Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL/PERSALIANAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. Pengertian

1. Pengertian Intranatal Menurut Wagiyo dan Putrono (2016:195) Persalinan adalah proses membuka
dan menutupnya serviks uteri disertai turunya janin dan plasenta kedalam jalan lahir sampai keluar
secara lengkap (berikut selaput- selaputnya) yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu)
atau ianin telah mencapai urabilitas dengan presentasi kecaia, n e ubun-ubun kecil, lahir spontan
pervagina aengan keKuatan iou senairi tanna melukai ibu dan bayi kecuali episiotomy, berlangsung
selama kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu atau bayi

Menurut Kumalasari (2015:97) Persalinan adalah seranekaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul denean plasenta dan pengeluaran
plasenta serta selanut ianin dari tubuh ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya teriadi pada usia
kehamilan cukuo bulan ( setelah kehamilan 37 mineeu) tanna disertai adanya penyulit

Menurut mitayani (2013:62)lntranatal adalah proses terjadinva Dengeluaran bayi vang cukup bulan
atau hamoer cukuo bulan. disusu dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Menurut Green. Cal J (2012:434) Persalinan adalah nroses ketika. setelah kehamilan berusia sekitar 282
hari, janin, plasenta dan ketabun bergerak melalui jalan lahir dan keluar.

2 Pengertian KPD Menurut Mitavani (2013:74) Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya atau
rupturnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi

B. Eiologi a. Etiologi persalinan menurut Green, Carol J (2012:435) yaitu : Persalinan disuga di picu oleh
sakah satu factor berikut atau lebih yang berhubungan dengan iritalilitas miometrium:

1. Pelepasan aoksitosin oleh pituitary posterior

2. Stimulasi ekstrogen yang disebabkan oleh penurunan progresteron

3. Peningkatan kadar prostaglandin ibu dan kortisol janin.

4. Distress uteri

5. Peningktan tekanan intra uteri

6. Penurunan plasenta

7. Penekanan bagian presentasi terhadap serviks dan segmen uterus bawah.

b. Etiologi KPD menurut Mitayani (2013:74) penyebab KPD adalah... Penyebab pasti dari KPD ini belum
jelas. Akan tetapi ada beberapa keadaan vang oermubunvan dengan terjadinya KPD diantaranya :

I. Trauma : amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.

2. Peningkatan tekanan intrauteri, kehamilan kembar, atau polihodramnion.


3. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis streptokokus serta bakteri

4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah/selaput terlalu tipis.

5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi

6. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran pendek (<25cm)

7. Multipora dan peningkatan usia ibu

8. Defisiensi nutrisi.

C. Tanda dan Gejala

I. Intranatal

Menurut Wagiyo dan Putrono (2016:197) tanda dan gejala persalinan antara lain

a. Tanda-tanda palsu

 His dengan interrval tidak teratur

 Frekuensi semakin lama tidak mengalami peningkatan

 Ras nyeri saat kontraksi hanya pada bagian depan

 Jika dibawa jalan-jalan frekuensi dan intensitas his tidak mengalami peningkatan

 Tidak ada hubungan antara derajad pergeseran uterus saat his dengan intensitas rasa
nyeri

 Tidak keluar lender dan darah

 Bagian presentasi janin tidak mengalami penurunan

 Bila diberi obat sativa, his menghilang.

b. Tanda-tanda Pasti

 His dengan interval teratur

 Frekuensi semakin lama semakin meningkat, baik durasi maupun intensitasnya.

 Rasa nyeri menjalar mulai dari belakang ke bagian depan

 Jika dibawa jalan-jalan frekuensi dan intensitas his mengalami peningkatan


 Adanya hubungan antara derajad pergeseran uterus saat his dengan intensitas rasa
nyeri

 Keluar lender dan darah

 Servik uteri mengalami perubahan yang progresif dan melunak, meniois dan berdelatasi

 Bagian presentasi janin mengalami penurunan

 Bila diberi obat sedative his menghilang.

