Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam
Bangsa Arab Sebelum Datangnya Islam
DISUSUN OLEH:
44315001
BANDUNG
2017
PENDAHULUAN
Lazimnya pembahasan tentang sejarah peradaban dan kebudayaan islam oleh ahli-ahli
sejarah barat maupun timur diawali dengan uraian tentang sejarah bangsa arab sebelum Islam.
Hal ini memang tersas relevan, mengingat negri dan bangsa arab adalah yang pertama kali
mengenal dan menerima islam. Adalah suatu fakta bahwa agama islam diturunkan di jazirah
arab, karena itu sudah barang tentu bangsa arablah yang pertama kali mendengar dan menghayati
dan mengenal islam.
Sejarah perkembangan masyarakat arab dalam kenyataan tidak dapat dilepaskan dari
sejarah perkembangan islam. Bangsa arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan Islam
dan juga Islam didukung dan berkembang luaskan oleh bangsa arab. Dengan jelas sejarah
menunjukan bahwa kemajuan bangsa arab sampai menjadi bangsa besar, kuat dan bersatu adalah
berkat kesetiaan dan keikhlasannya terhadap islam. Demikian pula, islam cepat tersiar dan
tersear luas ke penjuru dunia, berkat peranan islam.
Dalam makalah ini saya akan sedikit menjelaskan tentang sejarah bangsa arab ditinjau dari
letak geografis jazirah arab, asal-usul bangsa arab, peradaban bangsa arab pra-islam, kehidupan
keagamaan bangsa arab, sisi positif bangsa arab, dan sisi negative bangsa arab.
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Jazirah Arab
Jazirah arab menjelang kelahiran islam diapit oleh dua kerajaan besar yaitu Romawi Timur
di sebelah barat sampai ke laut Adriatik dan Persia di sebelah timur sampai ke sungai Dijlah.
Kedua kerajaan besar itu disebut hegemoni di wilayah sekitar Timur Tengah. Sebenarnya Jazirah
Arab bebas dari pengaruh kedua kerajaan tersebut, kecuali daerah-daerah subur seperti: Yaman
dan daerah-daerah sekitar teluk Persia. Wilayah jazirah arab di teluk Persia termaksud daerah
kekuasaan kerajaan Persia. Dengan demikian daerah hijau bebas dari pengaruh-pengaruh politik
dan budaya dari luar. Islam yang dasar-dasarnya diletakkan oleh Nabi Saw di Mekkah dan di
Madinah adalah agama yang murni, tidak dipengaruhi baik oleh perkembangan agama-agama
yang ada di sekitarnya maupun kekuasaan politik yang meliputinya.
Jazirah Arab berbentuk empat persegi panjang, yang sisinya tidak sejajar. Di sebelah barat
terbatas dengan lautan merah, di sebelah selatan dengan laut arab, di sebelah timur dengan teluk
arab (Persia) dan di sebelah utara dengan gurun pasir Irak dan Syiria. Kemudian Jazirah Arab ini
terbagi kepada bagian tengah yang terdiri dari padang pasir dan gurun-gurun yang jarang
penduduknya dan bahagian tepi merupakan sebuah pita kecil yang melingkari bagian tengah dan
subur daerahnya dan banyak kota yang ada seperti: Bahrain, Oman. Bagian tengah, terbagi
kepada bagian utara di sebut dengan Nejedan bagian selatan di sebut dengan al-Ahkaf yang
jarang penduduknya karena itu disebut dengan al-Rub al-Khalli.
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau. Jadi “Jazirah Arab” berarti “pulau Arab”.
Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu dengan “Shibhul Jazirah” yang dalam bahasa
Indonesia berarti “Semenanjung”. Dilihat dari peta, Jazirah Arab berbentuk persegi panjang yang
sisi-sisinya tidak sejajar. Batasan-batasan alam yang membatasi Jazirah Arab adalah :
- Di bagian barat:berbatasan dengan Laut Merah.
- Di bagian timur:berbatasan dengan Teluk Arab.
- Di bagian utara:berbatasan dengan Gurun Irak dan Gurun Syam.
- Di bagian selatan:berbatasan dengan Samudra Hindia.
Jazirah Arab terbagi atas dua bahagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Setiap bagian
memiliki bentangan alam tersendiri. Bagian tengah terdiri dari daerah pegunungan yang amat
jarang dituruni hujan. Di bagian tengah inilah orang Badui tinggal. Bagian tengah dari Jazirah
Arab terbagi menjadi dua bagian yang lebih kecil yaitu: Bagian utara yang disebut Najed dan
bagian selatan yang disebut Al-Ahqaf. Bagian selatan penduduknya amat sedikit. Karenanya
bagian ini disebut Ar-Rab'ul Khali (tempat yang sunyi). Jazirah Arab bagian tepi merupakan
sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah Arab. Pada bagian tepi ini, hujan yang turun cukup
teratur. Bagian tepi inilah yang didiami oleh orang atau penduduk kota. Sedangkan ahli –ahli
ilmu purba membagi Jazirah Arab menjadi tiga bagian :
1. Arab Petrix, yaitu daerah-daerah yang terletek di sebelah barat daya lembah Syam.
2. Arab Deserta, yaitu daerah Syam sendiri.
3. Arab Felix, yaitu negeri Yaman yang terkenal dengan sebutan “Bumi Hijau”.
1. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat Arab sangat ditentukan dengan kondisi dan letak
geografis negara- negara Arab itu sendiri. Bagi masyarakat pedalaman, kehidupan ekonomi
mereka biasanya dilakukan melalui sektor pertanian dan peternakan. Sedangkan bagi masyarakat
Arab perkotaan, kehidupan ekonomi mereka sangat ditentukan oleh perdagangan. Oleh karena
itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal dalam dunia perdagangan.
Ekonomi sebelum Islam dipenuhi dengan riba. Metode umum yang digunakan dalam
peminjaman dan pembayarannya kembali merupakan suatu pemerasan. Sang rentenir
meminjamkan uangnya kepada orang dengan bunga yang tinggi, dan ketika uang yang dipinjam
tidak dibayar pada waktu yang ditentukan, maka uang tersebut dilipatgandakan dan kemudian
dilipatkan tiga kali pada akhir than ketiga. Jika peminjam gagal membayar pinjaman dan
bunganya, pemberi pinjaman kadang- kadang mengambil hak peminjam atas istri dan anaknya.
2. Kondisi Politik
Kondisi politik bangsa Arab sebelum Islam yaitu seperti tuan dan budaknya. Para tuan
berhak atas semua harta rampasan dan kekayaan dan budak diwajibkan membayar denda dan
pajak. Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem diktator. Sementara kabilah- kabilah yang
berdekatan dengan wilayah pemerintahan tidak merasa tentram, karena mereka juga
dimanfaatkan oleh pemimpin untuk memenuhi kepentingannya.
Sedangkan kondisi bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan
berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak
mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan
dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah(kesukuan) amat kuat dan mendalam pada
mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh
anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka “ Tolong saudaramu,
baik dia menganiaya atau dianiaya “.
Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin
kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi
politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah
dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah di tengah kaumnya seperti kedudukan seorang raja. Anggota
kabilah mengikuti apa pun pendapat pemimpinnya ketika damai atau perang. Dia mempunyai
kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti seorang pemimpin yang diktator.
3. Kehidupan Sosial
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang- orang Arab pada masa pra Islam sangat
maju. Bahasa mereka sangat indah dan syair- syair mereka sangat banyak. Dalam lingkungan
mereka seorang penyair sangat dihormati. Untuk mempertahankan persaingan di kalangan
penyair, suku- suku di Arab tiap tahun mengadakan suatu pertemuan umum di Ukaz. Para
penyair membacakan karya puisi mereka yang berlomba satu sama lain untuk memperoleh
penghargaan.
Moral bangsa Arab pada masa sebelum Islam sangat merosot, sehingga mencemarkan
kehidupan bangsa dan negara. Di antaranya, pertama meminum arak bersama wanita dalam
pertemuan judi. Kedua, perzinahan. Ketiga, mengubur anak perempuan hidup- hidup. Keempat,
laki-laki memiliki kebiasaan mengawini dan menceraikan perempuan sesukanya. Dan Kelima,
menjadikan perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya sebagai barang warisan.
a. Meminum arak adalah salah satu dari kebiasaan bangsa Arab. Di antara salah satu cara
mereka meminum arak yaitu dengan minum bersama dalam suatu pertemuan, mereka
sambil berjudi dan dihibur oleh perempuan- perempuan penyanyi. Kegemaran meminum
arak bersama perempuan menjadikan kesopanan bangsa Arab hilang, karena tidak adanya
disiplin sosial.
b. Perzinahan antara laki- laki dan perempuan oleh bangsa Arab merupakan perbuatan biasa.
Para suami acuh tak acuh terhadap kesetiaan istrinya, sehingga suami dapat
membiarkannya tinggal dengan laki- laki lain agar mendapatkan benih yang bagus. Bangsa
Arab juga memiliki kebiasaan poliandri, yaitu kebiasaan menikah di mana seorang
perempuan menerima lebih dari seorang laki- laki sebagai suaminya. Apabila perempuan
itu hamil dan melahirkan bayinya, maka setelah beberapa hari dia mengundang semua laki-
laki yang berkumpul dengannya dan kemudian dia menunjuk siapa pun yang dia sukai
sambil menyebutkan namanya, lalu laki- laki itu bisa mengambil bayi tersebut.
Dalam kondisi seperti itu, perempuan dipandang sebagai kekayaan keseluruhan suku dan
dia tidak memiliki hak untuk melepaskan diri dari kelompok. Anak- anak mereka adalah
anggota penuh suku, karena ibunya adalah angota suku. Tidak ada perbedaan antara
keturunan yang sah dan haram.
c. Mengubur anak perempuan secara hidup- hidup dilakukan karena mereka takut mendapat
malu dan miskin. Selain itu, disebabkan karena muncul dalam diri mereka rasa hormat
yang benar- benar palsu yang memaksa mereka melakukan pembunuhan massal terhadap
anak perempuannya. Di mana gagasan yang mendasarinya adalah bahwa golongan
perempuan, terutama anak perempuan merupakan sumber aib.
d. Menurut bangsa Arab pernikahan adalah sejenis perbudakan dan hak- hak perkawinan
suami seperti penguasaan, dan dia bebas memperlakukan apa yang telah dimilikinya. Tidak
ada batasan tentang jumlah istri yang dapat dapat dinikahi oleh seorang laki- laki. Mereka
dapat menikahi perempuan sebanyak yang disukainya dan membatalkannya sesuai dengan
kehendaknya. Tidak ada batasan yang ditetapkan terhadap nafsu laki- laki. Perempuan
yang hamil diusir dari rumah suaminya tanpa hak apa pun dan dijadikan istri oleh orang
lain berdasakan kesepakatan dengan suami sebelumnya.
e. Perkawinan telah memberikan hak kepada suami atas kepemilikan yang mutlak. Bahkan
hak ini dapat diwarisi oleh ahli warisnya. Biasanya anak laki- laki tertua yang mempunyai
hak paling kuat untuk memilikinya. Akan tetapi jika tidak ada anak laki- laki, maka janda
tersebut dialihkan kepada saudara orang yang meninggal tersebut. Perempuan tidak
memiliki bagian dalam warisan suami, orang tua dan keluarga lainnya. Karena mereka
sendiri sama sekali tidak bebas, tetapi sebagai bagian dari kepemilikan suami, yang
pembebasan dan keputusannya ada di tangan sang pewaris.
Sisi Positif:
1. Syajahah ( Pemberani)
2. Amanah
3. Sangat Menghormati tamu
4. Memotong tangan pencuri
5. Berkembangnya ilmu pengetahuan, diantaranya ilmu astronomi, ilmu bangunan, Ilmu
tentang iklim, Ilmu sejarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Arab merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan gurun pasir,
yang mana daerah seperti ini sangat berpengaruh terhadap kepribadian orang-orang Arab di masa
itu.
Kedua, Sebelum Islam masuk di tengah- tengah masyarakat Arab, bangsa Arab hidup
dalam kejahiliyahan. Mereka larut dalam kegelapan kejahatan dan tahayul serta bodoh dalam
etika. Di samping itu mereka telah mengenal kehidupan sosial, ekonomi, bahasa dan seni,
meskipun masih sederhana.
Ketiga, Keagamaan bangsa Arab, yaitu Menyembah Malaikat, Menyembah Jin, Ruh, dan
Hantu, Menyembah Benda-benda Langit, Menyembah Berhala, Agama Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani).
Keempat, Semua agama bangsa Arab, keadaan para pemeluknya sama dengan keadaan
orang-orang Musyrik. Hati, kepercayaan, tradisi, dan kebiasaan mereka hampir serupa.
Pada masa sebelum nabi Muhammad saw. bangsa Arab sudah memahami keesaan Allah.
Akan tetapi setelah berpuluh- puluh abad, ajaran tersebut mengalami perubahan, yang kemudian
muncul berbagai ajaran dan akhirnya jatuh menjadi agama berhala.
Melalui makalah ini Kami akan membahas lebih lanjut mengenai ciri fisik Arab, peradaban
bangsa Arab dan kepercayaan bangsa pra Islam. Arab pra Islam sangat penting untuk dibahas,
karena memberi pengetahuan kepada kita bagaimana kondisi Arab dan masyarakatnya sebelum
Islam masuk ke daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Siddiqi, Sirah Nabi Muhammad saw, Bandung, Penerbit Marja, 2001.
Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Jakarta;Ummul Quro’. 2012
Ismail, Faisal.Drs, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta;CV.Bina Usaha.1984
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. jilid 1, Jakarta, Gema Insani,
2001.
Prof. Dr. Abu Su’ud, Islamilogi, Rineka Cipta;Jakarta.2003
Syaikh Shafiyyurrahman Al- Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, Terjemahan oleh Kathur Suhardi,
Jakarta Timur, Pustaka Al- Kautsar, 2008, 19.
W. Robertson Smith, op, cit, dalam Abdul Hamid Siddiqi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arab
http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?
option=com_content&view=article&id=1391:sejarah..