Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM SEMI SOLID

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENDAHULUAN
1. TUJUAN
- Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dan formulasi dalam pembuatan syrup
dan potio
- Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan syrup dan potio
- Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan syrup dan potio.

2. DASAR TEORI
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia , istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-
kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarut
tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 200
dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume
zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. (Farmakope edisi III hal. XXX)
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum
larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu
melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.
(Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal. 306)
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain,
sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus
memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat.
(Farmakope edisi III hal. 32)
Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia meupun fisika
kedalam bahan cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung(direct) dan larutan tidak
langsung (indirect). (Ilmu Resep hal. 81)
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan 1 jenis obat atau lebih dalam pelarut,
dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat dalam rongga tubuh.disesuaikan dengan tujuan
penggunaan, larutan dibagi dalam larutan steril dan larutan tidak steril. (Formularium Nasional hal.
332)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Suhu merupakan factor yang penting dalam menentuka kelarutan suatu obat dan dalam
mempersiapkan kelarutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan dan
dikatakan mempunyai panas larutan negatif, yang menyebabkan meningkatnya kelarutan dengan
kenaikan suhu.Disamping suhu, factor-faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi
bermacam-macam bahan kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, factor
tekanan, keasaman atau kebasaan dari larutan , keadaan bagian dari zat terlarut dan pengadukan
secara fisik yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya proses melarut. (Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi hal. 307)
Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan,yaitu: (Ilmu Resep hal. 84-89)
A. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Dalam hal ini, diperbolehkan berdasarkan pengamatan bahwa molekul-molekul dengan
distribusi muatan yang sama dapat larut secara timbal balik. Artinya, molekul polar akan larut
dalam media yang serupa yaitu polar, adapun yang nonpolar akan larut dalam media
nonpolar,konsep tersebut kurang tepat bila diterapkan pada zat yang kelarutannya rendah.
B. Sifat kelarutan

Terbagi menjadi 2 bagian yaitu:


 Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut,garam nitrat larut kecuali nitrat basah seperti bismuth
subitrat.Semua garam sulfat larut terkecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4 (Sedikit larut).
 Tidak larut dalam air
Seperti garam karbonat dalam air terkecuali K2CO3, NaCO3(NH4)2CO3.
C. Temperatur
Beberapa zat padat pada umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan,dan dikatan
zat itu bersifat eksoterm.Pada beberapa zat lain, kenaikan temperature justru menyebabkan zat itu
tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm.
D. Permbentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan
zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut. Contoh: Larutan Iodin dalam
larutan KI atau NaI dalam air. Larutan kofein didalam larutan Na-salisilat atau Na-Benzoat dalam
air.
E. Efek ion bersama
Obat yang tidak larut sering disebut suspensi. Disini ada keseimbangan antara partikel padat
dengan larutan jenuhnya. Contoh: Suspensi prokain penisilin yang ditambahkan prokain HCl yang
mudah larut dalam air akan mengurangi ion penisilin dalam larutan, karena produk kelarutan atau
konstanta keseimbangan kelarutan suatu senyawa pada suhu konstanta adalah tetap.
F. Ukuran partikel
Efek ukuran partikel zat terlarut terhadap sifat kelarutannya terjadi hanya jika partikel
mempunya dalam micron dan akan terlihat kenaikan kira-kir 10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini
disebabkan adanya energy bebas permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.
Kecepatan kelarutannya suatu zat dipengaruhi oleh ukuran partikel, makin halus zat terlarut, makin
kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya yang kontak dengan pelarut sehinggan zat terlarut
makin cepat larut.kedua suhu dan terakhir pengadukan.
G. Struktur air
Struktur air sangat peka terhadap beberapa factor seperti suhu, permukaan dan zat terlarut
yang dapat memperkuat, memperlemah, mengubah atau memecahkan seluruh larutan.
H. Ukuran dan bentuk molekul
Sifat-sifat dapat melarutkan pada air sebagian besar disebabnkan oleh ukuran molekulnya
yang kecil. Jika ukuran partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan
melarutkan Kristal.
I. Hidrotopi
Hidrotopi adalah peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar
larut dengan penambahan senyawa lain.
J. Salting out dan salting in
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih
besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
Contohnya kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun jika kedalam larutan tersebut ditambahkan
larutan NaCl jenuh.
K. Co-Solvency
Co-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kalarutan karena penambahan pelarut alain atau
modifikasi pelarut. Misalnya, luminal tidak larut dalam air tetapi larut dalam campuran air-gliserin.
 Pembagian Larutan
 Menurut Formularium Nasional hal. 332
a. Larutan steril, meliputi larutan untuk untuk pemakaian luar dalam pengobatan luka dan kulit
terkelupas,larutan antikoagulan, irigasi kandung kemih, larutan dialisa intrapertoneum dan
larutan pekat untuk pembuatan injeksi.
b. Larutan tidak steril, meliputi larutan untuk obat dalam, baik larutan yang langsung diminum
ataupun larutan yang harus diramu terlebih dahulu , larutan untuk kulit yang tidak terkupas dan
larutan hemodialisa. Selama pembuatan harus diperhatikan agar sedapat mungkin harus
dihindarkan terjadinya kontaminasi jasad renik.
c. Larutan antiseptikum, mudah sekali dicemari jasad renik yang telah resistan. Karena itu dalam
pembuatan larutan ini harus diperhatikan hal sebagai berikut.Larutan harus dibuat menggunakan
air suling atau air yang baru saja dididihkan dan wadah yang digunakan harus betul-betul bersih,
lebih baik disterilkan terlebih dahulu, tutup gabus jangan digunakan. Larutan ini tidak boleh
digunakan lebih lama dari 1 minggu sejak tutupnya telah dibuka pertama kali.
 Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV hal. 15-16
a. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air.
b. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air,tetapi seringkali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan peliol untuk penggunaan pada kulit,atau dalam larutan lidokain
oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.
c. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi.
d. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidri alcohol dari zat mudah menguap,
umumnya di gunakan sebagai bahan pengaroma.
e. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang di buat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia.
f. Air aromatic adalah larutan jernih dan jenuh dalam aie, dari minyak mudah menguap atau
senyawa aromatic, atau bahan mudah menguap lainnya airaromatik di buat dengan cara distilasi
dan di simpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya dan panas berlebih.
 Komposisi Larutan
 Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi hal. 328-335
a. Sirup-sirup dengan dasar sukrosa dan bukan sukrosa
Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup-sirup, walaupaun dalam
keadaan khusus dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula lainnya seperti dektrose
atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dan propilenglikol. Dalam beberapa contoh, semua zat
glikogenetik (senyawa yang diubah jadi glukosa dalam tubuh), termasuk bahan-bahan yang
disebutkan diatas, yang diganti dengan zat-zat bukan glikogenetik seperti metal selulosa atau
hidroksimetilselulosa. Kedua bahan ini tidak dihidrolisis dan diabsorbsi kedalam aliran darah, dan
penggunaanya menghasilkan pembawa seperti sirup yang baik sekali untuk obat-obat yang
dimaksud untuk digunakan oleh pasien-pasien diabetes dan lain-lainnya yang dietnya harus
dikontrol dan dibatasi dengan zat-zat bukan glikogenetik. Umumnya fiskositas yang dihasilkan dari
penggunaan derivate-derivat selulosa ini sangat mirip dengan sirup sukrosa.
b. Pengawet Antimikroba
Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan mikroba
berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan,sifat dan aktifitas
sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan formulasi(misalnya banyak dari minyak-
minyak pemberi rasa yang sudah bersifat steril dan mempunyai aktifitas antimikroba), dan dengan
kemampuan pengawet itu sendiri. Diantara pengawet-pengawet yang umum digunakan sebaagi
pengawet sirup dengan benzoate(0,1-0,2%) dan berbagai campuran metal-,propil-,dan butyl-
paraben (Total kira-kira kurang lebih 0,1%) . seringkali alcohol digunakan dalam pembuatan sirup
untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam alcohol tetapi secara normal alcohol tidak
ada dalam produk akhir dalam jumlah yang dianggap cukup sebagai pengawet(15-20%).
c. Pemberi rasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal
dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh: minyak jeruk), vanili, dan lain-lain. Untuk
membuat sirup yang sedap rasanya karena sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecil alcohol
ditambahkan kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya
dalam air buruk.
d. Pemberi warna
Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang berhubungan
dengan pemberi rasa yang digunakan(misalnya hijau untuk rasa permen, cokelat untuk rasa cokelat
dan sebagainya). Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan
komponen lain dari air, tidak bereaksi dengan komponan lain dari sirup, dan warna stabil pada
kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi encounter selama
masa penyimpanan.
 Menurut Teori dan Praktek Farmasi Industri hal. 961-974
a. Pengawet
Suatu pengawet yang ideal dapat secara kualitatif ditentukan sebagai salah satu yang
memenuhi criteria berikut:
1. Pengawet harus efektif terhadap mikroorganisme spectrum luas.
2. Pengawet harus stabil secara fisika,kimia dan mikrobiologi selama waktu berlaku produk
tersebut.
3. Pengawet harus tidak toksik, tidak mensensitisasi larutan dengan memadai dapat bercampur
dengan komponen. Komponen formulasi lain dan dapat diterima,dilihat dan dirasa dan bau pada
konsentrasi yang digunakan zat anti mikroba yang telah digunakan sebagai pengawet dapat
digolongkan menjadi 4 kelompok besar senyawa asam, netral, mercury dan senyawa ammonium
kuaterner.
b. Zat pemanis
Zat pemanis umumnya merupakan suatu bagian besar dari isi zat padat dalam bentuk-bentuk
sediaan yang membutuhkannya. Sukrosa mempunyai sejarah penggunaan yang panjang, sukrosa
larut dalam media air (larutan mengandung kira-kira 85% sukrosa dapat dibuat). Sukrosa tersedia
dalam bentuk sangat murni dengan harga yang memadai dan stabil. Secara kimia atau fisika pada
kisaran pH 4,0-8,0. Sukrosa seringkali digunakan bersama dengan sorbitol,gliserin, dan poliol-
poliol lain yang dikatakan mengurangi kecenderungan sukrosa untuk mengkristalkan satu dari
manifestasi kristalisasi.
c. Kontrol viskositas
Kadang-kadang perlu untuk meningkatkan viskositas suatu cairan untuk bertindak sebagai zat
pembantu agar mudah dimakan atau untuk memperbaiki kemampuan tuangannya. Ini dapat dicapai
dengan meningkatkan konsentrasi gula atau dengan menggabungkan zat-zat yang mengontrol
viskositas seperti polivinil, pirolidon, atau berbagai turunan selulosa. Senyawa- senyawa ini
membentuk larutan dalam air yang stabil dalam kisaran pH yang luas. Metilselulosa dan
karboksimetilselulosa tersedia dalam sejumlah tingkat viskosital yang berbeda,
karboksilmetilselulosa bila digunakan dalam larutan-larutan yang mengandung konsentrasi alcohol
tinggi (sampai 15%) pengendapan.
d. Pemberi Rasa
Pemberi rasa dapat dibagi menjadi 2 kategori, besar pemelihan dan evaluasi banyak sekali
ditulis tentang fase pemberi rasa farmasi tetapi pemelihara merupakan aktivitas empiris secara total,
keempat sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan asam, beberapa generalisasi sehubungan
dengan pemilihan pemberi rasa untuk menutupi tipe-tipe spesifik dan rasa.
e. Penampilan
Penampilan keseluruhan dari produk cair terutama tergantung pada warna dan kejernihannya.
Pemelihara warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa, misalnya hijau atau biru untuk permen,
merah untuk beri. Tipe pewarna tersedia untuk penggunaan farmasi, kestabilan relatifnya dan
daerah pemakaiannya.

