Anda di halaman 1dari 22

ASI EKSKLUSIF DALAM PANDANGAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Tugas Mata Kuliah Kebidanan Dalam Islam

Dosen Pengampu: Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM

Disusun Oleh :
1.Annisa Nurul Hidayah ( 1910104106 )
2.Ulfa Khoirun Nisa’ ( 1910104107 )
3.Lutfia Sari Lapalulu ( 1910104108 )
4.Erniwati (1910104113 )
5.Putri Lestari ( 1910104114 )

Kelas : D3

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penyusunan Tugas Mata Kuliah Kebidanan
Dalam Islam mengenai “ASI EKSKLUSIF DALAM PANDANGAN ISLAM”.Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ririn Wahyu Hidayati, S.ST., MKM selaku dosen pengampu mata kuliah
kebidanan dalam islam yang telah membimbing dan memberikan kritik dan saran
dalam pelaksanaan tugas ini.
2. Seluruh teman-teman D3, khususnya kelompok 2, yang telah bekerjasama
mengerjakan tugas ini serta memberikan masukan dan sarannya, hinga terselesainya
laporan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Yogyakarta, Desember 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan anugrah Illahi untuk pertumbuhan bayi kini
semakin tergeser oleh penggunaan susu formula. Penyebabnya adalah semakin
meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja perempuan, kuatnya penetrasi iklan susu
formula beserta distribusinya hingga ke desa-desa disertai budaya modern yang
mempengaruhi ibu menyusui sesegera mungkin menyapih anaknya. Pentingnya
penggunaan ASI itulah sehingga dipandang perlu dibuatkan RPP Pemberian ASI pada
yang akan berlaku secara nasional dan Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah
Sulawesi Selatan, agar ASI tidak tergantikan oleh susu formula.

Mengutip DR Abdul Basith Jamal & DR Daliya Shadiq Jamal (2011), beberapa pusat
penelitian  telah banyak mengadakan eksperimen untuk membuat ASI tiruan, melalui uji
coba bahan-bahan kimiawi yang disuntikkan ke dalam kelenjar susu pada beberapa
binatang menyusui. Maksud dari eksperimen ini, adalah untuk membuat susu buatan
yang memiliki kandungan kimiawi yang sama dengan susu murni (ASI). Dan hasilnya,
seperti yang kita dapatkan sekarang ini, di pasaran banyak terdapat susu buatan yang
dijual di toko-toko, baik untuk komsumsi bayi, maupun anak-anak, bahkan untuk orang
dewasa.  Namun para ilmuwan berdasarkan penelitian yang mereka lakukan
menegaskan, bahwa susu buatan mustahil dapat menggantikan fungsi susu murni,
karena kandungan yang dimiliki keduanya tidak bisa sama persis. Tentunya, pengakuan
di atas, menunjukkan kegagalan susu buatan dalam memainkan perannya sebagai
pengganti susu murni (ASI).

Sebagai anugerah Ilahi, ASI merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi karena
memiliki kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam masa enam bulan
pertama sejak lahir. Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi dapat
memberikannya walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian atau tidur. Jadi ASI
selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan juga tidak
membutuhkan biaya alias tidak dibeli. Bisa dibandingkan dengan susu formula yang
harus memerlukan persiapan waktu untuk menyajikannya dan mengeluarkan uang untuk
mendapatkannya.

Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung laktosa dan
vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan air yang
cukup sekalipun berada pada iklim panas.  ASI memiliki kandungan protein dan lemak
yang tepat untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan laktosa (gula susu)
ASI juga sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin sehingga
tidak perlu lagi menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama.
Besarnya faedah ASI bagi bayi baru lahir menyebabkan potensi terkena penyakit diare
lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula. Demikian pula
gangguan kesehatan lainnya seperti gangguan saluran pernafasan dan telinga tengah
serta  penyakit infeksi lainnya.

Imunitas bayi pengkonsumsi ASI terhadap penyakit infeksi disebabkan oleh ASI bebas
bakteri sehingga terjamin kebersihannya. ASI juga mengandung antibodi (zat
kekebalan) imunoglobulin terhadap bakteri infeksi yang membantu bayi terlindungi dari
ancaman penyakit infeksi hingga sang bayi bisa memproduksi sendiri antibodinya.
Kandungan sel darah putih (leukosit) dalam ASI juga turut membantu mencegah
penyakit infeksi pada bayi.

Didalam ASI juga terdapat zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria
khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Laktobacillus bitidus
inilah yang mencegah bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan diare. Kandungan
laktoferin dalam ASI juga turut membantu mencegah pertumbuhan beberapa bakteria
berbahaya.

Keuntungan bagi ibu yang menyusui bayinya dengan ASI dapat membantu
menghentikan pendarahan setelah melahirkan serta membantu mencegah kehamilan
berikutnya. Keuntungan psikologis sangat baik bagi ibu dan bayi karena dapat
terbangun hubungan ikatan secara emosional. Hubungan psikologis yang baik antara ibu
dan  bayi kelak membantu kecerdasan emosional sang anak ketika memasuki dunia
pendidikan. Menyusui bagi ibu bayi tidaklah membuat payudara menjadi jelek dan
kurang menarik lagi bagi suami.

Menurut Abd-Alda’em Al-Kheel, banyak studi yang dilakukan di tiga puluh negara


menunjukkan ibu yang menyusui bayinya kurang terkena kanker payudara. Rahim
melebar dua puluh kali selama kehamilan dan melahirkan. Penelitian menunjukkan
menyusui bermanfaat untuk membantu rahim kembali ke ukuran normal. Sebaliknya
ibu yang tidak menyusui bayinya ukuran rahimnya tetap lebih dari batas normal. Selain
itu, menyusui juga melindungi dari kanker rahim. Penyusuan alami membantu ibu untuk
mengurangi berat badannya dan melindungi dirinya dari kegemukan. Bahkan ia juga
bekerja sebagai analgesik alami rasa sakit bagi ibu juga. Penyusuan alami juga
membantu ibu dan anak untuk tidur nyenyak.

Bagi bayi, ASI lebih mudah dicerna dan tidak pernah basi. Meski ibu bayi tidak
menyusui anak bayinya beberapa hari, ASI tetap hangat dan tidak mengenal basi.
Bandingkan dengan susu formula yang sudah pasti basi bila tidak segera dikonsumsi
dalam waktu tertentu.  ASI juga mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna
lemak dan mempercepat pertumbuhan anak hingga tahun kedua sejak lahir.
Penelitian menunjukkan bahwa sistem kekebalan bayi tumbuh lebih cepat ketika ia
diberi susu ibu. Hal ini disebabkan dalam air susu ibu mengandung unsur kekebalan
yang disebut “mucins” yang mengandung banyak protein dan karbohidrat. Mucins
berfungsi menghilangkan ancaman serangan kuman penyakit dari tubuh bayi tanpa efek
samping. Sedangkan imunoglobulin juga turut membantu bayi selama tiga bulan
pertama untuk melindungi tubuh dari serangan kuman.

Meski demikian, ditengah masyarakat masih tumbuh pemahaman yang keliru tentang
ASI. Misalnya pemahaman, apabila mengkonsumsi bumbu masakan yang keras
mengandung cabai, dapat mempengaruhi rasa ASI. Memang terkadang, kandungan ASI
tidak selalu sama karena terdapat keragaman jenis makanan yang dikonsumsi sang ibu
bayi. Keragaman jenis makanan adalah termasuk kategori keragaman yang normal dan
jarang mengganggu kesehatan bayi.

Pengertian

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung berbagai zat gizi dan
antibody yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang mendapatkan
ASI secara eksklusif terbukti lebih cerdas dan tidak mudah terserang penyakit.

Menurut para ahli, saat lahir ke dunia, seorang bayi telah memiliki otak yang
berkapasitas 100 miliar sel otak (neuron) dengan koneksi-koneksi awal. Artinya, jumlah
neuron di dalam otak si kecil 16 kali lebih banyak daripada jumlah penduduk bumi.
Bahkan, lebih banyak daripada jumlah bintang di Galaksi Bima Sakti.

Akan tetapi, otak bayi dengan potensi sedahsyat ini bukanlah“barang jadi”Ia“belum
matang” karena belum terhubung dalam jaringan, antarsatu dengan yang lainnya.Ia
membutuhkan sentuhan agar bisa berkembang secara optimal. “Otak bayi masih berupa
produk mentah yang belum selesai. Otak neonatal (otak pada usia empat minggu
pertama) hanyalah sebuah lukisan berbentuk sketsa,cetak biru yang sama sekali belum
sempurna.Tangan-tangan lingkunganlah yang akan menyelesaikan atau
membengkalaikannya,”demikian ungkap Dr. Jalaluddin Rakhmat (2005: 223).

Berbagai penelitian melaporkan bahwa struktur otak, termasuk pula kualitas daya ingat,
konsentrasi, penilaian, kecerdasan, perasaan, dan emosi anak, sangat dipengaruhi oleh
kualitas dan kuantitas asupan zat makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain,
terdapat hubungan antara konsumsi makanan dan fungsi kognitif pada bayi.

Pada anak yang baru lahir, nutrisi atau zat gizi sebagai sumber energi untuk
menjalankan berbagai proses metabolisme sebagian besar digunakan untuk melakukan
proses tumbuh kembang, termasuk tumbuh kembang otaknya.

Dari manakah anak bisa mendapatkan asupan nutrisi tersebut? Asupan gizi seimbang
pada balita, khususnya bayi, tidak lain dan tidak bukan berasal dari ASI alias Air Susu
Ibu. Inilah cairan ajaib tiada tanding ciptaan Yang Mahakuasa untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi sekaligus melindunginya dari serangan penyakit.

Bagi bayi, khususnya dalam rentang usia 0-6 bulan, ASI adalah makanan utama
sekaligus makanan paling sempurna. Komposisi gizi yang sangat pas untuk mendukung
proses tumbuh kembang bayi.Keseimbangan aneka zat gizi yang terkandung di
dalamnya pun berada pada tingkat terbaik dan memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi.

ASI pun kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan
perkembangan sistem saraf.Betapa tidak berkhasiat,ASI mengandung lebih dari 1000
jenis nutrien. Itulah mengapa, jumlah asupan zat gizi yang dibutuhkan bayi dapat
terpenuhi secara seimbang dan proporsional. Artinya, jumlah protein, karbohidrat,dan
lemak, berkisar antara 10-15 persen, 60-70 persen, dan 20-25 persen dari kalori yang
dibutuhkan per kilogram berat badan dapat terpenuhi.Penelitian para ahli pun
menunjukkan bahwa ASI mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit dengan
menyediakan lingkungan yang ramah bagi flora normal (bakteri baik).

Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus, dan parasit


berbahaya. ASI pun mengandung taurin, DHA (decosahexanoic acid ), dan AA
(arachidonic acid ) yang sangat dibutuhkan oleh bayi yang baru lahir.Taurin merupakan
asam amino kedua terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai membantu proses
pematangan sel otak.

Adapun DHA dan AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan
untuk mengoptimalkan pembentukan sel-sel otak.Komponen-komponen gizi ini
terkandung dalam ASI dalam jumlah yang mencukupi sehingga seorang bayi tidak
memerlukan makanan tambahan hingga berusia enam bulan.

B. Dalil-dalil Pendukung

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233)

Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab Suci Alqur’an tersebut, setidaknya
menekankan bahwa Air Susu Ibu (ASI) sangat penting. Walaupun masih ada perbedaan
pendapat tentang wajib atau tidaknya menyusui, tapi selayaknya bagi seorang muslim
menghormati ayat-ayat Allah tersebut. Terlepas wajib atau tidaknya hukum menyusui,
dalam ayat tersebut dengan tegas dianjurkan menyempurnakan masa penyusuan. Dan di
sana juga disinggung tentang peran sang ayah, untuk mencukupi keperluan sandang dan
pangan si ibu, agar si ibu dapat menuyusi dengan baik. Sehingga jelas, menyusui adalah
kerja tim. Keputusan untuk menyapih seorang anak sebelum waktu dua tahun harus
dilakukan dengan persetujuan bersama antara suami isteri dengan mengutamakan
kepentingan terbaik bagi si bayi. Insprasi utama dari pengambilan keputusan ini harus
didasarkan pada penghormatan kepada perintah Allah dan pelaksanaan hukum-Nya, dan
tidak bertujuan meremehkan perintahNya. Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa
menyusui, dan diputuskan untuk menyusukan bayinya pada wanita lain, sehingga
haknya untuk mendapat ASI tetap tertunaikan.

ASI jaminan rizki untuk setiap bayi ” Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata
(Lauh mahfuzh)”. (Q.S Huud [11]: 6).

ASI dalam Al-Qur’an Dalam Keadaan Darurat hak bayi tetap dilindungi “ Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di
antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya .” (Q.S At Thalaq:6)

ASI dalam Al-Qur’an Investasi Dunia Akhirat ” Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu .” (Q.S. Luqman :14)

Ayat diatas mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, adalah perintah bagi seorang
ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun penuh. Kedua, perintah bagi anak untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya karena ibunya telah merawatnya siang dan
malam. Terdapat kewajiaban anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya, sementara
terdapat hak anak untuk diberi ASI selama 2 tahun penuh. Terdapat kewajiban ibu untuk
menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, sementara terdapat hak ibu agar anaknya
berbakti kepadanya.

