Anda di halaman 1dari 135

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada era
global akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat juga terus mengalami perubahan. Masalah keperawatan sebagai
bagian masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat terus-menerus berubah
karena berbagai faktor yang mendasarinya juga terus mengalami perubahan.
Dengan berkembangnya masyarakat dan berbagai bentuk pelayanan
profesional serta kemungkinan adanya perubahan kebijakan dalam bidang
kesehatan, maka mungkin saja akan terjadi pergeseran peran keperawatan
dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Nursalam,
2014).
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan
yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan mampu memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan
dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan intervensi
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima
akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan (Mugianti, 2016).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan kegiatan melalui orang
lain. Kegiatan manajemen keperawatan mengacu pada konsep manajemen
secara umum, dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi manajemen
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan
(pengawasan dan Evaluasi). Manajemen pelayanan keperawatan berfokus
pada komponen 5 M (Man, Money, Material, Method, Machine). Dalam
setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari Perencanaan dan diakhiri
dengan Pengontrolan yang merupakan suatu siklus yang berulang (Mugianti,
2016).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 1


Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan
gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:
Manajemen operasional atau menajemen layanan dan manajemen asuhan
keperawatan (Mugianti, 2016).
Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi
pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah
luas. Jika posisi Anda sebagai seorang ketua tim, kepala ruang atau perawat
pelaksana dalam suatu bagian, Anda memerlukan suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat profesional, Anda
tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang
memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju ke
arah kesembuhan (Nursalam, 2014).
Ilmu manajemen mengembangkan dasar teori dari berbagai ilmu,
seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi. Karena organisasi
bersifat kompleks dan bervariasi, maka pandangan teori manajemen adalah
bagaimana manajemen dapat berhasil dan apa yang harus diperbaiki/diubah
dalam mencapai suatu tujuan organisasi (Nursalam, 2014).
Berdasarkan atas fenomena di atas, maka kami mahasiswa STIKes
Kendedes Malang mencoba menerapkan Model Praktik Asuhan Keperawatan
Profesional dengan metode pemberian Asuhan Keperawatan. Team Nursing,
dimana pelaksanaanya melibatkan semua pasien dan perawat yang di Ruang
Asoka RSUD Bangil.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 2


1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan
dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
dengan model asuhan keperawatan Tim di Ruang Asoka RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan.
b. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek klinik manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan pengkajian di Ruang Asoka
2. Mampu menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang Asoka
3. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
4. Memilih salah satu metode penugasan yang sesuai dengan keadaan
ruangan
5. Melaksanakan Asuhan keperawatan sesuai dengan salah satu model
yang telah di tetapkan.
6. Menentukan rumusan masalah
7. Menyusun rencana strategi operasional ruang berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Sentralisasi
Obat, (2) Ronde, (3) Discharge Planning, (4) Supervisi, (5) MAKP,
(6) Timbang Terima, (7) Dokumentasi / Desiminasi awal.
8. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan
berdasarkan hasil pengkajian Model Asuhan Keperawtan
Profesional : (1) Sentralisasi Obat, (2) Ronde, (3) Discharge Planning,
(4) Supervisi, (5) MAKP, (6) Timbang Terima, (7) Dokumentasi /
Desiminasi Akhir.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 3


1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Praktikan
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan di
laksanakan.
b. Preceptie mampu mengumpulkan data dalam penerapan MAKP di
Ruang Asoka
c. Preceptie mampu menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana dan strategi.
1.3.2 Manfaat Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan antara perawat dan perawat, perawat dengan
tim kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
d. Melalui praktik manajemen dapat diketahui masalah-masalah yang
ada di ruang Asoka yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP
e. Perawat menerapkan kembali MAKP yang sebelumnya kurang
optimal
1.3.3 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal
b. Pelayanan kepada pasien semakin maksimal
c. Hak-hak pasien sangat dihargai
1.3.4 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruangan rawat
sehingga dapat memodifikasi MAKP yang akan dilaksanakan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen Keperawatan


2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa latin dari
asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti
melakukan. Kedua kata itu digabungkar menjadi kata kerja managere
yang berarti menangani. Maragere diterjemakan ke dalam bahasa
inggris yaitu management turunan dari kata to manage yang bererti
mengurus atau tatalaksanana. Hal ini dapat dimaknai sebagai proses
pelaksanaan tujuan tertentu. Manajemen adalah proses kerja sama
antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah
ditetapkan. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan, dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Ismainar, 2015).
Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-
sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai
ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi (Mugianti, 2016).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu kegiatan atau proses kerja sama antara dua
orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

2.1.2 Definisi Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1989 dalam
Mugianti, 2016). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 5


Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang
harus dilaksanakan oleh pengelola asuhan keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan dan mengarahkan serta mengawasi
sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada
pasien, keluarga dan masyrakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahaa
manajemen keperaata adalah suatu proses yang dilakukan oleh profesi
keperawatan dalam memberikan peayanan berdasarkan sistematik
asuhan keperawatan baik terhadap individu, kelompok maupun
terhadap masyarakat.

2.1.3 Tujuan Manajemen Keperawatan


1) Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2) Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
3) Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada
4) Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan
bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang
sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen
keperawatan adalah:
1) Terselenggaranya pelayanan
2) Asuhan keperawatan yang berkualitas.
3) Pengembangan staf
4) Budaya riset bidang keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 6


2.1.4 Proses Manajemen Keperawatan
1) Pengkajian-Pengumpulan Data
Pada tahap ini seorang manager dituntut tidak hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga
mengenai institusi (Rumah Sakit, Puskesmas dll), tenaga
keperawatan administrasi, dan bagian keuangan yang akan
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
2) Perencanaan
Perencanaan di maksudkan untuk menyusun suatu
mperencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi
yang di tentukan. Perencanaan disini di maksudkan untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua
pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
menetapkan ukuran tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan,
membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur
operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan
3) Pelaksanaan
Pada tahap implementasi dalam proses manajemen
keperawatan terdiri atas bagaimana manager memimpin orang
lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan
4) Evaluasi
Tahap akhir proses managerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan dari evaluasi disini
adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan
serta mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan
mendukung pelaksanaan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 7


2.1.5 Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan
terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya.
3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus dalam perhatian manajer keperawatan dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan
ingini . Kepuasan pasien merupakan point utama dari seluruh
tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
a. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat
memotivasi staf untuk memperlihatkan penampilan kerja
yang baik.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 8


b. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang
efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi
kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan arah
dan pengertian diantara bawahan.
c. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai
upaya mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki
posisi yang lebih tinggi ataupun upaya manajer untuk
meningkatkan pengetahuan karyawan.
d. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang
telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-
prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer,
administrator dan bawahan seyogianya bekerja bersama-sama
dalam merencanakan dan pengorganisasian serta fungsifungsi
manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

2.1.6 Prinsip Pengorganisasian


a. Pembagian Kerja
Prinsip dasar untuk mencapai efisiensi yaitu pekerjaan
dibagi-bagi sehingga setiap orang memilik tugas tertentu.
a) Pendidikan dan pengalaman setiap staf
b) Peran dan fungsi perawat yang diterapkan di RS tersebut
c) Mengetahui ruang lingkup tugas kepala bidang keperawatan
dan kedudukan dalam organisasi
d) Mengetahui batas wewenang dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya
e) Mengetahui hal- hal-hal yang dapat didelegasikan kepada staf
dan kepada tenaga non keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 9


b. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian adalah pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab kepada staf untuk bertindak dalam batas-batas tertentu.
Dengan pendelegasian, seorang pimpinan dapat mencapai tujuan
dan sasaran kelompok melalui usaha orang lain, hal mana
merupakan inti manajemen. Selain itu dengan pendelegasian ,
seorang pimpinan mempunyai waktu lebih banyak untuk
melakukan hal lain yang lebih penting seperti perencanaan dan
evaluasi. Pendelegasian juga merupakan alat pengembangan dan
latihan manajemen yang bermanfaat. Staf yang memiliki minat
terhadap tantangan yang lebih besar akan menjadi lebih komit dan
puas bila diberikan kesempatan untuk memegang tugas atau
tantangan yang penting. Sebaliknya kurangnya pendelegasian
akan menghambat inisiatif staf.
c. Koordinasi
Koordinasi adalah keselarasan tindakan, usaha, sikap dan
penyesuaian antar tenaga yang ada dibangsal. Keselarasan ini
dapat terjalin antar perawat dengan anggota tim kesehatan lain
maupun dengan tenaga dari bagian lain.
Manfaat Koordinasi :
a) Menghindari perasaan lepas antar tugas yang ada
dibangsal/bagian dan perasaan lebih penting dari yang lain.
b) Menumbuhkan rasa saling membantu
c) Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf
d. Manajemen Waktu
Dalam mengorganisir sumber daya, sering kepala bidang
keperawatan mengalami kesulitan dalam mengatur dan
mengendalikan waktu. Banyak waktu pengelola dihabiskan untuk
orang lain. Oleh karena itu perlu pengontrolan waktu sehingga
dapat digunakan lebih efektif.
Untuk mengendalikan waktu agar lebih efektif perlu :

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 10


a) Analisa waktu yang dipakai; membuat agenda harian untuk
menentukan kategori kegiatan yang ada.
b) Memeriksa kembali masing-masing porsi dari tiap aktifitas
c) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, dan
perkembangannnya serta tujuan yang akan dicapai.

2.1.7 Fungsi Manajemen


Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :
1) Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan :
a) Gambaran apa yang akan dicapai
b) Persiapan pencapaian tujuan
c) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai
d) Persiapan tindakan – tindakan
e) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak
saja
f) Tiap - tiap organisasi perlu perencanaan
2) Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah
rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya,
macam, jenis, unit kerja, alat - alat, keuangan dan fasilitas.
3) Penggerak (actuating), menggerakkan orang - orang agar mau /
suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena
perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara
interval
4) Pengendalian atau pengawasan (controling), merupakan fungsi
pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana,
apakah orang - orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian
juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 11


5) Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan
perbandingan hasil - hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.
Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan
pada fungsi organik administrasi dan manajemen.
Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen
adalah man, money, material, methode, machine, minute dan market.

2.1.8 Fungsi Operasional Manajemen


a) Manajemen Sumber Daya Manusia
Merupakan penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik bagi bisnis
yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang
terbaik tersebut dapat dipelihara dan tetap bekerja bersama kita
dengan kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun
bertambah.
b) Manajemen Pemasaran
Merupakan kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang
pada    intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya
yang dibutuhkan oleh konsumen, dana bagaimana cara
pemenuhannya dapat diwujudkan.
c) Manajemen Produksi
Merupakan penerapan manajemen berdasarkan fungsinya
untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik
produksi yang seefisien mungkin, dari mulai pilihan lokasi
produksi hingga produk akhir yang dihasilkan dalam proses
produksi.
d) Manajemen Keuangan
Merupakan kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang
pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis
yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis yaitu

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 12


diukur berdasarkan profit.  Tugas manajemen keuangan
diantaranya merencanakan dari mana pembiayaan bisnis diperoleh,
dan dengan cara bagaimana modal yang telah diperoleh
dialokasikan secara tepat dalam kegiatan bisnis yang dijalankan.
e) Manajemen Informasi
Merupakan kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang
pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang dijalankan
tetap mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang.  Untuk
memastikan itu manajemen informasi bertugas untuk menyediakan
seluruh informasi yang terkait dengan kegiatan perusahaan baik
informasi internal maupun eksternal, yang dapat mendorong
kegiatan bisnis yang dijalankan tetap mampu beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi di masyarakat.

2.1.9 Komponen Manajemen Keperawatan


Komponen manajemen keperawatan terdiri atas:
1) Input
a) Informasi
b) Personal
c) Perawatan
d) Fasilitas
2) Proses
Kelompok manajemen dari tertinggi sampai dengan perawat
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melaksanakan perencanaan, organisasi, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3) Output
a) Askep
b) Pengembangan staf sampai dengan riset

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 13


4) Control
a) Butget prosedur
b) Evaluasi kinerja
c) Akreditasi
5) Feed back mechanism
a) Laporan finansial
b) Audit keperawatan
c) Survei kendali mutu
d) Kinerja.

2.1.10 Unsur-unsur Manajemen


1) Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula
yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja.
2) Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.
Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang
beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan
dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji
tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3) Materials (bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 14


Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4) Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode
kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya
pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas
yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang
yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya
sendiri.
5) Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting
sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses
produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan
berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga
barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(kemampuan) konsumen.

2.1.11 Fisiologi Manajemen Keperawatan


Filosofi manajemen keperawatan terdiri atas :
1) Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga. Mengerjakan hari ini lebih baik dari
hari sebelumnnya.
2) Manager keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan
3) Peningkatan mutu kinerja perawat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 15


4) Pendidikan berkelanjutan
5) Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk mencapai
kesehatan optimal
6) Tim keperawatan bertanggungjawab dan bertanggunggugat untuk
setiap tindakan keperawatan yang diberikan
7) Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan
keperawatan yang bermutu
8) Perawat adalah advokad pasien.

2.2 Konsep Kepemimpinan


2.2.1 Definisi Kepemimpinan
Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan, antara lain :
1) Stogdill
Pengertian kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk
mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
(Russel C Swansburg, 2015).
2) Ordway Ted
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang
dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai
kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat
menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya.
3) Georgy R. Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya
pengaruh yang dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga
orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Paul Hersay, Ken Blanchord
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi tertentu (H.
Zaidin Ali, 2015).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 16


2.2.2 Teori Kepemimpinan
1) Georgy R. Terry
a. Teori Keadaan: Kepemimpinan yang bersifat fleksibel, yang
selalu menyesuaikan terhdap situasi.
b. Teori Supportif atau Partisipatif atau Demokratik: Pimpinan
memberikan support kepada bawahan untuk bekerja baik.
c. Teori Sosiologi: Pemimpin membantu aktivitas pengikut dan
menyelesaikan konflik organisasi dan pengikut.
d. Teori Psikologis: Pemimpin dengan berjalannya
kepemimpinan meningkatkan motivasi pengikut atau
bawahan.
e. Teori Otokratis adalah Pemimpin dengan berjalannya
kepemimpinan memberikan perintah, paksaan dan tindakan
(arbiater).

2) Ki Hajar Dewantara
Trilogi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara :
a. Ing ngarso sung tulodo: Di depan memberi teladan.
Maksudnya seorang pemimpin harus dapat menjadikan
dirinya sebagai anutan dan ikutan orang – orang yang
dipimpinnya.
b. Ing madya mangun karso: Ditengah menumbuhkan karsa atau
kehendak (inisiatif), membangkitkan semangat berswakarsa
dan kreatifitas orang lain yang dipimpinnya.
c. Tut wuri handayani: Mengikuti dari belakang dengan
membimbing, bahwa seorang pemimpin harus member
kesempatan dan mendorong orang – orang yang dipimpinnya
agar berani berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 17


3) Teori Sifat (The Traitist theory of leadership)
a. Ordway Tead
Ada 10 sifat yang perlu dimiliki seorang pemimpin :
1) Memiliki kekuatan fisik dan mental,
2) Paham arah dan tujuan,
3) Antuasiasme,
4) Ramah tamah dan efektif,
5) Memiliki integritas (terpercaya),
6) Memiliki keahlian tehnis,
7) Cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan,
8) Cerdas,
9) Cakap mengajar,
10) Setia
b. Jhon D. Millet
Ada 4 sifat yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin :
1) Kemampuan melihat perusahaan (atau organisasi) secara
keseluruhan,
2) Kemampuan mengambil keputusan,
3) Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan
wewenang,
4) Kemampuan menanamkan kesetiaan pada perintah.
c. George R. Terry
1) Cerdas (intelligence)
2) Inisiatif
3) Kekuatan atau pendorong (energy or drive)
4) Kematangan emosi (emotional maturity)
5) Meyakinkan ( persuasive)
6) Kemahiran berkomunikasi (communicate skill)
7) Percaya diri (self-assurance)
8) Cerdik (perceptive)
9) Kreatif (creativity)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 18


10) Berperan serta dalam pergaulan social (social
participation).

