Anda di halaman 1dari 4

Dampak perikanan tangkap di laut arafura akibat alih muat ikan

1. Letak
 Laut arafura terletak di wilayah paling timur Indonesia yang berbatasan dengan Selat Torres di
sebelah timur, Teluk Carpentaria di sebelah selatan, Laut Timor di sebelah barat, serta Laut Banda di
sebelah utara. Laut Arafura termasuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia (WPPNRI) 718 meliputi Laut Aru dan Laut Timor bagian timur sebagai salah satu dari sebelas
WPPNRI seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2014
(Permen-KP Nomor 18, 2014). Luas laut arafura sekitar 143,5 ribu km persegi. 

Laut Arafura merupakan salah satu perairan tersubur di dunia, sehingga sumberdaya
perikanan di perairan ini tergolong melimpah, terutama udang dan ikan demersal. Secara keseluruhan,
wilayah Laut Arafuru merupakan laut yang subur dan sangat potensial sebagai daerah penangkapan
ikan. Perairan Laut Arafuru yang berhubungan dengan Laut Timor dan Laut Banda, menyebabkan
terjadinya percampuran (mixing) antara massa air tawar yang berasal dari daratan Papua dengan Laut
Arafuru. Proses penyuburan secara periodik terjadi oleh proses umbalan air (upwelling) dan
penyegaran yang terus menerus dari Samudera Pasifik melalui mekanisme Arus Lintas Indonesia. 

2. Potensi
Laut arafuru memiliki struktur geografis dengan kedalaman lautnya tidak lebih dari 100m.
Perairan ini memiliki kedalaman berkisar antara 5 – 60 m atau rata-rata 30 m, dimana karakteristik ini
dipengaruhi oleh struktur dan massa jenis air laut dari perairan sekitarnya. Hal ini menjadikan laur
arafuru menjadi laut yang memiliki potensi tinggi. Potensi perikanan yang besar di perairan Laut
Arafuru tidak lepas dari melimpahnya habitat ekosistem yang tersebar di sepanjang pantai dan laut
Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Jenis biota laut yang menjadi komoditas utama di laut arafuru ini
seperti ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, udang udanagn atau krustasea dan ikan demersal.
Berdasarkan data dari pemerintah kabupaten asmat yang memiliki daerah wilayah
pengelolaan laut arafyry – laut timor (wpp 718) tentang potensi sumberdaya perikanan di laut, dalam
hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Keputusan Menteri (KEPMEN) Nomor 45 Tahun
2011 telah memetakan potensi sumberdaya ikan di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPP-NRI). Total potensi sumberdaya ikan (SDI) di WPP 718 adalah sebesar
855,5 ribu ton per tahun terdiri atas potensi ikan pelagis besar sebesar 50,9 ribu ton per tahun, ikan
pelagis kecil sebesar 468,7 ribu ton per tahun, ikan demersal sebesar 284,7 ribu ton per tahun, udang
penaeid sebesar 44.700 ton per tahun, ikan karang konsumsi sebesar 3.100 ton per tahun, lobster
sebesar 100 ton per tahun, dan cumi-cumi sebesar 3.400 ton per tahun.

1. Ikan pelagis kecil


Jenis :

Ikan Pelagis Kecil Jenis Ikan Kelompok ikan pelagis kecil yang dominan dan mempunyai nilai
ekonomis terutama dari famili Clupeidae (spesies Sardinella gibbosa. dan Anadontostoma
chacunda), Carangidae (spesies Decapterus spp., Selaroides leptoilepis), Engraulidae (spesies
Stolephorus spp., Polynemus spp.), Scombridae (spesies Rastrelliger brachysoma) dan ikan terbang,
famili Excocoetidae (Hirundichthys oxycepalus)

Alat tangkap :
alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil di Laut
Arafura adalah pukat cincin, jaring kembung, jaring insang hanyut dan bagan (apung/perahu) serta
pakkaja untuk pengumpul telur ikan terbang.

