Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL NEGARA SEDANG

BERKEMBANG

Disusun Oleh :

1. Tri Sri Hartati (201410210311002)


2. Annisa Devy Astari (201410210311008)
3. Ali Shofan Basri (201410210311010)
4. Dwi Sugeng Prayitno (201410210311016)
5. Rahman Hidayat (201410210311024)
6. Annisa Primasoda M. (201410210311026)
7. Muhammad Khairul Anwar (201410210311028)
8. Hafizhul Ilmi (201410210311030)
9. Wido Saptriadi (201410210311034)
10. Aldias Pinata Putra (201410210311038)
11. Herny Gusmer (201410210311040)
12. Annisa Masniari Pane (201410210311042)
13. Jovi Septian Ramadhani (201410210311044)
14. Ananda Pratama Saputra (201410210311046)
15. Selvi Wahdaniati (201410210311048)
16. Bayu Pangestika (201410210311052)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
3.1 Pengertian Kebijakan Perdagangan Internasional ................................... 3
3.2 Pengertian Negara Sedang Berkembang .................................................. 6
3.3 Kebijakan Perdagangan Negara Sedang Berkembang ........................... 10
3.4 Contoh-Contoh Negara Sedang Berkembang ........................................ 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa,
pengatur segala urusan dan takdir. Oleh karena itu, sangat beralasan jika puncak
segala pujian tercurah kepada Engkau atas segala nikmat yang diberikan. Dengan
kucuran nikmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam makalah ini, kami menjelaskan sedikit tentang Kebijakan
Perdagangan Internasional Negara Sedang Berkembang secara umum dan ringkas.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, yang disebabkan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.

Malang, 15 Rabiul Awal 1438


Malang, 15 Desember 2016

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suatu negara memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda. Ada yang
masih ber gantung pada negara lain, ada yang sebatas mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri, dan ada yang telah mampu memberi bantuan kepada negara
lain. Perbedaan kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pengelompokan-
pengelompokan negara berdasarkan kondisi sosial ekonominya.
Berdasarkan ciri-ciri negara maju dan berkembang Michael Todaro dalam
bukunya yang berjudul Perkembangan Ekonomi Negara-Negara Berkembang
membagi wilayah negara-negara di dunia ini menjadi dua kawasan Utara untuk
menyebut negara maju dan kawasan selatan untuk menyebut negara-negara
berkembang atau sedang berkembang.
Dalam mengarungi perekonomian global yang bersifat terbuka dan bebas
saat ini, negara sedang berkembang harus mampu menyusun strategi
pembangunan yang tepat agar mampu bersaing dengan negara maju yang
notabene memiliki kemampuan yang relatif lebih tinggi. Berdasarkan itu kami
akan membahas mengenai kebijakan perdagangan internasional seperti apa yang
diterapkan oleh negara-negara sedang berkembang secara umum.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian kebijakan perdagangan internasinal ?


1.2.2 Apa pengertian negara sedang berkembang ?
1.2.3 Apa saja kebijakan perdagangan negara sedang berkembang?
1.2.4 Contoh-contoh negara sedang berkembang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama, penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Menurut Michael Todaro, ciri-ciri suatu negara sedang berkembang ada 6
kategori ( Economic Development, 2000), yaitu:
1) Tingkat kehidupan yang rendah
2) Tingkat produktivitas yang rendah
3) Pertumbuhan populasi dan beban tanggungan yang tinggi.
4) Tingkat pengangguran dan pengangguran semu yang tinggi.
5) Ketergantungan yang sangat terhadap produksi pertanian
dan produk-produk pokok ekspor.
6) Dominasi, dependensi dan vulnerabilitas (sifat mudah
tersinggung/ terpengaruh) dalam hubungan internasional.
Kebijakan-kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh negara sedang
berkembang, yaitu: strategi industri subsitusi impor dan strategi industri promosi
ekspor

2
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kebijakan Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama, penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Kebijakan perdagangan internasional adalah merupakan salah satu bentuk
kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah
kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (current account) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya
tentang ekspor dan impor barang. Kebijakan perdagangan internasional timbul
karena meluasnya jaringan-jaringan hubungan ekonomi antarnegara. Jadi,
kebijakan perdagangan internasional adalah segala tindakan pemerintah/negara,
baik langsung maupun tidak langsung untuk memengaruhi komposisi, arah, serta
Bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan perdagangan. Adapun kebijakan
yang dimaksud dapat berupa tarif, dumping, kuota, larangan impor, dan berbagai
kebijakan lainnya.
Macam-macam Kebijakan Perdagangan Internasional:
A. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan.
Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang
paling umum adalah tarif atas barang-barang impor atau yang biasa disebut
bea impor.
Tujuan penetapan tarif atau bea masuk ini adalah sebagai berikut :
 menghambat impor barang-barang/ jasa luar negeri.
 melindungi barang/ jasa produksi dalam negeri.
 menambah pendapatan pemerintah dari pajak.
 mendorong konsumen menggunakan produk domestik.

