3. Daftar Personil tenaga teknis / terampil dilengkai CV bertandatangan copy KTP, Ijasah.
a. Administrasi, 1 orang, S1/STM/SMK (pengalaman 5 th)
f. Daftar Peralatan Utama minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dilengkapi bukti kepemilikan
atau sewa dan surat pernyataan kelayakan pemakaian alat:
a. 1 unit Mobil Pick UP
b. 2 unit Mesin potong
c. 2 Unit Bor
d. 2 Unit Gerinda
e. Scafolding min 20 set
b. Peralatan Pekerjaan
Alat-alat bantu, seperti Kendaraan Pengangkut Bahan /barang serta peralatan- peralatan lain yang benar-benar
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Bahan-bahan
Bahan-bahan untuk kebutuhan pekerjaan antara lain bahan material kontruksi beton, bahan material arsitektur, dan
lainnya harus dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dan tepat pada
waktunya.
PASAL 3
STANDARD RUJUKAN
3.1 Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti normalisasi Indonesia Standard Industri
Konstruksi, peraturan Regional dan Nasional lainnya yang ada hubungannya denganpekerjaan antara lain:
- PUBI-1582 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.
- NI-3 PMI PUBB 1570 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
PASAL 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
5.1 Di lapangan pekerjaan kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa kontraktor atau biasa disebut pelaksana yang
cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor.
5.2 Selain pelaksana kontraktor juga harus menyediakan Tenaga Terampil di lapangan yang dibawahi oleh
Pelaksana,dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam RKS seperti berikut:
a. drafter
b. Administrasi
c. Mandor dan kepala tukang
5.3 Dengan adanya pelaksana, tidak berarti kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan
terhadap kewajibannya.
5.4 Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pemimpin kegiatan dan Direksi, nama dan jabatan
pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.
5.5 Bila kemudian hari menurut pendapat Pemilik Kerja, Pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
5.6 Dalam waktu tujuh hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor harus sudah menunjuk
Pelaksana baru atau kontraktor sendiri (Penanggung jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin
pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 6
KETENTUAN & SYARAT-SYARAT BAHAN
6.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam berita
acara penjelasan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus
memenuhi Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th 1582) Standart Industri Indonesia (SII).
PASAL 7
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
7.1 Kontraktor/pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan dan bahan yang
diperlukan untuk Pekerjaan tersebut kepada Konsultan Pengawas dan Pemilik Kerja untuk mendapatkan
persetujuan sebelum bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan
harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas dan Pemilik Kerja.
7.2 Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ditolak oleh
Direksi, harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 2 x 24 jam dan
tidak boleh dipergunakan.
7.3 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Direksi dan ternyata masih dipergunakan
oleh Pelaksana, maka Direksi berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor yang mana
segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor sepenuhnya.
7.4 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, maka
kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan-bahan Pemerintah untuk diuji
dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada Direksi secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan di tanggung
oleh Kontraktor.
PASAL 8
KOORDINATOR PELAKSANAAN
8.1 Jadwal Pelaksanaan
a. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan, kontraktor wajib membuat rencana kerja pelaksanaan dan
bagian-bagian pekerjaan.
b. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas dan Pemilik
Kerja paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SKP) diterima
Kontraktor. Rencana kerja yang telah disetujui oleh Direksi, akan disyahkan oleh pemberi tugas. Pengawas
dari Dinas Terkait akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja tersebut diatas.
PASAL 9
PEKERJAAN PERSIAPAN
Yang dimaksud dengan pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan permulaan, pekerjaan penunjang yang saling
mendukung satu sama lain untuk melengkapi kegiatan secara keseluruhan yang terdiri dari :
9.1 Mobilisasi /Demobilisasi
Termasuk dalam pekerjaan Mobilisasi/demobilisasi disini adalah kewajiban
Kontraktor untuk :
• Mendatangkan peralatan untuk sarana bekerja.
• Memindahkan peralatan-peralatan sesuai kebutuhan.
9.2 Penyediaan Air Dan Daya Listrik Untuk Bekerja
- Jika sumber sumber air tidak ada atau ada larangan untuk memakai sumber air yang ada,
- Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sumber listrik terdekat
- Listrik dan air kerja disediaakan oleh PPK dan menjadi tanggung jawab PPK
9.3 Pekerjaan Pembersihan Lokasi
Pekerjaan Pembersihan lokasi meliputi
- Pembersihan area kerja
- Pembersihan bekas bobokan untuk dibuang pada tempat sesuai dengan petunjuk pemberi tugas.
- Semua puing dan sampah bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi sesuai dengan petunjuk PPK.
- Semua biaya pembuangan bekas bongkaran menjadi tanggung jawab kontraktor
PASAL 10
PEKERJAAN BONGKARAN
Lingkup pekerjaan ini adalah pembongkaran Keramik dan peralatan Sanitary
10.1 Pelaksanaan Pembongkaran
a. Dalam melaksanakan pembongkaran harus diusahakan tidak merusak yang tidak termasuk kedalam
lingkup pekerjaan yang harus dibongkar
b. Pekerjaan pembongkaran meliputi bongkar seluruh plafon dinding sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan
karpet (khusus karpet agar disimpan rapi untuk dipasang kembali)
c. Apabila dalam lingkup pekerjaan yang harus dibongkar terdapat fasilitas umum maka fasilitas tersebut harus
dipindahkan sesuai dengan petunjuk Pengawas dan Pemilik Kerja.
PASAL 11
A. Lingkup Pekerjaan
1. Lingkup Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja , bahan – bahan, peralatan dan
alat – alat bantu yang diperlukan dalam terlaksananya pekerjaan ini sehingga dapat
diperoleh hasil yang baik.
2. Pekerjaan sub lantai ini meliputi seluruh detail yang disebutkan dalam gambar sebagai alas
lantai finishing.
B. Persyaratan Bahan
1. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 (NI-2), PVBB
1956 dan NI-8
2. Bahan – bahan y ang di pak ai , sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh – contohnya kepada perencana / pengawas untuk disetujui.
1. Sebelum dilaksanakan pemasangan Lantai Karpet harus dilapisi dengan Underlayer terlebih
dahulu.
B. Persyaratan Bahan
a. Lantai Karpet
2. Pekerjaan Parquet
A. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan, perlatan dan alat – alat bantu lainnya
untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
Pasangan lantai Parquet laminated ini dipasang pada seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar.
Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain yang berkaitan dengan pekerjaan pemasangan lantai.
B. Persyaratan Bahan
a. Lantai Parquet
Thicknes : 8mm
Bahan – bahan yang di gunak an sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan
contoh – c ontohny a kepada Perencana / Pengawas.
- Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing pola Parquet
- Parquet yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
PASAL 12
PENGECATAN
A. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan
yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis ini.
Kecuali ditentukan lain, semua permukaan harus dicat dengan standar
pengecatan minimal 1 kali cat dasar dan 2 kali cat akhir.
B. STANDAR/ RUJUKAN
a. Steel Structures Painting Council (SSPC).
b. Swedish Standard Institution (SIS).
c. British Standard (BS).
d. Petunjuk Pelaksanaan dari pabrik pembuat cat yang digunakan.
C. PROSEDUR UMUM
1. Data Teknis dan Kartu Warna
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat yang akan digunakan, untuk
disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Lapangan. Semua warna ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan akan
diterbitkan secara terpisah dalam suatu Skema Warna.
dalam kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencantumkan identitas cat yang ada di dalamnya, serta harus
diserahkan tidak kurang (dua) bulan sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan waktu
pengujian selama 30 (tiga puluh) hari.
b. Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Pengawas lapangan mengambil
1 liter contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secara acak dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan
sempurna untukmemperoleh contoh yang benar-benar dapat mewakili.
c. Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut
diatas 2 (dua) potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 300mm x
300mm untuk masing-masing warna. 1 (satu) contoh disimpan kontraktor dan 1 (satu) contoh lagi disimpan
Pengawas lapangan guna memberikan kemungkinan untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut
ternyata tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan.
d. Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung jawab kontraktor.
D. BAHAN-BAHAN
- Umum.
a. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas menunjukkan nama/merek
dagang, nomor formula atau spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrik, petunjuk
dari pabrik dan nama pabrik pembuat, yang kesemuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan
harus sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat.
b. Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek dagang dengan cat akhir yang
akan digunakan. Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus
berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi yang setara.
E. PELAKSANAAN PEKERJAAN.
1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan.
a. Umum
Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yangmemang ahli dalam bidang tersebut.
Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapanpermukaan atau
pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan memakai kain bersih dan zat
pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan mempunyai titik nyala di atas 380C
Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga debu dan pencemar
lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jatuh di atas permukaan cat yang baru dan basah.
Pelaksanaan Pengecatan.
a. Umum
Permukaan yang sudah dirapihkan harus bebas dari aliran punggung cat, tetesan cat, penonjolan,
gelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur. Usaha untuk menutupi semua kekurangan
tersebut harus sudah sempurna dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan
yang sama.
Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk bagian tepi, sudut dan
ceruk/lekukan, agar bisa diperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di
sekitarnya.
Permukaan besi/baja yang terletak bersebelahan dengan permukaan yang akan menerima cat
dengan bahan dasar air, harus diberi lapisan cat dasar terlebih dahulu.
b. Proses Pengecatan
Harus diberi selang waktu yang cukup diantara pengecatan yang berikutnya untuk memberikan kesempatan
pengeringan yang sempurna, sesuai dengan keadaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud.
Pasal 13.
PEKERJAAN PARTISI
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Yaitu dinding partisi gypsum tinggi sesuaikan lapangan (lihat gambar)
yang dipasang sebagai pembatas antar ruang yang bersebelahan.
1.2. Pemasangan partisi harus sesuai dengan Spesifikasi dan gambar yang telah dikeluarkan oleh
Konsultan Perencana.
2. SPESIFIKASI
2.1. Penjelasan Bahan
2.1.1. Gypsum board : Jaya Board atau setara.
Ukuran : Lebar 120 x 274,3 ketebalan 9 mm.
2.1.2. Paper tape : Paper tape dari Boral Standard atau yang setara.
2.1.3. Dempul/sambungan : Joint multi bond type M200/M400 atau sesuai kebutuhan.
2.1.4. Skrup : Skrup khusus untuk gypsum
2.1.5. Rangka Dinding : Metal Stud C.75 T=0.4
2.2. Pekerjaan Partisi
2.2.1. Semua partisi atau dinding pembatas ruangan harus dibuat/didirikan tegak lurus dengan
lantai.
2.2.2. Panil gypsum dipasang rata dikedua sisi. Semua sambungan antar
panil gypsum harus ditutup dengan paper tape dan ditutup dengan joint compound dan
diamplas halus dengan permukaan yang rata.
Panil gypsum harus ditempel pada rangka-rangkanya dengan
skrup dengan jarak kearah horizontal maximal 60 cm arah vertikal
120 cm.
3. PELAKSANAAN DI LAPANGAN
3.1. Pekerjaan Persiapan
3.1.1. Pekerjaan persiapan atau marking harus ditarik sesuai gambar dan dimintakan
persetujuan dengan Pengawas, sebelum
pemasangan rangka dilaksanakan.
3.1.2. Penempatan material yang sensitif atau perlu penanganan/
pengamanan khusus harus dibuatkan tempat khusus.
3.1.3. Material yang mudah terbakar harap dilaporkan kepada
Pengawas Lapangan untuk mendapatkan pengamanan tersendiri.
Kontraktor harus membuang sampah-sampahnya setiap harinya atas tanggungan biaya sendiri.
Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan, hingga saat serah terima dan masa pemeliharaan
berakhir.
Pasal 14
PEKERJA PLAFOND
.1. UMUM
1.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pengukuran serta pengerjaan ditempat
yang sesuai dengan yang tertera didalam gambar
rencana.
2) Rangka yang digunakan besi hollow galvanis T=0,35 ukuran 4/4 cm rangka utama, 2/4 cm
rangka pembagi, yang dipasang cukup, sehingga konstruksi benar-benar kokoh/stabil.
(2) Kontraktor wajib membuat shop drawing sesuai ukuran / bentuk / mekanisme kerja yang disesuaikan
gambar rencana dan telah disesuaikan keadaan di lapangan, shop drawing harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dan Perencana.
(3) Pekerjaan dilaksanakan dengan rapih dan menghasilkan bidang yang rata, dengan ketinggian, jarak
dan ukuran yang sesuai dengan gambar.
Pasal 15.
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL I.1. UMUM
Pekerjaan pada proyek ini membongkar dan pemasangan kembali instalasi Listrik dan dipasang kembali
secara sempurna sesuai dengan gambar perencanaan.
