2902 1 5817 1 10 20160709 PDF
2902 1 5817 1 10 20160709 PDF
Abstract
High intensity of rainfall in tropical region causes the subgrade often geting a deteoriation of soil support that
influences the pavement performance on it. Therefore, in the Kalimantan West province the type of
pavement, rigid pavement, was widely applied. In this paper a study regarding with a evaluation of pavement
using Cement Treated Base on link of Simpang-1 Belitang – Belitang in Sekadau regency with applying a
Hammer test and CBR test on the field was already undertaken which the result as a second opinion of
academic contribution. The results suggest that the pavement is still a good performance to serve road traffic
which compression strength was above 125 kg/cm 2 and the CBR test was above 125%.
Keywords: Intensity of rainfall, Subgrade; CTB; Hammer test; Compressive strength.
Abstrak
Intensitas curah hujan yang tinggi pada daerah tropis menyebabkan tanah dasar sering mengalami
kemunduran dalam hal daya dukungnya sehingga berdampak pada kinerja perkerasan yang berada diatasnya.
Menyadari hal tersebut, di provinsi Kalimantan Barat penggunaan perkerasan kaku berupa campuran agregat
dan semen berkembang sangat pesat. Pada makalah ini, suatu studi berupa evaluasi daya dukung cement
treated base (CTB) pada ruas Simpang-1 Belitang – Belitang , kabupaten Sekadau menggunakan Hammer
Test dan juga CBR Lapangan dilakukan sebagai second opinion selaku akademisi. Dari hasil pengujian Hammer
Test menunjukkan bahwa CTB dalam kondisi baik untuk melayani lalu lintas yangmana kuat tekan diatas
persyaratan yang ditetapkan sebesar 125 kg/cm2 dan nilai CBR lebih dari 125%.
Kata Kunci: Curah hujan, Tanah dasar; CTB; Hammer test; Kuat tekan.
INTRODUCTION
Perkembangan penggunaan perkerasan kaku di provinsi Kalimantan Barat sangat pesat.
Hal ini dikarenakan perkerasan lentur tidak tahan terhadap pengaruh air baik penurunan
daya dukungnya pada material agregat akibat terendam air dan juga pengaruhnya terhadap
kelekatan pada material campuran aspal. Di daerah beriklim tropis sebagaimana kota
Pontianak dan kota-kota lain di wilayah provinsi Kalimantan Barat dengan intensitas curah
hujan yang tinggi (melebihi 300 mm per hari), selain itu juga adanya tanah lunak di
beberapa tempat dengan daya dukung yang rendah serta drainase yang buruk karena level
muka air tanah sangat tinggi, maka diperlukan jenis perkerasan yang tahan terhadap situasi
tersebut diatas.
Istilah betonisasi muncul dikarenakan hampir semua jalan-jalan lingkungan khusunya di
kota Pontianak menerapkan lapisan beton sebagai perkerasan jalan. Efek ini menjalar tidak
hanya pada jalan lingkungan, pada akses jalan perkebunan dimana lahan kelapa sawit
menjadi unggulan pada sektor perkebunan sesuai data BKPM, 2014 [1]. juga menerapkan
perkerasan kaku dengan menggunakan CTB sebagai pondasi.
790
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
Tujuan Penelitian
Pengujian menggunakan Hammer test dan uji CBR Lapangan dimaksudkan untuk
memeriksa mutu perkerasan pondasi jenis Cement Treated Base (CTB) yang telah
melayani lalu lintas lebih dari setahun pada lokasi studi.
LITERATURE REVIEW
Umum
Perkerasan jalan raya terdiri dari 2 (dua) jenis. Jenis pertama adalah perkerasan lentur dan
yang kedua adalah perkerasan kaku. Adapun fungsi utama dari perkerasan adalah
mendistribusikan tegangan yang diakibatkan beban lalu-lintas berasal dari roda kendaraan
dan selanjutnya didistribusikan ke tanah dasar.
Pada jenis perkerasan lentur umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Berurutan
dari atas ke bawah adalah lapis permukaan (Surface course), kemudian Lapis Pondasi Atas
(Base Course) dan Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) selanjutnya adalah Tanah
Dasar (Subgrade) seperti diilustrasikan pada Gambar 1.
Sementara itu, pada perkerasan kaku, Lapis Pondasi khususnya Lapis Pondasi Atas
umumnya ditambahkan semen dengan maksud mengikat butiran/aggregate agar tidak
mudah terlepas/segregasi ketika menerima pembebanan lalu-lintas, selain itu dengan
menambahkan semen berdampak meningkatkan modulus elastisitas bahan tersebut.
791
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
(a) (b)
Pada perkerasan kaku, tegangan yang didistribusikan ke tanah dasar mempunyai luasan
yang lebih besar sehingga tegangannya pada permukaan tanah dasar menjadi jauh lebih
kecil. Hal ini disebabkan modulus elastisitas bahan perkerasan kaku lebih besar. Distribusi
tegangan pada tanah dasar seluas lingakaran dengan radius kekakuan relatif [4] sesuai
ketebalan dan modulus elastisitas bahan serta modulus kekakuan relatif tanah dasar.
𝐸ℎ 3
𝑙= ....................................(3)
12 1−𝜇 2 𝑘
Dimana:
l = radius kekakuan relatif
E = modulus elastisitas pelat
h = tebal pelat
μ = poisson rasio
k = modulus reaksi tanah dasar
792
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
l l
METODE PENGUJIAN
Evaluasi kekuatan atau daya dukung pondasi CTB dilakukan dengan menggunakan
Hammer Test untuk mengetahui kuat tekan pelat. Selain itu pengujian menggunakan
CBRLapangan dilakukan untuk mengetahui daya dukungnya sesuai parameter CBR.
Hammer Test
Hasil bacaan rata-rata selanjutnya di plotkan mengikuti kurva dalam Gambar 5 untuk
mendapatkan kuat tekan rerata.
793
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
Adapun kuat tekan hasil pemeriksaan lapangan sesuai bacaan selanjutnya dirangkum dan
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kuat Tekan berdasarkan Hammer Test
Lokasi Bacaan Kuat Tekan
Arah Pengujian rerata
No. STA Nilai bacaan Max/Min Rerata (Kg/cm2)
1 0+020 Horizontal 19,26,20,19,18,18,17,20,18 26/17 19,4 90
2 0+050 Vertikal 18,26,20,24,32,19,20,36,25 36/19 24,4 225
3 0+080 Vertikal 16,16,20,20,14,16,20,16,14 20/14 16,9 110
4 0+087 Horizontal 18,18,22,17,20,16,19,20,20 22/16 18,9 80
5 0+600 Vertikal 22,20,20,20,22,16,22,18,20 22/16 20 160
Nilai rerata 133
CBR Lapangan
Selain pengujian kuat tekan pada lapis pondasi menggunakan Hammer Test, pemeriksaan
daya dukung Lapis Pondasi dengan uji CBRLapangan juga dilakukan pada 3 (tiga) titik.
Pengujian CBRLapangan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.
794
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
250
Nilai Kuat Tekan di
Lapangan
Kuat Tekan (Kg/cm2)
200
0
0 2 4 6 Nilai Kuat Tekan yang
disyaratkan
Nomor Uji
795
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
Kuat tekan terkecil hasil pemeriksaan lapangan adalah 80 kg/cm2. Nilai ini adalah yang
terkecil walaupun masih jauh di atas beban roda kendaraan yang berkisar 5,5-8,0 kg/cm2,
sementara itu kuat tekan rerata hasil pengujian lapangan adalah 113 kg/cm2 dimana lebih
kecil dari kuat tekan yang disyaratkan sebesar 125 kg/cm2. Dari 5 (lima) titik sampel yang
diambil secara acak ada 2 (dua) nilai kuat tekan lebih besar dari kuat tekan yang
disyaratkan sebesar 125 kg/cm2 dan 3 titik berada dibawah nilai tersebut.
Pengujian kuat tekan arah horizontal memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan
dengan hasil pengujian arah vertikal, hal ini karena permukaan perkerasan pada pengujian
arah horizontal tidak rata disebabkan pengaruh pemasangan mal saat pengecoran. Oleh
karena itu nilai kuat tekan pada arah vertikal lebih mewakili, yang mana ada 3 nilai yaitu
225, 110 dan 160 kg/cm2 atau nilai rerata sebesar 165 kg/cm2. Jika dibandingkan dengan
nilai rerata uji lab (sesuai Tabel 4) dimana kuat tekan rerata untuk 4 benda uji berada pada
range 153,33 s/d 159,72 kg/cm2 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai rerata kuat tekan
arah vertikal uji lapangan sebesar 165 kg/cm2. Jika mengacu secara statistik diperlukan 20
titik pengujian untuk mendapatkan nilai standard deviasi yang representatif. Namun pada
pengujian ini hanya ada 3 titik pengujian khususnya arah vertikal yang dapat digunakan
untuk mendapatkan nilai rerata kuat tekan beton.
Standar deviasi pada pengujian di laboratorium adalah max 7,5 kg/cm2. Sementara nilai
standar deviasi uji lapangan untuk 3 titik pengujian adalah 59,16 kg/cm2. Jika
menggunakan nilai standar deviasi hasil uji di laboratorium maka kita dapat menentukan
kuat tekan karakteristik pengujian lapangan sebesar nilai rerata dikurangi 1,64 kali nilai
standar deviasi yakni kuat tekan karakteristik beton sebesar 165 – 1,64 x 7,5 = 152,7
kg/cm2 yang mana lebih besar dari kuat tekan karakteristik yang disyaratkan sebesar 125
kg/cm2. Penggunaan nilai standar deviasi hasil pengujian lapangan terlalu sedikit dalam hal
jumlah sampel dan memerlukan jumlah titik pengujian yang lebih banyak.
CBR Lapangan
Pada Lapis Pondasi Atas (Base Course) pada jalan raya minimal mempunyai daya dukung
sebesar CBR 80%. Semakin besar nilai CBR suatu perkerasan, maka tebal perkerasan
memungkinkan dapat menjadi lebih tipis. Hasil pemeriksaan CBR lapangan pada 2 (dua) titik
memberikan nilai CBR 127,14% dan 137,46%. Hal ini menunjukkan bahwa material
pondasi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut telah memenuhi syarat dalam hal daya
dukung.
Pada umumnya material berbutir/agregat dalam komposisi butiran yang baik (interlocking
antar butiran) mempunyai daya dukung maksimal CBR 100%, penambahan material
semen (bounded aggregate) dapat meningkatkan daya dukung lapis pondasi.
KESIMPULAN
Berikut adalah beberapa catatan penting berkaitan dengan hasil pengujian lapangan yang
telah dilakukan pada ruas jalan Simpang SP 1 Belitang-Belitang kecamatan Belitang,
kabupaten Sekadau, meliputi:
1. Secara visual tidak detemukan kegagalan Lapis Pondasi Atas (LPA) yang terbuat dari
agregat yang distabilisasi dengan semen.
2. Kerusakan lapis penutup jenis Latasir Klas B ditemukan pada beberapa lokasi
sepanjang ruas pemeriksaan, walaupun lapis penutup jenis ini tidak diperhitunbgkan
sebagai kekuatan struktur perkerasan.
3. Kuat Tekan rerata (pengujian arah vertikal dan horizontal) hasil pemeriksaan lapangan
adalah sebesar 133 kg/cm2 yangmana lebih besar dari kuat tekan yang disyaratkan
796
The 17th FSTPT International Symposium, Jember University, 22-24August 2014
sebesar 125 kg/cm2. Selain itu daya dukung lapis pondasi hasil pemeriksaan lapangan
sebesar CBR 127,14% dan 137,46% lebih tinggi dari daya dukung pondasi agregat
(unbounded material) maksimal CBR 100%.
4. Kuat tekan rerata pada pengujian arah vertikal sebesar 165 kg/cm2, sedangkan kuat
tekan rerata pengujian arah horizontal didapatkan sebesar 85 kg/cm2. Kuat tekan pada
pengujian vertikal memberikan nilai yang relatif representatif dibandingkan pengujian
arah horizontal disebabkan permukaan perkerasan pada pengujian arah vertikal relatif
rata dibandingkan pengujian arah horizontal pada sisi tepi perkerasan dikarenakan
permukaan mal saat pengerjaan.
Saran-saran:
Pemeliharaan jalan dilakukan untuk tetap menutup permukaan yang terkelupas dengan
lapis perkerasan perlu dilakukan untuk mencegah deteriosasi-kemunduran kualitas
perkerasan akibat pengaruh cuaca selama umur pelayanannya.
DAFTAR PUSTAKA
BKPM,(2014), Potensi Kelapa Sawit di Kalimantan Barat, BKPM investment
Coordinating Board. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/.
Widodo, S., (2013), Analysis of Dynamic Loading Behavior for Pavement on Soft Soil,
Doctoral Dissertation, TU-Bergakademie Freiberg, Germany.
Hasibuan, H., (1985), Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen),
Departemen Pekerjaan Umum.
Westergaard, H.M., (1928), Theory of Pavement Design, Proceedings, Highway Research
Board.
797