f. Stabilitas
1. Stabilitas kimia
Teknik untuk meramalkan stabilitas kimia dan system obat homogen didefenisikan dengan
baik ketidakstabilan kimia suatu obat selalu diperbesar dalam larutan, berlawanan dengan system
zat padat atau system suspense. Tetapi stabilitasi ini sampai batas tertentu diimbangi oleh lamaran,
stabilitas yang cepat dan teliti yang mungkin dengan system-sistem homogen, tetapi sangat riskan
dengan bentuk-bentuk sediaan heterogen. Pengkajian meliputi evaluasi stabilitas dalam system-
sistem obat cair, termasuk asam-asam amino terhadap stabilitas aspirin dalam larutan propilenglikol
dan suatu pengkajian sistematis dari autoresidasi polisorbat.
2. Kestabilan fisika
Cairan oral stabil secara fisik menahan psikositasnya, warna, kejernian, rasa dan bau pada
seluruh sel dispernya. Semua karakteristik ini dapat harus dievaluasi secara subjektif dan secara
objektif. Jika mungkin, selama waktu penafsiran stabilitas contoh yang baru dibuat harus bertindak
sebagai suatu standar awal untuk evaluasi subjektif.
3. Bahan mentah
Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan cairan harus sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan masak-masak, spesifikasi ini harus dapat menjamin cirri-ciri kemurnian, kesatuan
dan bebas dari kontaminasi mikroba yang berlebihan.
 Syarat-syarat Larutan
1. Zat terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya
2. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
4. Tidak ada endapan
 Keuntungan dan Kerugian Larutan
 Menurut Ilmu Resep hal. 89-90
1. Keuntungan
a. Merupakan campuran homogen
b. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
c. Dapat diberikan dalam larutan encer
d. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi
e. Mudah diberi pemanis,pengaroma,dan pewarna
f. Untuk pemakaian luar,bentuk larutan mudah digunakan
2. kerugian
a. Volume bentuk larutan lebih besar
b. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
c. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
 Menurut Farmasetika Dasar halaman 91
1. Keuntungan
a. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak
dan usia lanjut.
b. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami proses diintegrasi
dan pelarutan).
c. Obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian dari sediaan.
d. Mengurangi resiko kejadian iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (contohnya aspirin, KCl)
karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung.
2. Kerugian
a. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut dan disimpan.
Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.
b. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk sediaan tablet atau
kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.
c. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.
d. Ketetapan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.
e. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam larutan
dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat diberi pemanis dan perasa
agar penggunaannya lebih nyaman.