4) Shri Majapahit Gajah Mada


Panca dasa kepemimpinan Gajah Mada adalah :
a. Wijnanan: sikap bijaksana
b. Mantra Wira: sebagai pembela Negara sejati
c. Wicaksanang Naya: bijaksana dalam menganalisan dan
mengambil keputusan
d. Matanggwan: mendapat kepercayaan dari bawahan
e. Satya Bakti Haprabhu: loyal pada atasan
f. Wajnana: pandai berpidato dan berdiplomsi
g. Sajjawopasama: tidak sombong, rendah hati, manusiawi
h. Dhirottsaha: bersifat rajin, kreatif
i. Tan Lalana: bersifat gembira, periang
j. Disyacitta: jujur, terbuka
k. Tan Satrisna: tidak egois
l. Masihi Samastha Bhuwana: bersifat penyayang, cinta alam
m. Ginong Pratidina: tekun menegakkan kebenaran
n. Sumantri: sebagai abdi Negara yang baik
o. Anayakan Musuh: mampu membinasakan lawan.

5) H. Zaidin Ali, SKM.MBA.MM


a. Tegas (Firm): Selalu menegakkan peraturan dengan tegas,
member hadiah (reword) bagi yang berpartisipasi dan
hukuman (punishmant) bagi yang bersalah/ melanggar
peraturan.
b. Adil (Fair): Selalu berlaku adil terhadap bawahan sesuai
dengan beban kerja dan beban tanggung jawabnya.
c. Sikap berteman (Friendly): Bersikap keterbukaan,
kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban antara pimpinan
dan bawahan (H. Zaidin Ali, SKM, 2010).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 19


2.2.3 Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau
karakteristik khusus dari suatu bentuk kepemimpinan . Ada 4 (empat)
gaya kepemimpinan yang telah dikenal yaitu: otokratis, demokratis,
partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1989 dalam Mugianti, 2016).
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan
yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara
otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan
pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara
paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu dating dari pimpinan
g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
h. Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif
i. Lebih banyak kritik daripada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat
k. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m. Kasar dalam bertindak
n. Kaku dalam bersikap

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 20


o. Tanggung jawab keberhasilan organisasu hanya dipikul oleh
pimpinan.
Keuntungan: kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan
keputusan dan bertindak, sehingga untuk sementara mungkin
produktivitas dapat naik.
Kerugian: suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga
dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak puasan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang
pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang
dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang
demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi
untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi
mereka untuk mencapai tujuan bersama. Gaya kepemimpinan
demokratis memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
b. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang
kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbale balik, baik terjadi antar
pimpinan dengan bawahan maupun bawahan dengan
bawahan
f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau
kegiatan bawahan dilakukan secara wajar
g. Prakarsa dapat dating dari pimpinan maupun bawahan
h. Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih
bersifat permintaan dari pada instruktif
i. Tugas-tugas kepada bawhan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dar pada instruktif
j. Pujian dan kritik seimbang

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 21


k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan
dalam bats kemampuan masing-masing
l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
n. Terdapat suasana saling percaya, saling hrmat,
menghormati dan saling harga menghargai
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama
pimpinan dan bawahan.
Keuntungan: berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi.
Kelemahan: keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban,
rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan
merupakan keputusan yang terbaik.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama
antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis dengan cara
mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan pemecahannya
kemudian mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan selanjutnya
menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan
bawahannya untuk memecahkan masalah yang ada.
4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire “Liberal”
Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai
gaya “membebaskan” bawahan melakukan sendiri apa yang ingin
dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung
jawabnya, meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau
koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan, melakukan
dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 22


Kepemimpinan Liberal antara lain berciri :
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan,
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan,
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahannya,
e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan, atau kegiata yang dilakukan para bawahan,
f. Prakarsa selalu dating dari bawahan,
g. Hampir tida pengarahan dari pimpinan,
h. Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok,
i. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan
kelompok,
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang
per orang.
Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya
kepemimpinan di atas memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi
tertentu tetapi tidak efektif dalam situasi lainya.
Menurut (Gillies, 1989 dalam Mugianti, 2016) Faktor yang
menetukan efektifitas gaya kepemimpinan secara situasional
meliputi:
a. Kesulitan atau kompleksitas tugas yang diberikan,
b. Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas,
c. Ukuran unit organisasi,
d. Pola komunikasi dalam organisasi
e. Latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai,
f. Kebutuhan pegawai dan kepribadian pemimpin

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 23


Keuntungan: para anggota atau bawahan akan dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
Kelemahan: kekacauan karena tiap pejabat bekerja menurut selera
masing- masing.

2.2.4 Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan


Dalam keperawatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan
dilaksanakan dengan cara (Burgess 1988 & Gillies 1988) :
1. Fungsional atau penugasan: Yaitu pembagian tugas untuk perawat
yang dilakukan oleh kepala ruangan masing - masing mempunyai
tugas khusus.
2. Alokasi pasien: yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan
untuk beberapa klien atau satu klien oleh satu perawat saat
berjaga.
3. Perawatan group atau team nursing: yaitu pelayanan lapangan
dimana sekelompok perawat memberikan pelayanan keperawatan
kepada sekelompok klien, kelompok ini dipimpin oleh perawat
yang berijasah dan berpengalaman.
4. Pelayanan keperawatan utama: yaitu pengorganisasian dalam
pelayanan keperawatan sehingga satu orang primary nursing
dalam 24 jam bertanggung jawab pada klien yang di bawah
tanggung jawabnya dari masuk RS sampai pulang.

2.2.5 Klasifikasi Pasien


Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Menurut
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 2015) membagi
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
1. Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2
jam/hari
a. kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. makanan dan minum dilakukan sendiri

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 24


c. ambulasi dengan pengawasan
d. observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
e. pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
f. perawatan luka sederhana.
2. Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan
waktu 3-4 jam/hari
a. kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. ambulasi dibantu
d. pengobatan dengan injeksi
e. klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
f. klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
3. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
a. semua kebutuhan klien dibantu
b. perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
c. observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
d. makan dan minum melalui selang lambung
e. pengobatan intravena “perdrip”
f. dilakukan suction
g. gelisah atau disorientasi
h. perawatan luka kompleks.

2.2.6 Ketenagaan Kerja


Dibawah ini dijelaskan beberapa tugas atau tanggung jawab Kepala
Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim; Secara umum,
masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki tanggung
jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1. Tanggung Jawab Karu :
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 25


c. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan
keterampilan kepemimpinan dan managemen
d. Mengorientasikan tenaga baru
e. Menjadi narasumber bagi tim
f. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset
keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2. Tanggung Jawab Katim :
a. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana
keperawatan (renpra), menerapkan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi renpra
c. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan
oleh anggota tim
d. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3. Tanggung Jawab Anggota Tim:
a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total atau komprehensif pada sejumlah
pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim
tidak ada di tempat
Berkontribusi terhadap perawatan: observasi terus menerus, ikut ronde
keperawatan, berinterkasi dengan pasien dan keluarga, berkontribusi
dengan ketua katim atau ketua ruangan bila ada masalah.

2.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


2.3.1 Definisi
Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) merupakan suatu kerangka kerja yang mendefenisikan empat
unsure, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan
sitem MAKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang
diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/ jasa layananan
perawatan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 26


Hoffart & Woods dalam Jurnal Mudjiati (2016) juga
menyebutkan Sistem MAKP adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut.

2.3.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan


Profesional (MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (2015)
mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi
model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim
dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak
terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
(Marquis & Huston, 2018; 143) yaitu:

1. Sesuai dengan visi dan misi institusi


2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP


1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
2. Standar Praktik Keperawatan
3. Model Praktik
4. Manajerial Grid

2.3.4 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Ada beberapa metode system pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Mc laughin, Thomas, dan barterm (2015)
mengidentiifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi
model yang umum digunakan dirumah sakit adalah asuhan keperawatan
total, tim, dan primer. Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 27


tentang metode pemberian asuhan keperawatan professional. Ada lima
metode pemberian asuhan keperawatan professional ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.

1. Fungsional (bukan model MAKP)


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah
dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan
satu atau dua jenis intervensi kepeerawatan saja (misalnya, merawat
luka) kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruang

Perawat: Perawat: Penyiapan: Kebutuhan dasar


Pengobatan Merawat Luka Instrumen

Pasien

Kelebihan :
a. Manajemen klasik yang menekankan sfisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan atau belum berpengalaman
Kelemahan :
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 28


c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.

1. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam
satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini biasa
digunakan pada pelayanan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan
unit gawat darurat.
Konsep metode tim :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinannya
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontuinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang
Kelebihan :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komonikasi antar tim, sehingga konflik bisa
diatasi dan memberi kepuasan pada anggota tim
Kelemahan : komonikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya yang
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan
pada waktu-waktu sibuk

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 29


Konsep metode tim :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komonikasi yang efektif agar kontunuitas rencana
keperawatan terjamin.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim :
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi.
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruang :
a. Perencanaan:
1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: Gawat,
Transisi, dan persiapan pulang, bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan apapun penjadwalan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 30


6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah,serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9) Mmembantu membimbing peserta didik keperawatan
10) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Mmembuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas
4) Membuat rentan kendali, kepala ruangan membawahi dua
ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain –
lain
6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di
tempat kepada ketua tim
9) Mmemberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan cara penanganannya

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 31


c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap
4) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakn tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
b) Melalui supervisi :
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaik/ mengawasi kelemahan –
kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa, rencana
keperawatan serta catatn yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
5) Audit keperawatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 32


Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien Pasien Pasien

2. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktikkemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang di tugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Diagram pengembangan MAKP (Nursalam, 2009)

Tim Medis Kepala ruang Sarana RS

PPI PPI

PA I PA I
PA2 PA2

Pasien Pasien
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis and Huston, 1998 ;
138)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 33


Dokter Kepala ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksan


Evening Night jika diperlukan days

Kelebihan:
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan
model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang
kondisi pasien yang selalu di perbarui dan komprehensif.
Kelemahan adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 34


menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep dasar metode primer :
a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat ;
b. Ada otonomi;
c. Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas perawat primer :
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. Mmebuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. Melaksanakn renca yang telah dibuat selama ia dinas;
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelyanan yang di
berikan oleh disiplin lain maupun perawat lain;
e. Mengevaluasi keberhasilan yang di capai;
f. Menerima dan menyesuaiakan rencana
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial
1. di masyarakat
i. Membuat jadwal perjanjian klinis
j. Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala ruang atau bangsal dalam metode primer:
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
d. Evaluasi kerja
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staff
f. Membuat satu sampai dua pasien untuk model agar dapat
mengenal hambatan yang terjadi

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 35


Ketenagaan metode primer:
a. Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu
berada dekat dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan di tentukan oleh kepala bangsal
d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun
non professional sebagai perawat asisten
4. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas pasien akan di rawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif
dan tidak ada jaminan bahwa pasien dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode petugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi
dan perawatan intensif.
Kelebihannnya:
a. Perawat lebih memahami kasus perkasus
b. Sistem evaluasi dari menejerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf perawat

Pasien Pasien Pasien

Sistem asuhan keperawatan ‘Case Methode Nursing’ (Marquis dan Huston,


1998: 138)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 36


5. Modifikasi MAKP Tim-Primer
Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari kedua
system. Menurut Sitorus (2002) penetapan system model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan berikut:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendididkan S1 keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfrakmentasi pada berbasgai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatn dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer,
kerena saat ini perawatn yang ada di RS adalah sebagian besar lulusan D3,
bimbingan tentang asuahan keperawatn diberikan oleh perawat primer

Contoh (Dikutip dari Sitorus, 2002):


Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat
primer (PP) dengan kualifikasi ners, disamping seorang kepala ruang
perawat yang juga ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi
pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D3 keperawatan (3
orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan pada setiap sif jaga terlihat
pada gambar berikut :
Kepala Ruang

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA
PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 37


2.4 Lima Unsur Dalam Metode Keperawatan
2.4.1 M1 (MAN)
Sumber daya manusia atau biasa disungkat menjadi SDM
potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan
perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang
mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terandung
di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanya
yang seimbang dan berkelanjutan.
Menurut Dessier (1997) dalam Suroso Santoso (2013) fungsi
yang dijalankan oleh manajemen pada hakikatnya merupakan dasar dari
manajemen sumber daya manusia. Fungsi dari manajemen tersebut
adalah
1. Planning (P) atau perencanaan, yaitu menetapkan apa yang harus
ditetapkan
2. Organizing (O) atau pengorganisasian, yaitu penugasan kelopok
kerja serta penstafan atau penyusunan personalia.
3. Actuating (A) atau pengarahan yang terjadi atas kepemimpinan,
motivasi dan manajemen koflik.
4. Controlling (C) atau pengendalian
Mc.Leod (1995) dalam Suroso Santoso (2013) memandang
manajemen dari sudut manajemen sistem informasi dan
mengelompokkan komponen manajemen sumber daya manusia sebagai
berikut:
1. Perekrutan (Recrutting)
2. Penerimaan (Hiring)
3. L,=pendidikan dan pelatihan ( Education and Trainning)
4. Pemutusan hubungan kerja (firing)
5. Administrasi tunjangan (Employee Benefits Administration)
6. Manajemen informasi sumber daya manusia (Human Resorce
Information Manajement).
Tujuan sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik dengan
alasan sebagai berikut:

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 38


1. Membantu organisasi mencapai tujuan.
2. Memperkrjakan karyawan berketrampilan dan berkemampuan
secara efisien.
3. Menyediakan karyawan yang terlatih baik dan memiliki motivasi
tinggi
4. Meningkatkan kepuasan kerja dan aktualisasi dari karyawan
5. Mengembangkan dan memelihara kualitas kehidupan pekerja.
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah
suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peran sumber
daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan
efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapi tujuan
(goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi
maksimal.
Tujuan – tujuan MSDM terdiri dari 4 tujuan yaitu :
1. Tujuan organisasional
Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya
manusia diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun
demikian para manajer tetap bertanggung jawab terhadap kinerja
karyawan.
2. Tujuan fungsional
Sumber daya manusi menjadi tidak berharga jika
manajemen sumber daya manusia memiliki kriteria yang paling
rendah dari tingkat kebutuhan organisasi.
3. Tujuan sosial
Ditunjukkan untuk secara etis dan sosial merespon terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui
tindakan meminimalisasi dampak negatif terhadap organisasi
4. Tujuan personal
Tujuan personal hrus dipertimbangkan jika para karyawan
harus dipertahan kan, dipensiunkan atau dimotivasi. Jika tujuan
personal tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 39


dapat menurun dan karayawan dapat meninggalkan organisasi.
Pelatihan pengembangan prestasi.
5. Pengembangan dan evaluasi karyawan (Development and
evaluation).
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan
harus menguasai pekerjaan yang enjadi tugas dan tanggung
jawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga
kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta menigkatkan kinerja yang ada. Dengan begitu
proses perkembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat
penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun tinggkat
tinggi.
6. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai
(Compensation and protection).
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai
secara teratur dari organisasi dari perusahaan. Kompensasi yang
tepat sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga
kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang tidak
sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah
ketenagakerjaan dikemudian hari ataupun dapat menimbulkan
kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga dapat
diberikan pada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan tenang sehingga kontribusi pekerja tersebut dapat maksimal
dari waktu ke waktu kompensasi atau imbalan yang diberikan
bermacam-macam jenisnya yang telah diterangkan pada artikel lain
pada situasi organisasi.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 40