C. Pendapat Pakar

1. Abd-Alda’em Al-Kheel

“Menurut pendapat Abd-Alda’em Al-Kheel banyak studi yang dilakukan di tiga puluh
negara menunjukkan ibu yang menyusui bayinya kurang terkena kanker payudara.
Rahim melebar dua puluh kali selama kehamilan dan melahirkan. Penelitian
menunjukkan menyusui bermanfaat untuk membantu rahim kembali ke ukuran normal.
Sebaliknya ibu yang tidak menyusui bayinya ukuran rahimnya tetap lebih dari batas
normal. Selain itu, menyusui juga melindungi dari kanker rahim. Penyusuan alami
membantu ibu untuk mengurangi berat badannya dan melindungi dirinya dari
kegemukan. Bahkan ia juga bekerja sebagai analgesik alami rasa sakit bagi ibu juga.
Penyusuan alami juga membantu ibu dan anak untuk tidur nyenyak.”

2. James W. Anderson

“Menurut James W. Anderson seorang ahli dari universitas Turkey membuktikan


bahwa IQ (tingkat kecerdasan) bayi yang diberi ASI lebih tinggi lima angka dari pada
bayi lainnya.Berdasarkan hasil penelitian ini ditetapkan bahwa ASI yang diberikan
hingga enam bulan bermanfaat bagi kecerdasan bayi, dan anak yang disusui kurang
dari delapan minggu tidak memberikan manfaat pada IQ.

D. Komentar Ulama

Imam Amirul Mu’minin Ali a.s. berkata yang artinya , “Tidak ada air susu yang lebih
berbarokah bagi anak bayi dari air susu ibunya sendiri.”

“Dengan menyusui, hubungan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak akan
semakin erat dan akan membuat anak merasa tenang dan aman”. (riwayat-riwayat
Ahlul bait a.s)

ASI merupakan makanan terpenting dan sumber kehidupan satu-satunya bagi bayi di
bulan-bulan pertama usianya.ASI terbaik untuk anak adalah air susu ibu karena dengan
menyusui terjadilah kontak cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak. Ibu adalah orang
yang paling mampu memberikan cinta dan kehangatan yang sesungguhnya kepada anak
dengan naluri keibuannya yang diberikan Allah kepadanya.

E. Sikap Tenaga Kesehatan

Sikap seorang tenaga kesehatan terhadap pentingnya pemberian ASI Ekslusif pada bayi
bisa dilakukan dengan memberikan pengarahan atau penyuluhan kepada ibu bahwa
pentingnya pemberian ASI Ekslusif pada bayi selama rentang usia 0-6 Bulan atau 0-2
Tahun. Dan menjelaskan pemberian ASI Ekslusif itu sangat penting bagi tumbuh
kembang bayi.Selain itu ASI Ekslusif berperan juga sebagai perkembangan otak bayi.
Dimana ASI seorang ibu akan menekan pertumbuhan sel-sel pada anak dan system
perkembangan pada bayi tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

Pandangan Islam

Manfaat ASI telah disebutkan dalam Al Quran, “Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (QS   Luqman: 14).

Dengan demikian, sejak 14 abad yang lalu masyarakat Muslim telah mengenal
pengetahuan akan manfaat ASI bagi kesehatan bayi. Perintah menyapih anak dalam dua
tahun relevan dengan temuan ilmiah tentang manfaat ASI. Misalnya dalam tulisan  Rex
D. Russell, “Design in Infant Nutrition” (http:// www. icr.org/pubs/imp-259.html).
Russell mengatakan bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh
amat bermanfaat.

Para ilmuwan dibidang kesehatan awal Abad 20 sepakat bahwa makanan sempurna


untuk bayi adalah air susu ibu. Riset selama setengah abad,  para ilmuwan menemukan
manfaat baru dari susu ibu bahwa ASI memberikan kekebalan tubuh terhadap berbagai
bakteri dan virus.  Para ilmuwan menemukan bahwa jumlah bakteri dalam usus bayi
yang diberi susu sapi adalah sepuluh kali lipat lebih banyak daripada yang ada dalam
usus bayi yang diberi susu ibu. Rekomendasi para ilmuwan tersebut kemudian diadopsi
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bagi masyarakat Islam, anjuran penggunaan
air susu ibu sudah diperintahkan Al-Qur’an empat belas abad yang lalu.

Air Susu Ibu (ASI) dan Keutamaannya Dalam al-Qur’an dan As-Sunnah

Alloh ‘azza wa jalla berfirman :

‫صي ُك ُم هَّللا ُ فِي أَوْ اَل ِد ُك ْم‬


ِ ‫يُو‬
“Alloh mewasiatkan kepada kalian tentang anak-anak kalian” [QS. an-Nisa' : 11]

Di antara tanggung jawab pertama orang tua ketika si buah hati lahir adalah
memberinya nafkah yang mencukupi kebutuhannya, mulai dari pakaian sampai
makanan. Dan al-Hamdulillah, di antara tanda kesempurnaan ciptaan Alloh
ta’alaadalah diciptakannya ASI bagi para wanita (bahkan hewan mamalia betina) yang
telah melahirkan sebagai makanan bagi anaknya. Dan menurut penelitian para Dokter
sekarang ini bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, bahkan bagi bayi yang lahir
premature.

Dan Kolostrum (ASI yang keluar di awal-awal setelah melahirkan, berwarna kekuning-
kuningan) menurut beberapa literatur merupakan “imunisasi alami” bagi bayi atau
sebagai obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.

Dan juga terdapat dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah tentang ASI dan menyusui
ini, sebagiannya akan kami bawakan berikut ini.

PERINTAH BAGI PARA IBU UNTUK MENYUSUI ANAKNYA

Alloh ‘azza wa jalla berfirman :

ُ‫و ِد لَه‬bbُ‫ا َعةَ َو َعلَى ْال َموْ ل‬b ‫َّض‬ َ ‫ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَي ِْن كَا ِملَ ْي ِن لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم الر‬ ِ ْ‫َات يُر‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ُ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ بِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُو ٌد لَه‬ َ ُ‫ُوف اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ إِاَّل ُو ْس َعهَا اَل ت‬ ِ ‫ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫اض ِم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل ُجن‬
‫َاح َعلَ ْي ِه َما‬ ٍ ‫صااًل ع َْن تَ َر‬ َ ِ‫ك فَإ ِ ْن أَ َرادَا ف‬
َ ِ‫ث ِم ْث ُل َذل‬ ِ ‫بِ َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال َو‬
ِ ‫ار‬
َ ‫وا هَّللا‬bbُ‫ُوف َواتَّق‬ِ ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آَتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫ضعُوا أَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬ ِ ْ‫َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh :
233]

Lafadz ayat : [‫ ْعنَ أَوْ اَل َده ُّن‬b‫ض‬ ُ ‫د‬bِ‫ َو ْال َوال‬...َ], bentuknya adalah khobar (pengabaran) tapi
ِ ْ‫َات يُر‬
bermakna perintah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mandzur dalam Lisanul
Arob (8/125), as-Sa’di dalam tafsirnya (hal. 103), dll.

Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya (1/633) : “Ini merupakan petunjuk dari
Alloh ta’ala kepada para ibu agar mereka menyusui anak-anaknya dengan penyusuan
yang sempurna yaitu 2 tahun, maka tidak dianggap sebagai ‘menyusu’ jika lebih dari
َ ‫“ ]لِ َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم الر‬yaitu bagi yang ingin
itu. Oleh karena itu Alloh berfirman : [ َ‫ا َعة‬b‫َّض‬
menyempurnakan penyusuan“, dan kebanyakan para imam berpendapat bahwa
persusuan tidaklah menjadikan mahrom kecuali jika usia yang disusui masih di bawah 2
tahun, sehingga jika seorang anak menyusu sedangkan umurnya sudah lebih dari 2
tahun maka hal itu tidak menjadikannya mahrom.” –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-

PEMBERIAN ASI SECARA SEMPURNA SAMPAI DISAPIH MERUPAKAN


JASA KEDUA ORANG TUA

Alloh ta’ala berfirman :

‫ ُكرْ لِي‬b ‫اش‬ َ ِ‫هُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬b ‫ ِه َح َملَ ْت‬b ‫انَ بِ َوالِ َد ْي‬b ‫ ْينَا اإْل ِ ْن َس‬b ‫ص‬
ْ ‫الُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن‬b ‫ص‬ َّ ‫َو َو‬
ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫ك إِل‬
َ ‫َولِ َوالِ َد ْي‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
danmenyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [QS Luqman : 14]

َ‫ون‬bbُ‫الُهُ ثَاَل ث‬b‫ص‬ َ ‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو‬
َ ِ‫هُ َوف‬bُ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا َو َح ْمل‬ َّ ‫َو َو‬
ْ َ
َ‫ك التِي أن َع ْمت‬ َّ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ً َ َ ُ َ
َ َ‫ك َر نِ ْع َمت‬b‫نَة قَا َل َربِّ أوْ ِزعنِي أن أش‬b‫َش ْهرًا َحتى إِذا بَل َغ أشدهُ َوبَل َغ أرْ بَ ِعينَ َس‬
َّ َ َ َّ
َ‫ك َوإِنِّي ِمن‬ ُ ‫ضاهُ َوأَصْ لِحْ لِي فِي ُذ ِّريَّتِي إِنِّي تُب‬
َ ‫ْت إِلَ ْي‬ َ ْ‫صالِحًا تَر‬ َ ‫ي َوأَ ْن أَ ْع َم َل‬ َّ ‫ي َو َعلَى َوالِ َد‬ َّ َ‫َعل‬
َ‫ْال ُم ْسلِ ِمين‬
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
“Wahai Robb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” [QS al-Ahqof : 15]

Faidah :

Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (7/280): “Dan ‘Ali rodhiyallohu anhu
telah berdalil dengan ayat ini bersama ayat dalam surat Luqman :

‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن‬


َ ِ‫َوف‬
“…dan menyapihnya dalam dua tahun…” [QS luqman : 14]

Dan juga firman Alloh :

‫ن‬ ‫ي‬َ ‫مل‬ ‫ا‬َ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ي‬َ ‫حوْل‬ ‫ن‬ ُ ‫ه‬ ‫د‬‫ال‬ ‫و‬َ ‫والْوالِدات يرضعن أ‬
ِ ْ ِ ِ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ِ ُْ ُ َ َ َ
‫ة‬
َ َ‫ضاع‬ َ َ ‫لِم‬
َ ‫الر‬ َّ ‫م‬ َّ ِ ‫ن يُت‬
ْ ‫ن أ َراد َ أ‬
ْ َ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan” [QS al-Baqoroh : 233]

Bahwa lama kehamilan minimal adalah 6 bulan, dan ini adalah istimbath yang kuat dan
shohih. Dan ‘Utsman dan sekelompok shohabat menyepakati pendapatnya tersebut,
radhiyallohu anhum. –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-

Dan al-Hafidz Ibnu Katsir juga membawakan tafsir ayat ini dari Ibnu
‘Abbasrodhiyallohu anhuma dari riwayat Ibnu Abi Hatim. Beliau berkata (7/280):
Berkata Ibnu Abi Hatim:

Haddatsana Ayahku (Abu Hatim, pent), Haddatsana Farwah bin Abil Maghro’,
haddatsana Ali bin Mishar, dari Dawud bin Abi hind, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia
berkata : “Jika seorang wanita melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan, maka cukup
bagi anaknya menyusu selama 21 bulan. Jika ia melahirkan pada usia kehamilan 7
bulan, maka cukup bagi anaknya menyusu selama 23 bulan. Dan jika ia melahirkan
pada usia kehamilan 6 bulan, maka 2 tahun penuh. Karena Alloh ta’alaberfirman :

‫صالُهُ ثَالثُونَ َش ْهرًا‬


َ ِ‫َو َح ْملُهُ َوف‬
“Dan mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” [QS. Al-Ahqof :
15] –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-

DIBOLEHKANNYA MENCARI IBU SUSUAN UNTUK MEMBERIKAN ASI


KEPADA BAYI

ِ ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َما آَتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫وا هَّللا‬bbُ‫ُوف َواتَّق‬ َ ‫ضعُوا أَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬
ِ ْ‫َوإِ ْن أَ َر ْدتُ ْم أَ ْن تَ ْستَر‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-
Baqoroh : 233]

‫ت َح ْم ٍل‬ ِ ‫ضيِّقُوا َعلَ ْي ِه َّن َوإِ ْن ُك َّن أُواَل‬ ُ ‫أَ ْس ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬
َ ُ‫ْث َس َك ْنتُ ْم ِم ْن ُوجْ ِد ُك ْم َواَل ت‬
َ ُ‫ضارُّوه َُّن لِت‬
‫ رُوا بَ ْينَ ُك ْم‬bb‫وره َُّن َو ْأتَ ِم‬bbُ
َ ‫ ْعنَ لَ ُك ْم فَآَتُوه َُّن أُج‬bb‫ض‬ َ ْ‫ ْعنَ َح ْملَه َُّن فَإ ِ ْن أَر‬bb‫ض‬
َ َ‫فَأ َ ْنفِقُوا َعلَ ْي ِه َّن َحتَّى ي‬
‫ض ُع لَهُ أُ ْخ َرى‬ ِ ْ‫ُوف َوإِ ْن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬
ٍ ‫بِ َم ْعر‬
“Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah dicerai) itu sedang hamil, maka berikanlah
kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu
menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.“[QS
ath-Tholaq : 6]

Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir (8/153) :

‫ل إلى‬bb‫ فطلبت المرأة أجرة الرضاع كثي ًرا ولم يجبها الرج‬،‫ وإن اختلف الرجل والمرأة‬:‫أي‬
‫ا‬bb‫يت األم بم‬bb‫و رض‬bb‫ا فل‬bb‫ه غيره‬b‫ع ل‬bb‫ فليسترض‬،‫ه‬bb‫ه علي‬bb‫ل قليال ولم توافق‬b‫ أو بذل الرج‬،‫ذلك‬
‫استؤجرت عليه األجنبية فهي أحق بولدها‬.
“Yakni : jika seorang laki-laki berselisih dengan seorang wanita (istri yang dicerai yang
sudah melahirkan bayi, pent), lalu wanita itu meminta upah penyusuan yang banyak dan
laki-laki itu tidak setuju dengan itu, atau laki-laki tersebut cuma mau mengeluarkan
sedikit upah dan wanita tersebut tidak setuju dengannya, maka hendaknya laki-laki
tersebut mencari wanita lain yang mau menyusui bayinya selain wanita tadi. Seandainya
ibu bayi tersebut telah ridho (untuk menyusui anaknya) dengan besar upah yang
diberikan kepada wanita lain itu, maka ia lebih berhak terhadap anaknya.”

Dan di sini tidak disebut ataupun disindir sama sekali tentang susu-susu lain selain ASI
jika ibu bayi tersebut tidak bisa menyusuinya, akan tetapi yang disebutkan adalah ASI
dari ibu susu sebagai pengganti ASI ibu bayi tersebut. Ini menandakan ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi.

Dan ayat-ayat di atas juga merupakan dalil tentang bolehnya ibu susu mengambil upah
atas persusuannya.

KISAH NABI MUSA

ُ‫ت يَ ْكفُلُونَهُ لَ ُك ْم َوهُ ْم لَه‬ ٍ ‫ ِل بَ ْي‬b ‫ت هَلْ أَدُلُّ ُك ْم َعلَى أَ ْه‬ ْ َ‫ ُل فَقَال‬b ‫ َع ِم ْن قَ ْب‬b ‫اض‬ِ ‫ ِه ْال َم َر‬b ‫َو َح َّر ْمنَا َعلَ ْي‬
ٌّ َ‫ َد هَّللا ِ ح‬b‫صحُونَ فَ َر َد ْدنَاهُ ِإلَى أُ ِّم ِه َك ْي تَقَ َّر َع ْينُهَا َوال تَحْ َزنَ َولِتَ ْعلَ َم أَ َّن َو ْع‬
‫ق َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َرهُ ْم‬ ِ ‫نَا‬
َ‫ال يَ ْعلَ ُمون‬
“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau
menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara perempuan Musa: “Maukah
kamu aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan
mereka dapat berlaku baik kepadanya?” Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya,
supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji
Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.“[QS al-
Qoshosh : 12-13]

FAIDAH DARI KISAH WANITA AL-GHOMIDIYYAH


Dalam kisah wanita al-Ghomidiyyah yang mengaku berzina dan minta dirajam terdapat
faidah tentang pentingnya menyusui bagi anak. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
menunda hukuman rajamnya sampai ia melahirkan dan menyapih anaknya. Kami
nukilkan kisahnya secara ringkas dari hadits Buroidah rodhiyallohu anhu:

ْ ‫ل اللَّهِ إِنِّي قَد‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ت يَا َر‬ ْ َ ‫ة فَقَال‬ ُ َّ ‫مدِي‬ ِ ‫َت الْغَا‬ْ ‫ج اء‬ َ َ‫ف‬
‫ت‬ ْ َ ‫ن الْغَد ُ قَال‬ َ ‫ما كَا‬ َّ َ ‫ه َردَّهَا فَل‬ ُ َّ ‫ت فَطَهِّ ْرنِي وَإِن‬ ُ ْ ‫َزنَي‬
َ َ َّ ‫ل اللَّه لِم تردنِي لَعل‬
َ َ ‫ن ت َ ُردَّنِي ك‬
‫ما‬ ْ ‫كأ‬ َ ُّ ُ َ َ ِ َ ‫سو‬ ُ ‫يَا َر‬
‫ما اَل‬ َّ ِ ‫ل إ‬َ ‫حبْلَى قَا‬ ُ َ ‫ع ًزا فَوَاللَّهِ إِنِّي ل‬ ِ ‫ما‬
َ ‫ت‬ َ ْ ‫َردَد‬
َ
‫ي‬ِّ ِ ‫صب‬ َّ ‫ه بِال‬ ُ ْ ‫ت أتَت‬ ْ َ ‫ما وَلَد‬ َّ َ ‫حتَّى تَلِدِي فَل‬ َ ‫فَاذْهَبِي‬
‫ل اذْهَبِي‬ َ ‫ه قَا‬ ُ ُ ‫ت هَذ َا قَد ْ وَلَدْت‬ ْ َ ‫خ ْرقَةٍ قَال‬ ِ ‫فِي‬
‫ه‬ َ ‫فَأَرضعِيه حتى ت ْفطميه فَلَما فَطَمت‬
ُ ْ ‫ه أتَت‬ ُ ْ َ َّ ِ ِ ِ َ َّ َ ِ ِ ْ
‫ي‬
َّ ِ ‫ت هَذ َا يَا نَب‬ ْ َ ‫س َرةُ خُبْزٍ فَقَال‬ ْ ِ ‫ي فِي يَدِهِ ك‬ ِّ ِ ‫صب‬ َّ ‫بِال‬
َ
‫ي‬
ُّ ِ ‫صب‬ َّ ‫م فَدُفِعَ ال‬ َ ‫ل الطَّعَا‬ َ َ ‫ه وَقَد ْ أك‬ ُ ُ ‫مت‬ْ َ ‫اللَّهِ قَد ْ فَط‬
‫ح ِف َر لَهَا‬ َ ُ ‫إلَى رجل من الْمسلِمين ث‬
ُ َ‫م َر بِهَا ف‬ َ ‫مأ‬ َّ َ ِ ْ ُ ْ ِ ٍ ُ َ ِ
‫موهَا‬ َ َ َ
ُ ‫ج‬ َ ‫س ف َر‬ َ ‫م َر النَّا‬ َ ‫صدْرِهَا وَأ‬ َ ‫إِلى‬
“Lalu datang seorang wanita al-Ghomidiyyah, ia berkata : “wahai Rosululloh, aku telah
berzina, maka sucikanlah aku!” Dan Rosululloh menolaknya. Ketika keesokan harinya,
wanita itu berkata : “Wahai Rosululloh, mengapa engkau menolakku? Mungkin engkau
menolakku sebagaimana engkau telah menolak Ma’iz, maka demi Alloh aku ini hamil!”
Rosululloh berkata : “Tidak, pergilah sampai engkau melahirkan.” Ketika ia sudah
melahirkan, ia mendatangi Rosululloh dengan membawa bayinya pada sebuah kain, ia
berkata : “Ini aku sudah melahirkan.” Rosululloh berkata : “Pergilah dan susuilah ia
sampai engkau menyapihnya!” Ketika ia telah menyapihnya, ia mendatangi Rosululloh
dengan bayinya yang membawa remukan roti di tangannya, maka ia berkata : “Ini wahai
Nabi Alloh, aku sudah menyapihnya dan ia sudah makan makanan.” Maka anak itu
diserahkan kepada seseorang dari kaum muslimin, kemudian beliau memerintahkan untuk
merajamnya, maka digalikan untuknya lubang sedalam dadanya lalu beliau memerintahkan
orang-orang, kemudian mereka merajamnya.”

[HR. Muslim no. 1695, Abu Dawud no. 4442, Ahmad no. 22999, Ibnu Abi Syaibah no.
28809, dll dari jalan Abdulloh bin Buroidah, dari Buroidah]

Dalam riwayat lain Rosululloh berkata :

‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ‫ه‬ ُ َ‫س ل‬َ ْ ‫يرا لَي‬
ً ِ ‫صغ‬ َ ‫مهَا وَنَدَعُ وَلَدَهَا‬ ُ ‫إِذ ًا اَل ن َ ْر‬
ُ ‫ج‬
َ
َّ َ ‫ل إِل‬
‫ي‬ َ ‫صارِ فَقَا‬ َ ْ ‫ن اأْل ن‬
ْ ‫م‬ِ ‫ل‬ٌ ‫ج‬ ُ ‫م َر‬ َ ‫ه فَقَا‬ ُ ُ ‫ضع‬
ِ ‫ي ُ ْر‬
‫مهَا‬
َ ‫ج‬ َ ‫ل فَ َر‬َ ‫ي اللَّهِ قَا‬َّ ِ ‫ه يَا نَب‬ُ ُ‫ضاع‬ َ ‫َر‬
“Kalau begitu kita tidak bisa merajamnya sedangkan kita biarkan anaknya yang masih kecil
tanpa ada yang menyusuinya.” Lalu bangkit seorang dari Anshor, ia berkata : “aku yang
akan menanggung persusuannya wahai Nabi Alloh.” Buroidah berkata : lalu wanita itu
dirajam.
[HR. Muslim no. 1695 dari jalan Sulaiman bin Buroidah, dari Buroidah]

Al-Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh Muslim (11/202) : “Dan Ketahuilah! Bahwa
madzhab asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, dan yang masyhur dari madzhab Malik : bahwa
seorang wanita boleh tidak dirajam sampai didapatkan orang lain yang menyusui bayinya,
dan jika tidak didapatkan maka wanita itu sendiri yang menyusuinya sampai disapih, baru
kemudian dirajam.”

Seandainya menyusui bayi dengan ASI adalah perkara yang sepele atau tidak
penting bagi bayi tersebut, tentu Rosulullohshollallohu alaihi wa sallamt idak akan
menunda hukum rajam tersebut.

PERSUSUAN MENJADIKAN MAHROM

Dalam hadits ‘Aisyah :

َ
َ ‫م كَا‬
‫ن‬ َْ َّ ‫سل‬ َ ‫ه عَلَيْهِ َو‬ ُ َّ ‫صلَّى الل‬ َ ِ‫ل اللَّه‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ن َر‬ َّ ‫أ‬
‫ن فِي‬ َ
ُ ِ‫ستَأذ‬ ْ َ‫ل ي‬ ٍ ‫ج‬ ُ ‫ت َر‬ َ ْ ‫صو‬ َ ‫ت‬ ْ َ ‫مع‬ ِ ‫س‬ َ ‫عنْدَهَا َوأنَّهَا‬ ِ
‫ل اللَّهِ هَذ َا‬ َ ‫سو‬ ُ ‫ت يَا َر‬ ُ ْ ‫ت فَقُل‬ ْ َ ‫ة قَال‬ َ ‫ص‬ َ ‫ح ْف‬ َ ‫ت‬ ِ ْ ‫بَي‬
ْ
ُ َّ ‫صلَّى الل‬
‫ه‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ ‫ل النَّب‬ َ ‫ك فَقَا‬ َ ِ ‫ن فِي بَيْت‬ ُ ِ‫ستَأذ‬ ْ َ‫ل ي‬ ٌ ‫ج‬ ُ ‫َر‬
ُ
‫ن‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ة‬ َ ‫ص‬َ ‫ح ْف‬ َ ‫م‬ ِّ َ‫م أ َراهُ فُاَل نًا لِع‬ َ َّ ‫سل‬ َ َ‫عَلَيْهِ و‬
‫مهَا‬ ِّ َ‫حيًّا لِع‬
َ ‫ن‬ ٌ ‫ن فُاَل‬ َ ‫ة لَوْ كَا‬ ُ َ‫ت عَائِش‬ ْ َ ‫ضاعَةِ قَال‬ َ ‫الر‬ َّ
‫ة‬
ُ َ‫ضاع‬ َ ‫الر‬َّ ‫م‬ ْ َ‫ل نَع‬ َ ‫ي فَقَا‬ َ
َّ ‫ل عَل‬ َ ‫خ‬ َ َ ‫ضاعَةِ د‬ َ ‫الر‬ َّ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ
ُ‫م الْوِاَل دَة‬ ُ ‫ح ِّر‬
َ ُ ‫ما ت‬ َ ‫م‬ ُ ‫ح ِّر‬ َ ُ‫ت‬
Ketika Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam berada di rumahnya, ia (Aisyah) mendengar
suara laki-laki minta izin (untuk masuk) di rumah Hafshoh. Aisyah berkata : lalu aku
katakan : “wahai Rosululloh, laki-laki ini minta izin di rumahmu” Nabi shollallohu alaihi wa
sallam berkata : “aku melihat ia adalah si Fulan, paman susunya Hafshoh” Aisyah berkata :
“seandainya si Fulan masih hidup (paman susunya Aisyah) ia boleh masuk menemuiku?”
Rosululloh berkata : “ya, persusuan menjadikan mahrom sebagaimana seseorang menjadi
mahrom karena sebab kelahiran.”

[HR. al-Bukhori no. 2503, 2938 & 4811, Muslim no. 1444, dll]

ASI MENUMBUHKAN TULANG DAN DAGING

Ibnu Mas’ud rodhiyallohu anhu berkata :

‫الرضاع إال ما شد العظم وأنبت اللحم‬


“Tidaklah dikatakan persusuan kecuali apa-apa yang menguatkan tulangdan
menumbuhkan daging.”
[HR. Abu Dawud no. 2059, dishohihkan al-Albani (yakni secara mauqufdengan
syawahid-nya pada riwayat Ahmad, ad-Daruquthni dan al-Baihaqi)]

ASALNYA WANITA ADALAH DI RUMAH

Allah berfirman :

‫َوقَرْ نَ فِي بُيُوتِ ُك َّن َواَل تَبَرَّجْ نَ تَبَرُّ َج ْال َجا ِهلِيَّ ِة اأْل ُولَى‬
“Tetaplah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian berhias
sebagaimana orang-orang jahiliyyah dahulu berhias” [QS. al-Ahzab : 33]

Salah satu hikmah dari perintah ini adalah agar mereka dapat menyusui anak-anaknya
dengan sempurna. Berbeda dengan para wanita karir yang sibuk bekerja di luar rumah,
sehingga kebanyakan anak-anak mereka menyusu dengan susu formula.

Dari Ibnu Umar rodhiyallohu anhuma, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallambersabda


:

‫ ُل‬bُ‫ئُو ٌل َع ْنهُ ْم َوال َّرج‬b‫ َو َم ْس‬bُ‫اع َوه‬ ٍ ‫اس َر‬ ِ َّ‫ ِه فَاأْل َ ِمي ُر الَّ ِذي َعلَى الن‬bِ‫اع فَ َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّت‬ ٍ ‫ُكلُّ ُك ْم َر‬
ِ ‫اع َعلَى أَ ْه ِل بَ ْيتِ ِه َوهُ َو َم ْسئُو ٌل َع ْنهُ ْم َو ْال َمرْ أَةُ َرا ِعيَةٌ َعلَى بَ ْي‬
ٌ‫ئُولَة‬b ‫ت بَ ْعلِهَا َو َولَ ِد ِه َو ِه َي َم ْس‬ ٍ ‫َر‬
ْ ُ ُ ُّ
‫اع َوكلك ْم َم ْسئو ٌل عَن َر ِعيَّتِ ِه‬ ُ ُ ُّ ُ َ ‫اَل‬َ ْ ُ
ٍ ‫اع َعلى َما ِل َسيِّ ِد ِه َوهُ َو َم ْسئو ٌل َعنهُ أ فكلك ْم َر‬ َ ْ
ٍ ‫َع ْنهُ ْم َوال َع ْب ُد َر‬
“Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah, maka setiap kalian
akan ditanya tentang amanahnya. Seorang amir (pemimpin suatu negri, pent) yang
memimpin manusia adalah orang yang diberi amanah, dan ia akan ditanya tentang
mereka. Dan seorang laki-laki adalah orang yang diberi amanah terhadap keluarganya,
dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan seorang wanita adalah orang yang diberi
amanah terhadap rumah dan anak suaminya, dan ia akan ditanya tentang mereka. Dan
seorang budak adalah orang yang diberi amanah terhadap harta majikannya, dan ia akan
ditanya tentangnya. Ketahuilah! Setiap dari kalian adalah orang yang diberi amanah,
maka setiap kalian akan ditanya tentang amanahnya.” [HR. al-Bukhori no. 2416,
Muslim no. 1829, dll]

Kata [‫اع‬
ٍ ‫]ر‬ َ dalam hadits di atas biasanya diterjemahkan “pemimpin”, akan tetapi kami
terjemahkan dengan “orang yang diberi amanah” karena arti [‫اع‬ ٍ ‫ ] َر‬dalam hadits ini
ٌ َ ْ ٌ
adalah [‫ ]حافِظ ُمؤت َمن‬/ “penjaga yang diberi amanah“, sebagaimana dijelaskan dalam an-
Nihayah fi Ghoribil Atsar (2/581) dan Lisanul Arob (14/325).

IBROHIM PUN MENYEMPURNAKAN PERSUSUANNYA DI SURGA


Ibrohim di sini adalah anak Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam dari Mariyyah al-
Qibthiyyah yang meninggal ketika masih bayi.

Dari al-Barro’ rodhiyallohu anhu:

‫ضعًا فِي ْال َجنَّة‬


ِ ْ‫ إِ َّن لَهُ ُمر‬: ‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫لَ َّما َماتَ إِب َْرا ِهيم قَا َل النَّبِ ّي‬
Ketika Ibrohim meninggal, Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda : “Ia memiliki
ibu susu di surga.”

[HR. al-Bukhori no. 1316, 3082 & 5842, dll]

Dalam lafadz lainnya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda :

‫ضا َعهُ فِ ْي ْال َجنَّ ِة‬ ِ ْ‫إِ َّن لَهُ ُمر‬


َ ‫ضعًا يُتِ ُّم َر‬
“Ia memiliki ibu susu yang menyempurnakan persusuannya di surga.”

[HR. Ahmad no. 18647 & 18727]

Ibnu Hajar dalam al-Fath (10/579) berkata :

َ ‫ ْهرًا أَوْ ثَ َمانِيَة ع‬b‫ َر َش‬b‫َش‬


، ‫ْن‬bِ ‫رِّ َوايَتَي‬bb‫ ْهرًا َعلَى اِ ْختِاَل ف ال‬b‫ َر َش‬b‫َش‬ َ ‫أِل َنَّهُ لَ َّما َماتَ َكانَ اِبْن ِستَّة ع‬
‫َاش َس ْب ِعينَ يَوْ ًما‬َ ‫َوقِي َل إِنَّ َما ع‬
“…karena ia (Ibrohim) ketika meninggal adalah pada usia 16 bulan atau 18 bulan
dengan adanya khilaf antara dua riwayat, dan dikatakan bahwa ia hanya hidup selama
70 hari.”

Akan tetapi, kami belum menemukan pendapat para ‘ulama tentang masalah apakah
menyempurnakan persusuan di surga ini khusus bagi Ibrohim saja ataukah juga berlaku
bagi bayi-bayi lainnya yang meninggal sebelum disapih? Wallohu A’lam.

RUKHSHOH BAGI IBU YANG MENYUSUI UNTUK MENINGGALKAN


PUASA

Terdapat rukhshoh (keringanan) dalam syari’at bagi para ibu yang sedang menyusui
untuk meninggalkan puasa Romadhon dengan membayar fidyah sebagai gantinya (dan
masalah mengganti puasa ini ada khilaf dan bukan sekarang waktu untuk
membahasnya). Hal ini disebabkan adanya masyaqqoh (kesulitan) untuk menyusui
sambil berpuasa, dimana ibu menyusui butuh untuk minum dan makan yang mencukupi
agar dirinya tetap kuat menyusui dan juga agar produksi ASI tetap lancar. Hal ini juga
menunjukkan pentingnya menyusui anak dengan ASI. Karena seandainya tidak penting,
bisa saja syari’at menentukan ibu menyusui tetap wajib berpuasa dan bayinya diberi
minum dari susu-susu lain seperti susu sapi, dll. Sebagaimana dalam sebuah
Mandhumah (syair):