2. Ikan pelagis besar


Jenis :
Jenis-jenis ikan pelagis besar yang penting di perairan Laut Arafura adalah ikan tongkol
(tongkol lisong, tongkol krai, dan tongkol komo), cucut, marlin dan tenggiri. Pada lokasi tertentu
seperti di Tual juga tercatat adanya hasil tangkapan ikan madidihang (yellowfin tuna) dan cakalang.
Alat tangkap :
Alat tangkap ikan pelagis besar terdiri dari pancing tonda, pancing ulur, pukat cincin mini,
gillnet dan gillnet oseanik. tongkol lisong, tongkol krai, dan tongkol komo ditangkap dengan
menggunakan pukat cincin (lokal: jaring bobo), pancing tonda, pancing ulur dan gillnet. jenis tenggiri
dan tongkol ditangkap dengan mengguna pancing tonda dan gillnet oceanik
3. Udang dan krustase lain
Jenis :
udang putih/jerbung, Udang windu,udang flower, udang ratu, udang dogol dan udang
krosok . Selain itu, di WPP 718 juga banyak ditemukan udang kipas dan kepiting bakau hijau. Di Laut
Arafura juga banyak ditangkap lobster, antara lain lobster pasir , lobster batu, lobster batik, lobster
hijau, lobster bambu dan lobster mutiara.
Alat tangkap :
Sebanyak 70% dari luas wilayah perairan Laut Arafura memilki lapisan tebal berupa lumpur dan
sedikit pasir. Kondisi dasar perairan sebagian besar berupa lumpur pasiran dengan sedikit lempung.
Kondisi perairan demikian, menyebabkan Perairan Arafura merupakan daerah yang layak untuk
pengoperasian alat tangkap trawl. Usaha penangkapan dengan Pukat Udang, selain udang yang
menjadi target penangkapannya

Alat tangkap yang digunakan yaitu trawl, mini trawl dan trammel net. Alat tangkap trawl
digunakan oleh kapal-kapal penangkap udang milik perusahaan dengan kapal berukuran besar. Mini
trawl dan trammel net digunakan oleh nelayan skala kecil. PerMen KP No. 2/2015 Tentang larangan
penggunaan alat penangkapan ikan Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seine nets) di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, dan PerMen KP No.56/Permen-KP/2014 tentang
moratorium perizinan usaha perikanan tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara
Republik Indonesia, maka lagi kegiatan penangkapan udang dengan Pukat Udang (BED shrimp net) dan
penangkapan ikan dengan Pukat Ikan (fish net) sudah tidak beroperasi lagi di Laut Arafura. Pada saat ini,
penangkapan udang dan ikan demersal dengan alat tangkap tradisional (trammel net, pukat pantai, gillnet
dasar, pancing ulur) dilakukan pada perairan terbatas di perairan sekitar Merauke, Kaimana, Fakfak,
Dobo dan Saumlaki).

4. Ikan demersal
Berdasarkan Statistik Perikanan (DJPT, 2012), sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di
WPP-RI 718 yang paling banyak adalah ikan kakap merah yaitu 30,2% dari produksi ikan
demersal tahun 2011 yang besarnya 245.522 ton, diikuti oleh ikan gulamah 15,7%, manyung
12,5%, kuro 11,8%, layur 7,4%, bawal hitam 6,4%, kurisi 6,2%, beloso 5,8% dan lainnya kurang
dari 5%. Produksi ikan karang ekonomis di WPP-RI 718 yang paling tinggi adalah ikan ekor
kuning sebesar 69,4% dari total produksi ikan karang yang besarnya 13.346 ton, diikuti oleh ikan
beronang 13,3%, krapu bebek 6% dan lainnya kurang dari 5%

Jenis ikan :
Hasil tangkapan ikan demersal sebagai Hasil Tangkapan Sampingan pada kapal Pukat Udang
komersil di daerah Dolak, didominasi oleh ikan hidangan berukuran kecil dengan panjang total
kurang dari 15 cm, berat individu kurang dari 200 gram), ikan hidangan berukuran relatif besar
dengan panjang total lebih dari 15 cm, berat individu lebih dari 200 gram. Kelompok ikan gulamah,
peperek, kuniran , kurisi , beloso dan layur merupakan jenis ikan dominan di perairan Dolak dan
Aru.
Alat tangkap :
ikan-ikan demersal yang tertangkap di Laut Arafura merupakan hasil tangkapan sampingan
(HTS) pukat udang (trawl). Alat tangkap jenis lainnya adalah pukat ikan. Belakangan, jenis ikan
kakap merah yang berada pada perairan di kedalaman 20-180 m merupakan sasaran penangkapan
perikanan rawai (pancing) dasar dan trawl ikan.

Anda mungkin juga menyukai