Pendahuluan
Setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dunia meningga karena kecelakaan kerja dan
sebanyak 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja berdasarkan data ILO (International
Labour Organgisation) tahun 2013. Menurut Jamsostek angka kecelakaan kerja mencapai
103.285 kasus dari 12,4 juta jumlah pekerja peserta Jamsostek. Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2013 menunjukan 11% pekerja mengalami gangguan pendengaran dan 11.9%
mengalami penyakit sendi dan otot1.
Dasar hukum kesehatan kerja terdapat pada UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada
Bab XII menyatakan bahwa upaya kesehatan bertujuan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Sehingga dibutuhkan u paya kesehatan kerja untuk mengikutsertakan kelompok
masyarakat dan potensi swasta dengan sasaran pekerja dan lingkungan dalam mewujudkan
kesehatan kerja1.
Pos UKK(Upaya Kesehatan Kerja) merupakan wadah dari serangkaian upaya
pemeliharaan kesehatan pekerja yang ternecana, teratur dan berkesinambungan yang
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masayarakat pekerja2. Setiap jenis pekerjaan memiliki
resiko kesehatan baik pekerja formal dan informal. Pada umumnya, para pekerja sektor
informal kurang memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya di lingkungan kerja 3.
Di Indonesia jumlah pekerja tercatat 114 juta, Sekitar 68,4 (60%)juta bekerja di usaha sakala
mandiri, mikro dan kecil.serta 45,6 (40%) juta ada di skala besar. Sehingga pekerja informal
yang jumlahnya besar dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang dihadapi , perlu
dibina dan diberikan pelayanan kesehatan. Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi pekerja
informal dengan pengembangan dan pemanfaatan Pos Upaya Kesehatan Kerja(POS UKK).
Pos UKK merupakan bentuk dari upaya kesehatan bersumberdaya masayarakat(UKBM)1.
Bentuk upaya lebih mengutamakan promotif dan preventif. Sehingga tugas pos UKK
memberikan pengetahuan kesehatan dasar, konseling dan pembinaan terhadap pekerja,
diharapkan pekerja sadar kesehatan kerja. Pos UKK akan membantu dan membina untuk
mengetahui faktor-faktor resiko pada lingkungan kerja dan pekerjaanya yang meningkatkan
potensi terkena Penyakit Akibat Kerja(PAK).
Daftar Pustaka
1. Direktorat Bina Kseshatan Kerja dan Olahraga. Pedoman Pos Upaya Kesehatan
Terintegrasi( Bagi Petugas Kesehatan), Kemenkes .Jakarta. 2014
2. Departemen Kesehatan RI. Pos Upaya kesehatan Kerja edisi keempat. Jakarta.2016
3. http://www.depkes.go.id/article/view/16110900002/hidupkan-pos-ukk-agar-pekerja-
sektor-informal-tersentuh-layanan-kesehatan-kerja-.html
Adapun tujuan umum kegiatan ini adalah mengevaluasi hasil program Pos UKK Puskesmas
Cibeber.
1.2.3 Manfaat
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
Puskesmas DTP Cibeber merupakan salah satu dari 8 (Delapan) Puskesmas yang
ada di Kota Cilegon. Puskesmas DTP Cibeber terletak di Komplek PCI Blok D No. 52,
Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber yang merupakan daerah perbatasan Kota Cilegon
dan Kabupaten Serang dengan luas wilayah + 21,49 KM.
Semua Kelurahan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4
(empat) sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses sarana
pelayanan kesehatan dan memudahkan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara administratif. Kecamatan Cibeber mempunyai 6 (enam)
kelurahan yang mencakup 37 RW dan 143 RT.
3
Jumlah penduduk di Kecamatan Cibeber pada tahun 2017 adalah 52.879 jiwa, adapun
perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja Puskesmas DTP
Cibeber adalah sebagai berikut :
POD
NO KELURAHAN
1 Cibeber 1 0 0 16 0 0
2 Kedaleman 0 0 0 5 1 0
3 Kalitimbang 0 1 0 6 0 0
4 Karang asem 0 0 0 7 0 1
5 Bulakan 0 0 1 6 0 0
6 Cikerai 0 0 1 7 0 0
TOTAL 1 1 2 47 1 1
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana pelayanan kesehatan diwilayah
Puskesmas DTP Cibeber bahwa Puskesmas Induk berada di Kelurahan Cibeber. Pustu
berada di Kelurahan Kalitimbang. Polindes ada dua yang berada di Kelurahan
Bulakan dan Kelurahan Cikerai. Poskesdes berada di Kelurahan Kedaleman dan POD
berada di Kelurahan Karang Asem.
