Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT ILMU
OBJEK ILMU DAN CIRI POKOK ILMU

Dosen Pengampu : Lukman Hadi, M.Pd

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
M.Rezha Mahendra : F1061191042
Tri Indri Yani : F1061191032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Objek Ilmu Dan Ciri Pokok Ilmu” dengan
baik dan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini. Makalah Objek Ilmu Dan Ciri
Pokok Ilmu disusun dalam upaya menunjang serta meningkatkan proses belajar
mengajar, sehingga diharapkan mencapai hasil yang maksimal.
Demikian makalah Objek Ilmu Dan Ciri Pokok Ilmu kami susun dengan sebaik
mungkin. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam upaya meningkatkan mutu
makalah kami selanjutnya

Pontianak, 24 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Objek Ilmu pengetahuan..........................................................................................3


B. Ciri Ilmu Pengetahuan..............................................................................................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, setiap kajian ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek
material dan formal. Objek material dikatakan sebagai sesuatu yang dijadikan
sasaran penyelidikan, seperti perilaku manusia yang adalah objek material
manajemen pemasaran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami
objek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Dalam
pembahasan makalah penulis sebelumnya, filsafat yang disimpulkan sebagai suatu
wacana, perbincangan, atau argumentasi yang radikal, juga memiliki objek
material dan objek formal. (Bakhtiar, 2008) menjelaskan objek material filsafat
adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang
tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak
tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat
atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan
yang ada dalam sudut kemungkinan. Adapun objek formal filsafat adalah sudut
pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Berdasarkan penjelasan ini penulis berpendapat bahwa cakupan objek filsafat
cenderung lebih luas dibandingkan dengan ilmu karena ilmu hanya terbatas pada
persoalan yang empiris saja, sedangkan filsafat mencakup yang empiris dan non
empiris. Karenanya menurut pembahasan beberapa pakar filsafat, proses
terbentuknya ilmu itu sendiri tidaklah dapat dipisahkan dari kajian filsafat karena
secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat. Sejak awal filsafat melakukan
pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional dan logis,
termasuk pula hal yang empiris. Setelah berjalan beberapa lama, kajian yang
terkait 2 dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga
menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Hal ini
sejalan dengan pendapat (Suriasumantri, 2010) yang mengemukakan bahwa

1
filsafat adalah marinir yang merupakan pionir, bukan pengetahuan yang bersifat
memerinci. Karena filsafat menyerahkan daerah yang sudah dimenangkannya
kepada ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Semua ilmu, baik ilmu-ilmu alam maupun
ilmu-ilmu sosial, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa objek ilmu pengetahuan?
2. Apa saja ciri-ciri ilmu pengetahuan?

C. Tujuan
1. Mengetahui objek ilmu pengetahuan
2. Mengetahui ciri-ciri ilmu pengetahuan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Objek ilmu pengetahuan.


Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu ? Dari
manakah ilmu mulai ? Dan di mana ilmu berhenti ? Ilmu mempelajari alam
sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman manusia (Jujun S.,
2005 : 105). Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan
berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak berbicara tentang sesuatu yang
berada di luar lingkup pengalaman manusia, seperti surga, neraka, roh, dan
seterusnya. Mengapa ilmu hanya mempelajari hal-hal yang berada dalam
jangkauan pengalaman manusia ? Jawaban dapat diberikan berdasarkan fungsi
ilmu, yaitu deskriptif, prediktif, dan pengendalian. Fungsi dekriptif adalah fungsi
ilmu dalam menggambarkan objeknya secara jelas, lengkap, dan terperinci. Fungsi
prediktif merupakan fungsi ilmu dalam membuat perkiraan tentang apa yang akan
terjadi berkenaan dengan objek telaahannya. Dan fungsi Pengendalian merupakan
fungsi ilmu dalam menjauhkan atau menghindar dari hal-hal yang tidak
diharapkan serta mengarahkan pada hal-hal yang diharapkan. Fungsi-fungsi
tersebut hanya bisa dilakukan bila yang dipelajari berupa ilmu dunia nyata atau
dunia yang dapat dijangkau oleh pengalaman manusia. Objek setiap ilmu
dibedakan menjadi dua : objek material dan objek formal. Objek material adalah
fenomena di dunia ini yang ditelaah ilmu. Sedangkan objek formal adalah pusat
perhatian ilmuwan dalam penelaahan objek material. Atau dengan kata lain, objek
formal merupakan kajian terhadap objek material atas dasar tinjauan atau sudut
pandang tertentu.

3
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan
sebaliknya kumpulan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan. Kumpulan
pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.
Setiap bidang ilmu pengetahuan baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus
memenuhi kedua objek tersebut.
Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran
pemikiran(Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang
dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu
ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nila-nilai, dan kerohanian. Objek
fomal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal
dari suatu ilmu pengetahuan tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu
pengetahuan, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang
yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan
sehingga menimbulkan ilmu pengetahuan yang berbeda-beda.

B. Ciri ilmu pengetahuan.


Ciri – ciri ilmu pengetahuan menurut Creative Commons Atribution
3.0 license. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu ‘alama’ yang berarti
pengetahuan. Istilah tersebut kemudian disamakan dengan science dalam
bahasa inggris. Science berasal dari bahasa latin yaitu scio atau scire yang
juga berarti pengetahuan. Apabila pengetahuan itu tersusun secara sistematis
Dari suatu subyek yang pasti, maka disebut dengan ilmu pengetahuan.
Jadi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu, sedangkan setiap ilmu pengetahuan
mengandung unsure pengetahuan.
Ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Merupakan seperangkat pengetahuan yang sistematis
2. Memiliki metode yang efektif

4
3. Memiliki objek
4. Memiliki rumusan kebenaran-kebenaran umum
5. Bersifat objektif
6. Dapat memberikan perkiraan atau prediksi

Johnsons, 1967 (dalam Soekanto,1982:14-15) mengemukakan ciri-ciri


sosiologi sebagai Ilmu pengetahuan. Adapun ciri-ciri utamanya adalah sebagai
berikut:

1. Sosiologi bersifat empiris artinya sosiologi didasarkan pada observasi


terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.

2. Sosiologi besifat teoritis artinya sosiologi selalu berusaha menyusun


abstraksi dari hasil-hasil observasi.

3. Sosiologi bersifat kumulatif artinya bahwa teori sosiologi dibentuk atas


dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas atau
memperhalus teori-teori lama.
Sosiologi bersifat non-etis artinya permasalahan yang dipersoalkan bukanlah buruk
atau baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta
tersebut secara anali Surajio (2007) mengutip beberapa pendapat ahli mengenai ciri
ilmu pengetahuan antara lain  :
Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah, berbeda dengan pengetahuan biasa, memiliki
beberapa ciri pokok, yaitu:
1. sistematis; para filsuf dan ilmwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri sistematis ilmu
menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun
sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai hubunganhubungan saling
ketergantungan yang teratur (pertalian tertib). Pertalian tertib dimaksud disebabkan,

5
adanya suatu azas tata tertib tertentu di antara bagianbagian yang merupakan pokok
soalnya.
2. empiris; bahwa ilmu mengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
pengamatan serta percobaan-percobaan secara terstruktur di dalam bentuk
pengalaman-pengalaman, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ilmu
mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan, dan menyimpulkan hal-hal empiris
yang bersifat faktawi (faktual), baik berupa gejala atau kebathinan, gejala-gejala
alam, gejala kejiwaan, gejala kemasyarakatan, dan sebagainya. Semua hal faktai
dimaksud dihimpun serta dicatat sebagai data (datum) sebagai bahan persediaan bagi
ilmu. Ilmu, dalam hal ini, bukan sekedar fakta, tetapi fakta-fakta yang diamati dalam
sebuah aktivitas ilmiah melalui pengamalaman. Fakta bukan pula data, berbeda
dengan fakta, data lebih merupakan berbagai keterangan mengenai sesuatu hal yang
diperoleh melalui hasil pencerapan atau sensasi inderawi.
3. obyektif; bahwa ilmu menunjuk pada bentuk pengatahuan yang bebas dari
prasangka perorangan (personal bias), dan perasaan-perasaan subyektif berupa
kesukaan atau kebencian pribadi. Ilmu haruslah hanya mengandung pernyataan serta
data yang menggambarkan secara terus terang atau mencerminkan secara tepat
gejala-gejala yang ditelaahnya. Obyektifitas ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan
pengetahuan itu haruslah sesuai dengan obyeknya (baik obyek material maupun
obyek formal-nya), tanpa diserongkan oleh keinginan dan kecondongan subyektif
dari penelaahnya.
4. analitis; bahwa ilmu berusaha mencermati, mendalami, dan membeda-bedakan
pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terpecinci untuk memahami berbagai
sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian tersebut. Upaya pemilahan atau
penguraian sesuatu kebulatan pokok soal ke dalam bagianbagian, membuat suatu
bidang keilmuan senantiasa tersekat-sekat dalam cabangcabang yang lebih sempit
sasarannya. Melalui itu, masing-masing cabang ilmu tersebut membentuk aliran
pemikiran keilmuan baru yang berupa ranting-ranting keilmuan yang terus
dikembangkan secara khusus menunju spesialisasi ilmu. 5. verifikatif; bahwa ilmu

