Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL

NEONATAL DAN BASIC LIFE SUPPORT

“Resusitasi Bayi Baru Lahir”


Dosen Pengampu : Megawati, S,ST.,M.Keb

Disusun Oleh :

Nama : Riska Amalia


NIM : P07124118232
Kelas : 4B
Semester :4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
DIPLOMA III JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas limpahan karunia-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini guna untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dan Basic
Life Support.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Akhir zaman yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya
layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar
hatinya kebaikan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas individu ini tepat pada
waktunya.
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Megawati, S, ST., M. Keb
yang telah membimbing saya sejauh ini dalam mata kuliah Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal dan Basic Life Support.
Saya menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
saya menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas individu ini dan bermanfaat
bagi saya dan pembaca pada umumnya.

Barabai, 18 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………..……………………………...2
DAFTAR ISI…………………………………………...……………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..4
C. Tujuan……………………………………………………………………………4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Resusitasi Bayi Baru Lahir…………………………………...……...5
B. Tujuan Resusitasi………………………………………………………………...5
C. Tanda-Tanda Resusitasi perlu dilakukan………………………………...………5
D. Kondisi yang memerlukan Resusitasi…………………………………..………..6
E. Persiapan Resusitasi pada Bayi Baru Lahir……………………………………...6
F. Langkah-Langkah Resusitasi pada Bayi Baru Lahir………………………….....7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..11
B. Saran……………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA……………………………..…………………………………..12

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia
berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan
denyut jantung menjadi teratur.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di
Indonesia adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus
neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan
normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk
menurunkan kematian BBL karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali menolong
persalinan.

Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang
difokuskan pada: menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan
resusitasi, tindakan resusitasi, asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca
resusitasi dan pencegahan infeksi. Langkah-langkah dalam Manajemen Asfisia pada
makalah ini ditujukan kepada bidan yang pada umumnya bekerja secara mandiri dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan Resusitasi pada Bayi Baru Lahir?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penghertian resusitasi pada BBL
2. Untuk mengetahui tujuan resusitasi pada BBL
3. Untui mengetahui tanda-tanda Resusitasi perlu dilakukan
4. Untuk mengetahui kondisi yang memerlukan resusitasi
5. Untuk mengetahui persiapan resusitasi pada BBL
6. Untuk menegtahui langkah-langkah resusitasi pada BBL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan
ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya
untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran
seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung
dan paru, yang berorientasi pada otak.

B. Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan
oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

C. Tanda-tanda Resusitasi perlu dilakukan


1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak
bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat.  Lihat gerakan dada naik
turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas
tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya
apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 –
50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Denyut jantung – frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut
jantung bayi  tidak teratur.  Frekuensi denyut jantung harus > 100 per
menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan
stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara
terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi
denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan,
dilanjutkan dengan menilai warna kulit.
b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan
menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
c. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi
pucat  atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi
jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada
sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis
purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran
darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin
yang dingin.
D. Kondisi yang memerlukan resusitasi

5
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat
lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada
ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam,
magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan
saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama
kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup
individu selanjutnya.

E. Persiapan Resusitasi
Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong
persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat
berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi
dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan
adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri
(bidan).

1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai
kemunginan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan
persalinan.

2. Persiapan Tempat Resusitasi


Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:
a. Gunakan ruangan yang hangat dan terang
Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar.
Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka).

3. Persiapan Alat
a. Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi
b. Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi
c. Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi
d. Alat penghisap DeLee atau bola karet
e. Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup
f. Kota Alat resusitasi
g. Sarung Tangan
h. Jam atau pencatat waktu

4. Perlindungan Diri

6
Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:
a. Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic,
masker, penutup kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
b. Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
c.Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran
alcohol dan gliserin.
d. Eringkan dengan kain/tisu bersih.
e.Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

F. Langkah- Langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir


Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-
megap dan atau tonus otot tidak baik:
- Sambil memulai langkah awal:
 Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk
memulai pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
 Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member
dukungan moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
TAHAP 1: LANGKAH AWAL
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi
baru lahir, 5 langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi
bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi:
1. Jaga bayi tetap hangat
b. Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.
c. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka,
potong tali pusat.
d. Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata,
keras, bersih, kering dan hangat.
e. Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.
2. Atur posisi bayi
a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
b. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan
ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
3. Isap lender
Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;
a. Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.
b. Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK
pada waktu memasukkan.
c. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm
ke dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini
dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi
tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;


a. Tekan bola di luar mulut.

7
b. Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir
akan terhisap).
c. Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.
4. Keringkan dan rangsang bayi
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL
mulai bernapas.
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:
- Menepuk/menyentil telapak kaki atau
- Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak
tangan
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.
b. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka
dan dada agar bias memantau pernapasan bayi.
c. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
- Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas
atau megap-megap:
 Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca
resusitasi.
 Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai
lakukan ventilasi bayi.

TAHAP II: VENTILASI


- Langkah-langkah:
1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air Tiupan awal
tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan
menguji apakah jalan napas bayi terbuka.
3. Lihat apakah dada bayi mengembang
Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang
Bila tidak mengembang :
a. Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.
b. Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.
c. Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan
lakukan pengisapan.
d. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada
mengembang, lakukan tahap berikutnya.
4. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan
balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan
20cm air sampai bayi mulai menangis dan bernapas spontan.

8
b. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan,
setelah 30 detik lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi
bertahap.
a. Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah
b. Hitung frekuensi napas per menit
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
a. Jangan ventilasi lagi
b. Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan
lanjutkan asuhan BBL
c. Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan
d. Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan
membalik jangan tinggalkan bayi sendiri
e. Lanjutkan asuhan pasca resusitasi
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.
5. Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
a. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)
b. Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah
bernapas, tidak bernapas atau megap-megap:
Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap
dan lakukan asuhan pasca resusitasi. Jika bayi megap-megap atau
tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
6. Rujukan
a. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit
resusitasi.
b. Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan
mengap.
c. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
d. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
e. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan
7. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
a. Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali
pusat tisak teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit.
b. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan
pulsasi tali pusat tidak teraba, jelaskan kepada ibu dan berilah
dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan Bayi yang mengalami
asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan
besar mengalami kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI


Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang
merupaan perawatan intensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada
tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif
serta pencatatan. Asuhan yang diberian sesuai dengan hasil resusitasi yaitu:
1. Jika Resusitasi berhasil

9
2. Jika Perlu Rujukan
3. Jika Resusitasi Tidak Berhasil

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan
asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis
spontan dan denyut jantung menjdi teratur

Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah :

1. Bayi tidak cukup bulan


2. Bayi megap-megap/tidak bernapaS
3. Tonus otot bayi tidak baik.
4. Air ketuban bercampur mekonium.

Langkah-langkah resusitasi, yaitu:


1. TAHAP 1: LANGKAH AWAL
a. Jaga bayi tetap hangat;
b. Atur posisi bayi
c. Isap lender
d. Keringkan dan rangsang bayi
e. Atur kembali posisi kepalabayi dan selimuti bayi
2. TAHAP II: VENTILASI
a. Pemasangan sungkup
b. Ventilasi 2 kali
c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
d. Ventilasi setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas
e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
f. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
3. TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI
a. Jika Resusitasi Tidak Berhasil
b. Jika Resusitasi berhasil
c. Jika Perlu Rujukan

B. Saran
Resusitasi adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti
napas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi bertujuan untuk membuka kembali
jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali. Resusitasi sangat dibutuhkan
bagi orang yang henti napas tiba-tiba. Maka dari itu resusitasi ini sangat bermanfaat
untuk dipelajari.
1. Dalam memberikan tindakan hendaknya diperhatikan betul prosedur kerja yang
akan dijalankan.
2. Mahasiswa hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar pasien yang
berhubungan dengan oksigenasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kestenbaum LA, Feemster KA. Identifying and addressing vaccine hesitancy. Pediatr
Ann 2015;44:e71-5.
Hough-Telford C, Kimberlin DW, Aban I, et al. Vaccine delays, refusals, and patient
dismissals: a survey of pediatricians. Pediatrics 2016;138: e2016-27.
Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) on the Immunization. Summary WHO
SAGE conclusions and recommendations on vaccine hesistancy. 2015.
Tersedia di: http://www.who.int/immunization/programmes_systems/
vaccine_hesitancy/en/. Diakses 18 Nov 2016.
Edwards KM, Hackell JM. Committee On Infectious Diseases, The Committee on
Practice and Ambulatory Medicine. Countering vaccine hesitancy. Pediatrics
2016;138:e2016-46.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Informasi vaksin untuk orangtua. Tersedia di
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin
untukorangtua-ivo. Diakses 18 Nov 2016

12
Masukan untuk ceklish :
Menutup horden untuk menjaga privasi
Menyiapkan alas untuk bayi
Melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan resusitasi pada BBL
Mempersiapkan alat dan bahan

13

Anda mungkin juga menyukai