2. Tanda dan Gejala KPD

Menurut Mitayani (2013:74) tanda dan Gejala KPD yaitu :

Ibu biasanya datang dengan keluhan utam keluamya cairan amnion/ketuban melewati vagina.
Selanjutnya jika masa laten panjang. dapat terjadi korioamniotritis. Untuk mengetahui bahwa telah
terjadi infeksi ini adalah mula-mula dengan terjadinya takhikardi pada janin. Takhikardi pada ibu muncul
kemudian ketika ibu mulai demam, Jika ibu demam, maka diagnosis korioamnionitis dapat ditegakkan
dan diperkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada secret.

D. Tahap persalinan normal

Menunat Wagiyo dan Putrono (2016:198-202) tahapan persalinan normal adalah sebagai
berikut :

Persalinan dianggap "normal" bila kehamilan pada usia aterm, tidak terjadi komplikasi baik pada
ibu maupun janin, jumlah janin tunggal, presentasi puncak kelapa dan selesai daloam waktu kurang dari
sama dengan 24 jam untuk primipara dan 17-18 jam untuk multipara.

Proses persalinan normal berlangsung saat konstan ditandai denean Acmanan kmiraksi vane
teratur. perubahan serviks secara progresif mulai melunak (matang), mendatar, menipis dan berdelatasi,
serta kemajuan penurunan bagian presentasi, Proses persalinan dibagi dalam 4 tahap

1. Kala I

a Kontraksi yang semakin lama semakin meningkat baik presentasi, intensitas maupun durasinya
yang terjadi secara regular.

b. Terjadinya perubahan serviks secara progresif, mulai melunak (matang), mendatar, menipis
dan berdelatasi, diikuti dengan turunnya bagian presentasi.

C. Kala I berakhir sampai pem bukaan serviks lengkap (10 cm) yang ditandai dengan ibu gelisah,
keluar keringat dingin, ingin mengejan, perineum menonjol, dan anus membuka bersamaan
dengan datangnya his.

Kala I yang didasarkan pada tahap-tahap pembukaan serviks dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Fase laten

Pada fase laten effacement lebih banyak mengalami kemajuan dari pada penurunan janin.
Menurut willson dan Carrington (1991) tidak ada bantasan waktu pada kala I untuk dikatakan
normal. Fase laten dimulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm. Pembukaan fase laten
membutuhkan waktu 8 jam, sedangkan fase laten membutuhkan waktu 20 jam untuk primipara
dan 14 jam untuk multipara

b. Fase akti

Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu:

 Fase aktif akselerasi yaitu dalam waktu 2 e jam dari 3 cm menjadi 4 cm. Menurut Bobak
dan Jensen, kecepatan e padafase aktif I, 2 cm perjam untuk primipara dan 1,5 cm
perjam untuk multipara.

 Fase delatasi maksimal adalah fase dengan e tercepat yaitu dalam waktu 2 jam dari e 4
cm menjadi 9 cm.

 Fase deselerasi adalah fase perlambatan. Dalam fase ini e mengalami perlambatan lagi,
dalam waktu 2 jam dari e menjadi lengkap.

Perbedaan pematangan dan pembukaan serviks pada primipara dan multipara:

1. Pada primigravida terjadi pemisahan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan. Pada
multipara, serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, schingga langsung terjadi proses
penipisan dan pembukaan.

2. Pada primigravida, ostium internum membuka lebih dahulu dari pada ostium eksternum
(inspekulo ostlum membuka lebih dahulu dari pada ostium ekstemum (inspekulo ostium tampak
berbentuk lingkaran kecil ditengah). Pada multipara ostium internum dan eksternum membuka
bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar)

3. Periode kala I pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+ 14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pada pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.

2. Kala II

Pada kala II, kontraksi uterus sudah semakin sering kurang lebih 2 hingga 3 kali per 10 menit.
Kekuatan kontraksi sudah terfokus pada fundus uteri karena dengan turunnya bagian presentasi
menekan serviks uteri jaringan segmen bawah rahim tertarik ke korpus dan fundus uteri.

Masuknya kepala bayi ke dalam ruang panggul sejati (engagement) sehingga saat terjadinya his
tekanan dirasakan pada otot-otot dasar panggul dan lugamentum serviks sehingga timbul reflex
fergusan dan timbul keinginan untuk mengejan, dan terasa adanya tekanan pada bagian rectum
sehingga hendak buang air besar.

Perinium mulai menonjol dan mulai lebar hingga anus membuka. Labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak di vulva pada saat terjadi his. Bila dasar panggul sudah
mulai berelaksasi, kepala janin tidak masuk kembali saat tidak ada his. Dengan gabungan dua
kekuatan, yaitu primer dan sekunder bayi didorong dan kepala bayi dilahirkan dengan
suboksiput dibawah simfisis, secara berurutan lahir dahi, muka dan dagu melewati perinium

3. Kala III

Setelah bayi lahir, uterus dengan fundus uteri agak distas perut. Beberapa menit kemodian,
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (6 hingga 15 menit) setelah
lahir dan keluar spontan atau dengan sedikit tekanan pada bagian fundus uteri. Lepasnya
plasenta dan keluarnya dari dalam uterus biasanya disertai dengan pengeluaran darah.

4. Kala IV

Kala IV dimulai sejak plasenta lahir lengkap dan berakhir setelah 2 jam setelah plasenta lahir.
Masalah pada kala IV biasanya terjadi perdarahan akibat atonia uteri, perlukaan jalan lahir, atau
adanya sisa plasenta yang belum dapat keluar secara keseluruhan. Oleh sebab itu, tugas pada
kala IV adalah melakukan pemantauan adanya perdarahan dan keadaan umum ibu.

E. Patofisiologi

Menurut Handayani (2011:84) patofisiologi intranatal di bagi menjadi 4 tahap/kala yaitu :

1. Tahap pembukaan atau inpartu (Kala 1) ditandai dengan lender bercampur darah, kala ini
dibagi dalam 2 fase yaitu :

a. Fase laten (12-14 jam) untuk kehamilan pertama dan (6-10 jam) untuk kehamilan berikutnva

b. Fase aktif serviks membuka dari 3 samoai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan serine selama fase
akti.

2. Kala Il : dimulai dari pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi lahir. Proses ini biasanva
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi

3. Kala III: dimulai segera setelah bavi lahir sampai lahimva plasenta vane berlangsung tidak
lobih dari 30 menit.

4. Kala IV : dimulai saat lahinya plasenta sampai 1 jam pertama post partum, yang harus
diperhatikan adalah kontraksi uterus harus baik. tidak ada perdarshan, pervagina, plasenta dan
selaput ketuban dan olasenta harus sudah lahir lengkap, pemantauan bayi dan pemantauan
janin

F. Penatalaksanaan
Menurut Green, Carol J (2012:436) penatalaksanaan medis persalinan adalah :

1. Pemantauan DJJ : untuk mengkaji kesejahteraan janin

2. Peningkatan tanda-tanda vital dan temuan klinik : untuk memastikan kesejahteraan ibu.

3. Pemantauan kemajuan persalinan

4. Pemantauan penyulit persalinan

5. Pengobatan untuk mengatasi nyeri, sesuai kebutuhan dapat mencakup :

 Sedatif : Mengurangi ansietas dan memicu tidur pada persalinan laten awal dan ketika nyeri
tidak ada.

 Analgesia narkotik sistemik (mis.meperidin (demoral)), fentamil (sublimazel) : bekerja pada


system saraf pusat (SPP) untuk mengeluh transmisi dan persepsi nyeri.

 Agonis-antagonis narkotil campurani (mis.butorfanol (stadol). nalbufin (nubain) mempunyai


kerja yang serupa dengan analgesin narkotik. Namun mengganggu kerja narkotik jika berada
dalam siste klien.

 Antiemetik dan analgesic (mis.hidroksizin (vistarill.prometazin nojuad euoz uped uuayaq :


[aueds] urzewoad (un8ouayd] kemoreseptor untuk mengurangi muai.

 Anestesia local dan regional (mis.blok pudendal, blok epidural, blok paraserbvikal) : agen yang
biasa dieunakan adalah larutar upvyeajdng % 1 8Sary % szo (aujesox) uop (marcaine),
kloroprokain(Nesacaine), tetrakain (pontocaine) dan mepibakain (carbocaine): bekerja secara
local atau reelonal untuk menghalangi transmisi nyeri di sepanjang saraf tertentu, Narkotik
epidural dan intratekal : bekerja di dalam SPP untuk meredakan nyeri.

 Lanutan intravena : untuk bidrasi dan sebagai rute pengobatan darurat.

G. Pemeriksaan diagnostic/Penunjang

Menurut Green Carol J (2012:436) pemeriksaan diagnostic persalinan adalah:

I. Uji fem untuk cairan dari vagina I Pemeriksaaan untuk pecah ketuban : pola fem yang menyerupai
pelepah Kristal mengindikasikan cairan amnion.

2. Uji nitrazin untuk cairan vagina menentukan apakah ketuban telah pecah : jika pita uji tetap berwama
kuning hingga hijau zaltun, ketuban mungkin masih utuh : pita yang berubah binu-hijau hingga biru
gelap menandakan pH 13Bun uu yang kemungkinan adalah cairan amnion.

3. Pemantauan jantung janin : Bukan pemeriksaan diagnostic pada saat persalinan : diguanakam untuk
memantau gawat janin selama persalinan
H. Komplikasi

Menurut Green, Carol (2012:436) komplikasi persalinan adalah sebagai berikut:

1. Komplikasi potensial peralinan

a. Anoksia/gawat janin (mis. Penurunan perfusi plasenta, kompresi kepala tall pusat,
hiperventilasi)

b. prolaps tali pusat


c. Distasia (miskegagalan untuk maju mal prescntasi)

d. Persalianan presipitatus

e. Ruptur uterus

2. Komplikasi potensial anesthesia epidural

A. Hipotensi matemal

B. Hipoksia janin

C. Retensi urine

3. Komplikasi potensial analgesia narkotik :

A. Depresi pernafasan matemal

B. Hipotensi maternal

C. Jatuh (pada ibu)

D. Depresi pernafasan bayi baru lahir.

j. Fokus Pengkajian

Menurut Mitayani (2013:62) pengkajian Ibu pada masa intranatal adalah:

Pengkajian dilakukan sebelum mendapatkan data lengkap Pengkajian ini diprioritaskan untuk
menentukan kondisi ibu dan japie Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) dilakukan melalui auskultasi
dan kriteria sebagai berikut:

I. Frekuensi batas bawah 110-120 kali per menit dan batas atas 140-160 kali pemmenit.

2. Irama teratur

3. Terjadi akselerasi pada DJJ

4. Tidak terjadi diselerasi.


a Tanda-tanda vital

Perlu pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV)ibu untuk mengidentifikasi tanda hipertensi dan infeksi.
Hipertensi selama kchamilan dengan kenaikan systole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg. Suhu 39°C atau
lebih menandakan kemungkinan terjadinya infeksi pada ibu.

b. Pengkajian data dasar Selain pengkajian data focus, perawat seharusnya mengakaji keadaan ibu dan
janin agar tersedia dukungan untuk ibu.

C. Informasi data dasar

Informasi yang harus dikumpulkan adalah menecnai hai-hal beikui ini :

1. Alas an masuk ke kamar bersalin anakah ada kontraksi, ketuban pecah dan lain-lain

2. Riwayat perwatan pronatal, kapan mulainya dan jumlah luudunfuny

3. Kapan taksiran persalinan

4. Status obstetric (gravid, partus, abortus, hidup-GPAH) riwayat medis, operasi dan kehamialan

5. Riwayat alergi : obet-obatan, makanan

6. Asopan nutrisl, jenisnya dan kapan dikonsumsi

7. Penanginas rokok, alkhohol-

8. Reana persalinan dan bagaimana metode mengurangi nyeri

9. Dukungan keluarga

d.pengkajian fetus

presentase dan posisi janin dkaji dengan pemeriksaan dalam dan palpasi Leopold. DIJ diperiksa
secara auskultasi atau pemantauan secara elektronik. Perawat mendokumentasikan wama cairan
amnion dan kapan terjadinya rupture membrane amnion.

e. Status persalinan

Status persalianan ibu ditentukan melalui pola kontraksinya. Pemeriksaan dalam dilakuakan ketika
tidak ada kontraksi dan kapan pecah ketuban. Kontraksi dikaji dengan cara palpasi, pemantauan
fetal atau keduanya. Dilatasi dan penipisan serviks, status presentasi dan posisi janin dikaji melalui
VT. VT dikontraindikasikan pada ibu dengan ketuban pecah dan perdaruhan.
f. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fsik bermanfaat untuk mengevaluasi kesehatan ibu. Observasi yang penting yaitu
adanya edema, jaringan parut pada abdomen, dan pada palpasi ditemukan tinggi fundus.

g.Pengkajian janin

Pengkajian nanin dilakukan untuk mengidentifikasikan kesejahteraan janin. Prinsip pengkajian janin
adalah frekuensi DJJ dan karakleristik cairan amnion. Penemuan yang tidak normal menandakan
adanva perubalun oerukaran as ianin dan ifeksi. DIJ selalu diperiksa dan didokumentasikan,
bergantung pada ststus resiko ibu dan janin, pecah ketuben danal terjadi secara spontan atau
setclah dilakukan amniotomi. DJI diperiksa selama sata menit seiak ketuban pecah. Ketika ketuban
pocah, serlu di calal waktu teriadinva, frekuensi DJJ, dan wama cairan anion sebarusnya jernih.cairan
amnion yang berwarna kehijauan dan berbau monandakan infeksi Cairan amnion yang berwarna
hijau menendalan mekoniam kelur sebelum persalinan. Mekonium yang keluar sebelum penalinan
menandakan terjadinya bipoksia pada neonates.Neonatus dengan cairan ketuban hijau
membutuhkan resusitasi neonater dengan intubasi endotracheal tube (ETT).

h. Pengkajian maternal

Pemeriksaan maternal berhubungan dengan kesejahteraan janin senerti tanda-tanda vital, kontrsksi,
kemajuan persalinan, pemasukan dan pengeluaran cairan serta respon terhadap persalinan.

I. Tanda vital abnormal perlu dilaporkandan dintervensikan lebih laniut.

2. Kontraksi diperiksa dengan cara palpasi atau dengan memantau elektronik fetal.

3. Kemajuan persalinan dimulai melalui pemeriksaan vagina (VT) untuk m enentukan dilatasi dan
penipisan serviks serta turunnya janin. VT dilakukan bergantung pada tahapan paritas ibu dan status
amnion. VT dibatasi untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari area perine ke uterus.

4. Pemasukan dan pengeluaran cairan melalui oral atau intravena serta jumlah miksi dicatat. Persalinan
bisa membuat miksi berkurang, schingga setiap 2 jam area suprapublik ibu harus diperiksa untuk
mengidentifikasi disistensi kandung kemih yang bisa menghalangi penurunan janin. Penekanan kepala
janin pada rektus membuat ibu merasa ingin defekasi. Perawat harus memeriksa perineum ketika terjadi
crowing.

5. Respons terhadap persalinan bisa bervariasi, bergantung pada Intensitas nyeri yang dipaksakan ibu.
Ibu bisa merasa cemas dan takut. Sikap ibu membutuhkan penanganan nyeri seperti menginginkan obat
dan pengontrolen nyeri, penanganan nyeri secara non farmakologis tidak efoktif dan sebagainya.

Fokus pengkajian KPD (Ketuban pecah dini)

I. Identitas ibu
2. Riwayat penyakit

a.Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai
37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.

b. Riwayat kesehatan dahulu. -Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion. - Sintesis
pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual - Kehamilan ganda, polihidroamnion -Infeksi vagina/serviks
oleh kuman streptococcus, - Selaput amnion yang lemah/tipis posisi fetus tidak normal - Kelaianan pada
otot serviks atau genetal seperti panjang serviks yang pendek Multiparitas dan peningkatan usia ibu
serta defisiensi nutrisi.

c. Riwayat keschatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu lain Suek yang pernah hamil kembar atau
turunan kembar.

3, Pemeriksaan fisik

a. kepala dan leher

-mata perhu diperiksa dibagian sclera dan konjungtiva

- Hidung : ada / tidaknya pembengkakan konka nasalis, adatidaknya hipersekresi mukosa

-Mulut: gigi ksries/tidak, mukosa mulut kering dan wana mukosa gigi

-Leher : berupa pemeriksaan IVP, KGB dan tirold

b. Dada

-Thoraks Iospeksi : kesinetrisan dada, Jenis pernafasan torakoabdominal, dan tidak ada retakal
dinding dada. Frekuenai pernafasan 16-24 x/menit. Iktus corelia terlihat. Palpesi : payodara tidak
ada pembengkakan, Auskultast: terdengar BJI dan Il di IC kirvanan. Bunyi nafas nomal vesikuler.

-Genetalia Inspeksi : kebersihan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema, Discharge,


Approximately). Pengeluaran ketuban (jumlah, warna, bau) dan lender merah muda kecoklatan.
Palpasi : pembukaan serviks (0-4). ekstremitas : edema, varises ada/tidak.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat

2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban yang pecah

3. Ansietas berhubungan krang pengetahuan.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diaforensis yang berhubungan dengan upaya
persalinan.

(Green & Wilkinson, 2012:452)


L. Rencana Keperwatan

1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus yang kuat.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan Ix24 jam nyeri berkurang. Kriteria hasil : P Pasien tidak mengeluh
nyeri b. Ekspresi tidak menunjukkan rasa sakit c. Skala nyeri berkurang menjadi 2

Intervensi :

a Kaji jumlah dan jenis persiapan kelahiran yang telah dilakukan Rasional : Penelitian membuktikan
bahwa persiapan kelahiran mengurangi kebutuhan analgesia saat persalinan.

b. Pantau tanda ansietas Rasional : Ansietas sedang yung disebabkan oleh nyeri meningkat
kemampuan utuk mengatasi nyeri, namun demikian ansietas berat dapat mrngganggu koping.

c. Pantau tanda-tanda vital dan observasi tanda nyeri

Rasional : Manifestasi fisiologi nyeri yang umum adalah peningkatan nadi, pemafasan dan
tekanan darah.

d. Bantu untuk sering mengubah posisi

Rasional : Mencegah iskemia dan kekuatan otot.

e. Bantu untuk melakukan teknik pernafasan dan relaksasi sesuai kebutuhan.

Rasional : member distraksi, meningkatkan rasa kendali, dan mengurangi persepsi nyeri pada
korteks serebral.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban yang pecah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi tidak terjadi
cairan amnion tidak berbau dan jemih.