2.4.2 M2 (MATERIAL)
1) Definisi
Material merupakan sutu dari lima metode keperawatan
yang memiliki karakteristik:
1. (umumnya) kebutuhannya tidak pasti
2. Sangat menentukan proses kelancaran proses pelayanan.
3. Keberadaan dan ketidakberadaan atau kekurangannya
menimbulkan biaya
4. (umumnya) prosentasi tertinggi dalam neraca.
Material terdiri dari setengah jadi (raw material) dan
bahan jadi dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang
lebih baik selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga
harus dapat menggunakan bahan atau materi-materi sebagai
salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat
dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
2) Tujuan, Manfaat dan Sarana
1. Memahami konssep manajemen material secara mendalam dan
terintegrasi serta perannya dalm kehidupan pelayanan.
2. Menyusun rencana kebutuhan dan rencana kegiatan pengadaan
material secara fisik maupun finansial.
3. Menyajikan informasi material untuk dipakai sebagai retensi
pengambilan keputusan
4. Mengelola pergudangan dan distribusi barang
5. Melakukan evaluasi terhadap sistem manajemen matial sehingga
bisa diketahui inti masalah yang dihadapi dan cara
pemecahannya.
Tujuan manajemen persediaan (material) adalah untuk
menyediakan jumlah material yang tepat, waktu yang tepat dan
biaya rendah. Untuk itu sangat dibutuhkan pengaturan material atau
bahan baku agar biaya produksi dapat lebih optimal.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 41


Pengertian material mempunyai pengertian sebagai suatu
pengaturan yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
sistem persediaan yang sekaligus system informasinya, agar dicapai
system informasinya, agar dicapai system pengadaan matrial yang
tepat waktu, tepat jumlah, tepat bahan dan tepat harga. System
pengaturan ini kemudian dikenal perencanaan kebutuhan barang
baku atau dalam istilah asing dikenal sebagai MRP (Material
Requirement Plannig) (Yammit, 2016).
Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan baku adalah
sebagi berikut (Yamit, 2016) :
a. Menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat
dibutuhkan untuk memenuhi jadwal induk produksi dan
menjamin kesediannya produk jadi bagi konsumen
b. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum
c. Merencanakan aktifitas pengiriman dan pembelian
Perencanaan material atau lebih sering dikenal dengan
Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem
informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan
permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem
ini bertujuan untuk mengurangi tingkat produktifitas. Terdapt dua
hal penting dalam MRP yaitu lead time dan beberapa jumlah
material yang sebaiknya dipesan (Johnny, et.ai.). (Jensen, 2014)
MRP adalah prosedur penjadwalan untuk proses produksi yang
terdiri dari beberapa level.
Informasi yang diberikan menggambarkan kebutuhan
produksi barang jadi dalam sistem, struktur sistem produksi,
inventori dan prosedur lot sizing untuk masing-masing operasi.
MRP menentukan menetukan jadwal operasi dan pembelian bahan
baku.
Teknik lot sizing merupakan teknik untuk meminimalkan
jumlah barang yang akan dipesan dan meminimalkan biaya
persediaan. Objek dari manajemen persediaan adalah ntuk

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 42


menghitung tingkat persediaan yang optimum yang sesuai dengan
permintaan pasar dan kapasitas perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan harus bisa mendefinisikan apa
yang harus dipesan, kapan haru memesan dan beberapa banyak
yang harus dipesan. Hal ini bukanlah persoalan yang mudah. Maka
dari itu manajemen harus bisa membuat keputusan untuk memesan
seekonomis mungkin barang yang dibutuhkkan.

2.4.3 M3 (METHODE)
1) Timbang Terima
a) Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa
istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout,
signover dan cross coverage. Handover adalah komunikasi oral
dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga.
Friesen (2018) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung
jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga
meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat
sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam (2010), menyatakan timbang terima adalah
suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana
terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab tentang pasien
dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari
handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat
tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 43


b) Tujuan Timbang Terima
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data
fokus).
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan kepada klien.
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas
perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama
yaitu:
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan
mengekspresikan perasaan perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.
c) Langkah-langkah dalam Timbang Terima
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal
yang akan disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung
jawab shift selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara
jelas dan tidak terburu-buri.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama
secara langsung melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 44


d) Prosedur dalam Timbang Terima
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang
terima kepada masing-masing penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau
operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang
terima adalah:
1) Identitas klien dan diagnosa medis.
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih
muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
4) Intervensi kolaborasi dan dependen.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, dalam persiapan untuk konsultasi
atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan
secara rutin.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 45


e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas. Penyampaian
pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat.
(Nursalam, 2010).
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan
melimpahkan tanggungjawab. Meliputi faktor informasi
yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan
pulang dan datang melakukan pertukaran informasi.
Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkinkan adanya
komunikasi dua arah antara perawat yang shift
sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang
tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan.
Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan
untuk melakukan pengecekan data informasi pada
medical record atau pada pasien langsung.
e) Metode dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2015) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 46


b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak
memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan
kondisi secara umum
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan
keluarga, sehingga proses informasi dibutuhkan oleh
pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover Menurut
Kassean dan Jagoo (2015) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover
yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan
jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh
berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil
keputusan terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara
pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap
memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan
diantaranya:
1. Menggunakan Tape recorder Melakukan perekaman data
tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat
perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one
way communication

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 47


2. Menggunakan komunikasi oral atau spoken Melakukan
pertukaran informasi dengan berdiskusi
3. Menggunakan komunikasi tertulis–written. Melakukan
pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain. Berbagai metode yang
digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan
beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety,
menyusun pedoman implementasi untuk timbang terima,
selengkapnya sebagai berikut:
1) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang
untuk adanya pertanyaan dari penerima informasi
tentang informasi pasien
2) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to
date meliputi terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat
ini serta yang harus diantipasi
3) Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan
informasi oleh perawat penerima dengan melakukan
pengecekan dengan membaca, mengulang atau
mengklarifikasi
4) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat
penyakit, termasuk perawatan dan terapi sebelumnya
5) Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk
meminimalkan kegagalan informasi atau terlupa.
f) Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas
kesehatan.
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 48


g) Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang
sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi
layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan
adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif
tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan
waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja
malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan
dan gangguan pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan
keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil
kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono (2011) mengemukakan pekerjaan malam
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang
biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk
istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi
aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari
lingkungan masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang
diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial.
Menurunnya bahwa kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap
perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali
dan pemantauan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 49


4. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia
40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah
terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. Al (dalam
Adiwardana, 2017), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift
kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 %
per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri
terjadi pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa
kecelakaan cenderung banyak terjadi selama shift pagi dan
lebih banyak terjadi pada shift malam.
h) Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering
digunakan dalam komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan
untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana komunikasi
antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam
pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi
yang efektif dan memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan
menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh
perawat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 50


Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima
antara lain:
a. Identitas pasien
b. Diagnosa medis pesien
c. Dokter yang menangani
d. Kondisi umum pasien saat ini
e. Masalah keperawatan
f. Intervensi yang sudah dilakukan
g. Intervensi yang belum dilakukan
h. Tindakan kolaborasi
i. Rencana umum dan persiapan lain
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya tentang apa yang sudah dan akan
dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena
berbagai informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli &
Yayan B, 2017)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 51


i) Skema Timbang Terima

Pasien

Diagnose medis Diagnose


masalah keperawatan

Rencana
tindakan

Yang telah Yang akan


dilakukan dilakukan

Perkembangan
keadaan pasien

Masalah: Teratasi, Belum,


Sebagian

Gambar 1.1 : Skema timbang terima (Nursalam, 2010)

j) Mekanisme Kegiatan Timbang Terima


Tabel 1.2 : Mekanisme kegiatan timbang terima
TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
Pra a. Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse Karu, PP, PA
Timbang sudah siap dan berkumpul Station
Terima di Nurse Station.
b. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap PP.
c. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet), PP
yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang
terima & nursing kit.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 52


d. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.
Pelaksanaan PP dinas pagi melakukan 20 menit Nurse Karu, PP, PA
Timbang timbang terima kepada PP Station
Terima dinas sore.
Hal-hal yang perlu
disampaikan PP pada saat
timbang terima :
a. Identitas klien dan
diagnosa medis termasuk
hari rawat keberapa atau
post op hari keberapa.
b. Masalah keperawatan.
c. Data yang mendukung.
d. Tindakan keperawatan
yang sudah/belum
dilaksanakan.
e. Rencana umum yang perlu
dilakukan: Pemeriksaan
penunjang, konsul,
prosedur tindakan tertentu.
f. Karu membuka dan
memberi salam kepada Disamping
klien, PP pagi tempat
menjelaskan tentang klien, tidur klien
PP sore mengenalkan
anggota timnya dan
melakukan validasi data.
g. Lama timbang terima
setiap klien kurang lebih 5
menit, kecuali kondisi
khusus yang memerlukan
keterangan lebih rinci
Post Klarifikasi hasil validasi data 5 menit Nurse Karu, PP, PA
timbang oleh PP sore. station
terima a. Penyampaian alat- alat
kesehatan
b. Laporan timbang terima
ditandatangani oleh kedua
PP dan mengetahui Karu
(kalau pagi saja).
c. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
d. Penutup oleh karu.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 53


Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau
penanggung
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume
yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar
sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia
sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2008).
k) Evaluasi dalam Timbang Terima
a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang
telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien
dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin
kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian
shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima
pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang
akan mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke
perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup
jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 54


ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5
menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil Timbang terima dapat dilaksanakan setiap
pergantian jaga shift. Setiap perawat dapat mengetahui
perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.
Kerangka Teori
Berdasarkan teori di atas, gambaran pelaksanaan timbang
terima di Rawat Inap Ruang Anak RSUD Bangil di pengaruhi oleh
mekanisme kegiatan timbang terima, metode timbang terima, serta isi
timbang terima sehingga mempengaruhi kesiapan perawat dalam
melaksanakan timbang terima.

Kesiapan perawat dalam


Faktor yang mempengaruhi melaksanakan timbang
timbang terima: terima
1. Mekanisme kegiatan
dalam timbang terima Dimensi Kesiapan
2. Metode dalam timbang 1. Mekanisme kegiatan
terima dalam timbang
3. Isi pada saat timbang terima.
terima 2. Ketepatan metode
timbang terima.
3. Kesesuaian
menyampaikan isi
2) Sentralisasi Obat timbang terima

1. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya
kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya
dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2011).
Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan
konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat sehingga
perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis, sehingga
penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 55


sehingga resiko kerugian secara materiil maupun non materiil
dapat dieliminir.
2. Tujuan sentralisasi obat
Tujuan sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling
sering mengapa obat perlu disentralisasikan:
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti, dibuat hanya
untuk mencoba.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang
diperlukan.
5) Memesan obat lebih dari pada yang dibutuhkan, sehingga
banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa.
6) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya
atau panas.
7) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu
banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri (Nursalam, 2011).

3. Teknik pengelolaan sentralisasi obat


1) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara optimal dapat didelegasikan kepada
staf yang ditunjuk.
2) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat.
3) Penerimaan obat
a) Keluarga menyerahkan resep dan persyaratan yang
diperlukan kepada depo farmasi.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 56


b) Perawat menerima obat dari depo farmasi setiap hari
untuk dosis sehari (ODD) dalam kemasan 1 kali
pemberian (UDD).
c) Perawat menuliskan nama pasien, registrasi, jenis
obat, dan jumlah (sediaan) dalam format pemberian
obat dan meminta tanda tangan petugas farmasi.
d) Obat yang telah diterima dari farmasi selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kotak obat
e) Keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan
informasi bila mana obat tersebut akan habis
(Nursalam, 2011).
4) Pembagian obat
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin
dalam lembar daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar pemberian obat, dengan
terlebih dahulu di cocokkan dengan terapi di dalam
advis dokter.
c) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, efek
samping obat. Pantau adanya efek samping pada
pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek setiap pagi
oleh kepala ruangan/petugas yang ditunjuk dan
didokumentasikan dalam format pemberian obat pada
kolom sisa.
e) Penambahan obat baru :
Bila ada penambahan/perubahan jenis, dosis atau
perubahan rute pemberian obat, maka informasi ini
akan dimasukkan dalam format pemberian obat pada
kolom terima.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 57


5) Obat khusus
a) Obat disebut khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan rute pemberian
yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar.
b) Pemberian obat khusus didokumentasikan di format
pemberian obat khusus.
c) Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga yaitu
nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek
samping obat.

Alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2011)

Dokter Resep
PP

Pendekatan perawat
Surat persetujuan
sentralisasi obat,
Resep
PASIEN/ KELUARGA

FARMASI/APOTIK

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN


Lembar serah
OLEH PETUGAS FARMASI terima obat,
buku serah
terima obat

PENERIMAAN, PENDISTRIBUSIAN,
PENYIMPANAN OLEH PERAWAT

PASIEN / KELUARGA

OBAT HABIS

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 58


Keterangan :

: Garis Komando

--> : Garis Koordinasi

Gambar : 1.2 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2011)

Pengorganisasian peran
1) KARU
a) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan
malpraktik.
b) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
c) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
2) PP
a) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan
program terapi.
d) Melakukan pendelegasian tentang pemberian obat
kepada PA.
3) PA
a) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan
rencana.
b) Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
c) Melaksanakan program medis pemberian obat dengan
penuh tanggung jawab.
d) Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian
obat selama klien dirawat.
Instrumen dalam pelaksanaan sentralisasi obat
1) Lemari/kotak sentralisasi obat.
2) Surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 59


3) Ronde Keperawatan
1. Definisi Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping
pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat
associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran
klinik yang memungkinkan peserta didik untuk mentransfer dan
mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik
keperawatan secara langsung. Karakteristik ronde keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan
diskusi bersama
4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawatp rimer untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengatasi masalah.
2. Tujuan Ronde Keperawatan
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana
perawatan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 60


3. Peran dalam Ronde Keperawatan
A. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawata utama
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan
4. Menjelaskan tindakan selanjutnya
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
B. Peran Ketua Tim Lain dan atau Konselor
Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet
(anggota tim) dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya
sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan
keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain :
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan
4. Menjelaskan tindakan selanjtunya
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler :
1. Memberikan justifikasi
2. Memberikan reinforcement
3. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional
4. Mengarahkan dan koreksi
5. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
4. Langkah-langkah Ronde Keperawatan
1) Persiapan
1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu
pelaksanaan ronde.
2. Pemberian inform consent kepada klien atau keluarga.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 61


2) Pelaksanaan
1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal
ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan
dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan
dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat
konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien
serta tindakan yang akan dilakukan.
4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah dan yang akan ditetapkan.
3) Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien
tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
5. Kelemahan Ronde Keperawatan
Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa
kurang nyaman serta privasinya terganggu. Masalah yang
biasanya terdapat dalam metode ini adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada prosedur keperawatan
2. Persiapan sebelum praktek kuarang memadai
3. Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde
keperawatan
4. Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan.
6. Alur Ronde Keperawatan
Alur yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 62


Tahap Pra Ronde (Nursalam,2011)
PP

PENETAPAN PASIEN PROPOSAL

PERSIAPAN PASIEN

1. INFORM CONSENT
2. HASIL PENGKAJIAN
DAN INTERVENSI DATA

1. APA YG MENJADI MASALAH


2. PERIKSA KEMBALI DATA
3. APA YANG MENYEBABKAN
PENYAJIAN MASALAH MASALAH TERSEBUT
4. BAGAIMANA PENDEKATAN
(PROSES SOP)

Tahap ronde pada bed pasien VALIDASI DATA

DISKUSI KARU, PP, PERAWAT


KONSELOR

ANALISA DATA
Tahap ronde pada bed pasien

MASALAH TERATASI APLIKASI HASIL ANALISA DAN


DISKUSI

Keterangan :
1. Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
b. Menentukan tim ronde
c. Mencari sumber atau literatur memersiapkan pasien
d. Membuat proposal

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 63


e. Mempersiapkan : informed consent dan pengkajian
f. Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung,
asuhan keperawatan yang dilakukan dan hambatan selama
perawatan.
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencanan tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
epala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan
3. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya.