B. FORMULASI
1. RANCANGAN FORMULA
Rancangan Formula dibuat masing-masing 250 g
Syrupus Simplex (FOI hal. 55)
Gula 66
Natrium Benzoat 0,1 %
Perasa qs
Aqua dest ad 100
Pembanding : Syrplus

2. MONOGRAFI BAHAN
a) Syrupus Simplex (FI edisi III, hal. 527)
Pemerian : Tidak bewarna, tidak berbau, cairan jernih
Kelarutan : Larutan dalam air, mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam eter
Penetapan kadar : Memenuhi syarat penetapan sakarosa yang tertera pada sirup
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

b) Sakarosa P atau Gula ( FI edisi III, hal. 725)


Pemerian : Hablur tidak bewarna atau massa hablur atau serbuk warna putih, tidak berbau, rasa
manis
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 370 bagian etanol 95% P

c) Natrium Benzoat (FI edisi III, hal. 395)


Pemerian : Butiran atau serbuk hablur, putih tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : mudah larut dalam 2 bagian dan dalam 90 bagian etanol 95% P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat pengawet

d) Aqua Destillata (FI edisi III, hal. 96)


Pemerian : Cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dengan 10 bagian air, etanol 95% P, kloroform P, minyak lemak dan minyak
atsiri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, ditempat sejuk
Khasiat : Zat pelarut