Kriteria hasil:

a. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.

b. Tidak ada infeksi

Intervensi

a. Mempertahankan suhu tubuh ibu setiap 4 jam Rasional : peningkatan suhu tubuh dapat
mengindikasikan infeksi dalam

b. Lakukan uji kertas nitruzin dan uji term pada serviks vagina. Rasional : untuk menentukan
apakah ketuban pecah
c. Jika ketuban telah pecah, baik secara spontan atau disengaja catat waktu, catat jumlah,
warma dan bau cairan serta hilang DJJ. Rasional : cairan berbau busuk adalah tanda infeksi,
sedangkan cainan berwama kebijauan menandakan pengeluaran mekonium akibut hipoksia
janin.

d. Kaji hasil sel darah putih, Rasional: sel danh putih nomal pada persalinan mencapai
25.000/mm3

e. Selama pesalianan, lakukan perswatan perineum setelah delekasi/berkemih

Rasional: unytuk menyingkirkan pathogen dan media bagi pertumbuhan pathogen tersebut.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan Ix24jam ansietas teratasi

Kriteria hasil :

a. Klien mengungkapkan bahwa ansietas dapat ditangani

b. Mengungkapkan bahwa ansietas dapat ditangani

Intervensi :

a. Kaji tingkat persiapan untuk kelahiran anak Rasional : untuk mengetahui apakah kekurangan
informasi dapat menyebabkan ansietas

b. Kaji usia etnis tingkat akultasi, penggunaan ruang pribadi dan pola komunikasi Rasional :
member data untuk memenuhi kebutuhan psikososial

c. Selama proses masuk rumah sakit, kaji riwayat penganiayaan seksual Rasional : persalianan
dan kelahiran dapat memicu ingatan tentang penganiayaan seksual pada masa kanak-kanak

d. Observasi peningkatan ansietas atau nyeri yang tidak diperhatikan Rasional: mendiskusikan
penganiayaan dengan perawatan mungkin telalu pribadi dan sulit bagi ibu

e. Evaluasi DJ kontraksi uterus dan TTV ibu Rasional : ansietas dapat menyebabkan pelepasan
epineprin dan nonepineprin secara yang meningkatkan nad dan tekanan darah.

4. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan distroesis yang borhubungan dengan upaya
persalinan

Rasional : Tujuan setelah dilakuakan tindakan Ix24 jam cairan intrasel dan ekstrusel dapat terpenuhi

Kriteria hasil:

a. Bebas dari masa haus abnomal


b. Membran mukosa lembab

c. Asupan sama pengeluaran

d. Keluarnya urine 30 hingga 100 ml/jam

e. Turgor kulit elastic

Intervensi :

a Pantau status hidrasi yang meliputi turgor kulit, membrane mukosa, mata dan perasaan haus subyektif
Rasional : kulit yang elastic dan halus, membrane mukosa yang lembab, tidak merasa haus dan mata
yang tegas adalah bukti hidrasi yang baik.

b. Pantau asupan dan keluaran serta catat jumlah diaforasis Rasional: untuk mempertahankan
keseimbangan asupan seharusnya kurang lebih sama dengan keluaran

c. Ukur berat jenis urine sesuai kebutuhan normal adalah 1050-1030 Rasional : berat jenis urine 1030
adalah indikasi dehidrasi jikam volume darah berkurang, system adosteron, terstimulasi yang
menimbulkan reabsorbsi natrium dari tubulus ginjal. Kondisi ini mengurangi keluaran urine.

d. Ukur suhu setinp 4 jam cairan Rasional : kenaikan suhu adalah gejala dehidrasi penuhan volume
caimn mengurangi kemampuan untuk berkeringat yang mengakibatkan kenaikan suhu

e. Pantau peningkatan nadi dan tekanan darah Rasional : Kondisi tersebut merupakan tanda lanjut
dehidrasi atau hipovolemia.
DAFTAR PUSTAKA

Green, carol J. 2012. Rencana asuhan keperawatan : maternal dan bayi baru lahir. Jakarta : EGC

Handayani, Sri. 2011. Keperawatan maternitas. Yogyakarta : Gosym publishing

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan praktik laboratorium dan klinik perawatan Antenatal, Intranatal,
Postnatal, bayi baru lahir dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika

Mitayani. 2013, Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Wagiyo dan Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranantal, dan Bayi baru lahir : Fisiologis
dan patologis. Yogyakarta : CV. AndiOffset.

Anda mungkin juga menyukai