2018)
OLEH :
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis
halangan apapun.
Penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna,karena manusia pasti mempunyai
kekurangan. Penulis juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu,sehingga apa yang tertulis
dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis usahakan semaksimal
mungkin. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1. LATAR BELAKANG.........................................................................................................3
2. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................8
3. BATASAN MASALAH.....................................................................................................8
4. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................8
5. MANFAT PENELITIAN............................................................................................9
6. SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................................9
BAB II...................................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................11
2. KLASIFIKASI...........................................................................................................12
3. PREVALENSI...........................................................................................................14
4. ETIOLOGI.................................................................................................................15
iii
5. PATOFISIOLOGI......................................................................................................15
6. GEJALA KLINIK......................................................................................................17
7. PENYEBAB..............................................................................................................18
8. PENANGANAN........................................................................................................19
9. SECTIO CAESARIA....................................................................................................20
11. OKSITOSIN................................................................................................................21
BAB III.................................................................................................................................23
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................................23
1. JENIS PENELITIAN....................................................................................................23
3. POPULASI....................................................................................................................23
4. SAMPEL.......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi pada setiap
wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan
berkembang di dalam uterus 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama,
2014).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 memperkirakan angka kematian
ibu sebesar 500.000 jiwa dan 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian kematian ibu dan bayi
sebagian besar terdapat dinegara berkembang yaitu sebesar 98% - 99% dimana
kematian ibu dan bayi dinegara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan negara
maju (Oktavia,2016).
per 100.000 kelahiran hidup dan Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup,
bahkan Angka Kematian Ibu di Vietnam sama seperti negara Malaysia, sudah
3
Penyebab tingginya AKI di Indonesia pada umumnya sama yaitu dikarenakan faktor
penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung adalah perdarahan
(28%), eklampsia(24%), infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%), partus lama (5%),
komplikasi masa nifas (8%), emboli obstetri(3%) dan lain - lain 16 % (Jayanti dkk,
2016).
Selatan tahun 2014 jumlah kematian ibu sebanyak 138 per 100.000 kelahiran hidup,
terdiri dari kematian ibu hamil 15 orang (10,86%), kematian ibu bersalin 54 orang
(39,13%), kematian ibu nifas 69 (50,00%). Adapun kematian ibu menurut umur yaitu >
Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, menunjukka 3
kehamilan atau eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Perdarahan pada ibu hamil
dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan sebelum janin lahir) dan perdarahan
minggu dengan insiden 2 - 5%. Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan
trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah
perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa.
mendatangkan syok yang fatal. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut
4
abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk
Plasenta merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin. Plasenta memiliki peran sebagai tempat pertukaran zat, penghasil hormon yang
berguna selama kehamilan, dan sebagai barier. Melihat pentingnya peranan plasenta,
maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin ataupun mengganggu proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa
Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio placentae,
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada uterus sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan masa
gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gr. Proses solusio plasenta dimulai
jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar),
5
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir. Faktor - faktor yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasentayaitu ibu hamil
dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu dan riwayat solusio
Penyebab solu misio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus – kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vasukler menahun, dan 15,5% di
sertai pula dengan preeklamsia. Factor lain diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambah usia
ibu
merika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat inikematian maternal akibat
diperkirakan 450 per 100.000 kelahiranhidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-
142 per 100.000) 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara
6
Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebagian besar kasus solusio plasenta juga terjadi
pada ibu - ibu dengan paritas 2 - 4 sebesar 62,06%, diikuti oleh ibu - ibu dengan paritas
≥ 5 sebesar 28%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Prawirohardjo di Rumah Sakit
Memorial Hospital yang menyatakan semakin tinggi paritas ibu maka semakin besar
kemungkinan menderita solusio plasenta. Namun hal ini sesuai dengan penelitian yang
saja yaitu primipara dan multipara) yang menyatakan solusio plasenta lebih banyak
ditemukan pada ibu -ibu yang multipara dibandingkan dengan ibu - ibu yang primipara
(Prawirohardjo, 2007 dalam Jaya, 2010). Berdasarkan hasil laporan RSUD Syekh
Yusuf Gowa pada tahun 2017 jumlah ibu hamil sebanyak 413 dan jumlah ibu hamil
yang mengalami solusio plasenta sebanyak 12 orang (2,90%), pada bulan Januari
sampai dengan April 2018 jumlah ibu hamil sebanyak 204 dan jumlah ibu hamil yang
kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka
penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat.
Solusio plasenta sedang dan berat apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala
solusio plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila
janin hidup, dilakukan sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang
dan tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum
7
juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi
regangan dinding uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latarbelakang yang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
3. BATASAN MASALAH
Penulisan proposal ini membatasi hanyal pada Solusio plasenta, Paritas, Multiparitas,
Primaritas
4. TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan umum
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas ibu
(primipara dan multipara) terhadap kejadian solusio plasenta di RSUD Syekh Yusuf
b. Tujuan khusus
8
2. Mempelajari tentang hubungan paritas ibu dengan solusio plasenta
5. MANFAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi rumah sakit untuk mengembangkan
disebabkan oleh solusio plasenta melalui fakto pendekatan dengan resiko sejak dini
pada saat pelayanan ANC dan USG sehingga dapat memberikan perhatian lebih
b. Bagi masyarakat
dibidang kesehatan terutama pada resiko solusio plasenta untuk pencegahan sejak
dini
Penelitian ini digunakan sebagai data dasar dan informasi mengenali resiko solusio
6. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
9
Menjelaskan latarbelakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
Menguraikan teori dasar secara umum tentang solusio plasenta dan hubungan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio placentae,
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada uterus sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan
masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gr. Proses solusio plasenta
plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri
janin lahir. Faktor - faktor yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasentayaitu
ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu dan riwayat
11
Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan
2. KLASIFIKASI
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis),dapat
pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan
lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding
rahim. Darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di plasenta yang terlepas dan
bawah rahim.
12
Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi
Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250
ml. Gejalagejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi
seperti nyeri pada perut yang terusmenerus, denyut janin menjadi cepat,
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah
yangkeluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum
koagulopati dangagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.
13
3. PREVALENSI
Saat ini kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta
Pada tahun 1988 kematian maternal di ndonesia diperkirakan 450 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-
100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di negara
jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat
14
4. ETIOLOGI
Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat beberapakeadaan
patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertaisolusio plasenta dan
usia ibu, dan paritas yang tinggi insidensinya meningkat seiring dengan usia ibu. Meski
Prtichard dkk.(1991) juga memperlihatkan bahwa insiden lebih tinggi pada wanita
dengan paritas tinggi, Toohey dkk. (1995) tidak mendapatkan hal ini pada wanita yang
5. PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu
keadaan yang mampu memisahkan vili vili korialis plasenta dari tempat
implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu
berasal dari kematian sel (apoptosis) yangdisebabkan oleh iskemia dan hipoksia.
pembuluh darah desidua atau dalam vakskular vili dapat berujung kepada iskemia dan
terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan
15
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan
hematom yang bisamenyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan
pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala
kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam
(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi
(concealed hemorrhage)
menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi sepertiinfark,
oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi merusak
hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta. Dilaporkan
merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta. Merokok
16
6. GEJALA KLINIK
Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan
yang berwarna tua keluar melalui vagina (80%kasus), nyeri perut dan uterus tegang
Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit yang
menunjukkan gejala. Pada keadaaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali
plasenta. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih
sedikit,sehingga belum keluar dari vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan
membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar berwarna merah
segar pada plasenta previa. Tanda vital ibu dan janin masih baik. Pada inspeksi dan
auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada
tempat terbentuknya hematom. Kadar fibrinogen darah dalam batas normal yaitu
350mg%. Walaupun belum memerlukan intervensi segera keadaan ringan ini perlu
Gejala dan tanda pada solusio plasenta sedang seperti rasa nyeri pada perutyang
mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada.
rasa nyeri bersifat menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang normal.
17
Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan keadaan
janin dengan kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes
Pada solusio plasenta berat perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
(defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam. Oleh karena itu, palpasi
bagianbagian janin tidak mungkin dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi dari pada
yang seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah di dalam uterus pada
kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa obser!asi tinggi fundus bertambah
lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi rahim terlihat
membulat dan kulit di atasnya kencang. Pada auskultasi denyut jantung janin tidak
terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan umum
menjadi buruk disertai syok. Adakalanya keadaan umum ibu jauh lebih buruk
dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina. Kadar fibrinogen
darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada tromobositopenia
7. PENYEBAB
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus – kasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vasukler menahun, dan 15,5% di sertai
pula dengan preeklamsia. Factor lain diduga turut berperan sebagai penyebab
terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambah usia
ibu
18
8. PENANGANAN
Terapi solusio plasenta akan berbedabeda tergantung pada usia kehamilan serta status
ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila persalinan pervaginam tidak
terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih seksio sesaria darurat
berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka
ketat.
bila serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian
oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban
mempercepat persalinan.
19
9. SECTIO CAESARIA
Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin hampir selalu
berarti seksio sesarea. Kayani dkk. (2003) meneliti hubungan antara cepatnya
persalinan dan prognosis janinnya pada wanita hamil dengan gejala klinis berupa
solusio plasenta dan bradikardi janin. 22 bayi secara neurologis dapat selamat, 15
bayi dilahirkan dalam waktu 20 menit setelah keputusan akan dilakukan operasi. 11
bayi meninggal atau berkembang menjadi Cerebral Palsy 8 bayi dilahirkan di bawah
20 menit setelah pertimbangan waktu, sehingga cepatnya respons adalah faktor yang
penting bagi prognosis bayi ke depannya. Seksiosesarea pada saat ini besar
sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan penggantian darah
kesulitan pada seksio sesarea. Insisi abdomen dan uterus rentan terhadap perdarahan
20
dapat dihindari walaupun defek koagulasinya masih ada. Lebih lanjut, perdarahan
11. OKSITOSIN
Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi hipertonisitas
ritmik, pasien diberi oksitosin dengan dosis standar. Stimulasi uterus untuk
Berdasarkan Hasil dari pengelolaan dan penyajian data yang telah dilakukan dengan
variabel yang diteliti, yaitu Hubungan Paritas Ibu dengan Solusio Plasenta
Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari
sampai dengan April 2018 diperoleh hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian
solusio plasenta pada kelompok paritas primipara sebanyak 0 orang atau tidak ada
(0,0 %) dan multipara yaitu sejumlah 2 orang (1,3 %). Jumlah ibu hamil yang
21
mengalami solusio plasenta dengan paritas multipara lebih besar di bandingkan ibu
Berdasarkan uraian diatas bahwa ibudengan paritas primipara dan multipara tidak
dengan hasil penetian Bintan Deman Jaya (2010), yang menyatakan bahwa semakin
tinggi paritas maka semakin tinggi untuk mengalami risiko terjadinya solusio
plasenta dan risiko terjadinya solusio plasenta tergolong pada paritas ibu dengan
Menurut Brahmandhi dan Krtika (2016) pada ibu dengan paritas multipara
merupakan salah satu faktor risiko dari solusio plasenta. Implikasi antara paritas dan
mengemukana adanya hubungan antara paritas dan solusio plasenta. Studi lain
RSUD Moewardi Surakarta frekuensi tertinggi terdapat pada ibu dengan paritas 7
atau lebih yaitu 3 dari 257 persalinan 1,19%, sedangkan frekuensi terendah
ditemukan pada ibu dengan paritas 0 (nullipara) yaitu 4 orang dari 1682 persalinan
0,23%. Oleh karena itu tingginya paritas juga mempengaruhi tingginya kejadian
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. JENIS PENELITIAN
kejadian solusio plasentadi RSUD Syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai
Lokasi ini dilaksanakan di RSUD Syekh Yusuf Gowa, pada tanggal 15 sampai dengan
18 juli 2018
3. POPULASI
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil pada bulan januari sampai
dengan april 2018 di RSUD Syekh Yusuf Gowa sebanyak 204 orang
4. SAMPEL
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil pada bulan januari sampai dengan
23
5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data di rekam medik (medical record)
di RSUD Syekh Yusuf Gowa. Sehingga data yang diperoleh adalah data sekunder.
dimana analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji chi square
24
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari A.I, 2018. Hubungan paritas Ibu (Primipara Dan Multipara) Terhadap
Kejadian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Vol.2 No.1
Maryunani, Anik, dkk. 2009. Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :
Surakarta, Program Studi DVII Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Bagian Ketiga: Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir (Masalah Ibu)
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. h. 492-513.
25