Implementasi standar proses di sekolah, telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses cakupan isi peraturan ini menguraikan bagaimana seharusnya perencanaan pembelajaran dikembangkan, komponen apa saja yang harus lengkapi, bahkan sampai pada semua rincian yang harus disiapkan dalam pelaksanaan penilaian. Demikian juga tentang pelaksanaan proses pembelajaran, sistem penilaian dan pengawasannya, semuanya telah diuraikan secara rinci dengan maksud agar pembelajaran dan hasil belajar peserta didik mencapai tingkat yang optimal. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang ditetapkan berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 merupakan salah satu acuan utama bagi satuan Pendidikan dalam keseluruhan proses penyelenggaraan pembelajaran, mulai dari perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Pemberlakuan standar proses pada satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan dalam mencapai standar kompetensi lulusan yang pada akhirnya mampu meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, proses pembelajaran di setiap SMA harus menerapkan prinsip pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat masing-masing. Selain itu, proses pembelajaran harus dilaksanakan secara fleksibel dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang tersedia baik di dalam maupun di luar sekolah. Proses pembelajaran ini diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa standar proses memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses pencapaian standar nasional pendidikan lainnya.
Analisis Standar Proses
No Komponen Kondisi Ideal Hambatan Tantangan . 1. Perencanaan a) Silabus Pada Silabus harus Dalam Perlu diprogramkan memuat: pengembangan bimbingan dan 1. Identitas mata silabus masih pendampingan teknik pelajaran ,SK KD, banyak guru yang membuat silabus Kegiatan belum melakukan mulai dari analisis SI Pembelajaran, analisis SK-KD. sehingga Indikator Dalam menghasilkan silabus ketercapaian, penyusunan minimal hasil adaptasi Penilaian, Alokasi silabus masih dan menyesuaikan Waktu, banyak guru dengan karakteristik. Sumber/Bahan/Alat. melalui proses 2. Penyusunan silabus mengadopsi dan berdasarakan hasil adaptasi silabus pemetaan Standar Isi. yang sudah ada. b) RPP 1. RPP memuat: Masih banyak guru Perlu diadakan Identitas MP, SK, menyusun RPP workshop dan KD, Indiator tidak melampirkan bimbingan Pencapaian, tujuan, instrumen pembuatan RPP. Alokasi Waktu , penilaian dan atau Peran pemerintah Metode soal yang sangat diperlukan Pembelajaran, tercantum dalam untuk Kegiatan RPP tidak memfasilitasi Pembelajaran, mereprensantisikan kebutuhan belajar Penilaian belajar, dan tujuan pada RPP. peserta didik. sumber belajar. Media 2. Pada tahapan pembelajaran kegiatan kurang tersedia pembelajaran terdiri dari tahapan: pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. 3. Mengacu pada prinsip-prinsip penyusunan RPP. 2. Pelaksanaan a) Persyaratan Jumlah maksimal peserta Masih banyak jumlah Fungsi pengawasan Pelaksanaan didik setiap rombongan peserta didik per diefektifkan dan Rombongan belajar adalah 32 peserta rombongan belajar sebaiknya Belajar didik. adalah 40 – 50. pengawasan dilakukan oleh individu yang mengetahui pembelajaran secara teknis. b) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Dalam kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan pembelajaran tidak pembelajaran guru Penyampaian konsisten dengan wajib membawa tujuan pemetaan RPP sebagai Motivasi waktu yang kontrol dalam 2. Kegiatan inti direnecanakan pada pelaksanaan Eksplorasi RPP. Contoh: dalam pembelajaran. Elaborasi pemetaan waktu pada Prosedur, Konfirmasi RPP mengalokasikan mekanisme, dan 3. Penutup waktu 15 menit, instrument Rangkuman namun penilaian pelaksanaannya disejarjarkan Penialaian/refleks melampaui dari urgensinya i waktu yang sehingga dapat Umpan balik ditetapkan, sehingga mendorong Tugas tujuan kegiatan keberhasilan pencapaian pembelajaran Kompetensi tidak secara tercapai. keseluruhan. 