Menyediakan seluruh pekerjaan sistem listrik sehingga dapat beroperasi secara sempurna.
Gambar-gambar dan spesifikasi adalah merupakan bagian yang saling melengkapi dan sesuatu yang
tercantum di dalam gambar dan spesifikasi
bersifat mengikat.
Seluruh pekerjaan instalasi listrik yang dilaksanakan harus dikerjakan oleh instalatur yang dapat dipercaya,
mempunyai reputasi yang baik dan mempunyai pekerja-pekerja yang cakap dan berpengalaman
dalam bidangnya, serta perusahaan tersebut terdaftar sebagai instalatir resmi PLN.
Seluruh pekerjaan instalasi harus dikerjakan menurut "Persyaratan Umum Instalasi Listrik di Indonesia
(PUIL) edisi terakhir tahun 2000 dan Peraturan PLN (SPLN)" sebagai petunjuk dan juga peraturan yang
berlaku pada daerah setempat dan standar-standar/kode-kode lainnya yang diakui (VDE, DIN).
1.2. Koordinasi Pekerjaan
Untuk kelancaran pekerjaan ini harus diadakan koordinasi dari seluruh bagian yang terlibat di dalam
kegiatan proyek ini. Seluruh aktivitas yang menyangkut di
dalam proyek harus dikoordinir lebih dahulu agar gangguan dan konflik satu
dengan lainnya dapat dihindarkan. Melokalisasi/memperinci setiap pekerjaan sampai dengan detail untuk
mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
1.3. Material dan "Workmanship"
Seluruh peralatan, material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru dan material harus tahan
terhadap iklim tropik. Seluruh pekerjaan harus
dilaksanakan dengan cara yang benar dan setiap pekerja harus mempunyai
ketrampilan yang memuaskan.
1.4. Daftar Material
Pada waktu mengajukan penawaran, Pemborong harus menyertakan/melam- pirkan "Daftar Material" yang
lebih dahulu diperinci dari semua bahan yang akan dipasang pada proyek dan harus disebutkan merk, type,
lengkap dengan brosur/katalog. Ini adalah mengikat dan harus diajukan lengkap tidak boleh sebagian-
sebagian.
1.5. Shop Drawing
Setelah persetujuan, dalam hal ini sebelum daftar spesifikasi material, Pemborong diharuskan
menyerahkan shop drawing untuk disetujui.
Shop Drawing harus termasuk catalog , shop drawings harus diberi catatan dari Pemborong, yang
menyatakan bahwa apa yang dianjurkan sudah sesuai dengan spesifikasi dan kondisi ruang yang disediakan.
Shop drawing yang harus diajukan adalah :
1. Layout kabel distribusi dan lain-lain.
2. Rencana instalasi penerangan, stop kontak setiap yang dikerjakan.
3. Dan lain-lain yang diminta oleh Pengawas.
Shop drawing dimasukkan untuk diperiksa/ disetujui Pengawas.
1.6. Contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh dari seluruh material untuk mendapatkan persetujuan
sebelumnya. Seluruh biaya ditanggung atas biaya Pemborong. Contoh-contoh tersebut (mock-up).
1.7. Pengetesan
Pemborong harus melakukan seluruh pengetesan seperti disebutkan dan harus melakukan percobaan seperti
operasi sesungguhnya secara tepat dari seluruh sistem
.
Peralatan, material dan cara bekerjanya peralatan yang mengalami kerusakan
/cacat/ salah harus diganti /dibetulkan dan percobaan diulangi. Seluruh pengkabelan, instalasi "keur"
Pemborong harus bertanggung jawab untuk mem-peroleh persetujuan PLN bagi pemasangan sistem
jaringan listrik dan seluruh
2.1.1. U m u m
Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan PUIL/ LMK. Semua kabel/
wiring harus baru.
Kecuali persyaratan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :
Untuk instalasi penerangan dan stop kontak adalah NYM, semua instalasi penerangan dan stop kontak
menggunakan system 3 core dimana core yang ketiga merupakan jaringan pentanahan. Pentanahannya
disatukan di dalam panel.
Semua kabel harus berada di dalam conduit PVC super high impact yang disesuaikan dengan ukurannya,
cable tray, cable trench, kabel rack dan harus dikelem
.
Digunakan flexible conduit dengan bahan yang sama untuk menghubungkan instalasi ke masing-masing
fixture lampu.
2.1.2. "Splice"/ Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya pencabangan dan penyambungan pada kabel/
feeder utama dan instalasi kecuali :
- Feeder utama hanya pada panel dan harus diproteksi dengan breaker
- Instalasi penerangan dan stop kontak hanya pada kotak/ junction box dan tidak diperkenankan adanya
sambungan kabel dalam konduit.
Sambungan pada kabel harus dibuat kuat secara mekanis dan harus teguh
secara electris dengan cara-cara "solderless connector". Jenis kabel tegangan, jenis "compression atau
soldered". Dalam membuat "splice" konektor harus
dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik, demikian sehingga semua
konduktor tersambung tidak ada kabel-kabel telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat lainnya harus mempergunakan
connector yang terbuat dari tembaga yang diisolasi dengan porselein atau bakelite ataupun PVC, yang
diameternya disesuaikan dengan diameter kabel.
2.1.3. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes, gelas, tape sintetis,
resin, splice case, compostion dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang disetujui menurut
anjuran perwakilan pemerintah dan atau manufacturer.
2.1.4. Penyambungan Kabel
Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan yang khusus untuk
itu.
Pemborong harus memberikan brosur-brosur mengenai cara-cara penyam- bungan yang dinyatakan oleh
pabrik, kepada Perencana dan Pengawas.
Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau namanya masing-masing dan harus
diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan
sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus tertulis dan
disaksikan oleh Pengawas.
Penyekat-penyekat khusus harus dipergunakan, bila perlu untuk menjaga nilai isolasi tertentu.
Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi dengan pipa baja
dengan tebal 3 mm setinggi minimum 2,5 m.
2.1.5. Saluran Penghantar Dalam Bangunan
Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung, saluran penghantar (conduit)
dipasang diatas DAn digantung tersendiri diatas ceiling.
Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi dengan "Socket / lock nut",
sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada
pada ketinggian muka lantai sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa. Dan pipa
harus diklem ke bangunan pada setiap jarak 50 cm.
2.1. Instalasi Sakelar dan Stop Kontak (Outlet)
2.2.1. Sakelar-Sakelar
Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan rating 16 A/ 250 V, sakelar pada umumnya
dipasang inbow kecuali disebutkan lain pada gambar.
Jika tidak ditentukan lain, sakelar-sakelar tersebut bingkainya harus dipasang
rata pada d i n d i n g pada ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai kecuali ditentukan lain
oleh Pengawas.
Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring, (standar). Sambungan-sambungan
hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang berdekatan.
2.2.2. Stop Kontak
Stop kontak haruslah dengan tipe yang memakai earthing contact dengan rating
10 A, 16 A, 25 A, 250 V AC.
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan ketinggian 30 cm dari atas lantai
yang sudah selesai sesuai gambar rencana atau petunjuk Direksi Pengawas.
2.3.1. U m um
Fixture penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus dibuat dari bahan yang sesuai
dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya harus
rapih dan baik, tebal plat yang dipakai untuk housing fixture minimum
0,4 mm. Pemborong harus menyediakan contoh-contoh dari semua fixture yang akan dipasang kepada
Perencana untuk disetujui.
2.3.2. Kabel-Kabel untuk Fixture
Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-kabel untuk "fixture" harus ditutup asbestos dan tahan
panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih kecil dari 2,5
mm², kawat-kawat harus dilindungi dengan "tape" atau "tubing" disemua tempat
dimana mungkin ada abrasi. Semua kabel-kabel harus disembunyikan dalam konstruksi armature kecuali
dimana diperlukan penggantungan rantai atau kalau pemasangan/perencanaan fixture menunjuk lain. Tidak
boleh ada sambungan kabel dalam suatu armature dan penggantungan dan harus terus menerus utuh mulai
dari kotak sambung ke terminal-terminal khusus pada armature-armature lampu. Saluran-saluran kabel harus
tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak merusak kabel.
I.3. KABEL TEGANGAN RENDAH NYY, NYFGBY, NYM (EX SUPREME , METAL, TRANKA, KABELINDO)SNI
400 V
3.1 Umum
Spesifikasi ini menjelaskan persyaratan bagi kabel tegangan rendah yang harus memenuhi persyaratan
kemampuan melakukan arus pada temperatur 35°C, temperatur maximum kabel dalam keadaan berbeban
tidak boleh melebihi 70°C dan temperatur maksimum kabel untuk arus hubung singkat tidak boleh lebih
250 c
3.2 Konstruksi
Kabel harus terdiri atas :
1. Dua atau empat penghantar yang terbuat dari kawat tembaga pilin atau tembaga "compacted"
yang dipilin.
2. Lapisan isolasi bahan PVC pada setiap penghantar phasa maupun penghantar netral.
3. Lapisan pengendap yang tahan air dikelilingi urat-urat penghantar phasa dan pengisi ruangan diantara
kawat phasa.
4. Lapisan pengendap kedua diluar lapisan pengendap diatas.
5. Pelindung dari pita bahan diatas lapisan pengendap kedua sesuai dengan persyaratan IEC
(NYFGbY).
6. Diluar lapisan pelindung pipa baja diberi lapisan plastik sebagai pelindung.
Semua kapasitor harus dari jenis yang biasa dipakai untuk industri 400 V,
3 fase, 50 Hz. Mereka juga dilengkapi dengan discharge resistor sehingga tegangan residu dapat
diturunkan menjadi maksimum 50 volt dalam
waktu 1 menit setelah pengosongan sirkit, rakitan kapasitor harus dipasang untuk setiap
nomor.
16.1 Kontraktor diwajibkan menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) untuk semua pekerjanya dan mewajibkan semua
pekerja menggunakan APD saat sedang bekerja sesuai dengan Peraturan Keselamatan dan KEsehatan Kerja (K3)
yang berlaku.
16.2 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) yang selalu dalam keadaan siap pakai di lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dan pekerja lapangan.
16.3 Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan memenuhi syarat- syarat bagi semua petugas dan
pekerja yang ada di bawah kekuasaan kontraktor.
16.4 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas dan
pekerja.
16.5 Kontraktor wajib menyediakan segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
PASAL 17
PEKERJAAN PENGAMAN DAN PEMBERSIHAN SETELAH PELAKSANAAN PEKERJAAN
17.1. Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup pekerjaan seperti
tercantum di Gambar Kerja dan terurai dalam buku RKS ini dari semua barang atau bahan material lainnya yang
dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan selesai menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan.
17.2. Semua bekas bongkaran sisa bahan, sampah dan sebagainya harus dikeluarkan dari lokasi tapak/site
17.3. Selama Pelaksanaan berlangsung Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang maupun
peralatan yang di gunakan sampai tahap serah terima penyelesaian pekerjaan.
PASAL 18
DOKUMEN TERLAKSANA (AS BUILD DRAWINGS)
18.1 LAPORAN
a. Kontraktor wajib membuat dan menyerahkan dokumen Laporan Harian, Laporan
Mingguan dan Laporan Bulanan selama Jangka Waktu Pekerjaan
b. Kontraktor wajib membuat dokumentasi foto sebelum, selama progress, dan sesudah Pekerjaan berlangsung
18.2.3 Dokumen Terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Pengawas:
a. Khususnya untuk pekerjaan-pekerjaan dengan sistem jaringan bersaluran banyak yang secara
operasional membutuhkan identifikasi yang bersifat lokatif, Dokumen Terlaksana ini harus dilengkapi dengan
Daftar Instalasi/ Peralatan/ Perlengkapan yang mengidentifikasikan lokasi dari masing-masing barang tersebut.
b. Kecuali dengan izin khusus dari Pengawas, Kontraktor harus membuat Dokumen Terlaksana hanya untuk
diserahkan kepada Pengawas. Kontraktor tidak dibenarkan membuat/ menyimpan salinan ataupun copy dari
Dokumen Terlaksana tanpa izin dari Pengawas.
PASAL 19
PEKERJAAN LAIN-LAIN / PENUTUP
19.1. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan
dan diatur oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan Kontraktor. Bila diperlukan akan dibicarakan bersama
konsultan perencana.
19.2. Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna, dan harus diperbaiki, area kamar harus ditata rapi dan semua barang yang tidak berguna harus
disingkirkan dari proyek.
19.3. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada penjelasan ternyata diperlukan, akan
dicantumkan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
HARMONIS SIREGAR