4) Supervisi Keperawatan
1. Pengertian
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai
pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan
untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi
semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan
bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan
para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja
perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan,
pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi
terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 64


Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan
variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008). Pelaksana
Supervisi Keperawatan Materi supervisi atau pengawasan
disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf
perawat pelaksana yang disupervisi terkait dengan kemampuan
asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Supervisi keperawatan
dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertangguung
jawab antara lain (Suyanto,2016):
1. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang
perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi
perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan
baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan
dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang
perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang
menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat
melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua
tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar, 2017).
2. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di
bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai
pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya
pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala
bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan
bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara
langsung atau tidak langsung melalui para pengawas
keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi
kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh
karena itu tugas dari seorang supervisor adalah

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 65


mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama
pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan,
memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar
menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan
pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan
bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuahan keperawatan.
2.Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola
yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran
atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi
mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka
disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan
yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar,
2014) Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi
antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang
efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan atau
penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto,
2017).
3. Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai
hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya.
Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan dengan
mengarahkan, melancarkan, membimbingan, memotivasi, dan
mengendalikan (Dharma, 2013). Seorang keperawatan dalam
menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki kemampuan
dalam (Suyanto, 2017):

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 66


1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga
dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan
pelaksanan keperawatan.
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja
kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
4. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok).
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf
dan pelaksana keperawatan.
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat.
7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang
diberikan lebih baik.
4. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan
1. Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang
manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang
yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif
bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan
efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan
mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi
tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari
kesalahan atau penyimpangan (Arwani,2006). Teknik supervisi
dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
a. Teknik Supervisi Secara Langsung: supervisi yang
dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor
terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 67


(dalam Wiyana, 2017). Cara memberikan supervisi efektif
adalah :
1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami
2) Menggunakan kata-kata yang tepat
3) Berbicara dengan jelas dan lambat
4) Berikan arahan yang logis
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu
6) Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami
7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn
atau perlu tindak lanjut supervisi lansung dilakukan
pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian
formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi
akan dilakukan pada kinerja pendokumentasian
dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap
komponen dalam proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(Wiyana, 2017):
1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi
bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi. Lakukan
supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat
melakukan pendokumentasian. Supervisor melihat hasil
pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat
yang mendokumentasikan
2) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar
dengan asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan
form A Depkes 2005
3) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing
perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian
mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 68


sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai form A dari Depkes
4) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen
supervisi.
b. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang
dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang
terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2017. Langkah-
langkah Supervisi tak langsung:
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat
hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan
standar dokumentasi asuhan keperawatan yang
ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di
supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang
masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada
perawat yang mendokumentasikan.
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang
tidak lengkap atau sesuai standar.
5. Prinsip Supervisi Keperawatan
Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan
kegiatan supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan
prinsip-prinsip supervisi. Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi
syarat antara lain didasarkan atas hubungan professional dan
bukan hubungan pribadi, kegiatan harus direncanakan secara
matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman pada

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 69


perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja
yang demokratis.
Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi
adalah harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu
terjadinya penilaian diri (self evaluation), bersifat progresif,
inovatif, fleksibel, dapat mengembangkan potensi atau kelebihan
masing-masing orang yang terlibat, bersifat kreatif dan
konstruktif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan kinerja
bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
(Arwani, 2006). Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di
bidang keperawatan (Nursallam, 2007) antara lain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan,
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis
antara supervisor dan perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana
yang spesifik
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat dan manajer.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 70


6. Kegiatan Rutin Supervisor
Untuk dapat mengkoordinasikan system kerja secara
efektif, para supervisor harus melakukan dua jenis kegiatan, yaitu
kegiatan tugas dan kegiatan supervisi. Kegiatan tugas adalah
kegiatan yang melibatkan supervisor dalam pelaksanaan lansung
suatu pekerjaan.
Kegiatan supervisi adalah kegiatan yang mengkoodinasikan
pekerjaan yang dilkukan orang lain. Supervisor yang efektif
menekankan kegiatan supervisi (Dharma, 2003). Kegiatan dalam
supervisi adalah sebagai berikut (Wiyana, 2008) :
a. Persiapan. Kegiatan Kepala Ruangan (supervisor) meliputi:
1) Menyusun jadwal supervisi,
2) Menyiapkan materi supervisi (format supervisi, pedoman
pen dokumentasian).
3) Mensosialisasikan rencana supervisi kepada perawat
pelaksana
b. Pelaksanaan supervisi. Kegiatan kepala ruangan (supervisor)
pada tahap pelaksanaan supervisi meliputi :
1) Mengucapkan salam pada perawat yang disupervisi
2) Membuat kontrak waktu atau kesepakatan waktu
supervisi pendokumentasian dilaksanakan
3) Bersama perawat mengidentifikasi kelengkapan
pendokumentasian untuk masing-masing tahap
4) Mendiskusikan pencapaian yang telah diperoleh perawat
dalam pedokumentasian asuhan keperawatan
5) Mendiskusikan pencapaian yang harus ditingkatkan pada
masing-masing tahap
6) Memberikan bimbingan atau arahan pendokumentasian
asuhan keperawatan
7) Mencatat hasil supervisi.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 71


c. Evaluasi. Kegiatan kepala ruangan (supervisor) pada tahap
evaluasi meliputi:
1) Menilai respon perawat terhadap pendokumentasian
yang baru saja di arahkan,
2) Memberikan reinforcement pada perawat,
3) Menyampaikan rencana tindak lanjut supervisi
7. Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model
supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain
(Suyanto, 2008):
a. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung
untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian
asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas.
Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif
dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat
pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang
baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
b. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah
direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau
masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan
dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu,
dilakukan secara berkesinambungan atau berkaitan,
dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi
yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 72


c. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu
perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme
sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian
asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan
dengan standar keperawatan.
d. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan
personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor
dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi.
Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya
sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dan mempermudah proses supervise.

5) Discharge Planning
1. Pengertian
Discharge Plalnning merupakan suatu proses yang dinamis
dan sistemik dari penilaian. Persiapan serta koordinasi yang
dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan
pelayanan kesehatan dan playanan sosial sebelm dan sesudah
pulang. (Carpenito, 1990).
2. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge Planning
yang efektif juga menjamin perawatan yang berkelanjutan disaat
keadaan yang penuh dengan stress. Bertujuan untuk peningkatan
kontinuitas perawatan, meningkatkan kwalitas perawatan dan
memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 73


3. Manfaat
Menurut Spatin (2013) perencanaan pulang mempunyai
manfaat:
a. Dapat memerikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit
b. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis dan
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengindentifikasi kekambuhan
atau kebutuhan perawatan baru
d. Membatu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan rumah
e. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan dan biaya pengobatan
f. Bahan pendokumentasian perawatan

2.4.4 M4 (MONEY)
1. Pengertian Budget
Budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu untuk (periode) tertentu yang akan datang.
Dari pengertian diatas nampaknya bahwasuatu budget mempunyai 4
unsur yaitu :
a. Rencana
b. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan
c. Dinyatakan dalam unit
d. Jangka waktu tertentu yang akan dating
Dalam pengertian budgeting yang telah diuraikan diatas,
dapatlah diketahui bahwa budget merupakan hasil kerja (output)
yang terutama berupa tafsiran – tafsiran yang akan dilaksanakan di
waktu yang akan datang. Sedangkan yang dimaksudkan dengan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 74


budgeting adalah proses kegiatan yang menghasilkan budget tersebut
sebagai hasil kerja (outout), serta proses kegiatayang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi budget, yaitu fungsi-fungsi
pedoman kerja, ala pengkordinasian dan alat pengawasan. Secara
lebih proses kegiatan yang tercakup dalam budgeting antara lain:
a. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk
menyusun budget
b. Pengolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk
mengadakan tafsiran-tafsiran dalam rangka menyusun budget.
c. Menyusun budget serta menyajikan secara teratur dan sistematis
d. Pengkordinasian pelaksanaan budget
e. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan,
yaitu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap
pelaksanaan budget.
f. Pengolaan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan
interpretasi dan memperoleh kesimpulan – kesimpulan dalam
rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang
telah dilaksanakan serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan
sebagai tindak lanjut (follow up) dari kesimpulan-ksimpulan
tersebut.
2. Manfaat budget
Manfaat budget terdiri dari 3 pokok yaitu:
a. Sebagai pedoman kerja
Yang mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan
arahan serta sekaligus memberikan target-taget yang harsu dicapai
perusahan diwaktu yang akan datang
b. Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi juga sebagai tolak ukur, sebagai alat
pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan
nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang di dalam bajet
dengan apa yang dicapai realisasi kerja perusahaan, dapatlah

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 75


dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja ataukah kurang
sukses bekerja.
c. Sebagai alat pengkoordinasian kerja
Budget berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasi kerja
agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan
dapat saling menunjang. Saling berkerja sama dengan baik untuk
menuju kesasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian
kelancaran jalannnya perusahaan akan lebih terjamin.
3. Faktor-faktor interna
Yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam
perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa:
a. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalaah
harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan
saluran distribusi dan sebagainya.
b. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
c. Tenaga kerja yang dimilik perusahaan, baik jumlahnya
(Kuantitatif) maupun keterampilan dan keahlian (Kualitatif)
d. Model kerja yang dimiliki perusahaan
e. Fasilitas lain yang dimiliki perusahaan
f. Kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan dengan pelaksaaan
fungsi-fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran, dibidang
produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi maupun
personalia. Faktor-faktor eksterna yaitu data, informasi dan
pengalaman yang terdpat di luar perusahaan, tetapi dirasa
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor –
faktor tersebut antara lain berupa :
a) Keadaan persaingan
b) Tingkat pertumbuhan penduduk
c) Tingkat penghasilan masyarakat
d) Tingkat pendidikan masyarakat
e) Tingat penyebaran penduduk
f) Agama, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 76


g) Berbagai kebijakan pemerintah, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial,budaya, maupun keamanan
h) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional,
kemajuan teknologi dan sebagainya.
4. Prosedur Penyusun Budget
Pada dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau
menyusun serta pelaksaan kegiatan Budgeting lainnya, ada di tangan
pimpinan tertinggi perusahaan. Namun demikian tugas menyiapkan
dan menyusun budget serta kegiatan budgetting lainnya tidak harus
ditangani sendiri oleh pemimpin etrtinggi perusahaan, melainkan
dapat di delegasikan kepada :
a. Bagian administrasi, bagian perusahaan yang kecil, hal ini
disebabkan karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-
kegiatan perusahaan tidak terlalu kompleks dengan ruang
lingkup yang terbatas
b. Panitia budget, bagian peusahaan yang besa. Hal ini sebabkan
karena bagi perusahaan yang besar, kegiatan-kegiatan
perusahaan yang besar cukup kompleks. Beraneka ragam
dengan ruang lingkup yang cukup luar. Di dalam panitia budget
inilah dilakukan pembahasan-pembahasan tentang rencana-
rencana kegiatan yang akan datang, sehingga budget yang
tersusun nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai dengan
kondisi, fasilitas, serta kemampuan masing-masing bagian
secara terpadu
c. Baik bajet yang disusun oleh bagian administrasi (Perusahaan
kecil), maupun yang disusun oleh panitia bajet (Perusahaan
besar). Barulah merupakan rencana budget atau draf budget
(relative budget). Rancangan budget inilah yang diserahkan
kepada pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan
sebagai budget yang definitif
d. Setelah disahkan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka
rancangan budget tersebut telah menjadi budget yang definitif.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 77


2.4.5 M5 (MARKET)
1. Definisi
Market atau pasar adalah tempat dimana organisasi
menyebarluaskan (Memasarkan) produknya. Penguasaan pasar
dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor
menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka
harga harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli
(Kemampuan konsumen).
2. Faktor kunci keberhasilan dari pemasaran
Faktor kunci keberhasin dalam rencana strategi pemasaran
rumah sakit adalah
a. Adanya subbag marketting dalam struktur organisasi suatu
rumah sakit
b. Adanya visi dan misi
c. Status rumah sakit yang profit
d. Adanya upaya pemasaran yang telah dilaksanakan di suatu
rumah sakit
e. Jumlah spsialisasi yang memadai
f. Tersedianya fasilitas medik dan non medik yang memadai
3. Pengumpulan data dan analisa SWOT
a. Data internal
Data interna dapat diperoleh pada suatu rumah sakit
merupakan sumber daya yang ada yaitu mengcakup:
1. Struktur organisi yang dilengkapi subbag marketting
2. Jumlah dan mutu sdm yang memadai
3. Srana dan pra-sarana
4. Jumlah pelayanan klinik yang cukup banyak
5. Upaya pemasaran yang dilakukan
6. Menejemen rumah sakit negeri murni
7. Menciptakan suasana yang serasi dan bertanggung jawab
8. Meningkatkan kerja sama karyawan
b. Data eksternal

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 78


Untuk mendapatkan data eksternal adalah dapat diperoleh di
lingkungan, di luar umah sakit yang meliputi:
1. Kebijakan atau politik penetapan suatu rumah sakit
sebagai RS swasta atau negeri, direktur ada di bawah
yayasan atau pemerintahan.
2. Sosial atau pendidikan: semakin tinginya kesadaran
masyarakat akan membuat masyarakat semakin kritis
terhadap kebutuhan kesehatannya
3. Adanya kerja sama antar rumah sakit sebagai rumah sakit
swasta sebagai rumah sakit rujukan
4. Ekonomi
5. Budaya: masyarakat mencari pelayanan yang murah
6. Tekhnologi: adanya tekhnologi komputerisasi
7. Persaingan bisnis adanya rumah sakit swasta yang lebih
baik fasilitasnya sebagai pesaing.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 79


BAB III
PENGKAJIAN

3.1 Tingkat Ketergantuan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Tingkat ketergantungan klien di ruangan Anak dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan klien menurut Orem
yaitu Teori self Care Deficite; total partial,minimal care (Nursalam, 2002).
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Perawat minimal,memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam
2. Perawat intermediet dengan waktu 3-4 jam/24 jam
3. Perawat total dengan 5-6 jam/24 jam
Untuk mengetahui jumlah tenaga yang di butuhkan kelompok
menggunakan perhitungan tenaga menurut Douglas.
1. Pengaturan ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan
tingkat ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1-2/24 jam
1) Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
2) Mampu naik turun tempat tidur
3) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
4) Mampu makan dan minum sendiri
5) Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
6) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
7) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
8) Status psikologis stabil
9) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
10) Operasi ringan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 80


b. Perawatan partial/intermediet, memerlukan 3-4 jam/24 jam
1) Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
2) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur
3) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
4) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
5) Membutuhkan bantuan untuk makan/disuap
6) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdanan
7) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar
mandi)
8) Post operasi minor 24 jam
9) Melewati fase akut dari post operasi mayor
10) Fase awal dari penyembuhan
11) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c. Perawatan maksimal/total memerlukan 5-6 jam/24 jam
1) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawat yang lebih lama
2) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
3) Membutuhkan latihan pasif
4) Kebutukan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena
(infus) atau NG tube (sonde)
5) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
7) Dimandikan perawat
8) Dalam keadaan inkontinensia
9) 24 jam post operasi mayor
10) Pasien tidak sadar
11) Keadaan pasien tidak stabil
12) Observasi TTV setiap kurang dari jam
13) Perawatan luka bakar
14) Perawatan kolostomi
15) Menggunakan alat bantu nafas (ventilator)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 81


16) Menggunakan WSD
17) Irigasi kandung secara terus menerus
18) Menggunakan alat traksi
19) Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/leher

3.2 Kajian Situasi Rumah Sakit


3.2.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit
Gagasan untuk mendirikan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten
Pasuruan, berawal dari keberadaan Puskesmas Bangil sebagai
puskesmas perawatan dengan fasilitas sebanyak 77 tempat tidur. Dalam
perkembangannya karena tuntutan kebutuhan akan pelayanan rujukan
yang belum dimiliki Kabupaten Pasuruan, maka perlu untuk didirikan
Rumah Sakit yang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah
Kabupaten Pasuruan.
1. Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit Kelas D
pada tanggal 19 Desember 1979 oleh Gubernur Jawa Timur
diresmikan Rumah Sakit Umum Bangil yang berlokasi di Jalan
dr.Soetomo No. 101 Bangil
2. Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit Kelas C
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
206/Menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993, RSUD Bangil
meningkat kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C.
3. RSUD Bangil pindah di Jalan Raya Raci Bangil
Mengingat makin meningkatnya jumlah kunjungan ke RSUD
Bangil serta makin meningkatnya tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang lebih canggih dikaitkan dengan keterbatasan lahan
untuk pengembangan rumah sakit maka pada tanggal 18 Maret
2008 RSUD Bangil dilakukan relokasi dari yang berada di Jalan dr.
Soetomo No. 101 Bangil ke Jalan Raya Raci Bangil.
4. Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit
Badan Layanan Umum Daerah.Dalam rangka meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam pemberian jasa pelayanan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 82


kesehatan dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangan maka pada tanggal 24 Februari 2012 RSD Bangil
ditetapkan sebagai Rumah Sakit BLUD. Dengan status BLUD
tersebut maka RSUD Bangil lebih mengembangkan kegiatan
pelayanan, baik medik maupun non medik terutama melalui kerja
sama dengan pihak lain.

3.2.2 Visi dan Misi RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan


Ketetapan mengenai Visi dan Misi RSUD Bangil tertuang dalam
Keputusan Bupati Nomer 800/360/HK/424.013/2009,Visi RSUD
Bangil adalah ‘Rumah Sakit BLUD yang Profesional dan berorientasi
kepada Pelanggan’. ‘Rumah Sakit BLUD’ dalam arti RSUD Bangil
dapat mencukupi seluruh pembiayaan operasional pelayanan dengan
pendapatan fungsionalnya melalui pengelolaan manajemen dan
pelayanan kesehatan dengan baik. ‘Profesional’ yang berarti pelayanan
diberikan oleh tenaga yang berkompeten di bidangnya, pelayanan yang
diberikan tidak membeda-bedakan jenis pasien serta mengedepankan
service excellent dalam pemberian pelayanan. ‘Berorientasi kepada
Pelanggan’ yaitu kepuasan pasien dan keluarganya serta seluruh
stakeholder (eksternal dan internal) harus menjadi fokus dari seluruh
komponen dan fungsi di RSUD Bangil.
Misi RSUD Bangil adalah sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan prima
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional (SPO), Standar Profesi serta Pedoman
Diagnosis dan Terapi yang dilaksanakan oleh SDM yang
profesional serta didukung pelayanan informatif yang mudah
dipahami oleh pelanggan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 83


2. Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan SDM Rumah Sakit
Seluruh karyawan di rumah sakit telah memiliki
kompetensi yang sesuai dengan tugas masing-masing serta
menerima penghargaan sesuai dengan kontribusinya terhadap
kinerja rumah sakit.
3. Meningkatkan Mutu Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Seluruh sarana dan prasarana rumah sakit selalu disesuaikan
dengan perkembangan teknologi kesehatan/kedokteran dan tetap
terjaga dalam keadaan siap pakai.Mengelola sumber daya rumah
sakit secara efektif dan efisien.Menerapkan prinsip efisiensi dan
efektifitas serta pertimbangan ekonomi yang logis dalam
pengelolaan sumber daya rumah sakit menuju peningkatan
kemampuan pembiayaan operasional.

3.2.3 Motto RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan


Motto pelayanan RSUD Bangil adalah ‘Lebih Peduli dan
Berkualitas dalam Pelayanan’. ‘Peduli’ berarti seluruh jajaran petugas
memberikan pelayanan dengan sepenuh hati atau ikhlas tanpa
memandang tingkat Pendidikan, Sosial dan Ekonomi masyarakat.
‘Berkualitas’ berarti menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan RSUD Bangil dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap
pasien dan keluarganya (customer satisfaction).
Untuk mendukung visi, misi dan motto pelayanan tersebut, nilai-
nilai dasar yang digunakan di RSUD Bangil sebagai acuan bagi seluruh
karyawan yang selanjutnya dalam jangka panjang diharapkan menjadi
karakter dan budaya organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan. Nilai-nilai dasar tersebut adalah:
a. Jujur, berperilaku sebagai insan yang beriman, jujur dan bekerja
keras dalam segala aspek pelayanan.
b. Tanggung jawab, keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan
pelayanan yang berlandaskan pada kaidah ilmiah dankaidah

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 84


profesiserta tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat.
c. Visioner, berkomitmen dan mendahulukan kepentingan organisasi,
serta selalu menjaga keseimbangan Intelectual Quotion (IQ),
Emotional Quotion (EQ), dan Spiritual Quotion (SQ).
d. Disiplin, melaksanakan pekerjaan tepat waktu dan mengikuti aturan
yang telah ditetapkan.
e. Kerjasama, penuh empati dan mampu bekerjasama dengan sejawat,
atasan, bawahan dan pelanggan menuju pemberian pelayanan yang
bermutu.
f. Adil, berpikir positif, ikhlas, terbuka dan mampu menerima kritik
dan masukan untuk pembaharuan dalam mewujudkan keberhasilan
bersama
g. Peduli, memberikan perhatian dan solusi terhadap kesulitan dan
keluhan dari rekan kerja dan pelanggan.
Implementasi dari nilai-nilai dasar tersebut di atas dalam wujud
sikap dan perilaku yang diharapkan dari seluruh petugas dalam
memberikan pelayanan adalah :
a. SENYUM, memberikan senyum dengan tulus pada setiap orang
yang temui di rumah sakit
b. SALAM, menyapa dengan perkataan yang baik, menyebarkan
kedamaian di lingkungan rumah sakit.
c. SABAR, bersabar menghadapi segenap keluhan pelanggan karena
mereka mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 85


3.2.4 Tujuan dan Sasaran RSUD Bangil
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan adalah
‘Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat’.
2. Sasaran
Sasaran yang ingin diwujudkan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
meliputi:
a) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
b) Meningkatnya kunjungan masyarakat.
c) Meningkatnya layanan rawat inap.
d) Meningkatnya mutu layanan ibu dan anak.
e) Meningkatnya mutu pelayanan pada pasien.

3.2.5 Kebijakan RSUD Bangil


Kebijakan peningkatan kepuasan pelanggan melalui fokus pelanggan
dilakukan melalui:
1. Kebijakan pengendalian biaya dan penatausahaan keuangan untuk
memperbaiki pengelolaan keuangan BLUD.
2. Kebijakan rekruitmen tenaga profesional dan peningkatan
kompetensi SDM.
3. Kebijakan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat di Kabupaten Pasuruan.
4. Kebijakan penyediaan sarana dan prasarana layanan yang
memadai.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 86


3.3 Kajian Situasi Ruangan
3.3.1 Gambaran Umum Ruangan Asoka RSUD Bangil.
a. Analisa Situasi Ruangan Asoka
Ruang Asoka Merupakan salah satu ruang Rawat Inap di
RSUD Bangil, yang di gunakan sebagai ruangan untuk praktik
manajemen Keperawatan Program Studi Profesi Ners STIKes
Kendedes Malang. Ruangan ini berada di lantai 1 serta di batasi
oleh:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Ruang Hemodialisa dan Neuro
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Ruang Melati
3) Sebelah timur berbatasan dengan Jalan ke Gedung Menejemen
4) Sebelah barat berbatasan dengan Ruang tunggu pasien
Fasilitas untuk perawat :
1) 2 Nurse Station
2) 1 Meja Administrasi
3) 1 Kamar mandi perawat
4) 6 Toilet pasien
5) 1 Wastafel tempat cuci tangan
6) Ruang Perawatan
a) 6 Ruang perawatan
b) 1 Ruang isolasi
c) 1 ruang observasi (HCU)
7) Ruang Tindakan
8) Ruang Khusus
a) Alat Kesehatan
b) Ruang Ganti Perawat
c) Ruang Dokter
d) Mushola
9) Gudang
10) Ruang Janitor
11) Ruang Kotor

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 87


b. Visi, Misi dan Motto Keperawatan Ruang Asoka
1) Visi Ruang Asoka
Rumah sakit yang profesional dan berorientasi pada
pelanggan dengan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien
2) Misi Ruang Asoka
a) Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan
mengutamakan mutu dan keselamatan pasien
b) Mengembangkan pelayanan kesehatan, sarana prasarana serta
tenaga yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian
c) Mengelola sumber daya dan keuangan secara efektif, efisien,
dan akuntable
3) Motto Ruang Asoka
Motto pelayanan RSUD bangil adalah “lebih peduli dan
berkualitas dalam pelayanan”. “Peduli” berarti keseluruh jajaran
petugas memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dan iklas
tanpa memandang tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi
masyarakat.“Berkualitas” berarti menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan RSUD Bangil dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien dan keluarganya
(custumor satisfaction).
Untuk mendukung visi, misi dan motto pelayanan tersebut,
nilai-nilai dasar yang digunakan di RSUD Bangil sebagai acuan
bagi seluruh karyawan yang selanjutnya dalam jangka panjang
diharapkan menjadi karakter dan budaya organisasi dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan. Nila-nilai dasar
tersebut adalah:
a) Jujur, berperilaku sebagai insan yang beriman, jujur dan
bekerja keras dalam segala aspek pelayanan.
b) Tanggung jawab, keyakinan terhadap tatanan dalam
memberikan pelayanan yang berlandaskan kaidah ilmiah dan
kaidah profesi serta tidak bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku dimasyarakat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 88


c) Visioner, berkomitmen dan mendahulukan kepentingan
organisasi, serta selalu menjaga keseimbangan intelektual
quetion (IQ), emotional quetion (EQ), dan spiritual quetion
(SQ).
d) Disiplin, melaksanakan pekerjaan tepat waktu dan mengikuti
dengn aturan yang telah ditetapkan
e) Kerjasama, penuh empati dan mampu bekerja sama dengan
sejawat, atasan, bawahan dan pelanggan menuju pemberian
pelayanan yang bermutu
f) Adil, berpikir postif, iklas, terbuka dan mampu menerima
kritik dan masukan untuk pembaruan dan menwujudkan
keberhasilan bersama
g) Peduli, memberikan perhatian dan solusi terhadap kesulitan
dan keluhan dari rekan kerja dan pelanggan
Implementasi dari nilai-nilai dasar tersebut di atas dalam
wujud sikap dan perilaku yang diharapkan dari seluruh petugas
dalam memberikan pelayanan adalah :
a) SENYUM, memberikan senyum dengan tulus pada setiap
orang yang temui di rumah sakit.
b) SALAM, menyapa dengan perkataan yang baik, menyebarkan
kedamaian di lingkungan rumah sakit.
c) SABAR, bersabar menghadapi segenap keluhan pelanggan
karena mereka mempunyai kebutuhan dan keinginan yang
berbeda-beda.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 89


c. Komitmen Ruang Asoka
“KEBERSAMAAN ADALAH KOMITMEN KITA”
Komitmen Kebersamaan :
1) Kebersamaan Dalam Misi Keperawatan Dan Tujuan
Keperawatan Ruang Asoka
2) Kebersamaan Dalam Profesionalisme Kerja, Melalui : Sharyng
/ Transfer Knowledge
3) Bersama Adalah Ikatan Keluarga Ruangan Asoka
4) Keamanan Dan Kenyamanan Kerja.

d. Struktur Organisasi
Ruang Asoka di pimpin oleh seorang kepala ruangan di
bantu oleh 1 orang Administrasi, 1 orang Logistik, 1 orang SDM, 1
orang Mutu Pelayanan, 2 orang Ka.Tim, 4 Dokter Spesialis Anak,
dan 1 orang Cleaning Service dengan struktur organisasi sbb:
Struktur Organisasi dan Tupoksi

Kepala Instalasi Rawat Inap

Kepala Ruangan Anak

Penanggungjawab Penanggungjawab Penanggungjawab Admin


Mutu Sumber Daya Sarana
Manusia (SDM)

Katim I Katim II

PP PP

Gambar : 1.3 Struktur Organisasi ruang Asoka

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 90


3.4 Sumber Daya Manusia (M1-Man)
3.4.1 Jumlah Tenaga Keperawatan
a) Ketenagaan (Status Kepegawaian)
PNS : 8 orang
Non PNS : 9 orang
b) Ketenagaan (Jenjang Pendidikan)
Jumlah S1 Keperawatan : 3 orang
Jumlah D3 Keperawatan : 14 orang
Tenaga Administrasi (S1) : 1 orang

3.4.2 Masa Kerja Tenaga Perawat di Ruang Asoka

No Lama Kerja Jumlah


1 1-5 Tahun 11 orang

2 5-10 Tahun 1 orang

3 10-15 Tahun 2 orang

4 >15 Tahun 3 orang

3.4.3 Tenaga Medis


Di Ruang Asoka, terdapat 4 dokter spesialis anak dan 17 perawat
dan 1 administrasi. Maka, jumlah keseluruhan tenaga medis di Ruang
Asoka ada 22 orang.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 22 Januari
di Ruang anak RSUD Bangil Pasuruan didapatkan jumlah perawat dalam 1
hari tersebut adalah sebagai berikut :

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 91


STUKTUR ORGANISASI RUANGAN ASOKA
120
80
40 selalu
0 kadang-kadang
tidak pernah

Gambar 1.4: Hasil Quisioner M1 (Mean)

Dari hasil kuisioner didapatkan, 92% perawat mengatakan struktur


organisasi di ruang asoka sudah sesuai dengan kemampuan perawat, 100%
pembagian tugas sudah sesuai dengan struktur organisasi, 100% kepala
ruangan menjalankan tugasnya, 100% kinerja ketua TIM atau PP sudah
kompeten, 100% kesempata n untuk meningkatkan kemempuan kinerja,
serta 100% jumlah perawat dan pasien sudah sesuai.

3.4.4 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat di


Ruangan Asoka RSUD Bangil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 22-24
Januari di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan didapatkan jumlah

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 92


perawat jaga pagi 7 orang, perawat jaga sore 3 orang dan perawat jaga
malam 3 orang dengan tingkat ketergantungan pasien sebagai berikut:
Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan data tanggal 22 Januari 2018
didapatkan data :

No Diagnosa Medis Jumlah Tingkat Ketergantungan


Minimal Parsial Total
1 DADRS + FA 1 - 1 -
2 GEA 2 2 - -
3 Vomiting + DRS + Ispa 1 - 1 -
4 DADRS + AF + BP 1 - 1 -
5 DHF gr. II + Susp. DT 1 - - 1
6 TF 1 - - 1
7 Bronkopnemounia 1 - 1 -
8 GEA + DRS 1 - 1 -
9 GNA 1 - 1 -
10 St. Epilepticus Low Intake 1 - - 1
11 KDS 1 - 1 -
Total 12 2 7 3

Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan data tanggal 27 Januari 2020


didapatkan data :
No Diagnosa Medis Jumlah Tingkat Ketergantungan Pasien
Minimal Parsial Total
1 AFI + DADRS + BP 1 - - 1
2 DADRS + FA 1 1 - -
3 GEA 2 2 - -
4 Vomiting + Ispa + DRS 1 - 1 -
5 Sepsis + TB + Malnutrisi 1 - - 1
6 GEA + DRS 1 1
7 GNA 1 - 1 -
8 Hematoscecia 1 - 1 -
9 GEA + Ispa 1 - 1 -
10 KDS 1 - 1 -
11 DHF gride II + Susp. DT 1 - - 1
12 TF 1 - - 1
Total 13 3 6 4

Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan data tanggal 28 Januari 2020


didapatkan data :
No Diagnosa Medis Jumlah Tingkat Ketergantungan Pasien

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 93


Minimal Parsial Total
1 AFP + Paraparese + Coxifis 1 - - 1
2 OF + Intake Kurang 1 - 1 -
3 GEA 1 1 - -
4 Vomiting Profus + Dehidrasi 3 - 3 -
5 Sepsis + TB + Malnutrisi 1 - - 1
6 GNA 1 - 1 -
Total 8 1 5 2

Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan data tanggal 29 Januari 2020


didapatkan data :
No Diagnosa Medis Jumlah Tingkat Ketergantungan Pasien
Minimal Parsial Total
1 AFP + Paraparese + Coxifis 1 - - 1
2 OF + Intake Kurang 1 - 1 -
3 Anemia Gravis dd ABD 1 1 - -
4 Vomiting Profus + Dehidrasi 2 - 2 -
5 Epilepsi 1 - - 1
6 GNA 1 - 1 -
Total 7 1 4 2

Dari hasil diagnosa medis mulai tanggal 27-29 Januari 2020 dapat
disimpulkan 5 prosentase kasus besar di ruang Asoka sebagai berikut:

No Diagnosa Medis Total

1 Vomiting 5
2 GEA 3
3 GNA 1
4 Sepsis + TB + Malnutrisi 1
5 AFP + Paraparese + Coxifis 1

3.4.5 Alur Masuk Pasien


Alur pasien masuk ruangan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 94


IGD Poliklinik

Ruang anak Pelayanan :

1. Medis
2. Keperawatan
3. Penunjang
4. Administrasi
Membaik APS Dirujuk
Meninggal

RS Lain

Kontrol

Gambar 1.5: Alur Masuk Pasien

3.5 Sarana Dan Prasarana (M2-Material)


3.5.1 Peralatan Medis
N Nama Barang atau Alat Jumlah Keterangan
O
1. Timbangan Injak 1 Ada
2. Timbangan Bayi 1 Ada
3. Pengukur Tinggi Badan 1 Ada
4. Tensimeter Jarum 2 Ada
5. Tensimeter Lipat /duduk 2 Ada
6. Stetoskop anak 2 Ada
7. Stetoskop dewasa 2 Ada
8. Termometer manual - Tidak ada
9. Termometer digital 2 Ada
10. Manometer tabung 10 Ada
11. Manometer sentral 5 Ada
12. Suction 1 Ada

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 95


13. Nebulizer 1 Ada
14. Infus pump B. brown 1 Ada
15. Ambubag bayi 1 Ada
16. Ambubag anak 1 Ada
17. Senter 3 Ada
18. Tromol besar 1 Ada
19. Bak Instrumen (putih) 1 Ada
20. Bak Instrumen (stainlise) 2 Ada
21. Kom tutup 2 Ada
22. Kom tanpa tutup 2 Ada
23. Bengkok 1 Ada
24. Gunting perban 2 Ada
25. Klem 1 Ada
26. Pinset anatomi dan cirugis 4 Ada
27. Tongue spatel 3 Ada
28. Kunci inggris - Tidak ada
29. Kursi roda 3 Ada
30. Kabel listrik panjang 2 Ada
31. Tabung O2 transport 1 Ada
32. Troli O2 transport - Tidak ada
33. Pengukur panjang bayi 1 Ada
34. Mesin EKG ada ( belum bisa dipakai
1 dikarnakan tidak ada kertas)
35. Gunting biasa 1 Ada
36. Monitor 3 Ada
37. Syring pump 2 Ada
38. Infuse pump 2 Ada
39 Tabung O2 diruangan tindakan 1 Ada

3.5.2 Fasilitas di Ruang Asoka

Kela Tempat
No Kamar Fasilitas Jumlah
s tidur
1 ASOKA 1 1 2 Tempat tidur 2
Kamar mandi 1
Wastafel 1
AC 1
TV 1
Bantal 2
Sofa 2
Guling 2

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 96


Kursi 2
Lemari pasien 2
Tempat tidur 5
Kamar mandi 1
Wastafel 1
Lemari pasien 5
2 ASOKA 2 2 5
AC 2
Kursi 5
Bantal 5
TV 1
Tempat tidur 3
AC 2
Wastafel 2
Pemanas air 1
Troli emergency 1
Lemari obat 1
Lemari loker 1
3 HCU ANAK 3
Termos 1
Sampah infeksius 1
Sampah non 1
infeksius 1
Timbang kecil 1
Temperatur ruangan 1
Tempat tisue 1
Tempat tidur 8

ASOKA 3 Lemari pasien 8


(tidak terpakai Kipas angin 2
4 karena masih 3 8
dalam Kamar mandi 1
perbaikan) Wastafeel 1
Oksigen ruangan 5
5 ASOKA 4 3 3 Tempat tidur 3
Kamar mandi 1
Wastafel 1

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 97


Lemari pasien 3
Kipas angin 1
Bantal 3
Tempat tidur 6
Wastafal 1
Kamar mandi 1
6 ASOKA 5 3 6
Bantal 3
Kursi 5
Kipas angina 1
Tempar tidur 6
Kamar mandi 1
Wastafel 1
7 ASOKA 6 3 Kipas angin 1
Kursi 6
Bantal 6
Lemari pasien 6
8 RUANG 1 Bad tindakan 1
TINDAKAN
Standar infus 1
AC 1
Kamar mandi 1
Septibox 3
Tempat obat pasien 31
Lemari es 1
Bengkok 1
Troli injeksi 2
Handscrabe 3
EKG 1
(tidak bisa
digunakan
kerta tidak
ada)
Nebulezer 1
Stetoscope anak 2

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 98


Stetoscope bayi 2
Tensi meter anak 1
Tempat instrumen 1
kotor
Tempat isntrumen 1
steril
Box darah 2
Timbang bayi 1
Tabung oksigen 1
ruangan
Tabung oksigen 1
transfort
Jam dinging 1
Kulkas obat 1
Papan 1
pemberitahuan
Spoolhoak 1
Tempat linen 1
infeksius 1
8 Ruang kotor
Tempat linen non 1
ifeksius 1
Tempat cuci alat 1

3.5.3 SPO
No Standat Operasional Prosedur
1. Prosedur tetap cuci tangan hygienis rutin
2. Pembuangan limbah
3. Pengelolaan dan pembuangan alat tajam
4. Cara memakai dan melepas alat pelindung diri (APD)
5. Merekam EKG
6. Peminahan pasien antar rawat inap
7. Prosedur perawatan peralatan medis
8. Prosedur sterilisasi suhu tinggi dengan uap panas
9. Prosedur dekontaminasi linen kotor
10. Prosedur pengiriman linen bersih
11. Prosedur pengemasan peralatan medis
12. Prosedur pembersihan peralatan medis
13. Prosedur dekontaminasi peralaan medis

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 99


14. Prosedur dekontaminasi permukaan tercemar darah atau caian pasien
15. Prosedur pembuatan larutan klorin 0,5%
16. Alur pengiriman linen kotor dan pengambilan kembali linen bersih
17. Proedur sterilisasi fisik dengan panas kering
18. Prosedur perubahan kelas rawat/status pasien
19. Permintaan pemeriksaan laboratorium cito
20. Prosedur pemasangan gelang (iD-Band) pasien rawat inap
21. Pemindahan pasien antar rawat inap
22. Penerimaan pasien baru di ruangan
23. Pemberian trasfusi darah
24. Pemasangan infus
25. Injeksi intra vena
26. Tehnik Suctioning
27. Alur masuk pasien HCU dari unit pelayanan lain
28. Konsultasi dokter spesialis
29. Konsultasi klinik jantung eksekutif dari ruang rawat inap
30. Komunikasi efektif antar petugas kesehatan
31. Penempatan bayi di ruang perinatology

ALAT KEDOKTERAN ATAU ALAT KESEHATAN


120
80
40
ya
0 tidak

Gambar 1.5: Hasil Quisioner M2-Material

Berdasarka hasil kuisioner yang dibagikan didapatkan, 69% perawat


menjawab lokasi dan denah ruang asoka belum baik, 77% peralatan di
ruangan sudah lengkap, 77% jumlah peralatan sudah sesuai dengan rasio
pasien, 85% fasilitas di ruang asoka belum lengkap, 100% perawat sudah
mengerti cara penggunaan alat-alat keperawatan.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 100


3.6 M3 (Methode)
3.6.1 MAKP

Kepala Ruangan

3.6.1Tim
Ketua Ketua Tim

3.6.2
Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

3.6.3
Pasien Pasien

Berdasarkan hasil observasi tanggal 22 – 25 Januari 2018 di


Ruang Asoka RSUD Bangil didapatkan hasil bahwa model yang
digunakan di Ruang Asoka adalah metode MAKP Tim dengan kepala
ruangan adalah seorang Sarjana Keperawatan dan mempunyai 2 Katim
yang mempunyai beberapa perawat pelaksana, dimana seorang perawat
pelaksana bertanggung jawab atas beberapa pasien, sudah berjalan
cukup baik, dimana ketua tim membantu apabila perawat pelaksana
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan serta apabila perawat
pelaksana mengalami kesulitan dalam melakukan semua tindakan.

MAKP

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 101


120
100
80
60
40 selalu
20
0 kadang-kadang
tidak pernah

Berdasarkan hasil dari kuesioner penerapan MAKP dengan


metode tim di ruang Asoka sudah berjalan dengan baik, didapatkan
100% model asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan asoka
sudah sesuai, 85% rasio perbandingan jumlah tenaga dan pasien model
asuhan keperawatan TIM yang dilaksanakan di ruangan asoka sudah
sesuai, 38% model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini
memberikan beban kerja dan menyulitkan bagi perawat, 85% tugas
sudah selesai dengan model asuhan keperawatanyang diterapkan di
ruangan asoka.

3.6.2 Timbang Terima


Berdasarkan hasil dari pengamatan tanggal 22 - 25 Januari 2018 di
ruang Asoka RSUD Bangil Di laporkan bahwa Timbang terima dengan
hasil di lakukan di nurse station dengan di ikuti sebagian perawat dan
tidak di lakukan semua perawat, timbang terima pasien hanya di
operkan ke sebagian tidak ke semua perawat yang dines malam, dan di
dapatkan saat timbang terima pada malam hari perawat tidak
mengunjungi pasien.

Gambar 1.7 : Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 102


Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
Pra a. Kedua kelompok dinas sudah siap 15 menit Nurse PJS, PP
Timbang dan berkumpul di Nurse Station. Station
Terima b. Perawat penanggung jawab
mengecek kesiapan timbang terima
tiap PJS.
c. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan catatan (Work Sheet),
PP yang akan mengoperkan,
menyiapkan buku timbang terima &
nursing kit.
d. Perawat penanggung jawab shift
membuka acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa.
Pelaksanaan PJS dinas Malam melakukan timbang Tiap Nurse PJS,PP
Timbang terima kepada PP dinas sore pasien Station
Terima Hal-hal yang perlu disampaikan PP <1 menit
pada saat timbang terima :
a. Identitas klien dan diagnosa medis
termasuk hari rawat keberapa atau
post op hari keberapa.
b. Masalah keperawatan.
c. Data yang mendukung.
d. Tindakan keperawatan yang
sudah/belum dilaksanakan.
e. Rencana umum yang perlu
dilakukan: Pemeriksaan penunjang,
konsul, prosedur tindakan tertentu.
f. PJS membuka dan memberi salam
kepada klien, PP sore menjelaskan
tentang klien, PP sore mengenalkan
anggota timnya dan melakukan
validasi data.
g. Lama timbang terima setiap klien
kurang lebih 5 menit, kecuali kondisi Disamping
khusus yang memerlukan keterangan tempat
lebih rinci tidur klien

Post Klarifikasi hasil validasi data oleh PJS 20 menit Nurse PJS, PP
conference sore. station
a. Penyampaian alat- alat kesehatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 103


b. Laporan timbang terima
ditandatangani oleh kedua PP dan
mengetahui karu (kalau pagi saja).
c. terhadap perawat yang akan dan
selesai bertugas.
d. Penutup oleh PJS.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau
penanggung
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2008).

Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok
shift timbang terima. Perawat penanggung jawab memimpin kegiatan
timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu sore ke
malam. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift pagi ke sore
dipimpin oleh perawat sore.

b. Evaluasi Proses

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 104


Hasil dari timbang terima dari tanggal malam 27 – 30 Januari 2020
di Ruang Asoka RSUD Bangil proses timbang terima dipimpin oleh Karu
dan dilaksanakan oleh semua perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Karu menyerahkan ke perawat Pelaksana yang akan
melakukan shift. perawat penanggung jawab sift malakukan timbang
terima ke semua perawat yang dines pagi, untuk Timbang terima
dilakukan di nurse station dan di lakukan observasi ke semua pasien dan
tetapi perawat dines malam tidak memperkenalkan diri dan perawat yang
dines pagi ke semua pasien. dan di dapatkan waktu identifikasi ke pasien
tidak di beri tahukan ke semua perawat yang dines pagi hanya sebagian
perawat dan tidak ada penanggung jawab sift pagi untuk setiap ruangan .
c. Evaluasi Hasil
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi timbang terima pada
tanggal 27 – 30 Januari 2020 di Ruang Asoka RSUD Bangil sudah
dilakukan dengan baik. Akan tetapi pelaksanaanya kurang maksimal.
Timbang terima sering dilakukan di ners station (kadang – kadang ada
berawat yang terlambat mengikuti tibang terima), kemudian datang ke
tiap ruangan untuk melakukan cros cek ke pasien. Timbang terima diikuti
oleh semua perawat yang telah berdinas dan akan berdinas. Saat timbang
terima perawat tidak pernah memperkenalkan diri terhadap pasien.
Kegiatan ini didampingi langsung oleh karu, katim, dan diikuti
oleh perawat pelaksana. Masalah timbang terima di ruang Anak adalah
ketepatan waktu masih menjadi masalah, mungkin hal tersebut dapat di
maklumi karena rute dari rumah ke rumah sakit merupakan jalan pantura
yang padat akan kendaraan.

KEGIATAN TIMBANG TERIMA

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 105


120
100
80
60
40 selalu
20
0 kadang-kadang
tidak pernah

Gambar 1.8: Hasil Quisioner Timbang Terima

Dari hasil kuesioner didapatkan, 100% keegiatan operan


dipiimpim oleh ketua TIM, 100% kegiatan opera dilakukan setiap shif,
92% kegiatan operan di hadiri semua anggota shif, 100% masalah yang
disampaikan berfokus pada masalah keperawatan pasien.

3.6.3 Supervisi
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan saat praktik
manajemen keperawatan di RSUD Bangil tepatnya di Ruang Asoka,
didapatkan data supervisi di Ruang Asoka telah dilakukan, namun
kelengkapan supervisi masih belum memenuhi standart yang telah
ditetapkan. Dimana ditemukan hasil angket 30% perawat menjawab,
kepala ruangan kadang-kadang melakukan supervisi secara rutin. Hasil
angket yang 70% di dapatkan bahwa kepala ruangan mengobservasi
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat, kemudian
memberikan evaluasi kepada perawat yang bersangkutan. Perawat yang
melakukan pekerjaan dengan baik mendapatkan reward dari kepala
ruang yang berupa pujian sedangkan perawat yang tidak melaksanakan
tugas dengan baik akan mendapatkan teguran dan motivasi untuk lebih
baik.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 106


SUPERVISI
120
80
40
Series 1
0 Series 2
Series 3

Gambar 1.9: Hasil kuisioner supervisi

Berdasarkan hasil kuisioner yang dibagikan mengeni supervisi


didapatkan, 92% kepela ruang selalu melakukan supervisi, 92% adanya
feedback setelah supervisi, 100% supervisi membantu meningkatkan
kinerja perawat, 84% ketersediaan format dan instrumen supervisi.

3.6.4 Dischange Planning


Dischange Planning adalah komponen yang terkait dengan
rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan
perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan oleh
klien dimanapun kita berada. Kegagalan untuk memberikan dan
mendokumentasikan perencanaan pulang dapat beresiko terhadap
beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 107


Alur Discharge Planing

Pasien masuk ramah inap


dan klinik

Dilakukan discharge planing

Pasien masuk ruang


asoka

Dilakukan pengkajian awal

Pasien dinyatakan pulang/KRS

Konfirmasi kondisi pasien

Pasien dilakukan discharge


planing

Pasien KRS

Tugas perawat di ruang asoka dalam discard planing adalah :


1. Membuat dan memberikan leaflet ketika pasien pulang
2. Memberikan konseling
3. Memberikan pendidikan kesehatan
Hari Pasien pulang Discharge planning
1 2 2
2 4 4
3 1 1
4 2 2

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 108


Berdasarkan hasil pengamatan discharge planing di ruang Asoka
RSUD Bangil pada tanggal 27 - 30 Januari 2020 belum terlaksana
sepenuhnya. Dari … pasien yang keluar rumah sakit sebanyak … yang
sudah dilakukan discharge planing (100%).
Discharge planing yang sudah dilaksanakan di Ruang Asoka adalah:
1. Kriteria pasien membutuhkan perencanaan pulang kritis
2. Obat-obatan yang masih diminum
3. Rincian pemulangan
4. Jadwal kontrol klinik
Discharge planing yang belum dilaksanakan di Ruang Asoka adalah:
1. Perawatan dan aktivitas di rumah
2. Edukasi kesehatan
3. Menjelaskan aturan pemberian obat
a. Distribusi pelaksanaan dischard planing di ruang Asoka

discarge planing
100%

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 109


b. Gambar blanko dischard planing di ruang Asoka

PROMOSI KESEHATAN UNTUK PASIEN KRS

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 110


120
80
40 Selalu
Kadang-
0 kadang
Tidak
pernah

Gambar 2.1: Hasil kuisioner Discarge Planing


Dari data di atas di dapatkan bahwa 92% perawat selalu
memberi promosi kesehatan atau HE pada pasien pulang, dan 8%
perawat kadang-kadang memberi promosi kesehatan atau HE
pada pasien pulang. Selain itu ditemukan data sebanyak 62%
selalu ada pemberian brosur atau leaflet (tentang kesehatan) saat
pasien pulang, dan 38% kadang kadang ada pemberian brosur
atau leaflet (tentang kesehatan) saat pasien pulang. Kemudian di
dapatkan 100% selalu melakukan perencanaan pulang, dan selalu
mendokumentasian pada buku yang telah di sediakan. Akan tetapi
setelah di validasikan kepada keluarga pasien sebanyak (65%)
keluarga pasien tidak diberikan HE aturan minum obat selama
pasien di rumah.

3.6.5 Sentralisasi Obat


Dari hasil observasi semua perawat di ruang anak melakukan
sentralisasi obat pada setiap pasien sudah maksimal. Alur sentralisasi
obat yaitu: setiap pasien baru dijelaskan dan diberikan lembar
persetujuan untuk dilakukan sentralisasi obat. Pasien baru diberikan
inform consent tentang sentralisasi obat dari perawat ke pasien, yang
berisikan bahwa pasien dan keluarga pasien telah menyatakan setuju
telah dilakukan sentralisasi obat, apabila pasien setuju. Setelah dari

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 111


perawat resep diberikan kepada farmasi, kemudian dari farmasi obat
diantar ke perawat, lalu perawat melakukan sentralisasi obat (baik oral
atau injeksi sesuai loker obat masing-masing pasien), kemudian obat
diberikan pada pasien sesuai jadwalnya. Untuk pasien yang pulang,
APS, meninggal diberikan HE tentang obat yang masih harus
diteruskan atau di stop, apabila masih ada obat sisa injeksi yang perlu di
return, maka obat langsung di return ke farmasi.
Di ruang asoka juga terdapat format pencatatan jenis obat dan
jadwal pemberiannya ke pasien. Dalam pelaksanaan pemberian obat,
perawat hanya member tanda check (√) pada obat yang sudah diberikan
kepada pasien, tetapi tidak ada inform consent, lembar serah terima
obat, dan daftar sisa obat. Seharusnya ada lembar inform consent atau
surat persetujuan bagi keluarga untuk melakukan sentralisasi obat agar
keluarga lebih kooperatif dan menambah kepercayaan kepada perawat
dalam pemberian obat.

PEMBERIAN INFORMASI OBAT

100 92 92 92 85
80 62
60
40
20 selalu
0 kadang-kadang
tidak pernah

Gambar 2.2: Hasil kuisioner desentralisasi obat

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan 92% semua perawat


sudah melaksanakan sentralisasi obat, 92% pernah diberi wewenang

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 112


dalam sentralisasi obat, 92% pelaksanaan sentralisasi obat, perawat
selalu meminta persetujuan sentralisasi obat dari pasien atau keluarga,
85% perawat selalu menginformasikan obat yang telah digunakan dan
sisanya kepada pasien atau keluarga, 62% terjalin kerja sama yang baik
(serah terima obat) antara farmasi dan perawat.

3.6.6 Dokumentasi
Berdasarkan hasil obeservasi, didapatkan pendokumentasian
yang berlaku di ruang Asoka adalah sudah dalam bentuk modifikasi
system SBAR (Situation Background Assement Recommendation)dan
SOAP (Subjek Objek Asessmen Planing). Pendokumentasian dilakukan
satu kali pada setiap shift dan pendokumentasian mencangkup asuhan
keperawatan mulai dari keluhan utama, data objektif, data subyektif dan
tindakan keperawatan. Pendokumentasian asuhan keperawatan
dilaksanakan dilembar rekam medis, bersanding dengan advice dokter
dan format asuhan keperawatan tersendiri terletak di halaman belakang
sehingga tampak adanya implementasi keperawatan mandiri secara
berkala.
Pelaksanaan pendokumentasian keperawatan di ruang Anak
masih belum maksimal, berdasarkan hasil observasi pengisian dari
setiap item dari lembar dokumentasi sering kali tidak terisi terutama
pada biodata pasien, sering kali hanya mencantumkan nama pasien dan
NRM, sedangkan umur, jenis kelamin, dan alamat pasien jarang di isi,
serta ada satuatau dua format pengkajian yang biodatanya tiidak di isi
sama sekali. Format pengkajian keperawatan, penentuan diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan sudah diisi tepat waktu saat
pasien baru MRS, format pengkajian keperawatan sudah lengkap saat
pasien sudah KRS.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 113


PENGISIAN DOKUMENTASI DENGAN BENAR
120
80
40 Selalu
Kadang-
0 kadang
Tidak
pernah

Gambar 2.3: Hasil kuisioner dokumentasi

Dari data yang ada, di temukan 100% perawat selalu mengerti


tentang cara pengisian format pendokumentasian yang benar dan tepat.
Kemudian di temukan data sebanyak 100% format yang digunakan selalu
dalam mendokumentasian bisa memudahkan perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien. Selanjutnya di temukan data sebanyak 8% selalu
model dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja perawat,
62% kadang-kadang dokumentasi yang digunakan menambah beban
kerja perawat, dan 30% tidak pernah dokumentasi yang digunakan
menambah beban kerja perawat. Selain itu di dapatkan data sebanyak
15% model dokumentasi yang digunakan selalu menyita banyak waktu
perawat, dan 54% model dokumentasi yang digunakan kadang-kadang
menyita banyak waktu perawat, dan 31% di dapatkan model dokumentasi
yang digunakan tidak pernah menyita banyak waktu perawat.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 114


3.6.7 Ronde keperawatan
Setelah melakukan observasi dan wawancara selama pelaksanaan
ronde keperawatan pada tanggal 27 – 30 Januari 2020 di Ruang Asoka
yang dilaksanakan setelah timbang terima sudah di lakukan dengan baik.
Di ruang Asoka, ronde keperawatan yang diterapkan kurang efektif,
karena ketidaklengkapan tim kesehatan lain (dokter, gizi, farmasi) untuk
memberi masukan saat berlangsungnya ronde keperawatan dilaksanakan.

3.7 Money (M4)


Sebagian besar pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang
diperoleh dari BULD kabupaten pasuruan, sedangkan pembiayaan pasien
sebagian besar dari BPJS PBI, BPJS NON PBI, biaya sendiri (umum),
jamsostek, SPM. Biaya pearawatan yang berlaku saat ini sesuai dengan kelas
perawatan, di ruang Asoka dibagi 3 kelas, yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3.
Berdasarkan kuesioner yang telah, telah didapatkan data 100%
perawat selalu menerima gaji sebulan sekali, 80% perawat mengatakan
menerima tunjangan hari raya diterima 1 tahun sekali, dan 20% mengatakan
untuk memenuhi sarana prasarana ruangan, perawat ruangan hanya bisa
mengusulkan dan mengajukan kepada manajemen.

PENDAPATAN PEKERJA DI RUANG ASOKA

80
40 Selalu
0 Kadang-
1 2 3 kadang
aan aan aan Tidak
ny n y n y Pernah
rta rta rta
pe pe pe
Gambar 2.4: Hasil kuisioner pendapatan

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 115


Dari data di atas di dapatkan 85% gaji selalu di terima satu bulan
sekali,dan 15% kadang – kadang gaji di terima satu bulan sekali. Kemudian
di temukan 85% tunjangan hari raya dan natal selalu di terima satu tahun
sekali, dan data sebanyak 15% tunjangan hari raya dan natal kadang – kadang
diterima satu tahun sekali. Selain itu dijumpai data sebanyak 46% selalu
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana ruangan, perawat ruangan, hanya
bisa mengusulkan dan mengajukan ke management, dan data sebanyak 54%
kadang-kadang memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana ruangan, perawat
ruangan, hanya bisa mengusulkan dan mengajukan ke management.

3.8 Market (M5)


3.8.1 Tingkat Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil dari kuesioner gambaran kepuasan pasien
(keluarga) tentang mutu keperawatan di RSUD Bangil khususnya di
Ruang Asoka pada 13 pasien, didapatkan data bahwa 90% merasa
puas dengan pelayanan di Ruang Asoka sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam mutu pelayanan keperawatan di ruang Asoka sudah
termasuk dalam kategori baik. Adapun poin-poin yang diukur dalam
kuesioner ini meliputi Rehability (Kehandalan dalam Memberikan
Perawatan) Responsiveness (Kecepatan dalam Perawatan) Assurance
(Jaminan Kepastian dalam Keperawatan), Tangibles (Sarana dan
Prasarana Penampilan Perawat), Empaty (Kepedulian Perawat).

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 116


3.8.2 BOR Pasien

BOR MARKETING TEMPAT TIDUR

HARI JUMLAH
NO BOR DIAGNOSA PULANG KRS APS RUJUK PINDAH MENINGGAL
KE/TANNGAL PASIEN
Jumlah Bad Afi+
Keseluruhan= DADRS
33 (2)+BP(1) +
- Terpakai FA (1)
12 GEA, ML
- Kosong 21 (1),vomiting
(2).DRS (1)
Total :12/33 Ispa(1)
x100= 36% sepsis
Senin /
12 +tb+MN (1), 1 1 0 0 0
1 Ke 1 22/01
GEA+DRS
/2018
(1),GNA
(1)hematose
sea
(1),GEA+IS
PA (1),
DHF grII
+susp Dr,
TF (1)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 115


Jumlah Bed
keseluruhan
33
Terpakai : 13
Selasa
Kosong : 20
2 Ke 2 /23/01/20 12 5 4 1 0 0 0
18
Total :
13/33x100 =
39%

Jumlah Bed
keseluruhan
33
Terpakai : 8
Rabu/24/0
3 KE 3 8 Kosong : 24 3 3 1 0 0 0
1/2018
Total:
8/33x100 =
26%
Jumlah Bed
keseluruhan
33
Terpakai : 7
Kamis/25/
4 KE 4 7 Kosong : 26 2 2 0 0 0 0
01/2018
Total:
7/33x100 = 21
%

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 116


3.9 Analisa SWOT
Idenfikasi situasi ruangan berdasarkan pendekatan analisa SWOT. Dari
hasil pengkajian dilakukan analisa SWOT berdasarkan M1 (Man), M2
(Material), M3 (Metode) meliputi : (1) Penerapan MAKP, (2) Timbang
Terima, (3) Supervisi, (4) Discharge planning, (5) Sentralisasi Obat (6)
Ronde Keperawatan, (7) Dokumentasi.
a. Tabel SWOT
Tabel Analisa SWOT
No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating
M1-MAN
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Sebanyak 100 % perawat menyatakan 0.2 4 0.8
bahwa struktur organisasi yang ada
sudah sesuai dengan kemampuan
perawat 0.1 4 0.4
2. Sebanyak 100% perawat menyatakan
pembagian tugas sesuai dengan struktur
organisasi yang ada 0.2 4 0.8
3. Sebanyak 100% perawat menyatakan
kepala ruangan sudah optimal dalam
melaksanakan tugas-tugasnya 0.2 4 0.8
4. Sebanyak 100 % perawat menyatakan
kinerja ketua tim dan PP sudah kompeten 0,1 4 0.4
5. Sebanyak 100% perawat menyatakan S-W=
bahwa selalu meningkatkan kinerja 3.8-2.0=1.8
melalui pelatihan 0.2 3 0.6
6. Sebanyak 75% perawat menyatakan
jumlah perawat pelaksana dan pasien di
ruangan anak tidak sesuai.
1.0 3.8
TOTAL

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 118


WEAKNESS 0.6 2 1.2
1. Jumlah perawat masih belum sebanding
dengan jumlah pasien 0.4 2 0.8
2. Sebagian besar perawat masih
berlatarbelakang DIII dan hanya 3 yang
berpendidikan S1
1.0 2.0
TOTAL

External factor (EFAS)


OPPORTUNITY 0.3 2 0.6
1. Sebanyak 50% perawat mempunyai
kemauan untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi 0.3 1 0.3
2. Rumah sakit memberikan kebijakan
untuk meningkatkan kemampuan kerja
melalui pelatihan 0.4 4 1.6
3. Adanya mahasiswa praktek yang
membantu pekerjaan perawat ruangan
1.0 2.5
TOTAL
O-T=
THREATENED 0.5 2 1.0 2.5-2.5=0
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat
yang lebih professional 0.5 3 1.5
2. Makin tinggi kesadaran dan tingkat
pengetahuan masyarakat akan pentingnya
kesehatan
1.0 2.5
TOTAL

2 M2 ( Sarana dan Prasarana)


a. Internal Factor (IFAS)

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 119


STRENGTH
1. Tersedianya gedung dan peralatan medis 0.2 4 0.8
yang sudah cukup sesuai standar.
2. Semua perawat di ruangan mampu 0.3 4 1.2
menggunakan sarana dan prasarana yang
ada di rumah sakit
3. Nurse station terletak di daerah yang 0.2 4 0.8
strategis
4. Adanya WC disetiap blok ruangan 0.1 4 0.4
5. Tersedianya bak sampah medis, non 0.2 4 0.8
medis dan safetybox

TOTAL 1.0 4.0

WEAKNESS S-W=4.0-
1. Ketidakdisiplinan pengunjung terhadap 0.5 3 1.5 3.3=0.7
peraturan ruangan
2. Disekitar bed pasien tampak keluarga 0.2 3 0.6
pasien meletakkan barang-barang yang
kurang tersusun rapi dan tampak
berantakan
3. Belum tersedia penunjang untuk kegiatan 0.3 4 1.2
terapi bermain.

TOTAL 1.0 3.3

Eksternal Faktor (EFAS) 0.3 3 0.9


OPPORTUNITY

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 120


1. Adanya kebijakan rumah sakit terkait 0.2 3 1.2
barabg-barang yang dapat didaur ulang
2. Adanya kemampuan dalam mengganti 0.5 3 1.5
alat-alat yang tidak layak untuk dipakai
3. Adanya dukungan dari kepala ruangan
terkait rencana pengadaaan ruang terapi
bermain

TOTAL 1.0 3.6

THREATENED O-T=3.6-
1. Adanya keluhan atau tuntutan dari pasien 0.5 2 1.0 2.0=1.6
tentang ketersediaan sarana dan
prasarana yang kurang memadai
2. Ruang rawat inap anak memiliki 0.5 2 1.0
kerentanan mengalami stress
hospitalisasi

TOTAL 1.0 2.0


M3-METHOD (MAKP)
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Sudah ada model asuhan keperawatan 0.1 4 0.4 S-W=3.6-
yang digunakan yaitu metode Tim 2.5=1.1
2. 100% perawat mengatakan model yang 0.2 4 0.8
digunakan sesuai dengan visi dan misi
ruangan
3. 100% perawat mengerti / memahami 0.2 4 0.8
model yang digunakan dan menyatakan
cocok dengan model yang ada
4. Mempunyai standar asuhan keperawatan 0.1 4 0.4
5. Mempunyai protap setiap tindakan 0.1 3 0.3
6. Terlaksananya komunikasi yang cukup 0.3 3 0.9

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 121


baik antar profesi : perawat dan tim
kesehatan lain

TOTAL 1.0 3.6

WEAKNESS
1. Tidak semua perawat mengetahui 0.5 3 1.5
kebutuhan perawatan pasien secara
komprehensif
2. Sebanyak 50% perawat mengatakan 0.5 2 1.0
model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini tidak menambah
beban kerja dan menyulitkan perawat

TOTAL 1.0 2.5

b. External factor (EFAS)


OPPORTUNITY O-T=2.3-
1. Kepercayaan dari pasien dan masyarakat 0.3 3 0.9 1.7=0.6
cukup baik
2. Ada kerjasama antar institusi STIKES 0.2 2 0.4
dan RS
3. Ada kebijakan pemerintah tentang 0.5 2 1.0
profesionalisasi perawat

TOTAL 1.0 2.3

THREATENED
1. Persaingan dengan rumah sakit antar 0.3 2 0.6
yang semakin ketat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 122


2. Adanya tuntutan masyarakat yang 0.4 2 0.8
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
professional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0.3 1 0.3
pentingnya kesehatan
TOTAL 1.0 1.7
Timbang Terima
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Operan merupakan kegiatan rutin yang 0.2 3 0.6 S-W=2.8-
dilaksanakan 3 kali dalam sehari 2.0=0.8
2. Ada buku khusus untuk pelaporan operan 0.2 3 0.6
3. Ada klasifikasi, Tanya jawab dan 0.3 3 0.9
validasi terhadap semua yang dioperkan
4. Operan dipimpin oleh katim 0.1 3 0.3
5. Selalu ada interaksi langsung dengan 0.2 2 0.4
pasien selama operan

TOTAL 1.0 2.8

WEAKNESS
1. Kelengkapan operan saat dines 0.3 2 0.6
2. Komunikasi yang kurang efektif 0.7 2 1.4

TOTAL 1.0 2.0

b. External factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Adanya kerjasama yang baik antara 0.6 3 1.8
Kepala ruangan dengan perawat

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 123


2. Sarana dan prasarana penunjang cukup 0.4 2 0.8
tersedia O-T=2.6-
3.0=-1.4
TOTAL 1.0 2.6

TREATHENED
1. Tingkat kesadaran masyarakat tentang 1.0 4 4.0
tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
TOTAL 1.0 2 4.0
Supervisi
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH S-W:2.0-
1. Kepala ruangan selalu melakukan 0.6 2 1.2 3.0= -1.0
supervisi secara rutin
2. Saat pelaksanaan selalu memberikan 0.4 2 0.8
feedback pada perawat

TOTAL 1.0 2.0

WEAKNESS
1. Kepatuhan perawat dalam 1.0 3 3.0
mengaplikasikan 6 langkah cuci tangan

1.0 3.0
TOTAL

b. External factor (EFAS) O-T: 3.0-1.0


OPPORTUNITY =2.0
2.1
1. Adanya kerja sama yang baik antara
0.7 3
kepala ruangan dan perawat
0.9
2. Adanya perbaikan perilaku perawat
0.3 3

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 124


3.0
TOTAL 1.0

TREATHENED
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk 1.0 1 1.0
mendapatkan pelayanan yang
professional dan bermutu sesuai dengan
peningkatan biaya perawatan

TOTAL 1.0 1.0


Discherge Planning
a. Internal Factor (IFAS)
STRENGTH/kekuatan
1. Memberikan pendidikan kepada keluarga 0.3 1 0.3 S-W=2.1-
pasien saat akan pulang 3.1=-1.0
2. Adanya pemahaman tentang perencanaan 0.3 2 0.6
pulang oleh perawat
3. Adanya format discharge planning 0.4 3 1.2

TOTAL 1.0 2.1

WEAKNESS / Kelemahan
1. 80% perawat menyatakan tidak pernah 0.2 3 0.6
memberikan leaflet (tentang kesehatan)
saat pasien pulang
2. Perawatan dan aktivitas di rumah dalam 0.3 3 1.5
discharge planing tidak dilakukan oleh
perawat
3. Keterbatasan waktu perawat dalam 0.3 2 0.6
memberikan penkes atau HE
4. Kadang-kadang pemberian penkes 0.2 2 0.4
dilakukan secara lisan kepada keluarga

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 125


TOTAL 1.0 3.1

OPPORTUNITY / Kesempatan
1. Adanya kerjasama perawat dan dokter 0.2 2 0.4 O-T=2.1-
dalam pemberian obat 2.0=0.1
2. Adanya kerjasamma yang baik antara 0.6 3 0.9
perawat dengan perawat dalam discharge
planing
3. Kemauan pasien / keluarga terhadap 0.2 4 0.8
anjuran untuk melakukan kontrol klinik

TOTAL 1.0 2.5

TREATHENED/Ancaman
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0.5 2 1.0
mendapatkan pelayanan perawatan yang
professional
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan 0.5 2 1.0
pentingnya kesehatan

TOTAL 1.0 2.0


Ronde keperawatan
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Bidang perawatan dan ruangan 0.2 2 0.4 S-W: 2.2-
mendukung adanya kegiatan ronde 2.0=0.2
keperawatan.
2. Banyaknya kasus yang memerlukan 0.2 3 0.6
perhatain.
3. SDM banyak mempunyai pengalaman 0.6 2 1.2
dalam bidang keperawatan lebih medis

TOTAL 1.0 2.2

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 126


WEAKNESS
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang 0.4 2 0.8
dilakuka secara teratur di rungan asoka.
2. Karakteristik tenaga yang memenuhi 0.5 2 1.0
kualifikasi
3. Jumlah tenaga yang seimbang dengan 0.1 2 0.2
jumlah tingkat ketergantungan pasien.

TOTAL 1.0 2.0

b. External factor(EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang 0.5 1 0.5 O-T: 1.7-
manajemen keperawatan. 1.2=0.5
2. Adanyakesempatan dari kepala runganan 0.5 2 1.2
untuk mengadakan ronde keperawatan
pada perawat dan mahasiswa praktik

TOTAL 1.0 1.7

THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0.4 2 0.6
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional
2. Semakin tingginya kesadaran masyarakat 0.6 1 0.6
tentang hukum

TOTAL 1 1.2
Sentralisasi Obat
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Perawat mengemukakan mengerti 0.1 4 0.4

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 127


tentang sentralisasi obat
2. Diruang anak terdapat sentralisasi obat, 0.3 4 1.2
ini bisa dilihat adanya tempat khusus
obat
3. Semua perawat pernah berwenang 0.2 3 0.6
mengurusi sentralisasi obat
4. Adanya buku injeksi dan obat oral 0.4 4 1.6
S-W=
TOTAL 1,0 3.8 3.8-3.4=
0.4
WEAKNESS
1. Ketepatan dosis 0.4 3 1.2
2. Sebanyak 15% tidak menginformasikan 0.4 4 2.0
obat yang telah digunakan dan sisanya
kepada pasien atau keluarga
3. Lembar serah terima obat dan daftar sisa 0.2 1 0,2
obat

TOTAL 1.0 3.4

b. External factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Pembelajaran tentang pemberian dosis 0.4 2 0.8
obat
2. Adanya mahasiswa praktek klinik dan 0.3 3 0.9
mahasiswa yang praktek manajemen
3. Kerjasama yang baik antara perawat dan 0.3 3 0.9
mahasiswa

TOTAL 1.0 2.6


O-T
TREATHENED 2.6 - 2.4 =

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 128


1. Adanya tuntutan pasien untuk 0.6 3 1,2 0.2
mendapatkan pelayanan yang
professional
2. Kurangnya kepercayaan pasien terhadap 0.4 3 1.2
pengelolaan sentralisasi obat

TOTAL 1.0 2.4


Dokumentasi Keperawatan
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk 0.2 4 0.8 S -W
tenaga kesehatan (sarana administrasi 3.9 - 2.0 =
penunjang) 1.9
2. Sudah ada pendukung pendokumentasian 0.1 3 0.3
3. Format pengkajian sudah ada dan dapat 0.2 4 0.8
memudahkan dan sangat membantu
perawat dalam pengkajian dan
pengisiannya
4. Sebanyak 100% perawat mengatakan 0.3 4 1.2
melakukan dokumentasi segera setelah
melakukan tindakan
5. Sebanyak 100% perawat mengatakan 0.2 4 0.8
mengerti cara pengisian format
dokumentasi yang digunakan dengan
benar dan tepat

TOTAL 1.0 3.9

WEAKNESS
1. Kelengkapan identitas klien 0.5 2 1.0
2. Sebanyak 61% perawat mengatakan 0.3 2 0.6
kadang-kadang model dokumentasi yang
digunakan menambah beban kerja

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 129


perawat
3. Sebanyak 54% perawat mengatakan 0.2 2 0.4
model dokumentasi yang digunakan
menyita banyak waktu perawat

TOTAL 1.0 2.0

b. External factor (EFAS) O-T


OPPORTUNITY 3.0-4.0=
1. Meningkatkan pendidikan untuk 0.5 3 1.5 -1.0
meningkatkan mutu pelayanan.
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan 0.5 3 1.5
mahasiswa praktek klinik serta adanya
mahasiswa praktek manajemen
keperawatan

TOTAL 1.0 3.0

TREATHENED
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien 1.0 4 4.0
dan keluarga) akan tanggung jawab dan
tanggung gugat
TOTAL 1.0 4.0
M4-MONEY
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH ( Kekuatan) S-W=4.0-
1. Ada pendapatan dari jasa medik, untuk 1.0 4 4.0 1.0=3.0
pasien dengan biaya jaminan kesehatan

TOTAL 1.0 4.0

WEAKNESS
1. Jasa intensif untuk pelayanan dan jasa 1.0 1 1.0

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 130


medik yang diberikan sama untuk semua
perawat.

TOTAL 1.0 1.0

External factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Ada kesempatan untuk menggunakan 1.0 3 3.0
instrument medis dengan re-use
sehingga menghemat pengeluaran.
O-T=3.0-2-
TOTAL 1.0 3.0 0=1.0

THREATENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 1.0 2 2.0
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih
profesional sehingga membutuhkan
pendanaan yang lebih besar untuk
memadai sarana dan prasarana.
TOTAL 1.0 2.0
M5-MARKET
a. Internal factor (IFAS)
STRENGTH
1. Jumlah kapasitas pasien setiap tahun 0.2 4 0.8
meningkat.
2. Target pemasaran sudah meluas ke 0.2 4 0.8
seluruh kota Pasuruan.
3. Adanya kerjasama yang baik antara 0.2 4 0.8
Perusahaan MOU dengan pihak Rumah
Sakit
4. Sudah memiliki alamat/situs web resmi 0.2 4 0.8

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 131


sebagai media marketing.
5. Lokasi Rumah Sakit berada di jalan 0.2 3 0.6
utama sehingga mudah dijangkau. S-W=3.8-
2.5=1.3
TOTAL 1.0 3.8

WEAKNESS
1. Tidak adanya update informasi pada 0.5 3 1.5
media promosi elektronik (website)
rumah sakit secara berkala.
2. Ada beberapa MOU perusahan yang 0.5 2 1.0
tidak meneruskan.

TOTAL 1.0 2.5

b. Eksternal factor (EFAS)


OPPORTUNITY
1. Sudah melakukan kerja sama dengan 0.2 4 0.8
radio swasta atau sejenis lainnya untuk
mempromosikan rumah sakit
2. Sebagai lahan praktek berbagai Institusi 0.3 4 1.2
Pendidikan
3. Kerja sama antara perawat dan 0.5 4 2.0
mahasiswa sudah berjalan dengan baik.

TOTAL 1.0 4.0 O-T=4.0-


3.2=0.8
THREATENED
1. Adanya persaingan antar rumah sakit 0.3 2 0.6
lainnya.
2. Ada beberapa tradisi budaya Kalcer 0.2 3 0.6
dimasyarakat yang belum maju.

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 132


3. SDM penduduk Kab. Pasuruan banyak 0.5 4 2.0
yang masih berstatus menengah
kebawah

TOTAL 1.0 3.2

No Masalah Skor Analisa SWOT Hasil Prioritas


IFAS EFAS
Masalah
1 M1 (Man) 1.8 0.0 1.8 8
2 M2 (Material) 0.7 1.6 2.3 9
3 M3 (Metode)
3a Penerapan MAKP 1.1 0.6 1.7 7
3b Timbang Terima 0.8 -1.4 -0.6 2
3c Supervisi -1.0 2.0 1.0 6
3d Discharge Planning -1.0 0.1 -0.9 1
3e Ronde Keperawatan 0.2 0.5 0.7 4
3f Sentralisasi Obat 0.2 0.4 0.6 3
3g Pendokumentasian 1.9 -1.0 0.9 5
Daftar Prioritas Masalah
Prioritas Masalah
1 Discharge Planning
2 Timbang Terima
3 Sentralisasi Obat
4 Ronde Keperawatan
5 Pendokumentasian
6 Supervisi
7 Penerapan MAKP
8 Man
9 Material
10
b. Diagram Layang analisa SWOT

3.5

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 133


3

2.5
3g (1.9-0.5)
3c (-1.0 - 2.0)
2
M1(-1,6)(0,8) M2 (0.7-1.6)
1.5
3e (0.2-0.5)
3d (-1.0-0.1)
M5(-3,4)(1,1)
3f (0.2-0.4)
1
3a (1.1-0.6)
3b (0.8- -1.4)
0.5
M1 (1.8-0.0)

W S

−4 −3.5 −3−2 −1.5 −¿1 −0.5 0.5 0.5 1 1.5 2 2.5 3


3.5 4
-1
Supervisi(-0,3)(-0,6) TT(-1,1)(-0,7)
-1.5 Keterangan
M1 : Ketenagakerjaan
TT(-1,1)(-0,7)
-2 2 : Material
3 : Metode
-2.5
3a : Penerapan MAKP
-3
3b : Timbang Terima
3c : Supervisi
-3.5 3d : Discharge Planning
3e : Ronde Keperawatan
3f : Sentralisasi Obat
3g : Pendokumentasian
T

PROFESI NERS | STIKes KENDEDES MALANG 2020 Page 134

Anda mungkin juga menyukai