4
2.3 Data Pendidikan
Tabel 3. Sarana Pendidikan di Wilayah Binaan Puskesmas DTP Cibeber Tahun 2017
No Kelurahan SLTA SLTP SKH SD RA PAUD TK JUMLAH
1 Cibeber 2 4 1 7 2 4 8 28
2 Kedaleman 0 0 1 5 1 2 1 10
3 Kalitimbang 3 4 3 0 1 2 13
4 Karang asem 2 3 6 3 1 15
5 Bulakan 0 1 3 1 5
6 Cikerai 1 1 3 3 8
TOTAL 8 13 2 27 6 12 11 79
Sarana pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan Cibeber tahun 2017 yaitu TK sebanyak
11, PAUD sebanyak 12, RA sebanyak 6 sekolah, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 27 sekolah,
SKH 2 sekolah, SLTP sebanyak 13 sekolah, SLTA sebanyak 8 sekolah. Dengan demikian,
total sarana pendidikan yang ada sebanyak 79 sekolah.
Secara administratif, Kecamatan Cibeber terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yang terdiri dari 37
RW dan 143 RT.
5
2.5 Keadaan Wilayah
Wilayah Kecamatan Cibeber rata-rata keadaan daerahnya berupa dataran rendah yaitu
Kelurahan Cibeber, Kelurahan Kedaleman, Kelurahan Kalitimbang, Kelurahan Karang
Asem. Ada dua Kelurahan yang daerahnya agak tinggi yaitu di Kelurahan Bulakan dan
Kelurahn Cikerai.
Semua wilayah Kecamatan Cibeber dapat dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat, hal ini merupakan suatu keuntungan/ kemudahan yang ada sehingga baik petugas/
sarana kesehatan maupun masyarakat umum dapat saling menjangkau yang tentu saja
berdampak positif bagi pencapaian dan keberhasilan program.
Adapun untuk jarak tempuh dari Puskesmas ke 6 (enam) Kelurahan tersebut adalah :
Adapun waktu tempuh yang digunakan untuk mencapai Kelurahan tersebut dengan
menggunakan roda 2 (dua) atau 4 (empat) adalah sebagai berikut : Kelurahan Bulakan 20
menit, Kelurahan Cikerai 30 menit, Kelurahan Kalitimbang 10 menit, Kelurahan Karang
Asem 10 menit, Kelurahan Cibeber 5 menit, dan Kelurahan Kedaleman 10 menit.
6
1.9 Data Khusus
7
BAB III
Hal yang menjadi kendala adalah merubah kebiasaan atau metode tradisional pembuat
emping yang lebih memilih posisi duduk di lantai saat pembuatan emping dan terbatasnya
dana pribadi untuk mengubah lingkungan atau sarana tambahan.
Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Januari 2018 dengan kader Pos UKK Emping
Bentola yaitu Ibu Maesaroh. Ibu Maesaroh mengatakan bahwa fokus kegiatan pos UKK
adalah konseling pada para pengrajin untuk praktik pengerjaan emping berupa posisi kerja
yang baik serta konseling ventilasi dan konseling PAK.
Tanggapan dari masyarakat dirasa sudah baik ditandai dengan melakukan peregangan
disela pekerjaan , namun tanggapan untuk merubah proses ergonomic dan lingkungan
pekerjaan kurang. Tidak ada perubahan pada proses ergonomic seperti anjuran untuk duduk
di kursi belum diikuti. Lalu untuk perubahan lingkungan seperti memindahkan tempat
pembuatan emping di luar rumah belum diikuti.
8
Kader menyadari bahwa hal ini dikarenakan pengrajin sudah nyaman dengan posisi saat
ini dan pengrajin tidak bersedia mengeluarkan biaya untuk mengganti tempat membuat
emping. Tetapi kader optimis bahwa jika diberikan bantuan fasilitas, pengrajin akan bersedia
untuk menggunakannya.
