Anda di halaman 1dari 26

Makalah Keperawatan Radiologi

Pemeriksaan Elektrolit dan Analisa gas Darah

Disusun oleh :
KELAS 1A
KELOMPOK 2
1. Devitasari P1337430118003
2. M Agung Triyadi P1337430118005
3. Annisa Naba’atul F P1337430118009
4. Fitriani Nurjanah P1337430118017
5. Uswatun Nufus K.N P1337430118025
6. Bayu Aji Setiyo N P1337430118027
7. M. Farhan Harzihan P1337430118032
8. Fahris Miftakhul R P1337430118036
9. Ervita Umumatul H P1337430118040
10. Evi Dian A.R P1337430118050

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG 2018/2019
KATA  PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat  limpahan  rahmat-
Nya  sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Pemeriksaan
Elektrolit dan Analisa Gas Darah” dengan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan
terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan Radiologi yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.   
Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi
pembaca agar lebih mengetahui dan memahami hal-hal mengenai pemeriksaan laboratorium
elektrolit.
Semoga makalah ini  bermanfaat  untuk  memberikan  kontribusi  kepada Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.  Dan  tentunya  makalah ini  masih 
sangat  jauh  dari sempurna.  Untuk  itu  kepada  dosen pembimbing  kami  meminta 
masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah kami di  masa  yang  akan  datang.

Semarang, April 2019

Kelompok 2

ii | P a g e
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………....... i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..... ii
DAFTAR ISI ………………………………………….......………………………..... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………………………………….......... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Elektrolit Darah….………....................................................................... 3
B. Jenis Elektrolit Darah…......................................................................................... 3
C. Pemeriksaan Elektrolit Darah................................................................................ 3
D. Regulasi Elektrolit Darah....................................................................................... 9
E. Metode Pemeriksaan Elektrolit Darah................................................................... 9
F. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Elektrolit Darah............................................ 10
G. Akibat Kelebihan Dan Kekurangan Elektrolit Dalam Tubuh................................ 12
H. Saturasi Oksigen.................................................................................................... 20
I. Tekanan Parsial Oksigen....................................................................................... 20
J. Tekanan Parsial Karbon Oksigen.......................................................................... 20

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………... 21
B. Saran ...................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….........………………. 22

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh kita ini adalah ibarat suatu jaringan listrik yang begitu kompleks, didalamnya
terdapat beberapa ‘pembangkit’ lokal seperti jantung, otak dan ginjal. Untuk bisa
mengalirkan listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan ‘perintah’ dari
pembangkit ke sel-sel otot. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit yang
ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit yang bermuatan positif) dan anion (elektrolit yang
bermuatan negatif). Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama mengantarkan
impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh. (The College of Emergency
Medicine & Doctors.net.uk, 2008).
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free
ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion.
Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation
sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut
disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari
anion adalah klorida (Cl) dan bikarbonat (HCO). Elektrolit- elektrolit yang terdapat dalam
jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na), kalium (K) kalsium (Ca),
magnesium (Mg), klorida (Cl), bikarbonat (HCO), fosfat (HPO) dan sulfat (SO) Di dalam
tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO) elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan
organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan
memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian
cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan
juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap
proses metabolisme.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi elektrolit darah?
2. Apa saja jenis elektrolit darah?
3. Bagaimana pemeriksaan elektrolit darah?
4. Bagaimana regulasi elektrolit darah?
5. Bagaimana metode pemeriksaan elektrolit darah?
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi kadar elektrolit darah?

1|Page
7. Apa akibat kelebihan dan kekurangan elektrolit dalam tubuh?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi elektrolit darah
2. Mengetahui jenis elektrolit darah
3. Mengetahui pemeriksaan elektrolit darah
4. Mengetahui regulasi elektrolit darah
5. Mengetahui metode pemeriksaan elektrolit darah
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar elektrolit darah
7. Mengetahui akibat kelebihan dan kekurangan elektrolit dalam tubuh

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Elektrolit Darah


Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi nmenjadi anion dan kation tergantung
mereka bergerak dalam medan listrik menuju katode anode yang menunjukan mereka
mempunyai muatan positip dan negatip.(Carl A.Bustes, dkk, 1994)

B. Jenis Elektrolit Darah


Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na+, K+, Ca+2, Mg+2 dan
berupa anion misalnya : Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-2 dan laktat. Pada cairan ektrasel kation
utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl- dan HCO3-, sedangkan pada cairan intrasel
kation utama adalah K+.(Frances Talaska Fischbach, dkk, 2004)

C. Pemeriksaan Elektrolit Darah


1. Natrium
 Natrium adalah zat mineral yang kita andalkan sebagai pembentuk garam didalam
tubuh dan sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf dan tekanan osmosis
pada sel yang menjaga keseimbangan cairan sel dengan cairan yang ada
disekitarnya.
 Letak Natrium (Na) terbanyak di Extra seluler (CES). Volume cairan ekstraseluler
diatur keseimbangannya melalui mekanisme homeostasis.
 Fungsi Natrium bagi tubuh adalah sebagai berikut.
- Konduksi impuls neuromuskuler
- Membantu mempertahankan keseimbangan air, asam dan
basa dalam cairan ekstraseluler.
- Sebagai bahan penyusun dari cairan (getah) pankreas,
empedu, dan keringat.
- Peranan penting dalam kontraksi otot dan fungsi syaraf dan
aktivitas enzim
- Memainkan peranan khusus dalam penyerapan karbohidrat.
- Natrium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan
pengeluaran urine.

3|Page
 Nilai  normal dalam serum :
- Dewasa : 135-145 mEq/L, atau 135-145 mmol/L
- Bayi : 134-150 mEq/L
- Anak : 135-145 mEq/L
- Dalam Urine : 40-220 mEq/L/24 jam
 Klinis:
a) Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare, penghisapan
lambung, cedera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal ginjal,
penggunaan obat diuretik furosemid, thiazid dan manitol.
b) Peningkatan natrium terdapat pada penderita: dehidrasi, muntah, diare,
gangguan jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik, intake Na
tinggi, dan penggunaan obat kortison, antibiotik, laksansia dan obat batuk.
c) Makanan sumber natrium : garam dapur, corned beef, daging babi, ham, ikan
kaleng, keju, buah ceri, saus tomat, acar, minyak zaitun, kripik kentang dan
pepsicola.
2. Kalium (K)
 Merupakan Kation utama intra seluler (CIS). Kalium dalam makanan dan dalam
tubuh ditemukan dalam bentuk ion K+, baik dalam larutan ataupun dalam bentuk
garam. Kalium ditemukan banyak dalam makanan, terutama pada buah-buahan dan
sayuran. Kalium banyak terdapat dalam bayam, pisang, jamur, brokoli, susu,
daging, tomat, jeruk, kol, dan asparagus.
 Kalium adalah elektrolit yang berada pada cairan vaskuler dan 90% dikeluarkan
melalui urime, rata-rata 40 mEq/L atau 25-120 mEq/24 jam walau input kalium
rendah. Berperan penting dalam pengaturan impuls neuromuskular terutama denyut
jantung.
 Fungsi kalium bagi tubuh adalah sebagai berikut.
- Merupakan bagian integral dan esensial tiap sel dan dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel.
- Dalam sel kalium membantu banyak reaksi biokimia seperti pelepasan energi
dari makanan, sintesis glikogen dan protein.
- Mengatur tekanan osmotik dalam sel dan mengontrol distribusi air antara
cairan intraseluler dan ekstraseluler.
- Menjaga keseimbangan asam-basa.

4|Page
- Dibutuhkan untuk mengantarkan gelombang saraf untuk membuat gerakan
otot lebih terkontrol juga membantu untuk memperlebar pembuluh darah
ketika berolahraga sehingga memperlancar aliran darah untuk membuang
panas lebih cepat
- Ikut dalam pelepasan insulin dari pankreas.
- Bersama magnesium (Mg2+) penting dalam relaksasi otot yang merupakan
lawan dari stimulasi otot oleh Ca2+.
 Nilai normal :
- Dewasa           : 3,5-5,0 mEq/L, atau 3,5-5,0 mmol/L
- Bayi                 : 3,6-5,8 mEq/L
- Anak               : 3,6-5,8 mEq/L
 Klinis :
Hiperkalemia dapat terjadi apabila ada gangguan ginjal, oliguria, anuria,
infus KCl, perlukaan, metabolik asidosis dan penggunaan obat terutama
sefalosforin, heparin, epinefrin, histamin, isoniazid dan spironolakton.
Hiperkalemia dapat terjadi karena input kalium rendah dan ekskresi lewat urine
berlebihan, misalnya pada penyakit  muntah, diare dehidrasi, malnutrisi, diet ketat,
trauma, luka pembedahan, dan penghisapan lambung, DM asidosis, banyak makan
permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis metabolik dan penggunaan obat
terutama diuretik, kortisone, estrogen, insulin, litium karbonat dan aspirin. Kadar
kalium serum  < 2,5 mEq/L atau lebih dari 7,0 mEq/L dapat menimbulkan
kematian.
Makanan sumber kalium: Buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, buah
kering, sayuran, kopi, teh dan cola.
3. Klorida (Cl)
 Klorida merupakan anion yang banyak terdapat pada cairan ekstra seluler, tidak
berada dalam serum, berperan dalam keseimbangan  cairan tubuh, keseimbangan
asam basa dan dengan natrium menentukan osmolalitas. Cl sebagian besar terikat
dengan Na dalam bentuk NaCl.
 Nilai normal :
- Dewasa  : 95-105 mEq/L, atau  95-105 mmol/L
- Bayi : 98-110 mEq/L
- Anak : 95-110 mEq/L

