Filsafat adalah suatu cara berpikir yang radial dan menyeluruh, dengan cara mengupas
pengetahuan sedalam-dalamnya Yuyun (1999) sedangkan ilmu dalam pembelajaran
filsapat dapat di katakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Filsafat ilmu adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh manusia dalam
rangka menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan oleh dirinya.
Secara umum Ilmu adalah pengetahuan yang kita dapatkan dari pendidikan dasar,
menengah sampai pendidikan tinggi. Dari ilmu dapat dilahirkan pengetahuan
sehingga pengetahuan dapat menegakan kebenaran. Dalam mempelajari filsafat ilmu
diharapkan manusia dapat mengunakan penalarannya untuk dapat menemukan
kebenaran, bersifat logika, deduksi dan induksi sebagai landasan dalam bertindak dan
akhirnya dapat mengunakan meteode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan.
Secara umum, berpikir filsafat dapat dilakukan melalui:
1. Pemikiran menyeluruh yaitu antara ilmu satu dengan ilmu lainnya dapat disatukan
sehingga ditemukan nilai moral, nilai agama, dan nilai kebenaran sehingga membawa
dalam kebahagiaan diri.
2. Mendasar ilmu didasarkan pada suatu kebenaran dia dikatakn benar karena melalui
proses yang benar
3. Spekulasi adalah suatu proses berpikir memilih pikiran sebagai titik awal bagi
penjelajahan pengatuhan.
Hasil pemikiran yang dimiliki manusia harus dinilai menjadi suatu titik kebenaran.
Kebenaran yang tertanam dalam dirinya melalui diawali dari penalaran, logika,
deduksi, induksi dan metode ilmiah.
PEMBAHASAN
1. PENALARAN
2. Pengertian penalaran
Penalaran juga merupakan kemampuan berfikir cepat, tepat dan mantap. Selain itu
penalaran merupakan proses berfikir dan menarik kesimpulan berupa pengetahuan.
1. Contoh Penalaran
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan Contoh lainnya
yang membedakan manusia dengan hewan adalah yaitu apabila terjadi kabut burung
akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa
bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tau mengapa sampai terjadinya
kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang
terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan
manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan
manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di
tempat yang benar.
Penalaran biasanya di awali dengan berfikir kerena berpikir merupakan suatu kegiatan
untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang
adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berfikir untuk mengasilkan
pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan
pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran, dan kriteria
kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut.
penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis
penalaran mempunyai kriterianya masing-masing.
1. Ciri-ciri Penalaran
1. Adanya suatu pola pikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini maka
dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau
dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir
logis, di mana berfikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berfikir menurut
suatu pola tertentu.
Berdasarkan kriteria penalaran dikatakan bahwa tidak semua kegiatan berfikir bersifat
logis dan analitis. Jadi cara berpikir yang tidak termasuk ke dalam penalaran bersifat
tidak logis dan analitik. Dengan demikian maka dapat dibedakan secara garis besar
ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
Prinsip dasar pernyataan hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali
adalah Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip identitas
Prinsip kontradiksi berbunyi: “sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan
bukan hal hal itu pada waktu yang bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak
mungkin mempunyai nilai benar dan tidak benar pada saat yang sama”. Dengan kata
lain, “sesuatu tidaklah mungkin secara bersamaan merupakan p dan non p”.
Prinsip ekslusi tertii berbunyi “sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan
hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah.
Dengan kata lain, “sesuatu x mestilah p atau non p tidak ada kemungkinan ketiga”.
Arti dari prinsip ini ialah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak)
tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu
yang dapat dimilikinya.
Disamping ketiga prinsip yang dikemukakan Aristoteles diatas, seorang filusuf Jerman
Leibniz menambah satu prinsip yang merupakan pelengkap atau tambahan bagi
prinsip identitas, yaitu prinsip cukup alasan (principium rationis sufficientis), yang
berbunyi. “suatu perubahan yang terjadi pada sesuatu hal tertentu haruslah
berdasarkan alasan yang cukup, tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab
yang mencukupi”. Dengan kata lain, “adanya sesuatu itu mestilah mempunyai alasan
yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu”. [3]
Penalaran merupakan cara berpikir tertentu oleh karena itu untuk melakukan kegiatan
analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan
yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam
penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat
bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian
disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang
tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran
mengembangkan paham empirisme[4].
2.
3. Pengertian logika
Nama logika untuk pertama kali muncul pada filusuf Cicero (abad ke -1 sebelum
Masehi), tetapi dalam arti ‘seni berdebat’. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan
abad ke-3 sesudah Masehi) adalah orang pertama yang mempergunakan kata
‘logika’ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita[5].
Selain itu kata logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan
dengan kata benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan
yang erat dengan pikiran dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi,
secara etimologi, logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa.
Logika juga bisa dikatakan penarikan kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari
suatu proses penalaran.
logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar
dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir
manusia yang disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material
logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir,
manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan
‘mengolah’ dan ‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan pengertian yang satu dengan
penegertian yang lainnya.