3
B. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada
tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota
impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi
adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor
adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk membatasi
atau mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela
yang disebut sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export
Restriction = VER). VER adalah kesepakatan antara negara pengekspor untuk
membatasi jumlah barang yang dijualnya ke negara pengimpor.
Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor,
agar dapat memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan
untuk mengurangi jumlah ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di
pasaran dunia dapat ditingkatkan. Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah
untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuan-serbuan luar negeri.
C. Dumping dan Diskriminasi Harga
Praktik diskriminasi harga secara internasional disebut dumping, yaitu
menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam
negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat
meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor,
terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara pengimpor
kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri
ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan
anti dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut
counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi
ekspor yang diberikan oleh negara lain.
Kebijakan ini hanya berlaku sementara, haraga produk akan dinaikkan
sesuai dengan harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai pasar
internasional. Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan
persaingan di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di
luar negeri akan dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan
predatory dumping.

4
Namun, pelaksanaan politik dumping dalam praktik perdagangan
internasional dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji (unfair trade)
karena dapat merugikan negara lain.
D. Subsidi
Agar produksi di dalam negeri dapat ditingkatkan maka pemerintah
memberikan subsidi kepada produsen dalam negeri. Subsidi yang diberikan
dapat berupa mesin-mesin, peralatan, tenaga ahli, keringanan pajak, fasilitas
kredit, dan lain-lain.
Kebijakan subsidi biasanya diberikan untuk menurunkan biaya produksi
barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah
dan bersaing di pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk
mendorong jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang
lebih rendah. Harga jual dapat diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun
tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus
kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua negara ingin mendorong
ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
E. Larangan Impor
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk
asing ke dalam pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena
alasan politik dan ekonomi.
Dampak pelaksanaan kebijakan larangan impor:
 Melindungi perusahan dalam negri dari kebangkrutan
 Menghindari/mengurai defisit neraca pembayaran
F. Larangan Ekspor
Melarang ekspor ke luar negri untuk jenis barang tertentu
G. Premi
Pengertian premi adalah “bonus” yang berbentuk sejumlah uang yang
disediakan pemerintah untuk para produsen yang berprestasi atau mencapai
target produksi yang ditetapkan oleh pemerintah. Tindakan pemerintah dengan
membayar kelebihan harga untuk tiap unit hasil produksi atau tiap barang
yang diekspor.
Dampaknya yaitu produksi dalam negri dapat bersaing di luar negri.

5
H. Politik Dagang Bebas
Pemerintah memberi kebebasan ekspor dan impor.
Dampaknya yaitu mutu barang tinggi dan harga relative murah.

3.2 Pengertian Negara Sedang Berkembang


Sebelum berbicara masalah negara sedang berkembang terlebih dahulu
perlu diketahui tentang negara miskin atau negara terbelakang.
1. Negara Terbelakang
Menurut Paul Hoffman (Ekonomi Pembangunan dan Perencanaa, dalam
M.L Jhingan, 1993), menggabarkan keadaan suatu negara terbelakang dalam
suatu ungkapan sebagai berikut : setiap orang dapat memahami suatu negara
terbelakang apabila ia melihatnya. Ia adalah suatu negara yang ditandai oleh
kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa yang sulit
untuk mencari nafkah di kampung halamannya sendiri. Ia adalah suatu negara
yang jarang memiliki suatu industri, seringkali dengan persediaan tenaga dan
listrik yang tidak memadai. Negara seperti itu biasanya tidak memiliki jalan
raya dan jalan kereta api yang cukup, pemerintah belum dapat memberikan
pelayanan yang memadai dan komunikasi yang ada biasanya buruk. Rumah
sakit dan lembaga pendidikan tinggi sangat sedikit.
Sebagian besar masyarakatnya miskin, ada pula beberapa daerah yang
makmur dengan segelintir penduduk yang hidup dalam kemewahan. Sistem
perbankan jelek, pinjaman dalam kecil terpaksa diperoleh dari pemilik uang
yang tidak lebih baik daripada seorang lintah darat. Di antara ciri menonjol
negara terbelakang adalah ekspornya ke negara lain sama sekali terdiri dari
bahan mentah, hasil tambang atau buah-buahan atau beberapa bahan makanan
dan mungkin ditambah dengan sedikit hasil kerajinan tangan yang halus.
Penanaman atau pengusahaan ekspor bahan mentah seringkali berada di
tangan perusahaan asing.
Menurut World Development Report 1982, 48,3 persen penduduk dunia
termasuk golongan penduduk yang terbelakang dengan pendapatan perkapita
kurang dari $ 300 USA. Di lain pihak 16,3 persen penduduk dunia yang hidup
di negara industri mempunyai pendapatan perkapita sebesar $ 10.320 USA
dan hanya 4 negara pengekspor minyak Asia Barat dengan penduduk hanya