5|Page
- Bayi baru lahir  : 94-112 mEq/L
 Klinis :
Penurunan kadar Cl dapat terjadi pada penderita muntah, penghisapan
lambung, diare, diet rendah garam, GE, kolitis, isufisiensi adrenal, infeksi akut,
luka bakar, alkalosis metabolik, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis,
asidosis respiratorik, penurunan kadar kalium dan natrium dan dapat juga karena
penggunaan obat thiazid, diureti loop, dan bikarbonat.
Peningkatan klorid dapat terjadi pada penderita dehidrasi, hiperfungsi
adrenal, peningkatan Na, cedera kepala, decompensasio cordis, infus NaCl,
asidosis metabolik, gangguan ginjal dan dapat juga karena obat amonium chlorid
(OBH) , penggunaan kortison dan asetazolamid.
4. Kalsium  (Ca)
 Kalsium merupakan elektolit yang berada pada serum dan berperan dalam
membentuk keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani, dan dimanfaatkan untuk
mendeteksi adanya gangguan pada paratiroid dan tiroid.
 Kalsium atau disebut juga zat kapur adalah zat mineral yang mempunyai fungsi
dalam membentuk tulang dan gigi serta memiliki peran dalam vitalitas otot pada
tubuh, Bersama-sama dengan posfor berguna untuk memperkuat tulang kontraksi
otot dan mengatur detak jantung.
 Fungsi Kalsium bagi tubuh :
- Mengaktifkan syaraf.

- Melancarkan peredaran darah.

- Melenturkan otot.

- Menormalkan tekanan darah.

- Menyeimbangkan keasama darah.

- Menjaga keseimbangan cairan tubuh.

- Mengatasi diabetes (mengaktifkan pankreas).

- Membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi.

- Mengatasi kram, nyeri pinggang.

- Kadar Kalsium dalam tubuh diatur oleh parathyroid dan thyroid.

 Nilai normal

6|Page
- Dewasa : 4,5-5,5 mEq/L, atau 9-11 mg/dL atau 2,3-2,8 mmol/L
- Urine : dalam 24 jam<150 mg (diet rendah Ca), 200-300 md
(diet tinggi Ca)
- Anak : 4,5-5,8 mEq/L atau 9-11,5 mg/Dl
- Bayi                  : 5,0-6,0 mEq/L atau 10-12 mg/dL
- Bayi baru lahir  : 3,7-7,0 mEq/L atau 7,4-14,0 mg/Dl
 Klinis :
Penurunan Ca dalam serumdapat terjadi pada malabsorbsi saluran cerna,
kekurangan intake Ca dan vitamin D, hipotiroid, gagal ginjal kronis, infeksi yang
luas, luka bakar, pankreatis, alkoholisme, diare, kehamilan dan dapat juga karena
penggunaan obat laksansia, kortison, gentamycin, antasid Mg, heparin, insulin,
dan asetazolamid (diamox).
Peningkatan kadar Ca terdapat pada hipertyroid, malignancy pada tulang,
paru-paru , payudara, kandung kencing dan ginjal, hipervitamin D, imobilisasi
lama, fraktur multiple, batu  ginjal dan olahraga berlebihan.
5. Magnesium (Mg)
 Magnesium merupakan elektrolit ion + (kation), berada pada cairan ekstra seluler
dan sel menempati urutan terbanyak kedua, dieksresi melalui ginjal dan feses,
nerpengaruh pada peningkatan K, Ca dan protein yang berperan untukn aktivasi
neuromuskular dan enzim pada metabolisme hidrat arang dan protein. Penurunan
kadar Mg biasanya diikuti juga oleh penurunan ion lain.
 Magnesium merupakan kation terbanyak kedua di CIS. Fungsi
magnesium yang utama adalah melenturkan pembuluh darah
dan membantu menghilangkan timbunan lemak yang terjadi
pada dinding sebelah dalam dari pembuluh darah. Juga berfungsi
sebagai zat yang membentuk sel darah merah berupa zat
pengikat oksigen dan haemoglobin
 Fungsi Magnesium lainnya yaitu :
- Membantu relaksasi otot
- Membantu transmisi sinyal syaraf

- Memproduksi dan mendistribusi energi

- Berperan penting dalam sintesa protein

7|Page
- Sebagai Co Faktor membantu enzim yang merupakan
katalisator lebih dari 300 reaksi biokimia termasuk mengatur
suhu tubuh manusia