3. Penilaian Hasil Penilaian dilakukan oleh Hasil penilaian Kepala Sekolah Belajar guru terhadap hasil pembelajaran tidak melakukan pembelajaran untuk dilakukan analisis pemeriksaan dan mengukur tingkat sebagai bahan acuan pemantauan pencapaian kompetensi dalam program perkembangan peserta didik, serta perbaikan proses hasil belajar digunakan sebagai hahan pembelajaran peserta didik dari penyusunan laporan bagi guru. guru sebagai kemajuan hasil belajar, info/data dan memperbaiki proses ketidakberhasilan pembelajaran. peserta didik Penilaian hasil belajar difungsikan sebagaimana mestinya. Penilaian hasil belajar memperhatikan keseimbangan antara aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Prosedur, mekanisme, dan instrument penilaian disejarjarkan urgensinya sehingga dapat mendorong keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Sistem pembelajaran yang menuntut penilaian hasil belajar tidak terfokus pada hasil belajara tetapi juga proses belajar. STANDAR KOMPETENSI DAN KELULUSAN Menyusun kurikulum, terlebih dahulu dilakukan analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk bisa melaksanakan tugas-tugas tertentu. Hasil analisis tersebut pada gilirannya menghasilkan Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi adalah kemampuan berfikir, bersikap dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Sedangkan Standar Kompetensi adalah ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu poses pembelajaran pada suatu pendidikan tertentu. Standar Kompetensi Lulusan adalah seperangkat kompetensi lulusan yang dibakukan dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik Standar ini harus dapat diukur dan diamati untuk memudahkan pengambilan keputusan bagi guru, dosen, tenaga kependidikan yang lain, peserta didik, orang tua dan penentu kebijaksanaan. Standar Kompetensi Lulusan bermanfaat sebagai dasar penilaian dan pemantauan proses kemajuan dan hasil belajar peserta didik. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dikemukakan bahwa, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Hambatan pada Standar Kompetensi dan Kelulusan
1. Fenomena sistem evaluasi yang belum menjamin kompetensi lulusan nampak jelas dari kelulusan sekolah setiap tahun yang mendekati 100%, sementara yang lulus murni dari seleksi SNMPTN atan SBMPTN universitas kurang dari 10%. 2. Beberapa siswa masih menunjukkan perilaku kurang sopan dalam berbicara. 3. Masih ada siswa yang rasa percaya dirinya belum terbangun. 4. Kurangnya minat dan kebiasaan siswa terhadap membaca. 5. Belum tersedianya internet untuk kalangan siswa, hanya baru ada untuk fasilitas tenaga kependidikan. 6. Guru kurang memahami terhadap pengembangan dimensi sikap peserta didik. 7. Pengembangan setiap dimensi pengembangan diri tidak ditindaklanjuti di rumah. 8. Guru kesulitan dalam mengaktifkan siswa agar percaya diri dalam mengungkapkan sesuatu. 9. Guru kesulitan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. 10. Guru kesulitan mengamati siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan alam. 11. Guru kesulitan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter dalam semua pembelajaran. 12. Guru kesulitan memberikan tugas dalam ranah abstrak.
Tantangan pada Standar Kompetensi dan Kelulusan
1. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. 2. Siswa dituntut memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. 3. Hasil UN dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program dan satuan pendidikan; dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; penentuan kelulusan peserta didik; pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. 4. Perlu diadakan bimbingan dan konseling bagi siswa agar terbentuk pribadi yang santun dan patuh terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. 5. Siswa diharapkan dapat membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif. 6. Siswa menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri. 7. Siswa menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri. 8. Siswa menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam bidang iptek. 9. Siswa dapat menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks. 10. Siswa dapat menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing. 11. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan. 12. Siswa menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global. 13. Siswa dapat memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab. 14. Siswa diharapkan dapat mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya. 15. Siswa diharapkan memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab. 16. Siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi. 17. Siswa menunjukkan kegemaran membaca, menulis, keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 18. Siswa dapat menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi.