjadi kariokarsinoma. (Asrinah, 2010, Hal: 102)

d. Fisiologis pada kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir

untuk memantau kondisi ibu dan kala IV terjadi sejak plasenta lahir 1-2 jam

sesudahnya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uteru sampai uterus

kembali ke bentuk normal. Itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil

(masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga

diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun

dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Perkiraan

pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi lanjut

juga perlu diperhatikan. (Asrinah, 2010, Hal 118)

e. Perubahan Psikologis Pada Persalinan

Berikut perubahan-perubahan psikologis yang terjadi :

a. Banyak wanita normal yang merasakan kegirahan dan kegembiraan disaat

merasakan kesakitan menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini

berupa kelegahan hati, seolah-olah pada saat itulah terjadi suatu realitas
kewanitaan yang munculnya rasa bangga melahirkan atau memproduksi

anak. Khususnya rasa lega itu dirasakan ketika proses persalinan dimulai.

Mereka seolah-olah mendapat kepastian bahwa kehamilan yang semula

dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti kini benar akan terjadi

atau terealisasi secara konkret.

b. Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar

mengikuti irama naluriah, dan mau mengatur sendiri, biasany mereka

menolak nasehat-nasehat dari luar. Sika-sikap yang berlebihan ini pada

hakikatnya merupakan ekspresi dari mekanisme melawan katakutan.

Selanjutnya jika proses kesakitan pertama menjelang kelahiran ini disertai

banyak ketegangan batin dan rasa cemas atau ketakutan yang berlebihan,

atau disertai kecenderungan yang sangat kuat untuk lebih aktif dan mau

mengatur sendiri proses kelahiran bayinya, maka proses kelahiran bayi

dapat menyimpang dari normal dan spontan, serta proses akan sangat

terganggu dan merupakan kelahiran yang abnormal. Sebaliknya jika

wanita yang bersangkutan bersikap sangan pasif atau menyerah, keras

kepala, dan tidak bersedia memberikan partisipasi sama sekali, maka sikap

ini dapat memperlambat proses pembukaan dan pendataran serviks, juga

mengakibatkan his menjadi sangat lemah bahkan berhenti secara total dan

proses kelahiran menjadi terhambat dan diakhiri dengan pembedahan

besar.

c. Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada pada

lingkungan yang baru/asing, diberi obat, lingkungan RS yang tidak


menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri, kehilangan indentitas

dan kurang perhatian. Beberapa wanita mengganggap persalinan lebih

tidak realistis sehingga mereka merasa gagal dan kecewa

d. Pada ibu multigravida sering khawatir atau cemas terhadap anak-anaknya

yang tinggal dirumah. Dalam hal ini bidan dapat untuk menghilangkan

kecemasan ini, suami atau pasangan dapat memberikan perhatian dan

tempat mereka untuk berbagi. Banyak hal yang mempengaruhi pasangan

dalam memberikan perhatian diantaranya status sosial atau gender.

Beberapa wanita dapat menjadi kuat dan mampu melalui proses persalinan

dengan dukungan dari pasangan. Perhatian pasangan merupakan hal yang

paing dasar yang menjadi kebutuhan seorang wanita dalam proses

persalinan. Ini akan sangat berpengaruh terhadap apa yang mereka

lakukan bagi bayi mereka (Lailiyana, 2012).

2.2.3 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

a. Dukungan Fisik dan Psikologis

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan

takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara. Perasaan takut bisa

meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menajdi cepat lelah, yang pada

akhirnya akan menghambat proses persalinan. (Asrinah, 2010, Hal: 25)

Ada lima kebutuhan dasar bagi perempuan dalam persalinan menurut Lesser &

Keane:

1) Asuhan fisik dan psikologis

2) Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus


3) Pengurangan rasa sakit

4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman. (Asrinah, 2010,

Hal: 26)

b. Kebutuhan Makanan dan Cairan

Beberapa waktu yang lalu pemberian makanan padat pada pasien yang

kemungkinan sewaktu-waktu memerlukan tindakan anestesi tidak disetujui, karena

makanan yang tertinggal dilambung akan menyebabkan aspirasi pneumoni (tersedak

dan masuk ke dalam saluran pernapasan). Alasan ini cukup logis karena pada porses

persalinan, motilitas lambung;absorpsi lambung; dan sekresi asam lambung menurun.

Sedangkan cairan tidak terpengaruh dan akan meninggalkan lambung dengan durasi

waktu yang bisa, oleh karena itu pada pasien sangat dianjurkan untuk minum cairan

yang manis dan berenergi sehingga kebutuhan kalorinya tetap akan terpenuhi.

Penatalaksanaan yang paling tepat dan bijaksana yang dapat dilakukan oleh bidan

adalah melihat pasien, artinya intake cairan dan nutrisi tetap dipertimbangkan untuk

diberikan dengan konsistensi dan jumlah yang logis dan sesuai dengan kondisi

pasien. (Ari Sulistyawati, 2010, Hal: 41)

Untuk mencegah dehidrasi, pasien boleh diberi minuman segar (jus buah, sup,

dll) selama proses persalinan, namun bila mual ata muntah dapat diberikan cairan IV

(RL). (Asrinah, 2010, Hal 27)

c. Kebutuhan Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.

Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila pasien
tidak mampu berkemih sendiri, dapat dilakukan kateterisasi, karena kandung kemih

yang penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu, juga akan

meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali pasien, karena bersamaan

munculnya dengan kontraksi uterus.

Rectum yang penuh akan menganggu penurunan bagian terbawah janin,

namun bila pasien mengatakan ingin BAB bidan harus memastikan kemungkinan

adanya tanda dan gejala masuk pada kala II. Bila diperlukan sesuai dengan indikasi,

bisa dilakukan tindakan lacement, meskipun tindakan ini bukan merupakan tindakan

rutin selama persalinan. (Asrinah, 2010, Hal: 27)

d. Posisi dan aktifitas

Saat memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau

membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan harus melakukan

semuanya dengan cara penuh kasih sayang, meliputi:

1) Aman, sesuai evidence based dan memberi sumbanga pada keselamatan jiwa

ibu.

2) Memungkinkan ibu merasa nyaman dan aman secara emosional serta merasa

didukung dan didengarkan.

3) Menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama dan ibu berserta

keluarga nya sebagai pengambil keputusan.

4) Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi

canggih.

5) Memastikan bahwa informasi yang diberikan telah memadai serta dapat

dipahami ibu.
Posisi untuk persalinan:

1) Duduk atau setengah duduk dengan alasan lebih mudah bagi bidan untuk

membimbing kelahiran bayi dan mengamati/mendukung perineum.

2) Posisi merangkak dengan alasan baik untuk persalnan dengan punggung

yang sakit, membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal

pada perineum.

3) Berjongkok atau berdiri dengan alasan membantu penurunan kepala bayi,

memperbesar ukuran panggul; menambah 28% ruang outletnya,

memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada

laserasi perineum).

4) Berbaring miring ke kiri dengan alasan memberi rasa santai bagi ibu yang

letih, memberi oksigenasi yang baik bagi bayi, membantu mencegah

terjadinya laserasi. (Asrinah, 2010, Hal 29)

e. Pengurangan rasa nyeri

1) Etimologi nyeri persalinan

Menurut pendapat Bonica & Mc. Donald faktor-faktor nyeri persalinan sebagai

berikut:

a) Regangan dari otot-otot halus memberikan rangsangan pada nyeri visceral

b) Intensitas dan lamnya nyeri berhubungan dengan munculnya tekanan

intrauterin yang berpengaruh pada dilatasi dari struktur tersebut.

c) Saat serviks diperlebar secara cepat pada perempuan yang tidak bersalin,

misalnya pada saat dilakukan tindakan digital atau kuret, mereka mengalami

nyeri seperti yang dialami oleh ibu bersalin. (Asrinah, 2010, Hal: 29)
2) Mekanisme nyeri persalinan

Rasa nyeri persalinan disebabkan oleh kombinasi peregangan segmen bawah rahim

dan iskemia otot-otot rahim. Dengan peningkatan kekuatan kontraksi, serviks akan

tertarik. Kontraksi yang kuat ini juga membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot

rahim sehingga terjadi nyeri iskemik. Keadaan ini diakibatkan oleh kelelahan

ditambah lagi dengan kecemasan yang selanjutnya akan menimbulkan ketegangan,

menghalangi relaksasi bagian tubuh lainnya dan mungkin pula menyebabkan

exhaustion (kelemahan yang sangat) (Asrinah, 2010, Hal: 31)

3) Pendekatan-pendekatan non-farmakologik dalam mengurangi nyeri persalinan

a) Posisi ibu dan perubahan posisi

Studi dari berbagai kultur terhadap pilihan-pilihan posisi perempuan selama

persalinan meyakini bahwa perempuan mempunyai kecenderungan untuk memilih

macam-macam posisi, dan sering mengubah posisinya selama proses persalinan.

Secara medis anggapan bed rest selama persalinan adalah saat dimana ibu

membutuhkan istirahat lebih banyak, terutama pada ibu bersalin dengan komplikasi

serta danya kesulitan untuk bergerak karena ada intervensi seperti pemberian cairan

intravena, pelaksanaan vetal monitoring secara terus-menerus dan juga pemberian

sedatif dan anestesi.

Perubahan posisi, termasuk ambulasi, telah diteliti hubungannya dengan

pemakaian medikasi minimal untuk mengurangi nyeri persalinan, kontraksi uterus

menjadi kebih efektifdan meningkatkan kesadaran ibu terhadap pengaturan kelahiran.

(Asrinah, 2010, Hal: 31)

b) Pijatan
Digunakan untuk membantuk relaksasi dan menurunkan nyeri melalui

peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor-

reseptor raba kulit sehingga merilekskan otot-otot, mengubah suhu kulit dan secara

umum memberikan perasaan nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan

manusia. (Asrinah, 2010, Hal: 32)

2.2.4 Standar Asuhan Kebidanan

a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Tujuan : Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam

mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

Pernyataan standar: Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan

memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung

Hasilnya :

1) Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat

waktu bia diperlukan

2) Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang

ditolong tenaga kesehatan terlatih

3) Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

b. Standar 10: Persalinan Kala Dua Yang Aman


Tujuan : Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

Pernyataan standar : Mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan

selaput ketuban secara lengkap

Persyaratan:

1) Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah

2) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara

bersih dan aman

3) Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan

steril

4) Perlengkapan alat yang cukup

c. Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Iii

Tujuan : Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban

secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,

memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

Pernyataan standar : Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar

untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

d. Standar 12 : Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy


Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada

tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin

pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk

memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum

2.2.5 Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Manajemen Kebidanan Varney (Ari Sulistyawati, 2010, Hal: 220)

a. Manajemen Kebidanan Pada Persalinan Kala I

1) Pengkajian

Bagian terpenting anamnesis pada kala I persalinan meliputi semua data

subjektif yakni:

a) Biodata

b) Riwayat pasien berupa keluhan utama, riwayat kebidanan dan riwayat

menstruasi

c) Gangguan kesehatan alat reproduksi

d) Riwayat kehamilan persalinan nifas dan KB yang lalu

e) Riwayat kesehatan
f) Status perkawinan

g) Pola makan

h) Pola minum

i) Pola istirahat

j) Personal hygiene

k) Aktivitas seksual

l) Keadaan lingkungan

m) Respon keluarga terhadap persalinan

n) Respon pasien terhadap kelahiran bayinya

o) Respon suami pasien terhadap kehamilan ini

p) Pengetahuan pasien tentang proses persalinan

q) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan

Dan data okjektif terdiri dari pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan pada:

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) Tanda vital
d) Kepala terdiri dari rambut, telinga, mata, hidung, dan mulut

e) Leher

f) Dada

g) Perut

h) Ekstremitas

i) Genitalia

j) Anus

k) Pemeriksaan penunjang

2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosis kebidanan/Nomenklatur berupa:

a) Status paritas yakni primigravida atau multigravida

b) Usia kehamilan dalam minggu

c) Kala dan fase persalinan

d) Keadaan janin

e) Normal atau tidak normal

Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah masalah dan diagnosis dipakai keduanya

karena beberapa masalah tidak dapat didefenisikan sebagai diagnosis tetapi perlu

dipertimbangkan untuk rencana menyeluruh. Misalnya pada kala I mengenai

kekhawatiran terhadap persalinan.

Kebutuhan pasien

Kebutuhan pasien dibuat berdasarkan keadaan dan masalahnya. Contohnya

kebutuhan untuk KIE, bimbingan tentang control pernafasan, dan posisi meneran.

(Sulistyawati,2012).

3) Antisipasi Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada.

4) Tindakan Segera

Jika bidan melakukan pertolongan persalinan mandiri dan hasil

pemeriksaan mennjukkan adanya tanda bahaya pada pasien, maka tindakan yang

harus dilakukan adalah merujuk pasien dengan melakukan tindakan stabilisasi

terlebih dahulu. Jika pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit maka sesegera

mungkin bidan melaporkan kondisi pasien kepada dokter.

5) Perencanaan
Semua perencanaan dibuat berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi

pengetahuan, teori yang terbaru, evidence based care, serta validasi dengan suami

mengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Berikut contoh

perencanaan yang dapat ditentukan sesuai dengan kondisi pasien.

a) Evaluasi terus menerus

1. Waspada adanya tanda bahaya persalinan

2. Pengukuran tanda vital

3. Pengeluaran pervaginam

4. Proses adaptasi psikologis pasien dan suami

5. Intake cairan dan nutrisi

6. Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam proses

persalinan

7. Kemajuan persalinan

8. Kesejahteraan janin

9. Pengosongan kandung kemih

b) Mengatasi ketidaknyamanan selama proses persalinan


Sering BAK, punggung pegal, kaki pegal, sesak nafas, mual dan muntah,

susah BAB, badan terasa gerah atau panas, nyeri akibat his, karam pada tungkai

bawah.

c) Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga

1. Hasil pemeriksaan

2. Indkator kemajuan persalinan seperti pembukaan serviks

3. Perlengkapan ibu dna bayi yang harus disiapkan

4. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien

5. Apa yang sebaiknya dilakukan pendamping

6. Penolong persalinan

d) Mengatasi cemas

1. Kaji penyebab cemas

2. Libatkan keluarga untuk mengkaji penyebab cemas dan alternative

penanganannya

3. Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga

4. Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab cemas

6) Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada

perencanaan dilaksanakan secara efisien dan aman.

7) Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang diberikan

kepada psien, mengacu pada pertimbangan sebagai berikut:

a) Tujuan asuhan kebidanan

b) Efektifitas tindakan

c) Hasil yang diberikan (Sulistyawati,2012)

b. Manajemen Kebidanan Pada Kehamilan Kala II

1) Pengkajian

a) Data subjektif

Data yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan kala II setelah

pasien mengatakan ingin meneran.

b) Data objektif

1. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh yang menggambarkan suasana

fisik dan psikologis pasien menghadapi persalinan kala II.

2. Vulva dan anus membuka, perineum menonjol


3. Hasil pemantauan kontraksi lebih dari 40 detik, frekuensi lebih dari 3 kali

dalam 10 menit, intensitas kuat.

4. Pembukaan serviks lengkap

2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosis nomeklatur berupa:

Seorang P1A0 dalam persalinan kala II normal.

Data dasar subjektif yakni ibu mengatakan ingin meneran. Data dasar

subjektif adalah adanya tanda dan gejala kal II.

3) Merumuskan Masalah Potensial

Ditegakkan berdasarkan hasil interpretasi data pada kala dua

4) Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera

Bidan harus yakin bahwa pada setiap kasus persalinan dengan diagnosis

potensial pada kala dua, tindakan rujukan merupakan langkah yang paling aman

untuk pasien.

5) Merencanakan Asuhan

Perencanaan pada persalinan kala dua sebagai berikut:

1. Jaga kebersihan pasien


2. Atur posisi

3. Libatkan suami dalam prose persalinan

6) Melaksanakan Asuhan

Asuhan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

7) Evaluasi

Pada akhir kala dua, bidan melakukan evaluasi antara lain:

1. Keadaan umum bayi, jenis kelamin, spontanitas menangis, warna kulit

2. Keadaan umum pasien, kontraksi, perdarahan, kesadaran

3. Memastikan adanya janin kedua

c. Manajemen Kebidanan Pada Persalinan Kala Tiga

1) Pengkajian

Data subjektif adalah pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui

vagina, pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir dan pasien mengatakan

perut bagian bawahnya terasa mulas.

Data objektif adalah bayi lahir secara spontan pervaginam tanggal dan jam,

jenis kelamin, normal atau ada kelainan, menangis spontan kuat, kulit dan warna

kemerahan, plasenta belum lahir, tidak teraba janin kedua, teraba kontraksi uterus.
2) Interpretasi Data Dasar

Diagnosa nomenklatur yaitu P1A0 dalam persalinan kala tiga

3) Merumuskan Masalah Potensial

Diagnose potensial yang mungkin muncul pada kala tiga adalah gangguan

kontraksi pada kala tiga dan retensi sisa plasenta

4) Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera seperti stimulasi

putting susu dan pengeluaran plasenta secara lengkap

5) Merencanakan Asuhan

Pada kala tiga bidan merencanakan tindakan sesuai dengan tahapan persalinan

normal.

6) Melaksanakan Asuhan

1. Melakukan palpasi untuk memeriksa ada tidaknya bayi kedua

2. Memberikan suntikan oksitosin dosis 0,5 cc secra IM

3. Melibatkan keluarga dalam pemberian nutrisi

4. Melakukan pemotongan tali pusat

5. Melakukan PTT

6. Melahirkan plasenta
7) Evaluasi

1. Keadaan kontraksi uterus

2. Tinggi TFU dalam jari dibawah pusat

3. Jumlah perdarahan

4. Ada atau tidaknya laserasi jalan lahir

5. Kondisi umum pasien

6. Tanda vital

d. Manajemen Kebidanan Pada Persalinan Kala Empat

1) Pengkajian

Data subjektif yaitu pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir, pasien

mengatakan perutnya mulas, pasien merasa lelah tapi bahagia.

Data Objektif yaitu waktu plasenta lahir spontan, tinggi TFU dalam hari

dibawah pusat dan keadaan kontraksi uterus.

2) Interpretasi Data Dasar

1. Diagnosis nomenklatur yaitu P1A0 dalam persalinan kala empat


2. Masalah yang dapat muncul pada kala empat yaitu pasien kecewa karena

jenis kelamin bayi tidak sesuai dengan keinginannnya, pasien tidak koperatif dengan

proses inisiasi menyusu dini, pasien cemas dengan keadaannya.

3. Merumuskan Masalah Potensial

Masalah potensial ditentukan berdasarkan data yang diperoleh melalui pengakjian

pada kal III serta perjalanan persalinan psien dari awal

3) Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera seperti aksplorasi sisa

plasenta, kompresi bimanual eksterna interna, pemeberian infuse dan uterotonika

4) Merencanakan Asuhan

1. Lakukan pemantauan intensif pada pasien

2. Lakukan penjahitan luka perineum

3. Penuhi kebutuhan pasien pada kala empat

5) Melaksanakan Asuhan

1. Melakukan pemantauan kala emapat

a. Tanda-tanda vital

b. .Tinggi Fundus Uteri

c. .Kontraksi uterus

d. .Kandung Kemih dan Lokhea


2. Melakukan penjahitan luka perineum

3. Memantau jumlah perdarahan

4. Memenuhi kebutuhan pada kala empat

6) Evaluasi

Hasil akhir dari asuhan persalinan yang baik adalah pasien dan bayi

dalam keadaan yang baik ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis pasien.

Kriteria dari keberhasilan ini adalah sebagai berikut:

1. Tanda vital pasien normal

2. Perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500

cc

3. Kontraksi uterus baik

4. IMD berhasil

5. Pasien dapat berinteraksi dengan peran barunya.

Anda mungkin juga menyukai