6
sebesar 0,3 persen penduduk dunia mempunyai pendapatan perkapita sebesar
$ 12.630 USA. Dari angka tersebut menggambarkan betapa luasnya
kemiskinan di dunia ini. Kebanyakan negara miskin ini terletak di kawasan
Asia, Afrika dan Amerika Latin.
2. Negara Sedang Berkembang
Karakteristik atau ciri-ciri negara sedang berkembang satu dengan yang
lain tidak sama, seperti misal kondisi negara berkembang di Asia tentu tidak
sama persis dengan kondisi negara berkembang di Afrika atau Amerika Latin.
Namun demikian bukan berarti bahwa karakteristik atau ciri-ciri negara
berkembang tidak bisa di generalisasikan. Karakteristik atau ciri-ciri negara
sedang berkembang menurut Michael Todaro, ciri-ciri suatu negara sedang
berkembang ada 6 kategori ( Economic Development, 2000), yaitu:
7) Tingkat kehidupan yang rendah
Di negara berkembang pada umumnya ditandai dengan adanya tingkat
kehidupan yang rendah. Sebagian besar penduduknya hidup dalam kondisi
yang kurang menguntungkan. Tingkat kehidupan yang rendah ini dapat
diwujudkan dalam bentuk secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara
kuantitatif dapat diwujudkan dalam bentuk tingkat pendapatan yang
rendah (kemiskinan), secara kualitatif dalam wujud fasilitas perumahan
yang tidak memadai, sarana kesehatan yang buruk, pendidikan terbatas
atau tidak berpendidikan sama sekali, tingkat kematian bayi yang tinggi,
umur penduduk yang pendek, harapan kosong dan pada umumnya disertai
dengan perasaan kacau dan putus ada.
8) Tingkat produktivitas yang rendah
Sebagian besar tingkat kehidupan penduduk di negara berkembang
sangat rendah, hal ini mengakibatkan produktivitas sebagian besar
penduduk juga menjadi rendah. Berbeda sekali keadaannya bila
dibandingkan dengan tingkat produktivitas penduduk di negara maju.
Produktivitas yang rendah ini terutama produktivitas tenaga kerja yang
dihasilkan yaitu perbandingan antara out put yang dihasilkan dengan in put
pertenaga kerja sangat kecil. Hal ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan beberapa konsep dasar ekonomi. Sebagai contoh misalnya :

7
prinsip penghapusan produktivitas marjinal menyatakan bahwa, jika
meningkatnya jumlah faktor variabel tenaga kerja yang dipergunakan
untuk memenuhi jumlah faktor lain (modal, tanah, material dll), maka
diluar jumlah tertentu, ekstra atau produk marjinal faktor variabel lain
akan turun, oleh karena itu rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja
bisa juga disebabkan dengan tidak adanya atau kurangnya berbagai faktor
input/ masukan komplementer, seperti modal fisik atau manajemen yang
berpengalaman.
Untuk mengatasi hal tersebut sebagai argumen yang diajukan adalah
tabungan-tabungan dalam negeri dan keuangan dari luar negeri haruslah di
mobilisasikan untuk mempercepat pembentukan investasi baru dalam
barang-barang modal fisik dan juga untuk menyediakan stok modal tenaga
kerja manusia seperti, keterampilan manajerial melalui investasi di bidang
pendidikan dan latihan
9) Pertumbuhan populasi dan beban tanggungan yang tinggi.
Di negara berkembang tingkat pertumbuhan penduduk masih sangat
tinggi, dengan demikian tingkat kelahiran juga semakin tingkat dan
sebagai akibatnya jumlah penduduk semakin bertambah besar. Rata-rata
tingkat pertumbuhan penduduk di negara sedang berkembang ini diatas 2
persen pertahun. Berbeda dengan keadaan di negara maju dimana tingkat
pertumbuhan penduduk ini rata-rata kurang dari 1 persen pertahun.
Dengan jumlah penduduk yang semakin membengkak ini mengakibatkan
beban tanggungan juga semakin tinggi. Anak-anak dan orang tua
merupakan suatu beban tanggungan yang secara ekonomi mereka
termasuk golongan yang nonproduktif.
10) Tingkat pengangguran dan pengangguran semu yang tinggi.
Salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya tingkat kehidupan
penduduk di negara sedang berkembang adalah kurangnya penggunaan
tenaga kerja yang ada secara efisien. Tenaga kerja yang ada masih banyak
yang bekerja tetapi terkadang tidak sesuai dengan tingkat keahlian yang
dipunyai, sehingga mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak optimal.

8
Jenis tenaga kerja yang seperti ini seringkali dikategorikan sebagai
pengangguran semu.
Pada umumnya penduduk di negara sedang berkembang bekerja secara
serabutan dan kebanyakan mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar
seperti buruh bangunan buruh industri, dan sebagainya. Hal ini terutama
terjadi untuk penduduk yang tinggal dipedesaan yang pada umumnya
tingkat pendidikannya rendah, skill rendah dan ditandai dengan tingkat
penghasilan yang rendah pula. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk
juga mendorong semakin banyak jumlah tenaga yang menganggur. Untuk
menyerap tenaga kerja yang menganggur ini seringkali Pemerintah
mengalami suatu kendala yaitu kurangnya dana atau minimnya tingkat
investasi yang ada.
11) Ketergantungan yang sangat terhadap produksi pertanian
dan produk-produk pokok ekspor.
Sebagian besar penduduk di negara sedang berkembang tinggal di
daerah pedesaan, yaitu sekitar 80 persen dengan mata pencaharian sebagai
petani. Dengan demikian produk dari pertanian merupakan hasil utama
penduduk sehingga penduduk sangat tergantung pada hasil pertaniannya.
Pada umumnya pertanian yang dikerjakan penduduk termasuk pertanian
dalam skala kecil dengan produksi yang relatif kecil pula. Biasanya di luar
sektor pertanian penduduk tidak mempunyai keahlian/ keterampilan lain,
sehingga apabila ada masalah yang berkaitan dengan pertanian, seperti
bencana alam, penduduk menjadi kehilangan mata pencahariannya.
Karena hasil utama penduduk di negara sedang berkembang dari sektor
pertanian, maka produk dari hasil pertanian ini yang dapat di ekspor.
Dengan demikian ekspor penduduk di negara berkembang masih
didominasi dari hasil pertanian. Di lihat dari struktur perekonomiannya
negara sedang berkembang mempunyai orientasi pada sektor pertanian
terhadap pendapatan nasional mempunyai prosentase yang paling besar
jika dibandingkan dengan sumbangan dari sektor industri dan jasa.
12) Dominasi, dependensi dan vulnerabilitas (sifat mudah
tersinggung/ terpengaruh) dalam hubungan internasional.

9
Di negara sedang berkembang yang masih didominasi adanya tingkat
kehidupan yang rendah, yang ditandai dengan rendahnya tingkat
pendapatan disertai dengan adanya distribusi penduduk yang dapat
dikatakan timpang, tingginya tingkat pengangguran dan sebagiannya
merupakan suatu masalah tersendiri. Hal itu semakin mengakibatkan
adanya suatu ketidak adilan bila dibandingkan dengan keadaan di negara
maju jauh berbeda.
Akibat lain adalah adanya peran yang sangat dominan yang dilakukan
oleh negara maju dalam hubungan internasionalnya mengakibatkan negara
sedang berkembang semakin tertekan. Konstribusi negara sedang
berkembang yang sangat kecil ini mengakibatkan negara sedang mudah
terpengaruh atau mudah tersinggung karena merasa diperlakukan tidak
adil. Sebagai negara sedang berkembang tidak kuasa untuk melawan
dominasi negara maju ini karena negara berkembang memang tidak
mempunyai bargaining power.
Negara miskin atau terbelakang pada umumnya di masukan dalam
kategori negara sedang berkembang. Apabila dibandingkan sebetulnya
memasukkan negara miskin atau terbelakang dalam kategori negara sedang
berkembang adalah kurang pas, sebab kondisi kedua negara tersebut sangat
berbeda. Sehingga apabila berbicara masalah negara sedang berkembang akan
selalu terkait di dalamnya tentang negara miskin itu sendiri. Penggolongan
negara yang tidak tegas di dunia ini menjadi suatu permasalahan sendiri,
namun demikian menggolongkan kategori suatu negara sebaiknya
menggunakan indikator atau ciri-ciri yang paling dominan.

3.3 Kebijakan Perdagangan Negara Sedang Berkembang


Menurut (Paul. L Krugman) tujuan dasar kebijakan perdagangan di negara
sedang berkembang, yaitu:
1. Memajukan industrialisasi
2. Mengatasi masalah kondisi pembangunan yang tak merata di dalam
perekonomian domestik
3. Berupaya untuk melepaskan hubungan ekonomi yg tidak adil atau
eksploitatif dengan negara maju

10
Kebijakan-kebijakan perdagangan yang dilakukan leh negara sedang
berkembang, yaitu:
a) Strategi Industri Subsitusi Impor
Strategi pembangunan industri yang berorientasi pada produk pengganti
impor untuk pasar dalam negeri dengan argumentasi sebagai berikut:
 Konsumen dalam negeri yg relatif banyak
 Mendorong pertumbuhan industri dalam negeri yang baru lahir
 Menghemat devisa
 Melindungi dengan tarif dan kuota impor
 Meningkatkan value added manufacturing
Dampak Industrialisasi subsitusi impor akan memajukan sektor
manufaktur tetapi tidak memberikan keuntungan yg diharapkan dalam
pertumbuhan ekonomi dan perbaikan taraf hidup masyarakat terlalu banyak
membebankan biaya dan menciptakan pola produksi yg tidak efisien.
b) Strategi Industri Promosi Ekspor
Strategi pembangunan industri yang berorientasi pada produk ekspor
untuk pasar luar negeri, dengan alasan sebagai berikut:
 Jumlah konsumen dalam negeri relatif sedikit
 Meningkatkan value added manufacturing
 Meningkatkan penerimaan devisa
Berdasarkan studi empiris yang dilakukan IMF terbukti bahwa negara
yang sedang berkembang yang memilih Strategi Industri Promosi Ekspor
memiliki pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara yang menggunakan Strategi Industri Subsitusi Impor.

3.4 Contoh-Contoh Negara Sedang Berkembang


Kemiskinan, kelaparan, pelanggaran hak asasi manusia, eksploitasi anak-
anak, bencana alam dan sebagainya merupakan fenomena yang banyak ditemui di
negara sedang berkembang. Fenomena ini jelas menggambarkan kondisi negara
yang sudah miskin dan sulit untuk keluar dari perangkap penderitaan. Penderitaan
di bidang ekonomi dan sosial ini masih ditambah dengan beban politik yang harus
ditanggung oleh penduduk miskin. Perang saudara yang tidak henti-hentinya,

11
kudeta dan perebutan kekuasaan dengan kekerasan merupakan masalah politik
yang rumit dan kompleks.
Dalam terbitan edisi 9 Juli 2001, majalah newsweek memberikan penilaian
secara kualitatif terhadap 10 negara terburuk di dunia. Secara garis besar masing-
masing negara digambarkan sebagai berikut :
1. Albania
Merupakan negara dengan luas wilayah 28.750 km 2, jumlah penduduk
3.364.571 jiwa pada tahun 1998, dengan ibu kota Tirana. Penyeludupan
merupakan sumber penghasilan devisa terbesar negara dan kelompok kriminal
lebih berkuasa daripada negara.
2. Sudan
Merupakan negara dengan luas wilayah 2.505.810 km 2, jumlah penduduk
34.475.690 pada tahun 1999, dengan ibu kota Khartoum. Permusuhan etnis
dan agama begitu rumit sampai negeri ini sulit dikategorikan sebagai sebuah
bangsa. Permusuhan ini mengakibatkan perekonomian mengalami kesulitan,
sehingga banyak penduduk kelaparan yang berkeliaran di sepanjang jalan.
3. Siera Leone
Merupakan negara dengan luas wilayah 71.740 km2, jumlah penduduk
5.296.651 jiwa pada tahun 1999, dengan ibu kota Freetown. Perang paling
brutal di Afrika telah menewaskan ribuan anakanak, atau melukai mereka
sampai kehilangan anggota badan.
4. Irak
Merupakan negara dengan luas wilayah 437.072 km2, jumlah penduduk
sebanyak 22.427.150 pada tahun 1999, dengan ibu kota Baghdad. Irak
merupakan negara yang dikenai sanksi ekonomi dari PBB. Sanksi ekonomi ini
melemahkan sendi-sendi perekonomian negara.
5. Angola
Merupakan negara dengan luas wilayah1.246.700 km2, jumlah penduduk
sebanyak 11.177.537 jiwa pada tahun 199, dengan ibu kota Luanda. Meskipun
dilanda perang saudara selama seperempat abad lamanya, tetap saja ada
sebagain masyarakat yang diuntungkan. Mereka yang kaya karena
mengantungi keuntungan dari minyak menjadi semakin kaya.