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Beaker glas 500 ml, 100 ml
- Gelas ukur 100 ml , 10 ml
- Batang pengaduk
- Corong
- Kertas pH
- Pipet tetes
- 3 Buah Botol 100 ml
- Tissu
- Benang sutra
- Neraca Analitik

b. Bahan
- Gula pasir
- Aquadestillata
- Natrium Benzoat
- Perasa
- Syrplus

C. PERHITUNGAN BAHAN

1. Gula = 66 / 100 x 250 g = 165 g


2. Natrium Benzoat = 0,1 % x 250 g = 0,25 g
3. Perasa secukupnya
4. Aqua destillata = ad 250 g

D. PROSEDUR KERJA

Formulasi Sirup
- disiapkan alat dan bahan
- ditimbang seluruh bahan yang diperlukan dengan seksama
- dilarutkan gula dengan Aquadest panas dalam beaker gelas
- ditambahkan Natrium Benzoat dan Perasa
- ditambahkan Aquadest sampai 250 g
- disaring dengan kertas saring
- dimasukkan kedalam botol
- dikemas dalam kotak obat

Sirupus Simplex
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL EVALUASI
N JENIS PRINSIP JUMLAH HASIL SYARAT KET
O EVALUASI EVALUASI SAMPEL PENGAMATAN
Bau : Khas Bau : Khas
Minyak Kayu Minyak
Uji Putih Kayu Putih
1. Organoleptis Pengamatan
(bau, rasa, secara 1 Rasa : Manis Rasa :
warna dan visual Manis
kejernihan) Warna : Kuning
Muda Warna :
Kuning
Kejernihan : Muda
Jernih
Kejernihan:
Jernih

1. Berdasarkan
2. perubahan
warna pada
kertas pH Replikasi 1 : pH 8
Uji pH Larutan indikator 6,1 – 7,2 Mendekati
yang 1 Replikasi 2 : pH 8 Netral
kemudian
dibandingka Replikasi 3: pH 8
n dengan
warna
standar
pada bagian
pH
2. Dilakukan Replikasi 1:
pengamatan Homogen
dengan 1
Uji indra Replikasi 2:
4. Homogenitas penglihatan Homogen
dimana
sediaan Replikasi 3:
diarahkan Homogen
kecahaya
3. Replikasi 1: Replikasi 1:
Dilakukan 600 mpas 2.850 mpas
pengukuran 1
5. Uji Viskositas dengan Replikasi 2: Replikasi 2:
menggunak 600 mpas 2.850 mpas Standar
an alat
Viskometer Replikasi 3: Replikasi 3:
600 mpas 2.850 mpas

2. PEMBAHASAN
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain,
sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus
memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah harus dapat.
Pada praktikum ini, dibuat sediaan Sirupus Simplex 60ml. Kemudian dilakukan evaluasi hasil
meliputi Organoleptis (bau, rasa, warna, dan kejernihan). Hasil evaluasi organoleptis pada sediaan
kami, didapatkan larutan yang berwarna jernih, dengan rasa manis, dan wangi seperti Minyak Kayu
Putih. Hasil evaluasi organoleptis tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Evaluasi yang kedua yaitu evaluasi pH. Dari pemeriksaan pH yang telah dilakukan,
didapatkan hasil pH yang ditunjukkan pada alat pH meter sebesar 8. Dimana rentang persyaratan
pH adalah 6,1-7,2. Sehingga dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa pH sediaan Sirupus
Simplex telah memenuhi persyaratan karena masuk pada rentang pH atau mendekati netral.
Evaluasi ketiga yaitu homogenitas. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan indra
penglihatan dimana sediaan diarahkan kecahaya, sediaan dilihat apakah terdapat partikel-pertikel
lain atau tidak. Pada Hasil sediaan Sirupus Simplex kali ini didapatkan hasil yang homogen, tidak
ada partikel-partikel kecil didalam sediaan.
Evaluasi terakhir yaitu evaluasi viskositas. Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan
menggunakan alat viskometer brook field. Hasil sediaan sirup dilakukan pemeriksaan viskositas
dengan melakukan pengulangan 3 kali. Dan ketiganya didapatkan hasil viskositas yang sama yaitu
600 mpas. Sehingga rata-rata yang didapat yaitu 600 mpas. Dimana persyaratan viskositas suatu
larutan yaitu sampai 2.850 mpas. Sehingga dari hasil pemeriksaan viskositas tersebut dapat
dikatakan bahwa viskositas sediaan Sirupus Simplex kami memenuhi persyaratan.
Pada pratikum kali ini, kami membuat Sirupus Simplex sesuai dengan syarat-syarat yaitu: Zat
terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya, Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada
penyimpanan, Jernih, dan Tidak adanya endapan.
Selama penyimpanan, diharapkan tidak ada kontaminan yang timbul seperti jamur dan
mikroba dalam sediaan. Sehingga penyimpanan harus dilakukan dengan baik. Setelah beberapa hari
penyimpanan, tidak ditemukan adanya kontaminan dalam sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa
pengawet yang digunakan dalam formulasi sudah tepat karena memberikan aktivitas yang
maksimal.

F. EVALUASI SEDIAAN

Organoleptis
- dilakukan uji bau, warna, rasa dan kejernihan
- dilakukan uji bau dengan mencium sediaan
- dilakukan uji warna dengan melihat sediaan
- dilakukan uji rasa dengan mecicipi sediaan
- dilakukan uji kejernihan dengan mengarahkan sediaan kearah cahaya

Hasil Bau, Rasa, Warna, dan Kejernihan Sediaan

pH Meter
- disiapkan alat pH meter universal
- dimasukkan kertas pH dalam larutan sirup
- diamati dan ditentukan warna pHnya

Hasil pH Meter Sediaan

Homogenitas
- diletakkan larutan sediaan kearah cahaya
- diamati sediaan dengan indra penglihatan
- dilihat apakah ada partikel dan benda asing

Hasil Homogenitas Sedian

Viskositas
- dimasukkan sampel kedalam beaker gelas sampai hampir mendekati penuh agar spindle
yang digunakan seluruhnya masuk
- dipilih nomor spindle yang sesuai
- diturunkan hingga spindle tercelup
- diletakkan tombol on
- dibaca pengukuran dengan melihat jarum merah
- dicatat hasil pengukuran

Hasil Viskosistas Sediaan

G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan sirup yang dibuat
telah stabil pada uji organoleptik (rasa, bau warna dan kejernihan). Sedangkan pada uji pH yang
mendapatkan pH 8 dengan syarat pH 6,1-7,2. Meskipun mengalami kenaikan pH namun sediaan
masih terdapat dalam pH netral. Sedangkan pada uji Homogenitas hasil sediaan Sirupus Simplex
kali ini didapatkan hasil yang homogen, tidak ada partikel-partikel kecil didalam sediaan dan tidak
adanya endapan. Dan pada uji viskositas ketiganya didapatkan hasil viskositas yang sama yaitu 600
mpas. Sehingga rata-rata yang didapat yaitu 600 mpas. Dimana persyaratan viskositas suatu larutan
yaitu sampai 2.850 mpas. Sehingga dari hasil pemeriksaan viskositas tersebut dapat dikatakan
bahwa viskositas sediaan Sirupus Simplex kami memenuhi persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Van Duin. 1991. Ilmu Resep dan Teori, PT Soerongan, Jakarta
Anief. Moch. 2000. Ilmu Meracik Obat; Teori dan Praktik. Gadjah Mada Press. Yogyakarta

http://sriwindayani1994.blogspot.com/2014/06/contoh-laporan-teknologi-sediaan-
farmasi.html?m=1
https://awesome2015blog.blogspot.com/2018/01/laporan-praktikum-farmasi-sediaan.html?m=1
http://zharalasandarastory.blogspot.com/2016/03/sediaan-sirup.html?m=1
https://www.academia.edu/26489828/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_SEDIAAN_
FARMASI_FORMULASI_SEDIAAN_CAIR_DISUSUN_OLEH
https://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/02/laporan-praktikum-sediaan-larutan_16.html

Anda mungkin juga menyukai