Anda di halaman 1dari 29

REFLEKSI KASUS

APRIL 2020

HERNIA SCROTALIS

Oleh :
Susi Irmawati
N 111 18 007

PEMBIMBING KLINIK
dr. ROBERTHY DAVID MAELISSA, Sp.B., FINACS

DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Susi Irmawati

No. Stambuk : N 111 18 007

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Kedokteran

Judul Refleksi Kasus : “Hernia Scrotalis”

Bagian : Ilmu Bedah

Telah menyelesaikan kegiatan kepanitraan klinik pada Bagian Ilmu Bedah di


Fakultas Kedokteran Universita Tadulako Palu.

Bagian Ilmu Bedah


RSUD UNDATA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, April 2020

Mahasiswa Pembimbing Klinik

Susi Irmawati dr.Roberthy David Maelissa, Sp. B, FINACS

2
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis
dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat
terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.

Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai
melemah. Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “Turun Bero”,
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot) dinding perut.

Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima
persen dari seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya
dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi
menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika
kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut
hernia skrotalis.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia Secara Umum


Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang memberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang
biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2

Klasifikasi

Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita.


Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional
(sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang). 1,3

Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi
kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan.
Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia
ireponibel disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan
usus.1

4
Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel,
maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan
gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata. 1

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat
(acquired) :

1. Kongenital
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis
dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi
penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan
(prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
kongenital.
2. Acquired / didapat
Disebabkan oleh :

 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka


 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen
yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites)
yang akan mendorong isi hernia ke annulus inguinalis internus

5
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah
appendiktomi.

2.2 Hernia Inguinalis


Anatomi Regio Inguinalis

Gambar 1 : Dinding Abdomen

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis


internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan
aponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian
terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis

6
m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale. Akanal ini
berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan.1

Gambar 2 : Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,


karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis.
Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial


menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang
dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral
dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk

7
oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses
abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya
tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar. 1

Gambar 3 : Bagian Dalam Regio Inguinal

Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab


lain yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena

8
annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain
itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari
rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup
sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar
sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga
faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu.1,3,4,5

Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya


hernia inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika
berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa
menyebabkan terjadinya hernia.1

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus


vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar
melalui celah tersebut.1,3

Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,


mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering
mendahului hernia inguinalis.1,6

Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi


annulus intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak

9
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot
dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan
annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian


tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena
usia dapat membentuk pintu masuk hernia pada annulus internus yang
cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping
itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. 1,7

Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan
terjadi jepitan yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. 1

Gejala Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan,
dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,

10
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

Diagnosis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda
berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering
mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang
dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang
disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri


dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan
keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba


konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia
dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta

11
mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis
lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia
inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan
sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2

Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan


pemeriksaan klinis yang teliti.2

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :

1. Hernia inguinalis medialis (direk)


Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui
trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui kanlis
inguinalis dan tidak ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan


intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia
inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan
penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi
inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih
sering pada pria usia tua.1,3

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,


secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum. 3

2. Hernia inguinalis lateralis

12
Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu
annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang
langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis
biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia indirek
ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus (bila
tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak terjadi
pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata. 1,3

Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga


seringkali turun ke dalam skrotum.3

Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis


peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

Tatalaksana

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi


dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya
ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai
terjadi reposisi.1

Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan


vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila
tidak berhasil, operasi segera.1

13
Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur
hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah
yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.1

Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi


maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus
dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-
lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.2

Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional.


Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi
terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.1

Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke


lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.1

Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus


inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal
berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus
abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke
ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia
transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke
ligamentum cooper menurut McVay.1

14
Gambar 4 : Herniotomi dan Hernioplasti

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya


regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan
metode penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal. 1

Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya


sama dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus
dinilai apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi
dan anastomosis.2

15
Komplikasi

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus
ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan.
Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan
dapat terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial. 1

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan


isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan
jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya
jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat
serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai


dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat
gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh
nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang
peroitoneal.1

16
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda
peritonitis atau abses local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan
kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1

17
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AM
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pasang Kayu
No. RM : 01-02-33-14
Tanggal masuk RS : 11 Maret 2020

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Benjolan pada scrotum kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien rujukan dari Rumah Sakit Pasangkayu dengan keluhan terdapat
benjolan pada scrotum yang dirasakan tiba-tiba saat sedang bekerja. Benjolan
dirasakan membesar dan terasa nyeri disekitar benjolan. Keluhan yang sama
dirasakan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu tetapi biasa benjolan menghilang
dengan sendirinya.
Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama
seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm.
Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan.

18
Menurut pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran
sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil.
pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha
maupun perut sebelumnya. Kadang pasien juga merasakan nyeri di daerah
bagian perut kiri atas dan keluhan mereda jika benjolan turun ke buah zakar.
Keluhan tidak disertai demam, sakit kepala, pusing, mual, muntah. BAB
biasa dan BAK lancar.

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Awalnya benjolan berukuran kecil dan pasien tidak menghiraukannya. Sejak 5
tahun yang lalu, benjolan semakin membesar. Pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi, pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus,
alergi, asma, batuk-batuk yang lama dan penyakit jantung. Pasien juga tidak ada
riwayat penyakit prostat sebelumnya. Pasien belum pernah menjalani operasi
sebelumnya. Pasien mengaku sudah pernah melakukan pemeriksaan kesehatan
sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama. Riwayat penyakit
hipertensi, kencing manis, asma dan keganasan anggota keluarga (-)

C. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital : 130/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit

19
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Keadaan gizi : Baik
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Rhinorrhea (-)
Telinga : Ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris bilateral, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),
oedem (-), hematom (-), deformitas (-).
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal
Palpasi : nyeri tekan dinding perut (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)

20
Ekstremitas atas&bawah : dalam batas normal
Status lokalis genitalia

Inspeksi : terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x 5 x 3 cm


di daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan
tidak terdapat tanda-tanda radang

Palpasi : teraba massa di daerah skrotum dextra dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm,


permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak, fluktuasi (-), testis tidak
teraba.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah Lengkap (11 Maret 2020)

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Darah rutin :
Leukosit 13,0 103/ul 4,0-9,0
Eritrosit 4,76 106/ul 3,76-5,70
Hemoglobin 14,2 g/dl 12,0-18,0
Hematokrit 42,0 % 33,5-52,0
Trombosit 309 103/ul 150-350

Kimia klinik:
GDS 161 mg/dL 70-140
Urea 33,0 mg/dL 15,0-43,2
Creatinin 1,37 mg/dL 0,60-1.20
Serologi :
HbsAg NonReaktif Nonreaktif

21
E. Resume

Pasien laki-laki berusia 58 rujukan dari Rumah Sakit Pasangkayu dengan


keluhan terdapat benjolan pada scrotum yang dirasakan tiba-tiba saat sedang
bekerja. Benjolan dirasakan membesar dan terasa nyeri disekitar benjolan.
Keluhan yang sama dirasakan sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu tetapi biasa
benjolan menghilang dengan sendirinya.
Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama
seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm.
Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan.
Menurut pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran
sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil.
pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha
maupun perut sebelumnya. Kadang pasien juga merasakan nyeri di daerah
bagian perut kiri atas dan keluhan mereda jika benjolan turun ke buah zakar.
Pada pemeriksaan fisik, TD 130/90 mmHg, N 84 x/menit, P 20 x/menit, S
36,7C, pemeriksaan thorax dan abdomen dalam batas normal. Status lokalis pada
Inspeksi terdapat massa dengan bentuk agak bulat dengan ukuran ± 7x 5 x 3 cm
di daerah skrotum dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak
terdapat tanda-tanda radang. Palpasi teraba massa di daerah skrotum dextra
dengan ukuran ± 7 x 5 x 3 cm, permukaan rata, tidak nyeri, massa teraba lunak,
fluktuasi (-), testis tidak teraba.

F. DIAGNOSIS
Hernia Scrotalis Dextra

22
G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Operatif herniotomi dan hernioraphi

Laporan :
a. Pasien dalam spinal anesthesia

b. Desinfeksi lapangan operasi

c. Insisi kanan bawah abdomen

d. Herniotomi dan hernioraphi(jaringan yang di eksisi atau insisi kantong


hernianya)

e. Tutup luka operasi

f. Operasi selesai

Instruksi post-operasi

a. Bed rest total


b. IVFD RL 1000 cc
c. Injeksi Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam
d. Injeksi Ketorolac/8 jam

23
Gambar 3.1 Gambaran Klinis sebelum dioperasi

Gambar 3.2 Prosedur Operasi

Non medikamentosa
- Tirah Baring
- Menjaga higienitas

H. FOLLOW UP

24
Tanggal Keluhan dan Pemeriksaan Instruksi Dokter
13/3/2020 S : nyeri post Op (+) , demam (-), mual
(–), muntah (-), bab dan bak biasa.
O: - IFVD
TD : 130/80 mmHg RL 1000 cc
N : 84 x/menit - Injeksi
P : 20 x/menit Ceftriaxone 1 gr/12 jam
S : 36,7ºC - Injeksi
A : Hernia Scrotalis Dextra Post Op Ketorolac/8 Jam
Hari 0

14/3/2020 S : nyeri (-) demam (-), mual (–), Instruksi Post op:
muntah (-), bab dan bak biasa. - IVFD
O: Ringer laktat 1000 cc/hari
TD : 120/80 mmHg - Inj.
N : 82 x/menit Ceftriaxone 1gr/24/iv
P : 20 x/menit - Inj.
S : 36,5ºC Ketorolac 1 amp/8 jam
A : Hernia Scrotalis Dextra Post Op
Hari 1

15/3/2020 PULANG

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis hernia scrotalis dextra didapatkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, auskultasi serta finger test
serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan maupun tindakan operasi.

Berdasarkan autoanamnesis dari Tn. AM datang dengan keluhan ada


benjolan di buah zakar kanan sejak kurang lebih 5 tahun sebelum masuk rumah
sakit. Benjolan berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama
seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran benjolan kira-kira berdiameter ± 7 cm.
Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat digerakan.
Menurut pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang batuk atau
mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran
sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil.
pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah buah zakar, lipat paha maupun
perut sebelumnya. Kadang pasien juga merasakan nyeri di daerah bagian perut kiri
atas dan keluhan mereda jika benjolan turun ke buah zakar.

Keluhan batuk lama disangkal pasien namun pasien sering bekerja


mengangkat jerigen bensin di mana ini akan meningkatkan tekanan intra abdomen
dan menjadi salah satu faktor predisposisi terjadinya hernia. Mual, muntah dan
perut kembung disangkal pasien sehingga kita bisa menyingkirkan kemungkinan
incarserata ( hernia yang disertai gangguan pasase) pada pasien ini.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien juga mendukung diagnosis


hernia scrotalis dextra di mana pada daerah inguinal kanan ditemukan benjolan
dari inguinal kanan ke scrotum, berbentuk lonjong di mana ini menandakan hernia
inguinalis lateralis. Benjolan juga kenyal, mobile dan finger test teraba benjolan di

26
ujung jari pemeriksa. Warna kulit sama dengan warna kulit di sekitarnya
(menyingkirkan adanya radang).

Dari pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, EKG tidak ditemukan


adanya kelainan sehingga diagnosis hernia scrotalis dextra bisa ditegakkan dan
dapat dilakukan penangan pada pasien ini yaitu tindakan operasi herniotomi dan
hernioplasty. Dikarenakan pasien menderita hernia scrotalis dextra yang tidak
disertai komplikasi dan penangan yang tepat dan baik maka prognosis pasien ini
baik sehingga bisa segera pulang dari rumah sakit.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th
2011. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on
May 12th 2011)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2008.
(Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May
12th 2011)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm
cited on May 13th 2011)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati
Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515.

28
Hernia teknik fretensien

29

Anda mungkin juga menyukai