6
mengandung kebenaran-kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji
(diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain.
Kemungkinan diperiksa kebenaran (verifikasi) dimaksud lah yang menjadi ciri pokok
ilmu yang terakhir. Pengetahuan, agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus
terbuka untuk diuji atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan
akhirnya diakui benar. Ciri verifikasif ilmu sekaligus mengandung pengertian bahwa
ilmu senantiasa mengarah pada tercapainya kebenaran. Ilmu dikembangkan oleh
manusia untuk menemukan suatu nilai luhur dalam kehidupan manusia yang disebut
kebenaran ilmiah. Kebenaran tersebut dapat berupa azas-azas atau kaidah-kaidah
yang berlaku umum atau universal mengenai pokok keilmuan yang bersangkutan.
Melalui itu, manusia berharap dapat membuat ramalan tentang peristiwa mendatang
dan menerangkan atau menguasai alam sekelilingnya. Contohnya, sebelum ada ilmu
maka orang sulit mengerti dan meramalkan, serta menguasai gejala atau peristiwa-
peristiwa alam, seperti; hujan, banjir, gunung meletus, dan sebagainya. Orang, karena
itu, lari kepada tahyul atau mitos yang gaib. Namun, demikian, setelah adanya ilmu,
seperti; vulkanologi, geografi, fisis, dan kimia maka dapat menjelaskan secara tepat
dan cermat bermacam-macam peristiwa tersebut serta meramalkan hal-hal yang akan
terjadi kemudian, dan dengan demikian dapat menguasainya untuk kemanfaatan diri
atau lingkungannya. Berdasarkan kenyataan itu lah, orang cenderung mengartikan
ilmu sebagai seperangkat pengetahuan yang teratur dan telah disahkan secara baik,
yang dirumuskan untuk maksud menemukan kebenaran-kebenaran umum, serta
tujuan penguasaan, dalam arti menguasai kebenaran-kebenaran ilmu demi
kepentingan pribadi atau masyarakat, dan alam lingkungan
Berdasarkan pendapat Daoed Joesoef (1987), pengertian ilmu mengacu pada tiga
hal yaitu produk, proses dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu
pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.
Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang
mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan
dibantah oleh seseorang.

7
1. Ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab semua pertanyaan.
Ilmu memiliki keterbasan dan membatasi lingkup kajiannya pada batas
pengalaman manusia. Hal ini menurut Jujun S. Suriasumantri (2003) karena fungsi
ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia yaitu sebagai alat membantu manusia
dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari 3 .
2. Hasil ilmiah bersifat universal.

Ilmu mengasumsikan bahwa alam semesta ini, seperti namanya, sebuah sistem
tunggal yang luas di mana aturan-aturan dasar di mana-mana sama. Pengetahuan
yang diperoleh dari mempelajari salah satu bagian dari alam semesta ini berlaku
untuk bagian lain.

3. Ide-ide ilmiah atau kesimpulan dapat berubah dan bersifat tentatif.

Ilmu dapat menerima revisi (hukum-hukum, teori, prinsip, standar, dan


lainnya) melalui pengujian terus menerus dan evaluasi, peer review atau replikasi.
Pada prinsipnya, teori apapun dapat berubah setelah upaya pembantahan dan teori-
teori baru dapat menggantikan yang lama. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan
dapat mengatasi masalahnya sendiri.

4. Sains menuntut bukti kuat

Ilmu mengandalkan diverifikasi, terukur, bukti yang sah, yaitu, data yang
akurat, pada setiap tahap proses ilmiah. Bukti-bukti dapat dikumpulkan oleh
pengukuran dan hanya dengan indera kita, atau ekstensi dari indera kita (instrumen).
Keputusan ilmiah atau evaluasi tidak dipengaruhi oleh perasaan manusia, pengalaman
masa lalu atau keyakinan.

Pengembangan ilmu dan pengetahuan ilmiah yang tidak dipengaruhi oleh faktor
manusia, seperti prasangka, bias, berpikir atau berharap angan, keyakinan pribadi

8
atau prioritas atau preferensi, kebangsaan, jenis kelamin, asal etnis, usia, keyakinan
politik, moral dan penilaian estetika dan pilihan atau agama.

5. Ilmu dibentuk oleh logika

Kehadir an data yang akurat tidak cukup bagi kemajuan ilmu


pengetahuan. Konsep-konsep ilmiah tidak muncul secara otomatis dari data atau dari
jumlah analisis saja. Logika (pengetahuan) dan kreativitas diperlukan untuk
membentuk mereka ke dalam hasil ilmiah.

Semua pertanyaan ilmiah harus sesuai dengan prinsip-prinsip logis penalaran-


yaitu, untuk menguji validitas argumen dengan menerapkan kriteria tertentu inferensi,
demonstrasi, dan rasional.

Beberapa ciri ilmu pengetahuan lain adalah :


1. Sains adalah logis (menggunakan formula berdasarkan logika), wajar, dan
rasional.
2. Ilmu membuat klaim yang terdefinisi dengan baik berdasarkan bukti terbaik
yang tersedia.
3. Hipotesis ilmiah harus falsifable (sebab bila tidak falsifable berarti tidak bisa
diperiksa kesalahan-kesalahannya, sehingga belum bisa dianggap sebagai
sains)
4. Eksperimen ilmiah harus dapat diulang dalam kondisi yang sama.
5. Ilmu memandang kesenjangan yang tidak dapat dijelaskan dalam teori atau
bukti dengan kecurigaan.
6. Ilmu membutuhkan perhatian baik dalam melakukan percobaan, dan dalam
memeriksa dan mengevaluasi bukti (hal ini terkait dengan validitas dan
reliabilitas)
7. Ilmu membutuhkan upaya objektivitas, baik pada kontrol variabel dan bias.

9
8. Sains tidak menerima kebetulan atau korelasi unlinked atau tidak terbukti
sebagai bukti.
9. Parsimoni atau kesederhanaan : bahwa penjelasan yang cukup sederhana lebih
disukai.
10. Ilmu menuntut penggunaan kejujuran dari metode ilmiah dan laporan jujur.
Hal ini menyebabkan adanya istilah “ilmuwan boleh salah, tapi tidak boleh
bohong”.
Menurut A.G.M van Melsen, mengemukakan delapan ciri ilmu pengetahuan,
yaitu:
1. Secara metodis ilmu pengetahuan harus mencapai suatu pemahaman atau
keseluruhan yang koheren.

2. Ilmu harus hadir tanpa pamrih karena ini berkaitan erat dengan tangguung
jawab ilmuwan.

3. Ilmu pengetahuan bersifat universal.

4. Objektivitas.

5. Sikap maju(progresivitas).

6. Ilomu harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah dalam kaitan dengan
ilmu bersangkutan. Oleh karena itu ilmu harus bersifat intersubyektif dan dapat
dikomunikasikan.

7. kritis yang berarti setiap teori selalu terbuka kemunngkinan untuk dikritik
berdasarkan penemuan-penemuan baru.

8. ilmu pengetahuan harus dapat di gunakan sebagai perwujudan hubungan timbal


balik antara teori dengan praktik.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Objek setiap ilmu dibedakan menjadi dua : objek material dan objek formal.

2. Sosiologi bersifat non-etis artinya permasalahan yang dipersoalkan bukanlah buruk


atau baiknya fakta tertentu.

3. Pengertian ilmu mengacu pada tiga hal yaitu produk, proses dan masyarakat.

4. Ilmu, sebagaimana pengetahuan, memiliki dimensi sosial kemasyarakatan, juga


dimensi kebudayaan, dan dimensi permainan.

5. Konsep ilmu adalah bagan, rencana, atau pengertian, baik yang bersifat abstrak
maupun operasional, yang merupakan alat penting untuk kepentingan pemikiran
dalam ilmu atau pengetahuan ilmiah.

6. Ciri pokok ilmu yaitu sistematis, empiris, obyektif, analitis, dan verifikatif.

B. Saran
Masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pada khususnya para pembaca
semuanya

11
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.


The Liang Gie, 1985, Kamus Logika, Nurcahya, Yokyakarta.
The Liang Gie, 1985, Kamus Logika, Nurcahya, Yokyakarta.
Daoed Joesoef. Dikutip dari buku Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan
perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara., p. 59.
Jujun S. Suriasumantri. (2003). Filsafat Ilmu : sebuah pengantar populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan. p : 91.

12

Anda mungkin juga menyukai