12
6. Korea Utara
Merupakan suatu negara dengan luas wilayah 120.540 km2. Jumlah
penduduk 21.386.109 jiwa pada 1999, dengan ibu kota Pyongyang. Kondisi
negara yang sangat jauh berbeda dengan negara kembarannya, yaitu Korea
Selatan. Kondisi kedua negara seperti langit dan bumi. Di Korea Utara
penduduk dipaksa bekerja untuk pemimpin besar yang membiarkan mereka
mati seperti lalat.
7. Tajikistan
Merupakan negara dengan luas wilayah 143.1010 km2, jumlah penduduk
sebesar 6.102.854 pada tahun 1999, dengan ibu kota Dushanbe. Tajikistan
merupakan negara Republik yang termiskin, yang semula merupakan bagian
dari negara Uni Soviet ini terbelah menajdi dua antara diktator dan para
panglima perang yang tidak puas.
8. Republik Demokratik Kongo
Merupakan negara dengan luas wilayah 2.345.410 km2, jumlah penduduk
50.481.302 jiwa pada tahun 1999, dengan ibu kota Konshasa. Negara ini
merupakan negara yang dilanda berbagai penyakit besar seperti : ketamakan,
ketegangan etnis, perang udara, agresi asing, AIDS, dan kemiskinan.
9. Haiti
Merupakan negara dengan luas wilayah 27.750 km2, jumlah penduduk
sebesar 6.884.264 jiwa pada tahun 1999, dengan ibu kota Port-au-Prince.
Akibat salah urus dan lelahnya negara donor internasional membuat surga
potensial di Karibia ini bagai neraka di Bumi.
Dalam situs Wikipedia negara Timor Leste termasuk negara sedang
berkembang karena perekonomian Timor Timur diklasifikasi sebagai ekonomi
dengan pendapatan menengah ke bawah oleh Bank Dunia. Berada di peringkat
158 dalam daftar HDI, ini menunjukkan rendahnya tingkat perkembangan
manusia. 20% penduduk menganggur, dan 52,9% hidup dengan kurang dari US $
1,25 per hari. Sekitar setengah dari penduduk buta huruf. Negara ini terus
menderita akibat dampak setelah perjuangan kemerdekaan selama puluhan tahun
melawan Indonesia, yang mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan banyaknya
ribuan pengungsi warga sipil. Walaupun telah merdeka, Timor Leste masih sangat

13
tergantung dengan pasokan barang-barang dari Indonesia mulai dari sembako
sampai bahan bakar minyak (BBM) terutama melalui provinsi Nusa Tenggara
Timur.

14
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kebijakan perdagangan internasional adalah merupakan salah satu bentuk
kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah
kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang
berjalan (current account) daripada neraca pembayaran internasional, khususnya
tentang ekspor dan impor barang.
Menurut Michael Todaro, ciri-ciri suatu negara sedang berkembang ada 6
kategori ( Economic Development, 2000), yaitu: Tingkat kehidupan yang rendah,
Tingkat produktivitas yang rendah, Pertumbuhan populasi dan beban tanggungan
yang tinggi, Tingkat pengangguran dan pengangguran semu yang tinggi,
Ketergantungan yang sangat terhadap produksi pertanian
dan produk-produk pokok ekspor, Dominasi, dependensi dan vulnerabilitas (sifat
mudah tersinggung/ terpengaruh) dalam hubungan internasional.
Berdasarkan studi empiris yang dilakukan IMF terbukti bahwa negara yang
sedang berkembang yang memilih Strategi Industri Promosi Ekspor memiliki
pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang
menggunakan Strategi Industri Subsitusi Impor.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ssbelajar.net/2012/03/kebijakan-perdagangan-internasional.html
https://yumeikochi.wordpress.com/2011/05/16/kebijakan-perdagangan-
internasional/
https://id.wikipedia.org/wiki/Timor_Leste

16

Anda mungkin juga menyukai