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena
berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di
atas (Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles pun telah berjasa besar dalam
menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles
memakai istilah ‘analika’ dan ‘dialektika’. Analika untuk penyelidikan mengenai
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar sedangkan
dialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik tolak hipotsesis
atau putusan yang tidak pasti kebenarannya[6].
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga golongan, yaitu ilmu pengetahuan
praktis, produktif, dan teoritis. Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengtahuan
yang sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan
praktis meliputi etika dan politika. Akhirnya ilmu pengetahuan teoritis mencakup tiga
bidang yaitu fisika, matematika, dan ‘filsafat pertama’. Logika tidak termasuk ilmu
pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk
berfikir dengan cara ilmiah[7].
1. Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian
umum.
3. Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam
ragam dan pola-polanya.
1. Contoh Logika
Contohnya penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang
mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan
dengan minum air putih logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia
untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk
menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang
masuk, menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi
bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan
sembuh.
3. DEDUKSI
4. Pengertian Deduksi
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan
terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal
yang bersifat umum.
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai
kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuk saja.
Guna memenuhi dan membatasi maksud logika deduktif bagian terkenal sebagai logika
Aristoteles. Cabang loka ini membicarakan pernyataan-pernyataan yang dapat
dijadikan bentuk ‘S’ adalah ‘P’, misalnya, “manusia (adalah) mengenal mati.
Tampaklah pada kita bahwa ‘S’ merupakan huruf pertama perkataan ‘Subjek’ dan ‘P’
merupakan huruf pertama perkataan ‘Predikat’. Dari pernyataan-pernyataan
semacam itu, kita dapat memilah empat cara pokok untuk mengatakan sesuatu dari
setiap atau sementara subjek yang dapat diterapi simbol ‘S’.
Setiap S bukan/tidaklah P
Sementara S adalah P
1. Contoh Deduksi
Kesimpulan yang diambil bahwa si Dewi memerlukan udara adalah sah menurut
penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditasrik secara logis dari dua permis yang
mendukungnnya. Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka dapat dipastikan
bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu
salah, meskipun kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya
adalah tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan
kesimpulan.
4. INDUKSI
5. Pengertian induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap
suatu objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau
bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap
sejumlah hal yang bersifat khusus. Logika induktif merupakan suatu ragam logika
yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai
pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Kesimpulan yang bersifat
umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang
pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan
menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah
merupakan koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan
tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan
kepada struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. pernyataan
bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak bisa mereproduksikan betapa manisnya
semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina. Pengetahuan cukup puas dengan
pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu manis dan pil kina itu
pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional
dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.
Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan
proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif
maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan
yang bersifat lebih umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang
mempunyai mata dan semua manusia mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua
makhluk mempunyai mata. Penalaran ini memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama
makin bersifat fudamental.
1. Jenis-jenis induksi:
Jenis induksi lainnya adalah yang berusaha unutk menemukan sebab-sebab dari hal-hal
yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan
pernyataan: “Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi
suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?”
Ada suatu perangkat apa yang dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal
sebagai metode-metode Mill, yang mengajukan suatu pernagkat kemungkinan unutk
melakukan penyimpulan secara kausal. Metode-metode ini kadang kala berguna.
Metode-metode tersebut ialah:
Metode kesesuain
Metode kelainan
Metode sisa
Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan
ialah analogi dan komparasi. Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai
kesimpulan dengan secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan
menggantikan apa yang dicoba buktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal
tersebut, namun yang lebih dikenal, dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang
mengawali penalaran tersebut. Misalnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan
berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini dapat mengatakan
sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga
merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya
yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah
jam dapat membuat dorongnya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunanya
sangat rumit menunjukan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian secara
analogi adanya dunia juga menunjukan ada pembuatnya; karena dunia kita ini juga
sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya berhubungan sangat erat yang satu
dengan yang lain secara baik.
1. Metode verifikasi
Agar suatu penalaran dapat diterima maka perlu kiranya untuk mencapai kesimpulan
yang dapat diterima, maka perlu kiranya unutk menetapkan tidak hanya lurusnya atau
sahnya penalaran seseorang, melainkan juga kebenaran bahan yang mengawali
penalaran tadi. Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta yang
diperkirakan benar dapat membwa kita kepada kesimpulan yang sesat atau benar,
namun mungkin kita tidak mengetahui yang manakah yang salah dan manakah yang
benar. Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta akan membawa kita
kepada kebenaran. Pada dasarnya hanya ada dua metode unutk melakukan verifikasi
terhadap pernyataan-pernyataan yang satu adalah melalui observasi , dan yang lain,
dengan mempergunakan hukum kontradiksi.
1. Observasi (pengamatan)
Suatu pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi,
baik oleh orang yang mempergunakan pernyataam tersebut maupun oleh orang lain,
pada prinsipnya dapat dilakukan verifikasi terhadapnya. Jika pernyataan itu lulus
dalam ujian pengalaman, maka pengalaman itu dikukuhkan, meskipun tidak
sepenuhnya terbukti benar. Jika saya berkata, “Di luar hujan turun”, dan saya pergi
ke luar serta melihat dan merasakan turunnya hujan, maka pernyataan saya tersebut
menurut ukuran tadi telah diverifikasi.
Metode verifikasi yang kedua, yakni dengan menunjukan kesesatan pernyataan yang
dipersoalkan karena bertentangan degan dirinya, atau mengakibatkan pertentangan
dengan pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan baik. Misalnya,
untuk membuktikan bahwa garis-garis yang sejajar tidak pernah bertemu, orang
mengambil cara dengan mengandalkan bahwa hal yang demikian ini akan membawa
kita kepada kontradiksi. Demikian pula, mengandaikan bahwa suatu sudut didalam
segitiga ada yang besarnya nil derajat dan ada yang lebih dari nol derajat.
1. Contoh Induksi
5. METODE ILMIAH
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,
yaitu sebagai berikut:
Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko-sintesa
dan metode nondeduksi. Metode analitioko-sintesa merupakan gabungan dari metode
analisis dan metode sintesa. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode
deduksi dan metode induksi.
Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh
pengetahuan analitis. Pengetahuan analitis itu ada dua macam, yaitu pengetahuan
analitik apriori dan pengetahuan analitik aposteriori.
1. Metode analisis ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan
jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan penegrtian yang lainnya.
Pengetahuan analisis apriori misalnya, definisi segitiga mengatakan bahwa segitika itu
merupakan sautu bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus saling beririsan yang
membentuk sudut berjumlah 180 derajat.
Pengetahuan analitis aposteriori berarti bahwa kita dengan menerapkan metode analisis
terhadap sesuatu bahan yang terdapat di alam empiris atau dalam pengalaman sehari-
hari memperoleh sesuatu pengetahuan tertentu. Misalnya, setelah kita mengamati
sejumlah kursi yang ada, kemudian kita berusaha unutk menetukan apakah yang
dinamakan kursi itu? Definisnya misalnya, kursi adalah perabot kantor atau rumah
tangga yang khusus disediakan untuk tempat duduk.
1. Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Pengetahuan sinstesis apriori misalnya,
pengetahuan bahwa satu ditambah empat sama dengan lima.
Aposteriori menunjuk kepada hal-hal yang adanya berdasarkan atau terdapat melalui
pangalaman atau dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu tangkapan indrawi.
Pengetahuan sintetis aposterior itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan
cara menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lain menyangkut
hal-hal yang terdapat alam tangkapan indrawi atau yang adanya dalam pengalaman
empiris.
Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang
berbentuk daur/metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang yang berbentuk
garis lempang/metode linier. Yang dinamakan siklus-empiris ialah suatu cara
penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-
kealaman dan penerapannya terjadi di tempat yang tertutup. Metode penyelidikan
ilmiah yang berbentuk daur/metode siklus-empiris, maka pengetahuan yang dapat
dihasilkannya akan berupa hipotesa, teori, dan hukum-hukum alam (Soejono
Soemargo, 1983)
Metode menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis[10]. Metodologi merupakan suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut[11]. jadi
metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara flsafati termasuk dalam apa yang
dinamakan epistemologi. Epistomologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana
kita mendapatkan pengetahuan.
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan
bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara
sistematik dan kumulatif pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan
menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang
telah ada. Dengan demikian maka ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun
dan terorganisasikan dengan baik sebab penemuan yang tidak teratur dapat
diibaratkan sebagai “rumah atau batu bata yang cerai berai”[13]. Secara konsisten
dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada
obyek yang berada dalam fokus penelaahan.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika menusia mengamai
sesuatu[14]. Tentu saja hal ini membawa kita kepada pertanyaan laim: mengapa
manusia mulai mengamati sesuatu? Kalau kita telah lebih lanjut ternyata bahwa kita
mulai mengamati obyek tertentu kalau kita mempunyai perhatian tertentu terhadap
obyek tersebut. Persukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam
pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan[15]. Dan pertanyaan ini timbul
disebabkan oleh adanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan
berbagai ragam permasalahan. dapat disimpulkan bahwa karena ada masalah ini
berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan
obyek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pulan.
1. Harus menanamkan rasa ingin tahu dalam suatu hal sehingga memunculkan
pertanyaan pada diri dan menjadi dasar untuk melakukan penelitian sehingga dapat
merumuskan masalahnya.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah.
Dengan metode ilmiah sebagai paradigma maka ilmu dibandingkan denganberbagai
pengetahuan lainnya dapat dikatakan berkembang cepat.
Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah faktor sosial dari
komunikasi ilmiah dimana oenemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji
oleh anggota masyarakat atau pun ilmuan lainnya. Tersedia laat komukasi tertulis
dalam bentuk majalah, buletin, jurnal, mikro film, dan berbagai media masa lainnya
sangat menunjang intensitas dan efektivitas komunikasi ini. Suatu penemuan baru di
negera yang baru segera dapat diketahui oleh ilmuan di negara-negara lainnya.
Penemuan ini segera dapat diteliti kebenarannya oleh kalangan ilmiah di mana saja
sebeb prosedur unutk menilai kesahihan penyataan yang dikandung pengetahuan
tersebut sama-sama telah diketahui oleh seluruh masyarakat.