Posted in Sobat Muda Tahun 1 by Leila Amra on the February 12th, 2008
Inur
[085261609xxx]
Sebenarnya tidak masalah, bila hanya sekadar bentuk penghargaan, penghormatan atau
sebutan sebagaimana kepada saudara sesama muslim. Kita biasa menyebut yang lebih tua
sebagai ?Mbak?, ?Teteh?, ?Mas?, ?Kakak?, ?Uda?, ?Abang? atau memanggil yang lebih
muda sebagai ?Adik?,? Akhi? dan ?Ukhti?. Hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari.
Apalagi untuk Indonesia yang secara kultur menganggap seseorang kurang sopan bila
memanggil orang yang lebih tua hanya namanya saja, tanpa sebutan-sebutan itu.
Tapi, yang Mbak lihat cukup ?bermasalah?, adalah ketika penyebutan ?kakak? atau ?
adik? ini berimbas kepada interaksi keduanya. Misalnya sang adik kalau bicara dengan
sang kakak, jadi lebih manja, lebih akrab, bahkan kadang-kadang jadi suka ?curhat? sama
yang disebut kakak tadi. Padahal keduanya lawan jenis yang bukan mahram.
Adik Inur, Islam sebagai sebuah agama yang sempurna telah mengatur masalah
pergaulan antar pria dan wanita. Aturan ini dimulai sejak pria dan wanita bertemu,
kemudian berinteraksi, bahkan bila berlanjut ke interaksi-interaksi berikutnya.
Pengaturan ini bersifat memecahkan persoalan-persoalan yang timbul atau mungkin
timbul dengan adanya interaksi tersebut. Pemecahan ini tidak mungkin dibuat oleh akal
manusia yang lemah dan sangat terbatas. Untuk itu aturan pergaulan selalu dikembalikan
kepada Allah Swt., Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur.
Mengenai mahram dan bukan mahram, penyebutan ini pun sudah menunjukkan adanya
aturan tersendiri. Mahram adalah mereka yang haram dinikahi, baik karena hubungan
darah, persusuan maupun sebab perkawinan. Al-Quran menyebutkan para mahram ini
(dari kalangan wanitanya) secara jelas dalam QS an-Nisa [4]: 22-24.
Sementara itu ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang siapa yang juga termasuk
mahram. Yakni, mereka yang memiliki hubungan persusuan dan sebab perkawinan.
Penyetaraan persusuan dengan hubungan darah terdapat dalam hadits Rasulullah saw.: ?
Sesungguhnya persusuan itu (akan) mengharamkan apa yang diharamkan melalui
(sebab) kelahiran.? (HR Muslim). Begitu juga dengan hubungan perkawinan. Ini semisal
mertua. Selamanya para mertua haram dinikahi menantunya, sekalipun menantu ini sudah
bercerai dengan anaknya.
Adik Inur, adanya perbedaan aturan antara mereka yang mahram dengan non-mahram
bisa dilihat dari:
Adik Inur, Islam sangat menjaga kehormatan dan kemuliaan umatnya. Islam telah
mengatur agar hubungan kerjasama antar pria dan wanita yang bukan mahramnya
hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat. Itulah sebabnya pria dan
wanita yang bukan mahramnya tidak boleh saling mengunjungi (walaupun dengan alasan
seperti kakak kepada adik), tidak boleh jalan-jalan atau makan-makan bersama (misalnya
rekreasi, ?ngebakso?, jajan siomay dll). Bagaimana kalau ramai-ramai? Misal, yang
dianggap kakak: dua orang dan yang dianggap adik: tiga orang. Sama saja. Islam
memisahkan komunitas wanita dengan komunitas laki-laki. Kalau pun ada kebolehan
interaksi, itupun hanya untuk muamalat (seperti jual beli, sewa menyewa, kerjasama
bisnis), pendidikan (belajar mengajar), kedokteran dan amar ma?ruf nahi munkar.
Pelaksanaannya diatur dengan rambu-rambu syariat.
Melihat adanya perbedaan hukum antara mahram dengan non mahram, adik Inur akan
bisa menyaksikan bahwa tidak mungkin kita menyamakan perlakuan non mahram dengan
mahram. Kalau kita kemudian menyamakan perlakuan kepada orang yang bukan mahram
kita, yakni seperti terhadap kakak sendiri, maka akan terbuka peluang pelanggaran
terhadap aturan-aturan Allah. Jangan-jangan nanti malah menghalalkan apa-apa yang
sudah diharamkan Allah atau sebaliknya, mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah,
misalnya mengharamkan menikah dengan seseorang yang dianggap kakak atau adik
sendiri, padahal Allah tidak mengharamkannya. Intinya, anggapan tidak boleh mengubah
status hukum.
Adik Inur, bergaul dengan non mahram harus dengan batas-batas syariat. Kalaupun
hanya? sekedar penghormatan dengan menyebut ?kakak?, boleh-boleh saja. Tapi tetap
tidak boleh khalwat, harus menundukkan pandangan dan berinteraksi hanya dalam urusan
yang dibolehkan.
Demikian, semoga Inur selalu dimudahkan Allah Swt. dalam menjalani hidup sesuai
dengan aturan Allah untuk mengharap ridha-Nya.[Latifah Musa]
sobat muda…..menimbang suatu masalah gak bisa pake perasaan tapi timbang
dengan syariah…perasaan sering berubah-ubah kan????
2. fadila said,