Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

(HUBUNGAN PARITAS (PRIMIPARA DAN MULTIPARA) TERHADAP KEJADIAN

KEJADIAN SOLUSIO PLASENTA DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA TAHUN

2018)

OLEH :

NAMA : IRENA BRANDMAY

NIM : 18 031 451 060 70

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal “HUBUNGAN PARITAS IBU (PRIMIPARA DAN

MULTIPARA) TERHADAP KEJADIAN SOLUSIO PLASENTA” dengan baik tanpa

halangan apapun.

Penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna,karena manusia pasti mempunyai

kekurangan. Penulis juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu,sehingga apa yang tertulis

dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis usahakan semaksimal

mungkin. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang

bersifat membangun demi menjadi lebih sempurna.

Makassar, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I......................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3

1. LATAR BELAKANG.........................................................................................................3

2. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................8

3. BATASAN MASALAH.....................................................................................................8

4. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................8

5. MANFAT PENELITIAN............................................................................................9

6. SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................................9

BAB II...................................................................................................................................11

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................11

1. DEFINISI SOLUSIO PLASENTA............................................................................11

2. KLASIFIKASI...........................................................................................................12

3. PREVALENSI...........................................................................................................14

4. ETIOLOGI.................................................................................................................15

iii
5. PATOFISIOLOGI......................................................................................................15

6. GEJALA KLINIK......................................................................................................17

7. PENYEBAB..............................................................................................................18

8. PENANGANAN........................................................................................................19

9. SECTIO CAESARIA....................................................................................................20

10. PERSALINAN PERVAGINAM...............................................................................20

11. OKSITOSIN................................................................................................................21

12. HUBUNGAN PARITAS IBU DENGAN SOLUSIO PLASENTA............................................21

BAB III.................................................................................................................................23

METODOLOGI PENELITIAN............................................................................................23

1. JENIS PENELITIAN....................................................................................................23

2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN.....................................................................23

3. POPULASI....................................................................................................................23

4. SAMPEL.......................................................................................................................23

5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL.........................................................................24

6. PENGELOLAH DAN PENGAMBILAN DATA.........................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi pada setiap

wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan

berkembang di dalam uterus 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama,

2014).

Kehamilan merupakan penyumbang terbesar Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut

World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 memperkirakan angka kematian

ibu sebesar 500.000 jiwa dan 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian kematian ibu dan bayi

sebagian besar terdapat dinegara berkembang yaitu sebesar 98% - 99% dimana

kematian ibu dan bayi dinegara berkembang lebih tinggi dibandingkan dengan negara

maju (Oktavia,2016).

Di negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) seperti Singapura hanya 6

per 100.000 kelahiran hidup dan Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup,

bahkan Angka Kematian Ibu di Vietnam sama seperti negara Malaysia, sudah

mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup (Buhari, 2015).

3
Penyebab tingginya AKI di Indonesia pada umumnya sama yaitu dikarenakan faktor

penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung adalah perdarahan

(28%), eklampsia(24%), infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%), partus lama (5%),

komplikasi masa nifas (8%), emboli obstetri(3%) dan lain - lain 16 % (Jayanti dkk,

2016).

Berdasarkan hasil laporan tahunan Badan Kesehatan Masyarakat Provinsi Sulawesi

Selatan tahun 2014 jumlah kematian ibu sebanyak 138 per 100.000 kelahiran hidup,

terdiri dari kematian ibu hamil 15 orang (10,86%), kematian ibu bersalin 54 orang

(39,13%), kematian ibu nifas 69 (50,00%). Adapun kematian ibu menurut umur yaitu >

20 tahun sebanyak 4 orang, umur 20 - 34 tahun sebanyak 87 orang dan ≥ 35 tahun

sebanyak 37 orang (Dinkes Profil Kesehatan Prov. Sulsel, 2015).

Data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, menunjukka 3

penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (28%), keracunan

kehamilan atau eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Perdarahan pada ibu hamil

dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan sebelum janin lahir) dan perdarahan

postpartum (setelah janin lahir) (Surtiningsih,2008).

Perdarahan Antepartum merupakan perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20

minggu dengan insiden 2 - 5%. Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan

trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah

perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa.

mendatangkan syok yang fatal. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut

4
abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang termasuk

perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri

(Brahmadhi dan Kartika, 2016).