‫الدين جاء لسعادة البشر **** والنتفاء الشر عنهم والضرر‬


Ad-Diin datang untuk kemashlahatan manusia

………. Dan untuk menolak keburukan dan madhorot dari mereka

Dari Anas bin Malik al-Ka’bi rodhiyallohu anhu, ia berkata :

‫لَّ َم‬b‫ ِه َو َس‬b‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬b‫ص‬


َ ِ ‫ول هَّللا‬
َ b‫ْت َر ُس‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأَتَي‬ َ ِ ‫ت َعلَ ْينَا َخ ْي ُل َرسُو ِل هَّللا‬ ْ ‫أَغَا َر‬
‫يَ ِام إِ َّن‬b‫الص‬ِّ ْ‫وْ ِم أَو‬b‫الص‬
َّ ‫ك ع َْن‬ َ ‫ائِ ٌم فَقَا َل ادْنُ أُحَ د ِّْث‬b‫ص‬ َ ‫ت إِنِّي‬ ُ ‫فَ َو َج ْدتُهُ يَتَ َغ َّدى فَقَا َل ادْنُ فَ ُكلْ فَقُ ْل‬
ْ‫وْ َم أَو‬b ‫الص‬
َّ ‫ ِع‬b ‫ض‬ ِ ْ‫ ِل أَوْ ْال ُمر‬b‫صاَل ِة َوع َْن ْال َحا ِم‬ َّ ‫ط َر ال‬ ْ ‫ض َع ع َْن ْال ُم َسافِ ِر الصَّوْ َم َو َش‬ َ ‫هَّللا َ تَ َعالَى َو‬
‫ي أَ ْن اَل‬b ‫فَ نَ ْف ِس‬bb‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِك ْلتَ ْي ِه َما أَوْ إِحْ دَاهُ َما فَيَا لَ ْه‬ َ ‫صيَا َم َوهَّللا ِ لَقَ ْد قَالَهُ َما النَّبِ ُّي‬
ِّ ‫ال‬
َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم‬ َّ َ ْ ُ
َ ‫أكونَ ط ِع ْمت ِمن ط َع ِام النبِ ِّي‬ َ ُ َ

Kuda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam lari kepada kami, lalu aku datangi
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam, aku mendapatinya sedang makan pagi, beliau
berkata : “Mendekat dan makanlah!” Aku katakan : “aku sedang puasa”, lalu beliau
berkata : “mendekatlah, aku akan mengabarkan kepadamu tentang puasa, sesungguhnya
Alloh ta’ala telah menggugurkan puasa dan setengah sholat bagi musafir, dan juga
puasa bagi wanita hamil atau menyusui.” (Anas berkata) Demi Alloh! beliau telah
mengucapkan keduanya atau salah satunya, aduhai sesalnya diriku tidak makan
makanannya Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam.

[HR. at-Tirmidzi no. 715, Abu Dawud no. 2408, an-Nasa'i no. 2276, dll. Dishohihkan
al-Albani dalam Shohih Abi Dawud no. 2107]

MENYUSUI SETELAH ANAK BERUSIA LEBIH DARI 2 TAHUN

Menyusui yang sempurna adalah sampai anak berusia 2 tahun sebagaimana dalam al-
Baqoroh ayat 233, atau 30 bulan sejak masa kehamilan sebagaimana dalam al-Ahqof
ayat 15, dan inilah yang utama.

Al-Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf-nya meriwayatkan perkataan seorang


tabi’in:

‫حدثنا بن مهدي وأبو أسامة عن سفيان عن األعمش عن إبراهيم أن علقمة مر بامرأة وهي‬
‫ترضع صبيا لها بعد الحولين فقال ال ترضعيه بعد ذلك‬
Haddatsana Ibnu Mahdi dan Abu Usamah, dari Sufyan, dari al-A’masy, dari Ibrohim,
bahwa Alqomah berjalan melewati seorang wanita yang sedang menyusui bayinya
setelah 2 tahun, maka ia berkata: “Jangan kamu susui ia setelah itu”. [Mushonnaf Ibni
Abi Syaibah no. 17060]

Alqomah di sini adalah Alqomah bin Qois an-Nakho’i, salah seorang murid senior
Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu anhu.

Perkataan beliau ini bukanlah pengharaman tapi merupakan nasihat agar tidak menyusui
lebih dari 2 tahun, karena itu yang lebih utama.

Adapun jika menyusui lebih dari itu maka boleh karena tidak ada dalil yang melarang,
sebagaimana dalam difatwakan oleh syaikh Muqbil dalam kitab Fatawa al-Mar’ah al-
Muslimah lil Imam al-Wadi’iy rohimahullohu ta’ala halaman 238, berikut ini
terjemahannya:

Pertanyaan :

Bolehkah bagi wanita menyusui anaknya setelah lebih dari 2 tahun?

Jawaban :

Aku tidak mengetahui larangan dalam hal ini. Adapun firman Alloh ta’ala :

َ ‫ض ْعنَ أَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَ ْي ِن ِل َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم ال َّر‬
َ‫ضا َعة‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ ْ‫َات يُر‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.” [QS. Al-Baqoroh : 233]

Maka ini kebanyakannya (orang-orang dalam menyapih bayinya, pent) dan inilah yang
utama. Akan tetapi jika seorang bayi tersebut tidak mau berhenti dan ingin menambah
dalam menyusu satu bulan, dua bulan atau tiga bulan, maka aku tidak mengetahui
adanya larangan

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak harus mendapatkan Air susu Ibunya jika hal tersebut tidak memungkinkan,
dianjurkan untuk mencari ibu susu mukmin dan sehat lahir dan batin. Namun bila ibu
susu dengan kriteria tersebut tidak didapatkan, kita diperbolehkan untuk mengambil ibu
susu yang tidak beragama (agama islam) dengan syarat melarangnya meminum-
minuman keras dan memakan atau meminum segala sesuatu yang dapat
membahagiakan kaselamatan anak .kestabilan mental dan emosional ibu dan kesehatan
jasmaninya haruslah diperhatikan. Selain itu, untuk mendapatkan air susu dalam jumlah
yang banyak dan berkrealitas tinggi, dianjurkan agar ibu memakan makanan yang
mengandung banyak gizi karena hal itu sangat penting untuk pertumbuhan fisik dan
psikis anak.

B. SARAN

Disarankan kepada Ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya secara
ekslusif. Karena selain dianjurkan oleh medis untuk kesehatan Ibu dan bayi, juga
dianjurkan dalam agama islam

DAFTAR PUSTAKA
Parentingislami.wordpress.com Ilustrasi: majalah.hidayatullah.com

Sunardi. Ayah Beri Aku ASI. Aqwamedika. Solo : 2008

http://ummushofi.wordpress.com/2010/03/14/air-susu-ibu-asi-dan-keutamaannya-
dalam-al-quran-dan-as-sunnah/

Http:// Google_Asi Menurut Pandangan Agama Islam.com

Anda mungkin juga menyukai