Anda di halaman 1dari 7

Konjungtivitis Virus ODS Pada Orang Dewasa

Jessica Leatemia
102016095
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Abstrak
Kata Kunci
Abstract
Keywords
Pendahuluan
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan
bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan berbagai macam gejala, salah
satunya yaitu mata merah. Setiap peradangan pada konjungtiva dapat menyebabkan melebarnya
pembuluh darah sehingga menyebabkan mata terlihat merah.1 Berdasarkan penyebabnya,
konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan non-infeksi. Pada konjungtivitis infeksi,
penyebab tersering adalah virus dan bakteri, sedangkan pada kelompok non-infeksi disebabkan
oleh alergi, reaksi toksik, dan inflamasi sekunder lainnya. Konjungtivitis juga dapat
dikelompokkan berdasarkan waktu yaitu akut dan kronik. Konjungtiva akut dapat digolongkan
lebih lanjut menjadi acute serous (gejala paling ringan). Acute haemorrhagic (akibat
Enterovirus tipe 70 dan Coxsackievirus A24). Dan acute follicular (terbentuk folikel kecil
berwarna abu-abu dengan diameter 1-2 mm, yang dihubungkan dengan keratitis, virus herpes).
Konjungtiva kronis apabila konjungtivitis menetap lebuh dari 4 minggu yang biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata.2 Pseudomonas pyocyanea,
Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis (meningococcus), Corynebacterium diphtheriae,
Haemophilus influenzae. Konjungtivitis ringan biasanya jinak dan sembuh sendiri atau mudah
diobati dengan antibiotik. Konjungtivitis berat, seperti yang disebabkan oleh gonokokus, dapat
menyebabkan kebutaan dan dapat menandakan penyakit sistemik yang mendasari.3

Skenario

Seorang laki-laki usia 35 tahun, datang ke poli umum, dengan keluhan utama kedua mata
merah, dan berair.

Rumusan Masalah

Laki-laki usia 35 tahun dengan keluhan uatama kedua mata merah dan berair

Anamnesis

Anamnesis merupakan kemampuan untuk merangkai berbagai gejala menjadi diagnosis yang
tepat, dengan tujuan untuk membantu menegakan diagnosis dan mencari terapi yang tepat.
Anamnesis dapat dilakukan kepada pasien secara langsung apabila kondisinya memungkinkan,
atau dapat ditanyakan kepada orang terdekat atau orang yang mengantar pasien ke dokter.
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan diketahui bahwa;
1. Identitas: laki-laki usia 35 tahun
2. Keluhan utama: kedua mata merah dan berair sejak 2 hari yang lalu
3. Keluhan penyerta: keluhan disertai kotoran mata berwarna jernih keputihan
4. Penyakit dahulu: empat hari sebelumnya pasien menderita batuk pilek dan masih dalam
pengobatan

Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut;

1. Visus: Okuli Dextra 6/9 PH 6/6 & Okuli Sinistra 6/9 PH 6/6
2. Segmen anterior ODS:
Palpebra ODS: odema ringan
Konjungtiva Tarsalis: reaksi folikular
Konjungtiva Bulbi: injeksi konjungtiva, kemosis minimal, (+) secret serous
Lensa dan Kornea: jernih
Camera Okuli Anterior: dalam tanpa sel-sel
3. Tenometri per palpasi: normotonus
4. Segmen posterior ODS: reflek fundus positif
5. KGB leher dan telinga: sedikit membesar

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis Kerja

Konjungtivitis Virus ODS (SKDI 4A)

Konjungtivitis virus adalah inflamasi konjungtiva yang terjadi akibat berbagai jenis virus.
Penyakit ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat, sampai infeksi ringan
yang cepat sembuh sendiri.4

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior
dari palpebra), konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata),
konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra
dan bola mata). Konjungtiva adalah selaput mukosa transparan tipis yang menutupi permukaan
posterior kelopak (konjungtiva palpebra) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbar).
Garis konjungtiva palpebra pada permukaan posterior kelopak dan melekat kuat pada tarsus.
Pada tepi superior dan inferior dari tarsus, konjungtiva terletak di posterior (di forniks superior
dan inferior) dan mencakup jaringan episkleral menjadi konjungtiva bulbar. Konjungtiva bulbar
melekat secara longgar pada septum orbital dalam forniks. Hal ini memungkinkan mata untuk
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Saluran dari kelenjar lakrimal
terbuka ke forniks temporal superior.) Kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva
menyatu sedalam 3 mm), konjungtiva bulbar melekat secara longgar pada kapsul Tenon dan
dasar sklera.

Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan
memberi nutrisi bagi kornea.5,6

Epidemiologi

Etiologi

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus
yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh virus Varicela zoster,
picornavirus (enterovirus 70, coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus.8

Faktor Resiko

Konjungtivitis virus sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat
menular melalui di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus
(fomites) seperti memakai handuk bersamaan, berada di kolam renang yang terkontaminasi,
jarang mencuci tangan, mengucek mata, menggunakan lensa kontak, dan juga memakai kosmetik
mata.9

Patofisiologi
Gejala Klinis

Konjungtivitis virus biasanya memberikan gambaran klinis berupa mata merah, rasa gatal,
dan biasanya terdapat sekret yang encer. Selain itu, penderita konjungtivitis virus sering sekali
kelopak mata membengkak dan bahkan konjungtiva bulbi juga membengkak. Selain itu
terkadang juga dapat terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar telinga atau leher.
Hal ini merupakan tanda yang sangat mengarah pada konjungtivitis virus. Konjungtivitis virus
juga dapat menyebar dan mempengaruhi kornea yang kemudian menyebabkan keratitis.

Adapun gejala-gejala menurut penyebabnya yaitu pada keratokonjungtivitis epidemic yang


disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata kelilipan, mata berair berat dan
kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrate subepitel kornea atau keratitis
setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan. Biasanya pasien juga
mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit
kepala dan demam.

Pada konjungtivitis Herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang
biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, secret mucoid, nyeri, fotofobia
ringan dan sering disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemorrhagic akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsakie
virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi air mata,
kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi
kimosis.11-13

Tatalaksana

Konjungtivitis virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya, namun pemberian kompres
dingin, air mata artifisial atau antihistamin topical bermanfaat untuk meredakan gejala. Terapi
antiviral tidak diperlukan kecuali untuk konjungtivitis herpetik yaitu asiklovir oral 400mg/hari
untuk virus herpes simpleks dan 800mg/hari untuk herpes zoster selama 7-10 hari. Pemberian
antibiotic topikal tidak dianjurkan karena tidak mencegah infeksi sekunder dan dapat
memperburuk gejala klinis akibat reaksi alergi dan reaksi toksik serta tertundanya kemungkinan
diagnosis penyakit mata lain. Cara pemakaian obat tetes mata perlu diperhatikan untuk
mencegah risiko penyebaran infeksi ke mata yang sehat. Selain itu, pemakaian antibiotik yang
tidak perlu berdampak terhadap peningkatan resistensi antibiotik juga perlu dipertimbangkan.

Walaupun akan sembuh sendiri, penatalaksanaan konjungtivitis virus dapat dibantu dengan
pemberian air mata buatan (tetes mata) dan kompres dingin. Antibiotik dapat dipertimbangkan
jika konjungtivitis tidak sembuh setelah 10 hari dan diduga terdapat superinfeksi bakteri.
Penggunaan deksametason 0,1% topikal membantu mengurangi peradangan konjungtiva.1

Prognosis

Prognosis konjungtivitis virus adalah baik karena akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun
demikian untuk mencegah penularan perlu diperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Bila
gejala belum reda dalam 7-10 hari dan terjadi komplikasi pada kornea sebaiknya pasien dirujuk
ke dokter spesialis mata.1

Pencegahan

Diagnosis Banding

Konjungtivitis Bakteri ODS (SKDI 4A)

Kesimpulan
Daftar Pustaka

1. Jurnal ratna sitompul


2. Buku kapital skeletal
3. Grace-ferro, 2008/2010
4. Cavuoto K, et al. Update on Bacterial Conjunctivitis in South Florida. American
Academy of Ophthalmology. 2008. vol.115.
5. Khurana AK. Disease of the Conjunctiva. Dalam: Khurana AK. Author.Comprehensive
Opthalmology. Ed. 4th. New Delhi: New Age International.2007.
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Anatomi dan Fisiologi Mata: Glaukoma. Edisi ketiga.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010
7. Epidemiologi
8. Scott, 2010 (etiologi)
9. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2008
10. Patof
11. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017
12. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes: Kedokteran Klinis. Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2007
13. Delp, Manning. Major Diagnostik Fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;1996.
14. Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai