Anda di halaman 1dari 7

Toksikologi Sistem Organ  Efek Kronis : terjadi karena zat menghasilkan efek

merusak sebagai hasil pemaparan tunggal, tetapi sering


Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang terjadi karena pemaparan berulang / jangka panjang
tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Klasifikasi Toksik berdasarkan kerusakan/organ target
Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang diserangnya yaitu :
serta efek yang di timbulkannya. 1. Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati
Zat toksik masuk dalam tubuh melalui 2. Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal
 Jalur intravaskuler 3. Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf
(misal :Intravena, Intracardial, Intraarteri) 4. Pneumotoksik atau beracun bagi pneumonia/paru-paru.
 Jalur ekstravaskuler
(misal : Peroral, inhalasi, Intramuskuler, Subkutan, A. Hepatotoksik
Intraperitoneal) Hepatotoksik adalah racun yang dapat menyebabkan
Efek Beracun Bahan Kimia kerusakan pada organ hati. Hati adalah organ terbesar dan
 Efek Akut : efek yang terjadi secara cepat sebagai hasil secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh.
pemaparan zat jangka pendek yang dapat menimbulkan Organ hati terlibat dalam metabolisme zat makanan serta
efek akut, juga dapat mengakibatkan penyakit kronik. sebagian besar obat dan toksikan. Secara struktural organ
hati tersusun oleh hepatosit (sel parenkim hati). Hepatosit
bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam bagian lain dari hati, dapat juga berperan mengaktifkan
metabolisme. (Lu, 1995) toksikan (Smith et al. 1979)
Toksikologi hati dipersulit oleh berbagai kerusakan Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek
hati dan berbagai mekanisme yang menyebabkan toksik pada berbagai organel dalam sel hati, seperti
kerusakan tersebut. Hati sering menjadi organ sasaran perlemakan hati (steatosis), nekrosis, kolestasis, dan sirosis
karena beberapa hal. Sebagian besar toksikan memasuki (Lu, 1995). Steatosis adalah hati yang mengandung berat
tubuh melalui sistem gastrointestinal, setelah diserap, lipid lebih dari 5%. Mekanisme terjadinya penimbunan
toksikan dibawa vena porta ke hati. Hati mempunyai lemak pada hati secara umum yaitu rusaknya pelepasan
banyak tempat pengikatan. Kadar enzim yang trigliserid hati ke plasma. Nekrosis hati adalah kematian
memetabolisme xenobiotik dalam hati juga tinggi hepatosit. Biasanya nekrosis merupakan kerusakan akut.
(terutama sitokrom P-450). Hal tersebut membuat sebagian Beberapa zat kimia telah dibuktikan atau dilaporkan
besar toksikan menjadi kurang toksik dan lebih mudah menyebakan nekrosis pada hati (Zimmerman, 1982).
larut dalam air, sehingga lebih mudah dieksresikan. Tetapi Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati yang
dalam beberapa kasus, toksikan diaktifkan sehingga dapat biasanya bersifat akut. Beberapa steroid anabolik dan
menginduksi lesi. Lesi hati bersifat sentrilobuler banyak kontraseptif di samping taurokolat, klorpromazin, dan
dihubungkan dengan kadar sitokrom P-450 yang lebih eritromisin laktobionat terlah terbukti menyebabkan
tinggi (Zimmerman, 1982). Selain itu kadar glutation yang kolestasis dan hiperbilirubinemia karena tersumbatnya
relatif rendah, dibandingkan dengan kadar glutation di kanalikuli empedu. Sirosis ditandai oleh adanya septa
kolagen yang tersebar di sebagian besar hati. Serosis
diduga berasal dari nekrosis sel-sel tunggal karena b. Untuk menampung curah jantung yang begitu
kurangnya mekanisme perbaikan yang menyebabkan besar, ginjal mempunyai permukaan endotel kapiler
meningkatnya aktivitas fibroblastik dan pembentuan yang relatif luas dianatara organ tubuh yang lain.
jaringan parut (Lu, 1995) c. Permukaan endotel kapiler yang sangat luas ini
Gejala klinis keracunan pada hati : menyebabkan bahan yang bersifat imunologik
 Kejang-kejang pada perut sering terpapar didaerah kapiler glomerulus dan
 Malaise yang menyeluruh tubulus.

 Insufisiensi-ginjal dan terganggunya fungsi otak d. Fungsi transportasi melalui sel-sel tubulus dapat
menyebabkan terkonsentrasinya zat-zat toksin di

B. Nefrotoksik tubulus sendiri.

Nefrotoksik adalah racun yang dapat menyebabkan e. Mekanisme counter current sehingga medulla dan

kerusakan pada organ ginjal. Ginjal merupakan organ papil ginjal menjadi  hipertonik dapat

tubuh yang paling sering terpapar zat kimia dan menyebabkan konsentrasi zat toksik sangat

metabolitnya terutama obat yang dipakai secara meluas meningkat di kedua daerah tersebut.

dimasyarakat. Kemudahan keterpaparan ginjal terhadap Sifat-sifat khas yang disebut di atas inilah yang

zat-zat tersebut diakibatkan oleh sifat-sfat khusus ginjal, memudahkan terjadinya gangguan struktur dan fungsi

yaitu : ginjal, bila di dalam darah terdapat zat yang bersifat

a. Ginjal menerima 25 %, curah jantung sedangkan nefrotoksik. Besarnya aliran darah yang menuju ke ginjal

beratnya hanya kira-kira 0,4% dari berat badan. ini menyebabkan keterpaparan ginjal terhadap bahan/zat-
zat yang beredar dalam sirkulasi cukup tinggi. Akibatnya saraf, namun sistem saraf juga sangat rentan terhadap suatu
bahan-bahan yang bersifat toksik akan mudah perubahan terutama yang terjadi di sistem sirkulasi darah.
menyebabkan kerusakan jaringan ginjal dalam bentuk Fungsi dari saraf utama adalah men-transmisikan
perubahan struktur dan fungsi ginjal. Keadaan inilah yang impuls lewat sel-sel saraf. Sel saraf yang tersambung
disebut sebagai nefropati toksik dan dapat mengenai dengan yang lain atau tersambung dengan sel organ seperti
glomerulus, tubulus, jaringan vaskuler, maupun jaringan otot melalui suatu sinap/junction. Dengan demikian ada
interstitial ginjal. dua mekanisme racun saraf, yakni :
Gejala Klinis Nefrotoksik : a. Gangguan pada transmitter
Gejala nefropati toksik tergantung dari jenis-jenis bahan b. Gangguan pada aktivitas keluar masuknya ion Na
kimia atau obat yang terpapar pada ginjal. kelainan ginjal dan K sepanjang akson saraf, sehingga impuls
yang ditimbulkan mulai dari proteinuria, hematuria, elektrik terganggu.
sindrom nefritik akut, sindrom nefrotik, nefritis interstitial Neuron-neuron yang rusak akan mengakibatkan
akut, nefritis tubulo-interstitial, sampai gagal ginjal baik putusnya komuikasi sistem saraf dan seluruh bagian tubuh.
akut maupun kronik. Banyaknya fungsi yang hilang akibat kerusakan sistem
saraf bergantung pada jumlah neuron yang rusak dan
C. Neurotoksik tingkat kerusakannya. Kerusakan yang permanen dapat
Neurotoksisitas adalah suatu agen kimia, biologi, mengakibatka hilangnya sensasi atau kelumpuhan, juga
atau fisik yang dapat menimbulkan efek merugikan bagi dapat menimbulkan efek disorientasi.
sistem saraf. Toksikan dapat langsung bekerja di sistem Gejala Klinis Neurotoksik :
Gejala integral yang terpenting adalah simptom psikis, trakea, dan sebagian besar pipa bronchial yang membawa
sakit kepala, kejang-kejang di dalam saluran lambung-usus ke cuping dan paru-paru (alveoli) dimana dapat terjadi
didikuti oleh muntah dan diare, banyak ludah, banyak pemindahan gas-gas dengan menembus dinding sel yang
berkeringat, kejang bronki, denyutan jantung lambat, tipis.
penyempitan pupil, dan gejala kelumpuhan otot Jumlah seluruh senyawa beracun yang diserap
pernafasan. Keracunan ini tidak jarang berakhir fatal. melalui saluran pernapasan tergantung dari kadar udaranya
di udara, lamanya waktu pemajanan dan volume aliran
D. Pneumotoksik udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja
Beberapa zat racun yang melalui jalur inhalasi lebih besar. Apabila bahan beracun yang ada dalam bentuk
adalah gas, larutan volatile. Tempat penyerapan utama aerosol, maka pengendapan dan penyerapan dapat terjadi
terjadi di alveoli paru-paru. Tempat ini mempunyai daerah di dalam saluran pernapasan.
alveolus yang besar dan aliran darah yang cepat, sehingga Paru-paru merupakan sumber pemaparan yang
mendukung penyerapan. Jalur penyerapan dari beberapa umum, sama seperti kulit. Namun, paru-paru bukan
zat berbentuk gas bagaimana pun tergantung pada penghalang yang protektif terhadap zat berbahaya.
kelarutan di dalam darah. Sebagian besar gas polutan karena karakteristik jaringan
Hampir semua bahan yang merupakan pencemar paru yang sangat tipis, sehingga memungkinkan zat dapat
udara yang dapat diisap (masuk melalui saluran masuk melalui paru-paru. Selain kerusakan sistemik, zat
pernapasan. Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian ialah kimia yang berhasil masuk lewat paru-paru dapat
saluran pernapasan bagian atas hidung, tenggorokan,
mencederai jaringan paru-paru dan mengganggu fungsi
vitalnya pada tubuh.
Gejala klinis pada paru-paru
 Paparan akut  fibrosis melalui pecahnya
membran lisosom dalam makrofag, selanjutnya
makrofag yang rusak merangsang fibroblas
membentuk jaringan kolagen
 Pneumonia adalah peradangan paru-paru dimana
alveolus biasanya berisi cairan dan eritrosit yang
berlebihan. Jenis pneumonia yang umum adalah
pneumonia bakteri. Penyakit ini dimulai dengan
infeksi dalam alveolus, yaitu membran paru-paru
mengalami peradangan dan berlubang-lubang
sehingga cairan dan eritrosit masuk ke dalam paru-
paru. Dengan demikian, alveolus terinveksi oleh
cairan dan eritrosit. Infeksi disebarkan oleh bakteri
dari satu alveolus lain sehingga dapat meluas ke
seluruh lobus bahkan seluruh paru-paru.

Anda mungkin juga menyukai