Sedangkan kepedulian dari insitusi luar selain Puskesmas Cibeber seperti pihak
universitas dan Dinkes sempat diberikan. Dari Dinkes pernah menjajikan untuk memberikan
contoh dari meja atau alat pembuat emping, namun 4 bulan belum terealisasikan. Kemudian
dari pihak universitas pernah melakukan pemeriksaan kesehatan pernapasan kepada pengrajin
emping dengan tes spirometri dan hasilnya semua pengrajin tidak ada yang mengalami
gangguan pernapasan.
Ibu A. umur 68 tahun seorang pengrajin empin yang sudah membuat emping selama 3
tahun. Selama ini sudah mengetahui apa yang sudah dianjurkan yaitu peregangan disela-sela
pekerjaan, selama 2 jam menyempatkan waktu. Namun frekuensi tidak setiap hari karena
lupa atau tidak menyempatkan waktu karena harus mengejar produksi untuk dijual.
Untuk keluhan yang dialami selama ini punggung belakang mengalami nyeri dan
pegal-pegal. Selama ini pasien mengatasi keluhan nyeri dengan berobat ke POSBINDU
Emping. Lalu pasien menyangkal adanya gangguan pernapasan karena asap pembakaran
selama proses pembuatan emping. Pasien pernah dilakukan spirometri dan hasilnya tidak ada
gangguan. Pasien telah mendapatkan anjuran untuk mengubah posisi duduk dan pemakaian
APD(alat pelindung diri). Namun pasien sudah nyaman dengan duduk di lantai, jika harus
memakai kursi dan meja tidak ada contoh dan sulitnya biaya. Untuk pelindung diri saat
pembakaran tidak dipakai karena sudah terbiasa.
9
B. Ibu Asmi 45 tahun
Pengrajin sudah mengetahui program kesehatan kerja, karena sudah beberapa kali
didatangi dan dilakukan konseling. Selain Pos UKK puskesmas Cibeber pengrajin mengaku
pernah didatangi pihak universitas kedokteran untuk konseling kesehatan kerja..
Ibu mengakui sudah mendapatkan anjuran peregangan, bahaya dari posisi duduk yang
salah dan ventilasi yang kurang. Ibu sudah memindahkan tempat pembuatan emping diluar
untuk ventilasi udara yang baik. Namun untuk posisi duduk pengrajin belum mengikuti
karena mengaku belum ada contoh kursi dan meja emping untuk pembuatan emping serta
dana yang kurang untuk membeli kursi dan meja jika ada. Pengrajin akan mengubah posisi
duduk bila kursi dan meja pembuat emping diberikan.
Harapan pengrajin emping untuk masalah posisi duduk adalah mengetahui contohnya
terlebih dahulu. Sebenarnya pengrajin siap untuk mengikuti anjuran posisi duduk yang benar.
Selain itu masalah APD seperti pelindung tangan untuk pembakaran api, pengrajin sulit untuk
membiasakannya karena sudah terbiasa tanpa pelindung tangan dalam memanaskan emping.
Proses pembuatan emping telah dipindahkan ke bagian luar rumah. Sehingga ventilasi
udara baik bila diluar dan mengurangi gangguan pernapasan akibat pembakaran api.
Pengrajin mengakui bahwa tidak terasa sesak bila proses pembuatan emping diletakan diluar.
Namun lingkungan pembuatan emping masih kurang bersih. Hal yang menjadi masalah
dalam merenovasi lingkungan adalah kurangnya biaya.
Masalah posisi duduk pengrajin masih melakukan kebiasaan untuk duduk di lantai.
Pengrajin merasa nyaman karena kebiasaan tradisional yang turun menurun. Pasien enggan
10
untuk membeli kursi dan meja karena tidak adanya biaya. Pengrajin mengaku siap untuk
mengubah posisi yang lebih baik bila diberikan fasilitas seperti meja dan kursi pembuatan
emping.
Secara garis besar masyarakat sekitar para pengerajin tidak merasa terganggu dengan adanya
aktifitas pembuatan emping di lingkungan mereka, hanya saja terkadang asap dari proses
pembuatan emping masuk ke dalam rumah para tetangga sehingga menimbulkan keluhan
berupa mata yang terasa perih. Para tetangga menyarankan agar para pengerajin melakukan
proses pembuatan emping di luar rumah agar asap tidak menganggu lingkungan sekitar.
Mereka juga mendukung jika para pengerajin emping diberikan bantuan berupa fasilitas yang
lebih baik.
11
3.3 Identifikasi Masalah
NO UPAYA MASALAH
1 Kegiatan promosi kesehatan Jumlah petugas terbatas
berupa konseling PAK.
2 Kegiatan prevensi PAK berupa Tempat kerja dan fasilitas tidak
posisi kerja ergonomis, ventilasi memadai
pada ruangan, dan peregangan.
3. Kegiatan kuratif PAK Kesadaran dan kebiasaan yang sulit
untuk diubah dari pengrajin
12
3.5 Penyebab Masalah
MANUSIA
Pengrajin tidak bersedia menyesuaikan atau
membuat sendiri tempat bekerja yang sesuai anjuran METODE/CARA
karena belum ada contoh . Cara membuat emping yang sudah turun temurun
Kebiasaan yang sulit diubah yaitu bekerja pada satu sehingga enggan ditinggalkan.
posisi duduk terus-menerus
SARANA DANA
Membutuhkan fasilitas yang memadai LINGKUNGAN
Keterbatasan dana untuk
berupa kursi dan tungku/meja untuk pengadaan fasilitas Lingkungan rumah yang rapat sehingga
proses pembuatan emping. asap yang dihasilkan dari proses
pembuatan emping menggaggu
Dibutuhkan ventilasi udara untuk masyarakat sekitar
sirkulasi yang baik.
14 14
3.6 Pemecahan Masalah
ALTERNATIF PEMECAHAN
PRIORITAS
PENYEBAB MASALAH PEMECAHAN MASALAH KET
MASALAH
MASALAH TERPILIH
Tempat untuk Dibutuhkan fasilitas yang Membantu memberi Belum ada Pihak dinkes
bekerja tidak memadai yaitu kursi dan contoh kursi dan meja serta pemecahan masalah menjanjikan untuk
memadai meja serta pembakaran pembuatan tungku yang terpilih memberikan contoh
untuk pembuatan emping pembakaran meja dan kursi
Dibutuhkan ventilasi udara Memfasilitasi pengrajin Memindahkan proses Beberapa warga sudah
untuk sirkulasi yang baik dengan kipas penghisap pembuatan emping memindahkan
udara(exhaust) diliuar rumah. pembuatan emping
diluar rumah
Membuka pintu dan
jendela saat proses
pembuatan
Keterbatasan dana untuk Mengajukan program Mengajukan dana Belum terealisasi
pengadaan fasilitas finansial dengan beberapa kepada dinas
pilihan seperti iuran atau kesehatan untuk
tabungan pendanaan
Kebiasaan Kebiasaan yang sulit Adanya bel atau pengingat Mengedukasi
yang sulit diubah yaitu bekerja pada untuk dilakukan pengrajin untuk
untuk diubah satu posisi duduk terus- peregangan melakukan
menerus peregangan
Meja dan Kursi : Pemberian kursi dan meja dalam pembuatan dapat
meperbaiki ergonomic. Dengan posisi duduk yang benar dapat mengurangi
keluhan nyeri punggung dan meningkatkan produktifitas pembuat emping.
Secara sederhana namun dapat membantu masalah posisi duduk.
Tungku pembakaran: Kemudian peningkatan tinggi pembakaran diberikan
agar mudah dijangkau dan pembakaran diletakan dibawah agar
mengurangi resiko api terkena seseorang
BAB IV
Penutup
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Bagi pemegang program dan kader Pos UKK Emping Bentola untuk memaksimalkan
peran serta untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan kerja di Pos
UKK yang mencakup promotif, preventif dan kuratif. Promotif tetap konsisten dalam
membina pengrajin emping. Dalam aspek preventif perlu memperdayakan
masayarakat agar tidak terlalu bergantung dengan pihak lain sehingga pemegang
program lebih memberikan ide-ide untuk masalah yang ada.