Plasenta merupakan bagian yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

janin. Plasenta memiliki peran sebagai tempat pertukaran zat, penghasil hormon yang

berguna selama kehamilan, dan sebagai barier. Melihat pentingnya peranan plasenta,

maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan gangguan pertumbuhan

janin ataupun mengganggu proses persalinan. Kelainan pada plasenta dapat berupa

gangguan fungsi dari plasenta,gangguan implantasi plasenta, maupun pelepasan

plasenta sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta

Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio placentae,

accidental haemorrhage, premature separation of the normallyimplanted placenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal

pada uterus sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan masa

gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gr. Proses solusio plasenta dimulai

dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma

retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga

jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar),

sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus

(perdarahan tersembunyi). (Sarwono, 2002:halaman 166)

5
Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari

implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin

lahir. Faktor - faktor yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasentayaitu ibu hamil

dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu dan riwayat solusio

sebelumnya (Surtiningsih, 2008).

Penyebab solu misio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus – kasus

berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vasukler menahun, dan 15,5% di

sertai pula dengan preeklamsia. Factor lain diduga turut berperan sebagai penyebab

terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambah usia

ibu

Insidensi solusio plasenta ber!ariasi di seluruh dunia. "rekuensi solusio plasenta di

merika Serikat dan di seluruh dunia mendekati 1%. Saat inikematian maternal akibat

solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasentamerupakan salah satu penyebab

perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal

dan perinatal di ndonesia. Pada tahun1988 kematian maternal di ndonesia

diperkirakan 450 per 100.000 kelahiranhidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-

142 per 100.000) 50-100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara

maju. Di negara berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi

kehamilan, persalinan, nifasadalah perdarahan, infeksi, preeklamsieklamsi. Selain

itu kematian maternal jugadipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia

ibu hamil, dan paritas

6
Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebagian besar kasus solusio plasenta juga terjadi

pada ibu - ibu dengan paritas 2 - 4 sebesar 62,06%, diikuti oleh ibu - ibu dengan paritas

≥ 5 sebesar 28%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Prawirohardjo di Rumah Sakit

Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan penelitian Pritchard di Parkland

Memorial Hospital yang menyatakan semakin tinggi paritas ibu maka semakin besar

kemungkinan menderita solusio plasenta. Namun hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Blumenfelt (apabila pengelompokkan paritas dijadikan 2 (dua) kelompok

saja yaitu primipara dan multipara) yang menyatakan solusio plasenta lebih banyak

ditemukan pada ibu -ibu yang multipara dibandingkan dengan ibu - ibu yang primipara

(Prawirohardjo, 2007 dalam Jaya, 2010). Berdasarkan hasil laporan RSUD Syekh

Yusuf Gowa pada tahun 2017 jumlah ibu hamil sebanyak 413 dan jumlah ibu hamil

yang mengalami solusio plasenta sebanyak 12 orang (2,90%), pada bulan Januari

sampai dengan April 2018 jumlah ibu hamil sebanyak 204 dan jumlah ibu hamil yang

mengalami solusio plasenta

Solusio plasenta ringan, pabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya

kemudian berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka

penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi ketat.

Solusio plasenta sedang dan berat apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala

solusio plasenta bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta

bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila

janin hidup, dilakukan sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks panjang

dan tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum

7
juga ada his. Apabila janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi

regangan dinding uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc

glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang yang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“apa hubungan paritas ibu dengan solusio plasenta

3. BATASAN MASALAH

Penulisan proposal ini membatasi hanyal pada Solusio plasenta, Paritas, Multiparitas,

Primaritas

4. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan umum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas ibu

(primipara dan multipara) terhadap kejadian solusio plasenta di RSUD Syekh Yusuf

Gowa pada bulan Januari sampai dengan April 2018.

b. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusu dari penelitian ini adalah

1. Mempelajari tentang solusio plasenta

8
2. Mempelajari tentang hubungan paritas ibu dengan solusio plasenta

5. MANFAT PENELITIAN

a. Bagi rsud syekh yusuf

Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi rumah sakit untuk mengembangkan

mutu pelayanan kesehatan ibu dalam mengurangi resiko perdarahan yang

disebabkan oleh solusio plasenta melalui fakto pendekatan dengan resiko sejak dini

pada saat pelayanan ANC dan USG sehingga dapat memberikan perhatian lebih

lanjut untuk mengurangi resiko pada ibu dan bayi

b. Bagi masyarakat

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi dan pengetahuan

dibidang kesehatan terutama pada resiko solusio plasenta untuk pencegahan sejak

dini

c. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini digunakan sebagai data dasar dan informasi mengenali resiko solusio

plasenta dengan pendekatan resiko pendarahan maka ibu melakukan pemeriksaan

ANC untuk mengurangi angka kejadian solusio plasenta

6. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan ini adalah sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

9
Menjelaskan latarbelakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sitematika penulisan sebagai gambaran umum

dari tugas proposal ini secara menyeluruh

BAB II LANDASAN TEORI

Menguraikan teori dasar secara umum tentang solusio plasenta dan hubungan

parita ibu dengan solusio plasenta

BAB III METODOLOGI

Pada bab ini menjelaskan langkah/metode yang diambil dalm penelitian,

cara pengambilan data, dan car mendapatkan hasil

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI SOLUSIO PLASENTA

Nama lain yang sering dipergunakan, yaitu abruptio placentae, ablatio placentae,

accidental haemorrhage, premature separation of the placenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal

pada uterus sebelum janin di lahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilandengan

masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500gr. Proses solusio plasenta

dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan

hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir

plasenta sehingga jika amniokhorion, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri

(perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan

tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi). (Sarwono, 2002:halaman 166)

Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari

implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum

janin lahir. Faktor - faktor yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasentayaitu

ibu hamil dengan hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu dan riwayat

solusio sebelumnya (Surtiningsih, 2008).

11
Terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada sebelum waktunya yakni antara minggu 20 dan

lahirnya anak. Plasenta secara normal terlepas setelah bayi lahir

2. KLASIFIKASI

Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis),dapat

pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan

maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yangterjadi akan

merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah

selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalisvservikalis dan keluar

melalui vagina, menyebabkan perdarahan eksternal (revealed hemorrhage) yang

lebih jarang, jika bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding

rahim. Darah tidak keluar dari uterus, tetapi tertahan di plasenta yang terlepas dan

uterus sehingga menyebabkan perdarahan sembunyi (concealed hemorrhage) yang

dapat terjadi parsial atau total

Solusio plasenta dengan perdarahan tertutup terjadi jika :

1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim

2. ketuban masih melekat pada dinding rahim.

3. masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah

4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen

bawah rahim.

12
Perdarahan yang tersembunyi biasanya menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi

ibu, tidak saja karena kemungkinan koagulopati konsumptif tetapi jugakarena

jumlah darah yang keluar sulit diperkirakan

Secara klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik

sesuai dengan luasnya permukaan plasneta yang terlepas, yaitu solusio

plasentaringan, sedang, dan berat

1. Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan

kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250

ml. Gejalagejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah

yangkehitamam. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.

2. Solusio Plasenta Sedang

Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai

separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi

belum mencapai 1000 ml. Gejalagejala dan tandatanda sudah jelas

seperti nyeri pada perut yang terusmenerus, denyut janin menjadi cepat,

hipotensi, dan takikardi

3. Solusio Plasenta Berat

Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah

yangkeluar melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum

disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi

koagulopati dangagal ginjal yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.

13
3. PREVALENSI

Plasenta bervariasi di seluruh dunia. Kejadiannya bervariasi dari 1 di antara 75 sampai

830 persalinan. Frekuensi solusio plasenta di amerikaSerikat dan di seluruh dunia

mendekati 1%. Solusio plasenta merupakan salahsatu penyebab perdarahan antepartum

yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di indonesia.

Saat ini kematian maternal akibat solusio plasenta mendekati 6%. Solusio plasenta

merupakan penyebab 20-35% kematian perinatal.

Pada tahun 1988 kematian maternal di ndonesia diperkirakan 450 per 100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut tertinggi di ASEAN (5-142 per 100.000) dan 50-

100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. Di negara

berkembang, penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan,

persalinan, nifas adalah perdarahan, infeksi, preeklamsieklamsi. Selain

itukematian maternal juga dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, sosioekonomi, usia

ibu hamil, dan paritas.

Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat

sebesar 1 di antara 8 kehamilan. Namun, insidensi solusio plasenta cenderung menurun

dengan semakin baiknya perawatan antenatal sejalan dengan semakin menurunnya

jumlah ibu hamil usia dan paritas tinggi dan membaiknya kesadaran masyarakat

berperilaku lebih higienis

14
4. ETIOLOGI

Sebab primer dari solusio plasenta tidak diketahui , tetapi terdapat beberapakeadaan

patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau menyertaisolusio plasenta dan

dianggap sebagai faktor risiko, seperti hipertensi,riwayat trauma, kebiasaan merokok,

usia ibu, dan paritas yang tinggi insidensinya meningkat seiring dengan usia ibu. Meski

Prtichard dkk.(1991) juga memperlihatkan bahwa insiden lebih tinggi pada wanita

dengan paritas tinggi, Toohey dkk. (1995) tidak mendapatkan hal ini pada wanita yang

memiliki 5 anak atau lebih

5. PATOFISIOLOGI

Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu

keadaan yang mampu memisahkan vili vili korialis plasenta dari tempat

implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu

patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya

jelaskarena robeknya pembuluh darah desidua. Dalam banyak kejadian perdarahan

berasal dari kematian sel (apoptosis) yangdisebabkan oleh iskemia dan hipoksia.

Semua penyakit ibu yang dapatmenyebabkan pembentukan trombosis dalam

pembuluh darah desidua atau dalam vakskular vili dapat berujung kepada iskemia dan

hipoksia setempat yangmenyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan

perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis

terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan

15
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan

hematom yang bisamenyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan

pada bagian plasenta yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada gejala

kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru lahir. Dalam

beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh putusnya

arteriaspiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian

nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternalplasenta ke sirkulasi janin.

Hematomayang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih

luasbanyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara

selaputketuban dan miometrium dan selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina

(revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi

mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralisyang

terputus. Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalamuterus

(concealed hemorrhage)

Nikotin dan kokain keduanya dapat menyebabkan vasokonstriksi yang bisa

menyebabkan iskemia dan pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi sepertiinfark,

oksidatif stres, apoptosis, dan nekrosis, yang kesemuanya ini berpotensi merusak

hubungan uterus dengan plasenta yang berujung kepada solusio plasenta. Dilaporkan

merokok berperan pada 15% sampai 25% dari insidensi solusio plasenta. Merokok

satu bungkus perhari menaikkan insiden menjadi 40%

16
6. GEJALA KLINIK

Gejala dan tanda klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan

yang berwarna tua keluar melalui vagina (80%kasus), nyeri perut dan uterus tegang

terusmenerus mirip his partus prematurus

Kurang lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit yang

menunjukkan gejala. Pada keadaaan yang sangat ringan tidak ada gejala kecuali

hematom yang berukuran beberapa sentimeter terdapat pada permukaan maternal

plasenta. Rasa nyeri pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih

sedikit,sehingga belum keluar dari vagina. Nyeri yang belum terasa menyulitkan

membedakannya dengan plasenta previa kecuali darah yang keluar berwarna merah

segar pada plasenta previa. Tanda vital ibu dan janin masih baik. Pada inspeksi dan

auskultasi tidak dijumpai kelainan kecuali pada palpasi sedikit terasa nyeri lokal pada

tempat terbentuknya hematom. Kadar fibrinogen darah dalam batas normal yaitu

350mg%. Walaupun belum memerlukan intervensi segera keadaan ringan ini perlu

dimonitor terus sebagai upaya mendeteksi keadaan bertambah berat. Pemeriksaan

ultrasonografi berguna untuk menyingkirkan plasenta previa dan mungkin bisa

mendeteksi luasnya solusio terutama padasolusio plasenta sedang atau berat

Gejala dan tanda pada solusio plasenta sedang seperti rasa nyeri pada perutyang

terusmenerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukkan gawat janin,

perdarahan yang keluar tampak lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulitdingin,

oliguria mulai ada, kadar fibrinogen berkurang antara 150-250mg/100ml,dan

mungkin kelainan pembekuan darah dan gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada.

rasa nyeri bersifat menetap, tidak hilang timbul seperti pada his yang normal.

17
Perdarahan pervaginam jelas dan berwarna kehitaman. Pada pemantauan keadaan

janin dengan kardiotokografi bisa jadi telah ada deselerasi lambat. Perlu dilakukan tes

gangguan pembekuan darah

Pada solusio plasenta berat perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan

(defence musculare) disertai perdarahan berwarna hitam. Oleh karena itu, palpasi

bagianbagian janin tidak mungkin dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi dari pada

yang seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah di dalam uterus pada

kategori concealed hemorrhage. Jika dalam masa obser!asi tinggi fundus bertambah

lagi berarti perdarahan baru masih berlangsung. Pada inspeksi rahim terlihat

membulat dan kulit di atasnya kencang. Pada auskultasi denyut jantung janin tidak

terdengar lagi akibat gangguan anatomik dan fungsi plasenta. Keadaan umum

menjadi buruk disertai syok. Adakalanya keadaan umum ibu jauh lebih buruk

dibandingkan perdarahan yang tidak seberapa keluar dari vagina. Kadar fibrinogen

darah rendah yaitu kurang dari 150 mg% dan telah ada tromobositopenia

7. PENYEBAB

Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus – kasus berat

didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vasukler menahun, dan 15,5% di sertai

pula dengan preeklamsia. Factor lain diduga turut berperan sebagai penyebab

terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambah usia

ibu

18
8. PENANGANAN

Terapi solusio plasenta akan berbedabeda tergantung pada usia kehamilan serta status

ibu dan janin. Pada janin yang hidup dan matur, dan apabila persalinan pervaginam tidak

terjadi dalam waktu dekat, sebagian besar akan memilih seksio sesaria darurat

1. Solusio plasenta ringan,

Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian

berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka

penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan observasi

ketat.

2. Plasenta sedang dan berat

Apabila perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta

bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta

bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi.

Apabila janin hidup, dilakukan sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan

bila serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian

oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila janin mati, ketuban

segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding uterus disusul

dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc glukosa 5% untuk

mempercepat persalinan.

19
9. SECTIO CAESARIA

Pelahiran secara cepat janin yang hidup tetapi mengalami gawat janin hampir selalu

berarti seksio sesarea. Kayani dkk. (2003) meneliti hubungan antara cepatnya

persalinan dan prognosis janinnya pada wanita hamil dengan gejala klinis berupa

solusio plasenta dan bradikardi janin. 22 bayi secara neurologis dapat selamat, 15

bayi dilahirkan dalam waktu 20 menit setelah keputusan akan dilakukan operasi. 11

bayi meninggal atau berkembang menjadi Cerebral Palsy 8 bayi dilahirkan di bawah

20 menit setelah pertimbangan waktu, sehingga cepatnya respons adalah faktor yang

penting bagi prognosis bayi ke depannya. Seksiosesarea pada saat ini besar

kemungkinan dapat membahayakan ibu karena mengalami hipovolemia berat dan

koagulapati konsumsif yang parah

10. PERSALINAN PERVAGINAM

Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parah sehingga menyebabkan janin

meninggal, lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya

sedemikian deras sehingga tidak dapat diatasi bahkan dengan penggantian darah

secara agresif, atau terdapat penyulit obstetri yang menghambat persalinan

pervaginam. Defek koagulasi berat kemungkinan besar dapat menimbulkan

kesulitan pada seksio sesarea. Insisi abdomen dan uterus rentan terhadap perdarahan

hebat apabila koagulasi terganggu. Dengan demikian, pada persalinan pervaginam,

stimulasi miometrium secara farmakologis atau dengan massage uterus akan

menyebabkan pembuluhpembuluh darah berkontraksi sehingga perdarahan serius

20
dapat dihindari walaupun defek koagulasinya masih ada. Lebih lanjut, perdarahan

yang sudah terjadi akan dikeluarkan melalui vagina

11. OKSITOSIN

Walaupun pada sebagian besar kasus solusio plasenta berat terjadi hipertonisitas

yang mencirikan kerja miometrium, apabila tidak terjadi kontraksiuterus yang

ritmik, pasien diberi oksitosin dengan dosis standar. Stimulasi uterus untuk

menimbulkan persalinan pervaginam memberikan manfaat yang lebih besar

daripada risiko yang didapat. Pemakaian oksitosin pernah dipertanyakan

berdasarkan anggapan bahwa tindakan ini dapat meningkatkan masuknya

tromboplastin ke dalam sirkulasi ibu sehingga memacu atau memperparah

kaogulopati konsumtif atau sindroma emboli cairan amnion

12. HUBUNGAN PARITAS IBU DENGAN SOLUSIO PLASENTA

Berdasarkan Hasil dari pengelolaan dan penyajian data yang telah dilakukan dengan

variabel yang diteliti, yaitu Hubungan Paritas Ibu dengan Solusio Plasenta

Pada penelitian yang dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari

sampai dengan April 2018 diperoleh hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian

solusio plasenta pada kelompok paritas primipara sebanyak 0 orang atau tidak ada

(0,0 %) dan multipara yaitu sejumlah 2 orang (1,3 %). Jumlah ibu hamil yang

21
mengalami solusio plasenta dengan paritas multipara lebih besar di bandingkan ibu

dengan paritas primipara.

Berdasarkan uraian diatas bahwa ibudengan paritas primipara dan multipara tidak

mempunyai kemungkinan risiko untukterjadinya solusio plasenta, namun berpeda

dengan hasil penetian Bintan Deman Jaya (2010), yang menyatakan bahwa semakin

tinggi paritas maka semakin tinggi untuk mengalami risiko terjadinya solusio

plasenta dan risiko terjadinya solusio plasenta tergolong pada paritas ibu dengan

multipara dan grandemultipara.

Menurut Brahmandhi dan Krtika (2016) pada ibu dengan paritas multipara

merupakan salah satu faktor risiko dari solusio plasenta. Implikasi antara paritas dan

peningkatan kejadian solusio plasenta tidak jelas. Namun, beberapa penelitian

mengemukana adanya hubungan antara paritas dan solusio plasenta. Studi lain

mengunkapkan peningkatan solusio plasenta ditemukan pada masyarakat sosial

ekonomi rendah, multipara dan peningkatan usia.

Frekuensi solusio plasenta juga meningkat dengan meningkatnya paritas ibu. Di

RSUD Moewardi Surakarta frekuensi tertinggi terdapat pada ibu dengan paritas 7

atau lebih yaitu 3 dari 257 persalinan 1,19%, sedangkan frekuensi terendah

ditemukan pada ibu dengan paritas 0 (nullipara) yaitu 4 orang dari 1682 persalinan

0,23%. Oleh karena itu tingginya paritas juga mempengaruhi tingginya kejadian

solusio plasenta (Jaya, 2010).

22
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional

Studyuntuk mengetahui hubungan paritas ibu (primipara dan multipara) terhadap

kejadian solusio plasentadi RSUD Syekh Yusuf Gowa pada bulan Januari sampai

dengan April 2018

2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi ini dilaksanakan di RSUD Syekh Yusuf Gowa, pada tanggal 15 sampai dengan

18 juli 2018

3. POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil pada bulan januari sampai

dengan april 2018 di RSUD Syekh Yusuf Gowa sebanyak 204 orang

4. SAMPEL

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil pada bulan januari sampai dengan

april 2018 di RSUD Syekh Yusuf Gowa sebanyak 204 orang

23
5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Nonprobability, yaitu sampel

jenuh atau sering disebut total sampling

6. PENGELOLAH DAN PENGAMBILAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data di rekam medik (medical record)

di RSUD Syekh Yusuf Gowa. Sehingga data yang diperoleh adalah data sekunder.

Pengelolah dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi

dimana analisis data univariat dan bivariat menggunakan uji chi square

24
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari A.I, 2018. Hubungan paritas Ibu (Primipara Dan Multipara) Terhadap

Kejadian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Vol.2 No.1

Maryunani, Anik, dkk. 2009. Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :

Trans Info Media

Brahmandhi dan Kartika 2016. Hubungan Antara Multipara Terhadap Terjadinya

perdarahan Antepartum Di RSIA Aprillia Cilacap. Sainteks. Vol.13 No.1

Lestari, H 2009. Hubungan antara Paritas Dengan Kejadian Perdarahan Antepartum.

Surakarta, Program Studi DVII Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Prawirohardjo, Sarwono. 2008 Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan :

Bagian Ketiga: Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir (Masalah Ibu)

Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta: Penerbit P.T. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. h. 492-513.

25

Anda mungkin juga menyukai