 Nilai normal : 85-135 ml/min


 Klinis :
Penurunan magnesium terdapat apada malnutrisi protein, malabsorbsi,
sirosis hati, alkoholime, hipoparatiroid,, hipoaldosteron, hipokalemia, diare kronis,
reseksi usus, dehidrasi dan karena penggunaan abat diuretik, kalsium glukomnas,
ampoterisin B,  neomicin, dan insulin.
Peningkatan magnesium dalam darah terdapat pada penderita dehidrasi
berat, gangguan ginjal, leukemia limpasitik dan mielosistik, DM awal, obat
antasid terutama Mg dan Laksansia Mg.
Makanan sumber Mg : ikan laut, daging, sayuran hijau, buji-bijian dan
kacang-kacangan.
6. Posfor (P)
 Pospor merupakan anion phospat yang berada dalam darah seimbangan dengan
kadar kalsium yan diatur oleh hormon parathyroid.
 Nilai normal :
- Dewasa : 1,7-2,6 mEq/L, atau 2,5-4,5 mg/dL, atau 0,78-1,52
mmol/L-Unit SI
- Bayi : 4,5-6,7 mg/dL
- Anak : 4,5-5,5 mg/dL
- Bayi baru lahir : 3,8-8,6 mg/dL
 Klinis :
Penurunan kadar posfor terdapat pada kasus kelaparan, malabsorbsi,
hiperparatiroidisme, hiperkalsemia, hipermagnesia, alkoholime, defisiensi
vitamin D, asidosis DM, miksedema, penghisapan lambung, muntah-muntah dan
dapat juga karena penggunaan obat antasid, epinefrin dan insulin.
Peningkatan kadar posfor terdapat pada gangguan ginjal, hipotiroid,
hipervitamin D, tumor tulang, akromegali, chusing sindrom dan sarkoidosis.
7. Analisa Gas Arteri (AGDA)

8|Page
 Analisa gas arteri adalah pemeriksaan terhadap darah arteri untuk mengkaji
adanya gangguan keseimbangan asam basa karena gangguan metabolik atau
gangguan respiratorik.
 Rujukan Normal AGD
No. komponen Nilai rujukan keterangan
1 PH 7,35-7,45/7,36-7,44 Dewasa/anak
2 PCO2 35-45 mmHg
3 PO2 75-100 mmHg
4 HCO3 24-28 mEq/L
5 BE ( Base Exess) +2—2(+2 mEq/L)

 Klinis
No Hasil AGDA (Analisa Gas Darah Klinis
. Arteri)
1 PH < 7,35 Asidosis
2 PH > 7,45 Alkalosis
3 PH < 7,35 dan peningkatan Asidosis respiratorik
PaCO2 > 45 mmHG
4 PH > 7,45, PaCO2 < 35 mmHg Alkalosis respiratorik
5 PH < 7,35, HCO3 < 24 mEq/L Asidosis metabolic
6 PH > 7,45, HCO3 > 28 mEq/L Alkaloisis metabolic

D. Regulasi Elektrolit Darah


Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit untuk
menjaga volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Aktifitas ginjal
dalam homeostasis sebagian dipengaruhi oleh hormon ADH, yang diproduksi oleh hipofisis,
dan aldosteron yang dihasilkan oleh korteks kelenjar anak ginjal. Tekanan hidrostatik yang
terjadi secara normal karena adanya denyut jantung berfungsi mendorong cairan, sedangkan
tekanan osmotik koloid merupakan kekuatan penarik yang berasal darai kadar protein yang
berada dalam plasma darah. Kadar protein plasma ini harus dipertahankan dan tang berperan
dalam hal ini adalah permeabilitas kapiler yang bersifat sebagi membran semi permiabel.
Faktor lain yang terlibat dalam proses homeostasis yaitu Na+, yang berfungsi menarik air.
Air akan tertarik ke tempat dimana konsentrasi natrium lebih tinggi. Dalam siestem
homeostasis yang banyak berperan adalah ginjal, sistem kapiler selular, kelenjar hipofise,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal dan paru-paru. Ginjal merupakan pengendali utama
terhadap kadar elektrolit dan cairan tubug. Total cairan tubuh dan konsentrasi V sangat

9|Page
ditentukan oleh apa yang disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam
menjalankan fungsinya. (Sudarto PringgoUtomo, dkk, 2002).

E. Metode Pemeriksaan Elektrolit Darah


Beberapa metode pemeriksaan elektrolit darah diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Metode Flame Emision Spectrophotometry
b. Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE)
c. Spektrofotometri
d. Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor.
Selama bertahun-tahun metode untuk menganalisa natrium dan kalium terdiri dari
flame photometry dimana kation-kation tersebut diukur berdasarkan intensitas garis spektral
emisi atomik saat mendapat eksitasi dari sinar kontrol. Metode spektrofotometri adalah
metode pengukuran berdasarkan perubahan warna atau terjadinya kekeruhan adalah
proporsional dengan elektrolit yang kita ukur. Metode ISE (Ion Selective Electrode) prinsip
pemeriksaannya didasarkan pada adanya potensial muatan listrik yang diantara kedua
elektrode (bolam, kalommel). Metode biosensor mempunyai prinsip : bila sample diposisikan
pada electrode Na, K, Cl ditentukan suatu keseimbangan dengan electrode mambrane
permukaan. Kemudian potensial yang terbentuk sesuai dengan logaritma serta aktifitas analit
dalam sample. Jalue elektrik diantara referens dan ISE dilengkapi dengan empat referens
electrode yang mengandung elektrik kalollel dan larutan saltbridge. Potensio dari electrode
Na, K, Cl diukur berturut-turut terhadap electrode referens oleh electrometer impedans tinggi.
Konsentrasi ion yang diukur dihitung dari potensial electrode dengan menggunakan
persamaan Nernst. (Suganda, dkk, 2000).

F. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Elektrolit Darah


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemeriksaan elektrolit yang terbagi dalam faktor
pre analitik, analitik dan paska analitik.
 Faktor pre analitik
1) Persiapan penderita
Sebelum pengambilan bahan pemeriksaan penderita perlu dipersiapkan,
diinformasikan, serta diberi penjelasan seperlunya mengenai tindakan yang akan
dikerjakan. Beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasil antara lain : obat
diuretic, aktifitas fisik, puasa, stress dan sebagainya harus diberitahukan juga agar
dihindari. (Good Laboratory Practice, 2008).

10 | P a g e
2) Pengambilan sampel
Kalium adalah salah satu elektrolit kimia terpenting yaitu dalam bahwa
kelainanya dapat segera mengancam nyawa, kesalahan pengukuran dapat
menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang tidak
akurat. Untungnya kita dapat mengetahui apakah terjadi proses hemolisis atau tidak
oleh warna merah hemoglobin yang juga dibebaskan kedalam serum setelah serum
dipisahkan dari sel setelah pemusingan. Nilai kalium dapat meninggi apabila pasien
berulang-berulang membuka dan menutup genggaman tangannya secara kuat
sementara torniquet terpasang untuk pungsi vena. Apabila diambil dengan benar
serum yang tidak hemolisis merupakan spesimen yang baik untuk penentuan
elektrolit. Trombosit mengandung kalium yang dalam keadaan normal dikeluarkan ke
dalam serum pada pembentukan bekuan, sehingga serum diperkirakan memiliki nilai
kalium yang sedikit lebih tinggi daripada plasma pada orang yang sama (umumnya
meningkat kurang dari0,5 mEq/L). Pada kenyataanya pasien dengan trombositosis
sering memperlihatkan nilai kalium jauh diatas rentang normal. Keadaan ini dapat
diperbaiki dengan memperoleh nilai kalium plasma pada sampel yang sudah diberi
heparin yang trombositnya tidak mengaktifkan dan mengeluarkan kalium intraselnya.
Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum banyak
melakukan aktifitas fisik. Bila tidak mungkin usahakan untuk mengambil darah pada
waktu yang sama, misalnya pengambilan sampel pukul 11.00. pemeriksaan ulang juga
dilakukan pada pukul 11.00. karena hsil pemeriksaan kalium juga dipengaruhi oleh
perubahan analit dari waktu kewaktu (variasi diurnal), dan meminimalkan variasi
intra individu. Pada pengambilansampel sebaiknya pasien diambil pada posisi duduk
atau berbaring. Pengambilan sampel darah vena dapat menggunakan spuit ataupun
vakutainer (tabung vakum hampa udara). (Witono Santoso, dkk. 1999).
3) Pengiriman dan penanganan sampel
Setelah darah diambil segera kirim kelaboratorium, darah dalam wadah
segera dipindahkan ke tabung sentrifus dan diputar selama 10-15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm, kemudian serum segera dipisahkan. Sampel yang hemolisis tak
dapat diperiksa untuk analisa elektrolit karena kalium keluar dari eritrosit. Jika sampel
bercampur dengan antikoagulan pada suhu kamar, maka nilai kalium akan turun
karena sel-sel memakai glukosa mendorong kalium ke dalam sel. Pemberian nomor
atau label pasien harus benar-benar cermat dan teliti, karena kekeliuran dalam hal ini
akan berakibat fatal. (Witono Santoso, dkk. 1999).
11 | P a g e
4) Wadah Penampung
Wadah yang dipakai untuk penampungan sampel harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a) Terbuat dari gelas atau plastik, khusus untuk sampel darah harus menggunakan
wadah dari bahan gelas.
b) Tidak bocor atau rembes
c) Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
d) Besar wadah diseuiakan dengan volume sampel.
e) Bersih
f) Kering
g) Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam sampel tidak mengandung bahan kimia
atau deterjen.

 Faktor analitik
1) Persiapan reagen
Sebelum menggunakan reagen hendaknya diperhatikan beberapa hal yang
penting. Keadaan fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan dan
masa kadaluwarsanya. Reagen yang kemasanya rusak dan masa kadaluwarsanya
sudah tercapai sebaiknya tidak dipergunakan. Suhu penyimpanan reagen yan baik
di dalam almari pendingin (suhu 2-80C) atau sesuai dengan anjuran dari petunjuk
tertulis yang ada pada kemasan atau di dalam kit reagen yang digunakan. (Witono
Santoso, dkk. 1999).
2) Peralatan
Sebelum menggunakan alat perlu diperhatikan beberapa hal penting. Alat
yang digunakan harus suadah terkalibrasi dengan baik. Pemeriksaan bahan kontrol
perlu dilakukan sebelum pemeriksaan terhadap sampel. Hal penting lainnya adalah
mengikuti seluruh rangkaian protap pemakaian alat yang telah dibakukan.
(Kumpulan protap RSUD Kardinah Tegal, 2012).

 Faktor paska analitik


Faktor paska analitik menjadi sangat penting artinya mengingat seluruh
rangkaian pemeriksaan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila pencatatan
dan pelaporan hasil tidak sesuai dengan hasil riil yang didapatkan. Melaporkan hasil
apa adanya tanpa ada rekayasa hasil merupakan sebuah keharusan untuk memberikan
gambaran klinis yang sebenarnya dari pasien yang diperiksa.

12 | P a g e
G. Akibat Kelebihan atau Kekurangan Elektrolit dalam Tubuh
1. Hiperkalemia
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah.
Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada
konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang lebih dari 5.5 mEq/L
akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini
terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.
 Penyebab
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium
dengan baik. Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah
penggunaan obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti
triamterene, spironolactone dan ACE inhibitor.
Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison, dimana
kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan
kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup. Penyakit Addison dan penderita AIDS
yang mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan
hiperkalemia.
Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia
berat. Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus
menghindari makanan yang kaya akan kalium.
Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara
tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel.
- Hal ini bisa terjadi bila:
- Sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera
tergilas)
- Terjadi luka bakar hebat
- Overdosis kokain.
- Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui
kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia
yang bisa berakibat fatal.
 Gejala

13 | P a g e
Hiperkalemia ringan menyebabkan sedikit gejala. Gejalanya berupa irama
jantung yang tidak teratur, yang berupa palpitasi (jantung berdebar keras).
Penderita merasa sesak napas. Gejala ini timbul pada kadar kalium > 7 mEq/liter
atau kenaikan yang terjadi dalam waktu cepat.
 Diagnosa
Biasanya hiperkalemia pertama kali terdiagnosis pada pemeriksaan darah
rutin atau karena ditemukannya perubahan pada pemeriksaan EKG.

 Pengobatan
Pengobatan harus segera dilakukan jika kalium meningkat diatas 5 mEq/L
pada seseorang dengan fungsi ginjal yang buruk atau diatas 6 mEq/L pada
seseorang dengan fungsi ginjal yang normal.
Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan atau ginjal
ataupun melalui dialisa. Kalium dapat dibuang dengan merangsang terjadinya diare
dan dengan menelan sediaan yang mengandung resin pengisap kalium. Resin ini
tidak diserap di saluran pencernaan, sehingga kalium keluar dari tubuh melalui
tinja. Bila ginjal berfungsi dengan baik, diberikan obat diuretik untuk
meningkatkan pengeluaran kalium.
Jika diperlukan pengobatan segera, dapat diberikan larutan intravena yang
terdiri dari kalsium, glukosa atau insulin.
Kalsium membantu melindungi jantung dari efek kalium konsentrasi
tinggi, meskipun efek ini hanya berlangsung beberapa menit saja.
Glukosa dan insulin memindahkan kalium dari darah ke dalam sel,
sehingga menurunkan konsentrasi kalium darah. Jika pengobatan ini gagal atau jika
terjadi gagal ginjal, mungkin perlu dilakukan dialis
2. Hipokalemi
Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L darah.
Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih berbahaya daripada
konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah yang lebih dari 5.5 mEq/L
akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung. Bila konsentrasi yang tinggi ini
terus berlanjut, irama jantung menjadi tidak normal dan jantung akan berhenti berdenyut.
 Penyebab
14 | P a g e
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium
dengan baik. Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan
obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene,
spironolactone dan ACE inhibitor.
Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison, dimana
kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan
kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup. Penyakit Addison dan penderita AIDS yang
mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.
Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia
berat. Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus
menghindari makanan yang kaya akan kalium.
Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara
tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel. Hal ini bisa terjadi bila:
- Sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas)
- Terjadi luka bakar hebat
- Overdosis kokain.
- Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui
kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia
yang bisa berakibat fatal.
 Gejala
Hiperkalemia ringan menyebabkan sedikit gejala. Gejalanya berupa irama
jantung yang tidak teratur, yang berupa palpitasi (jantung berdebar keras). Penderita
merasa sesak napas. Gejala ini timbul pada kadar kalium > 7 mEq/liter atau kenaikan
yang terjadi dalam waktu cepat.
 Diagnosa
Biasanya hiperkalemia pertama kali terdiagnosis pada pemeriksaan darah
rutin atau karena ditemukannya perubahan pada pemeriksaan EKG.
 Pengobatan
Pengobatan harus segera dilakukan jika kalium meningkat diatas 5 mEq/L
pada seseorang dengan fungsi ginjal yang buruk atau diatas 6 mEq/L pada seseorang
dengan fungsi ginjal yang normal.
Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan atau ginjal
ataupun melalui dialisa. Kalium dapat dibuang dengan merangsang terjadinya diare

15 | P a g e
dan dengan menelan sediaan yang mengandung resin pengisap kalium. Resin ini
tidak diserap di saluran pencernaan, sehingga kalium keluar dari tubuh melalui tinja.
Bila ginjal berfungsi dengan baik, diberikan obat diuretik untuk meningkatkan
pengeluaran kalium.
Jika diperlukan pengobatan segera, dapat diberikan larutan intravena yang
terdiri dari kalsium, glukosa atau insulin.
Kalsium membantu melindungi jantung dari efek kalium konsentrasi
tinggi, meskipun efek ini hanya berlangsung beberapa menit saja.
Glukosa dan insulin memindahkan kalium dari darah ke dalam sel,
sehingga menurunkan konsentrasi kalium darah. Jika pengobatan ini gagal atau jika
terjadi gagal ginjal, mungkin perlu dilakukan dialis
3. Hipernatremia
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
 Penyebab
Pada hipernatremia, tubuh mengandung terlalu sedikit air dibandingkan
dengan jumlah natrium.  Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat secara tidak
normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi
jika minum terlalu sedikit air.
Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung
menunjukkan bahwa seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus,
atau dia haus tetapi tidak dapat memperoleh air yang cukup untuk minum.
Hipernatremia juga terjadi pada seseorang dengan:
- Fungsi ginjal yang abnormal
- Diare
- Muntah
- Demam
- Keringat yang berlebihan.

Hipernatremia paling sering terjadi pada usia lanjut.Pada orang tua


biasanya rasa haus lebih lambat terbentuk dan tidak begitu kuat dibandingkan
dengan anak muda.
Usia lanjut yang hanya mampu berbaring di tempat tidur saja atau yang
mengalami demensia (pilkun), mungkin tidak mampu untuk mendapatkan cukup air

16 | P a g e
walaupun saraf-saraf hausnya masih berfungsi. Selain itu, pada usia lanjut,
kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih mulai berkurang, sehingga tidak
dapat menahan air dengan baik.
Orang tua yang minum diuretik, yang memaksa ginjal mengeluarkan lebih
banyak air, memiliki resiko untuk menderita hipernatremia, terutama jika cuaca
panas atau jika mereka sakit dan tidak minum cukup air.
Hipernatemia selalu merupakan keadaan yang serius, terutama pada orang
tua. Hampir separuh dari seluruh orang tua yang dirawat di rumah sakit karena
hipernatremia meninggal.  Tingginya angka kematian ini mungkin karena penderita
juga memiliki penyakit berat yang memungkinkan terjadinya hipernatremia.
Hipernatremia dapat juga terjadi akibat ginjal mengeluarkan terlalu
banyak air, seperti yang terjadi pada penyakit diabetes insipidus. Kelenjar
hipofisa mengeluarkan terlalu sedikit hormonantidiuretik (hormon antidiuretik
menyebabkan ginjal menahan air) atau ginjal tidak memberikan respon yang
semestinya terhadap hormon. Penderita diabetes insipidus jarang mengalami
hiponatremia jika mereka memiliki rasa haus yang normal dan minum cukup air.
Penyebab utama dari hipernatremia:

- Cedera kepala atau pembedahan saraf yang melibatkan kelenjar hipofisa


- Gangguan dari elektrolit lainnya (hiperkalsemiadan hipokalemia)
- Penggunaan obat (lithium, demeclocycline, diuretik)
- Kehilangan cairan yang berlebihan (diare, muntah, demam, keringat
berlebihan)
- Penyakit sel sabit
- Diabetes insipidus.
 Gejala
Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan otak.
Hipernatremia yang berat dapat menyebabkan:
- Kebingungan
- Kejang Otot
- Kejang Seluruh Tubuh
- Koma
- Kematian.

17 | P a g e
 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-
gejalanya.
 Pengobatan
- Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan. Pada semua kasus terutama
kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus).
- Untuk membantu mengetahui apakah pembelian cairan telah mencukupi,
dilakukan pemeriksaan darah setiap beberapa jam.
- Konsentrasi natrium darah diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang
terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan otak yang menetap.
- Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui
penyebab tingginya konsentrasi natrium.Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa
diobati secara lebih spesifik. Misalnya untuk diabetes
insipidus diberikan hormon antidiuretik vasopresin
4. Hiponatremia
Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium
yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah.
 Penyebab
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh
terlalu banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang
yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada
kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat di rumah sakit, yang
menerima sejumlah besar cairan intravena. Jumlah cairan yang masuk melebihi
kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak
1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak
berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal ginjal.
Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis
hati, dimana volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut, kenaikan volume
darah menyebabkan pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam
tubuh biasanya meningkat juga.
Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak
berfungsi (penyakit Addison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang

18 | P a g e
sangat banyak. Pembuangan natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh
kekurangan hormon aldosteron.
Penderita Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone
(SIADH) memiliki konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar hipofisa di
dasar otak mengeluarkan terlalu banyak hormon antidiuretik.
Hormon antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan
sejumlah natrium dalam darah.
 Penyebab SIADH:
- Meningitis dan ensefalitis
- Tumor otak
- Psikosa
- Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia dan kegagalan pernafasan
akut)
- Kanker (terutama kanker paru dan pankreas)
 Obat-obatan:

- Chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar gula darah)


- Carbamazepine (obat anti kejang)
- Vincristine (obat anti kanker)
- Clofibrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol)
- Obat-obat anti psikosa
- Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang dijual bebas
- Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan).

 Gejala
Beratnya gejala sebagian ditentukan oleh kecepatan menurunnya kadar
natrium darah. Jika kadar natrium menurun secara perlahan, gejala cenderung tidak
parah dan tidak muncul sampai kadar natrium benar-benar rendah. Jika kadar
natrium menurun dengan cepat, gejala yang timbul lebih parah dan meskipun
penurunannya sedikit, tetapi gejala cenderung timbul.
Otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah.
Karena itu gejala awal dari hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang
menurun seperti tidur lelap, dapat dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur
kembali).

19 | P a g e
Sejalan dengan makin memburuknya hiponatremia, otot-otot menjadi
kaku dan bisa terjadi kejang.Pada kasus yang sangat berat, akan diikuti dengan
stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan koma.
 Diagnosa        
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah dan gejala-
gejalanya.
 Pengobatan
- Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan
segera. Cairan intravena diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium
darah secara perlahan.Kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa
mengakibatkan kerusakan otak yang menetap.
- Asupan cairan diawasi, dibatasi dan penyebab hiponatremia diatasi.
- Jika keadaannya memburuk atau tidak menunjukkan perbaikan setelah
dilakukannya pembatasan asupan cairan, maka pada SIADH diberikan
demeclocycline atau diuretik thiazide untuk mengurangi efek hormon
antidiuretik terhadap ginjal

H. Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin di
dalam sel darah merah. Saturasi oksigen dapat diukur dengan dua cara yaitu secara langsung
dan tidak langsung.
Jika dilakukan secara langsung maka yang dilakuan adalh dengan prosedur invasif,
dengan cara mengambil darah di arteri radial atau femoral dengan analisa gas darah. Jika
tidak secara langsung maka tidak membutuhkan pengambilan darah yaitu dengan
menggunakan pulse oximeter. Pulse oximeter ini mengukur saturasi oksigen di pembuluh
pembuluh darah permukan (perifer) yang hasilnya dinyatakan dengan SpO2 (Saturation
Peripheral O2) %. Normalnya pada orang sehat memiliki saturasi oksigen antara 94-100%

F. Tekanan Parsial Oksigen


Tekanan parsial oksigen, yaitu pengukuran tekanan oksigen yang larut di dalam
darah. Pengukuran ini dapat menentukan seberapa baik oksigen dapat mengalir dari paru ke
dalam darah dengan baik. Normalnya PaO2 antara 75-100 mmHg pada orang sehat.

20 | P a g e
Jika hasil PaO2 lebih rendah dari 75 mmHg mengartikan bahwa seseorang tidak
mendapatkan oksigen yang cukup. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa pasien tersebut
mengalami empisema, fibrosis paru, gangguan fungsi hati, atau penyakit paru obstruktif
kronik.

G Tekanan Parsial Karbon Dioksida


Tekanan parsial karbon dioksida bisa menunjukkan ukuran tekanan karbon dioksida
yang terlarut dalam darah. Pada orang normal menunjukan PaCO2 sebesar 35-45 mmHg. Jika
tekanan parsial karbon dioksida normal maka artinya karbon dioksida dapat mengalir keluar
dari tubuh dengan baik yang menandakan fungsi paru-paru berjalan dengan baik dan
sebaliknya.

21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar
senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang
merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit
dalam bentuk larutan atau lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam
bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.
 Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion.
Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai
kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit
tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na ), Kalsium (Ca)
natrium (K) dan Magnesium (Mg) & contoh dari anion adalah klorida (Cl), Fosfor  dan
bikarbonat (HCO ).
 Beberapa metode pemeriksaan elektrolit darah diantaranya adalah sebagai berikut :
- Metode Flame Emision Spectrophotometry
- Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE)
- Spektrofotometri
- Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor.
 Faktor yang mempengaruhi kadar elektrolit darah:
8. Faktor pre analitik
9. Faktor analitik
10. Faktor pasca analitik
 Akibat kelebihan dan kekurangan elektrolit dalam tubuh:
- Hiperkalemia
- Hipokalemia
- Hipernatremia
- Hiponatremia

B. Saran
Hendaknya kita selalu menjaga kesehatan tubuh kita dengan salah satunya olahraga
yang teratur dan makan makanan yang bergizi dan seimbang agar keseimbangan elektrolit
dalam tubuh terjaga.

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo,ay.2006.”Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium”. Amarah


books: yogyakarta

E.n. kosasih, a.s kosasih. (2004). Tafsiran hasil pemeriksaan laboratorium klinik. Karisma:
tangeerang selatan

Lefever,joyko kee. (2008). Pedoman pemeriksaan laboratorium & diagnosis . Egc:jakarta

https://www.honestdocs.id/analisa-gas-darah

https://doktersehat.com/analisa-gas-darah/

https://www.medicalogy.com/blog/mengukur-saturasi-darah-dengan-pulse-oximeter/

https://www.alodokter.com/analisa-gas-darah-dan-hal-hal-penting-yang-ada-di-dalamnya

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai