Anda di halaman 1dari 10

Nama: Cheryll Zilya Lirungan

NIM: 19010000185

Kelas/Semester/Absen: C/II/37

Resume HTN “Sumber Hukum Indonesia”

1. Pengertian Sumber Hukum Dalam Arti Materiil di Indonesia


Indonesia merupakan negara yang kehidupan warga negaranya di atur
oleh hukum. Pada hakekatnya hukum dibuat untuk menertibkan kehidupan
warga negaranya. Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa
untuk di lakukan dan di taati oleh seluruh warga negara. Terdapat beberapa
pengertian mengenai sumber hukum menurut para ahli. Menurut C.S.T Kansil
sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
memiliki kekuatan mengatur dan bersifat memaksa. Selain itu juga menurut
Zevenbergen bahwa sumber hukum ialah sumber terjadinya hukum atau
sumber yang menimbulkan hukum. Berdasarkan pengertian dari ahli diatas
terdapat ppengertian-pengertian yang cukup luas mengenai sumber hukum
itu sendiri. Terdapat 2 sumber hukum pada umunya yaitu sumber hukum
Formil dan sumber hukum Materiil.
Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang merupakan
pelaksanaan atau penerapan hukum tersebut. Di Indonesia terdapat
beberapa sumber hukum formil ialah Undang-Undang, Kebiasaan/adat,
Traktar, Jurisprudensi, dan Doktrin.
Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang dilihat dari segi
materi atau isinya. Seperti contohnya adalah KUHP dan KUHAP. Sumber
hukum materiil dari KUHP adalah isinya tersebut yang berisi pidana hukum,
kejahatan dan pelanggaran. Sumber hukum materiil dari KUH Perdata adalah
isinya yang mengatur benda, objek, perikatan, perjanjian, dan lainnya.
Sumber hukum materiil pada dasarnya berasal dari perasaan hukum
masyarakat, pendapat umum, kondisi sosial-ekonomi,  sosiologi, politik
hukum, dan lain-lain. Sumber hukum dalam arti materiil ini pada dasarnya
terbentuk oleh 3 aspek yaitu aspek Historis, aspek Sosiologis, dan faktor
Filosofis.
Dalam pembentukan hukum di Indonesia terdapat tiga landasan utama
yaitu landasan historis, landasan sosiologis dan landasan filosofis. Landasan
filosofis diartikan bahwa peraturan yang dibuat mempertimbangkan mengenai
pandangan hidup, kesadaran dan cinta hukum. Tidak hanya itu landasan
filosofis ialah mengarah kepada falsafah Bangsa Indonesia yaitu Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu sendiri. Landasan
sosiologinya ialah peraturan yang dibuat oleh lembaga wewenang harus
memenuhi kebutuhan warga negara dalam segala aspeknya. Dalam artian
bahwa peraturan tersebut harus berdasarkan fakta empiris mengenai
perkembangan masalah yang ada di lingkungan warga negara dan memenuhi
kebutuhan warga negara maupun negara Indonesia. Yang terakhir ada unsur
yuridis yang dimana peraturan yang di bentuk harus menyelesaikan masalah
atau dengan kata lain menjadi penyelesaian masalah ayng ada di lingungan
warga negara. Selain dapat mengatasi masalah, harus bisa juga mengisi
kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan atau peraturan-
peraturan yang ada.
2. Sumber Hukum Materiil di Indonesia
Sumber hukum materiil di Indonesia semua berdasarkan dengan
Pancasila. Dengan kata lain bahwa segala isi peraturan yang terdapat di
Indonesia berdasarkan isi sila-sila Pancasila. Pancasila ditetapkan secara
konstitusional sebagai dasar negara Indonesia oleh sebab itu memiliki
kedudukan penting dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Maka
demikian pentingnya Pancasila yang dijadikan acuan maupun dasar dalam
pembuatan peraturan untuk menertibkan warga negara Indonesia. Pancasila
dijadikan sebagai sumber hukum, walaupun terdapat banyak sumber hukum
di Indonesia semuanya harus kembali lagi atau merujuk pada Pancasila
tersebut. Pancasila sendiri memiliki dua kepentingan yaitu, yang pertama
bahwa Pancasila senantiasa menjadi pedoman dan dasar keseharian hidup
manusia Indonesia dalam berkeluarga dan bermasyarakat maupun
berbangsa.
Segala sesuatu yang dilakukan oleh warga negara harus berdasarkan
dengan Pancasila. Nilai-nilai yang tercantum atau terkandung dalam
Pancasila itu sendiri bersifat universal. Oleh karena itu perlu di internalisasi ke
dalam kehidupan bernegara dan berbangsa termasuk dalam penegakan
hukumnya. Negara hukum yang didasarkan oleh Pancasila memiliki lima sila
yang dijadikan asas-asaa di dalamnya yang tercantum juga dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
1. Sila pertama
“Ketuhanan Yang Maha Esa” begitu bunyi sila pertama yang,
yang asas tersebut tertulis pada Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea ke IV yang
berbunyi “… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu UUD Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan isi diatas,
bahwa Indonesia dengan jumlah warga negara yang banyak dan
majemuk, serta memeluk agamanya masingg-masing oleh sebab
itu membuat Indonesia menjadi negara yang ber-Tuhan.
Kebebasan beragama yang terdapat di negara harus dijalankan
dengan tiga pilar, yaitu: 1. Kebebasan, 2. Aturan hukum, dan 3.
Toleransi.
Dalam sila pertama ini, Mochtar Kusumaatdja berpendapat
bahwa asas ketuhanan mengamanatkan bahwa tidak boleh ada
hukum nasional dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan
agama. Indonesia merupakan negara yang menggunakan
Pancasila sebagai ideologi bangsa, hukum yang berlaku tidak akan
pernah jauh dari asas-asas maupun isi dari Pancasila, tidak boleh
juga ada pemisahan antara hukum dan agama. Terdapat dua nilai
dasar yang ditegaskan dalam sila pertama ini di negara hukum,
anatara lain bahwa yang pertama kebebasan warga negara untuk
memeluk agama atau beragama harus mengacu kepada makna
yang positif agar tidak bertentangan dengan isi dari sila pertama
tersebut. Yang kedua bahwa selalu ada hubungan erat antara
agama dan negara.
2. Sila Kedua
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” , pada asas ini adalam
mengenai prikemanusiaan yang universal yang artinya asas ini
engakui untuk memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Tidak hanya itu pada asas
kedua ini juga mengatakan mengenai penyetaraan derajat
manusia, persamaan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap warga
negara dan serta kewajiban asasi manusia yang sama tanpa harus
memandang suku, ras, agama dan lainnya.
Dikarenakan asas dalam sila kedua ini memperlakukan manusia
sesuai dengan harkat dan martabatnya maka dari tiu ada sikap
saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan sikap
tidak adil terhadap manusia dalam artian tidak melakukan semena-
mena. Berdasarkan asas sila kedua ini, Indonesia menentang
segala macam bentuk eksploitasi, penindasan oleh satu bangsa
terhadap bangsa lain, oleh satu golongan terhadap golongan lain,
dan oleh manusia terhadap manusia lain, oleh penguasa terhadap
rakyatnya.
3. Sila ketiga
“Persatuan Indonesia”, pada asas ini bahwa setiap warga
negara memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang sama di
Negara Indonesia. Bangsa Indonesia bebas untuk menentukan
nasibnya Bangsa Tersebut dan tidak ada intervesi atau campur
tangan dari negara lain. sila ketiga ini menjelaskan bahwa
Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, dan kepentingan
negara dan rakyat diatas kepentingan pribadi atau golongan. Tidak
hanya itu dalam sila ketiga pun berisi pemahaman hukum yang ada
di Indonesia mengacu kepada persatuan warga negara atau
masyarakat.
4. Sila keempat
“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyarawatan Perwakilan”, pada asas ini bahwa asas ini dapat
dilihat persetujuan dari rakyat atas pemerintah itu dapat ditunjukkan
bahwa presiden tidak dapat menetapkan suatu peraturan
pemerintah sendiri, tanpa persetujuan rakyat Presiden tidak dapat
menetapkan suatu peraturan pemerintah. Dalam sila keempat
memiliki pemahamn bahwa warga negara atau masyrakat Bangsa
Indonesia memiliki kesamaan kedudukan, yang artinya memiliki
kedudukan, hak dan kewajiban yang setara antara setiap warga
negara. Setiap dari warga negara menggunakan hak-hak mereka
sebaik mungkin dimana memproritaskan kepentingan bersama
diatas kepentingannya pribadi.
5. Sila kelima
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”, pada asasnya
ini berisi tentang pemberian jaminan sosial kepada warga
negaranya. Lembaga-lembaga yang berkecimpung dalam dunia
sosial menyelesaikan masalah-masalah sosial yang berada
disekitar warga negara atau di Indonesia.
Indonesia menyadari bahwa untuk mencapai pada keadilan
sosial bagi seluruh warga negara, harus memiliki hak dan
kewajiban yang setara dan sama. Setiap peraturan hukum, undang-
undang atau putusan pengadilan harus mencerminkan keadilan.
Keadilan yang diberikan atau dipertegas dalam sila kelima ini
adalah keadilan yang dirasakan sama oleh seluruh warga negara
bukan hanya segelintir atau beberapa golongan tertentu saja.

Pada satu sisi, hukum Indonesia berkiblat ke bagian barat dengan


dicampurkan atau dimasukkan dengan nilai-nilai asli Indonesia. Dalam hal
penegakkan dan pembuatan peraturan hukum, Pancasila memiliki peran
sangat penting didalamnya. Pancasila adalah sebagai falsafah negara, dasar
negara dan ideologi terbuka. Tidak hanya itu, Pancasila juga menjadi sumber
pencerahan atau pencarian solusi, sumber inspirasi dan sebagai dasar
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Negara hukum Indonesia dipadukan dari tiga unsur yaitu Pancasila, Hukum
Nasional dan tujuan.

Konsep negara hukum Pancasila tidak bisa l dari konsep rechsstaat.


Berdasarkan pemikiran Soepomo ketika menulis Penjelasan UUD 1945.
Negara hukum dipahami sebagai konsep Barat. Pada kesimpulannya bahwa
negara hukum adalah konsep modern yang tidak tumbuh dari dalam
masyarakat Indonesia sendiri. Pandangan Soepomo, dua cara pandang
dalam melihat hubungan masyarakat, yaitu yang pertama, cara pandang asas
perseorangan, yang dimana perseorang diutamanakan dibandingkan
organisasi atau kelompok. Yang Kedua, cara pandang asas kekeluargaan,
dimana ini merupakan kebalikan yang pertama yang mana masyarakat
diutamakan dibandingkan perseorangan. Dari kedua konsep diatas, Bangsa
Indonesia cenderung kearah konsep kedua yang dimana masyarakat lebih
diutamakan dibandingkan individu atau perseorangan. Pancasila merupakan
lebih condong kepada sumber hukum materiil Indonesia sendiri, karena
Pancasila memiliki muatan unsur filosofis, hukum nasional dan muatan yang
menentukan asas-asas dalam pembuatan atau pembentukan hukum yang
ada di Indonesia.

Jika ditinjau dari cara atau mengapa Pancasila dapat menjadi sumber
dari segala hukum di Indonesia, kilas balik kepada teori hans kelsen
mengenai piramida hukum. Piramida hukum atau yang dikenal sebagai
Stuffen Theory berisi mengenai pembagian norma hukum dimana dibgai
menjadi beberapa bagian, ialah:

1. Norma Fundamental negara (Staatsfundamental Norm)


2. Aturan dasar negara (Staatsgrundgesetz)
3. Undang-undang formal (Formal gesetz)
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (Verordnungs en
autonome satzung)

setelah adanya teori tersebut, A.Hamid S.attamini, membandingkan


antara teori dari Hans Kelsen tersebut dan teori Nawiasky. Hingga dari
hal tersebut dibuatlah sebuah susunan tata hukum Indonesia ialah:

1. Norma Fundamental Negara ialah Pancasila


2. Aturan dasar negara ialah Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR dan
ketatanegaraan
3. Undang-undang formal ialah Undang-Undang
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom ialah peraturan
pemerintah hingga kepada keputusan peraturan daerah (Bupati,
Walikota dan lainnya)

Pancasila dilihat sebagai bintang pemandu, oleh sebab itu semua


produk hukum dibuat berdasarkan isi dari Pancasila yang dimana
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang di Pimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Penetapan Pancasila
sebagai dasar Negara Indonesia ini tertulis pada Tap MPRS No.
XX/MPRS /1966. Tidak hanya itu dalam Pasal 2 Undang-Undang No.
10 Tahun 2004 tentang pembentukan Udang-Undang dinyatakan
bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.

3. Sumber Hukum Formil di Indonesia dan Acuannya


Sumber hukum di Indonesia di atur dalam TAP MPR No. III/MPR/2000.
Sumber hukum formil adalah sumber hukum yang menyebabkan kaidah
hukum tersebut berlaku. Terdapat beberapa bentuk sumber hukum formal
yaitu:
a. Undang-Undang
Undang-Undang adalah suatu sumber hukum yang berupa
peraturan yang susun dan ditetapkan oleh lembaga negara yang
berwewenang untuk seluruh masyarakat dan bersifat mengikat dan
memaksa. Undang-Undang bersifat umum dan mengikat setiap
orang. Undang-Undang sendiri terdapat dua bagian, yaitu
konsiderans atau pertimbangan dan ketentuan peralihan.
Konsiderans atau pertimbangan ialah berisi pertimbangan-
pertimbangan kenapa peraturan Undang-Undang tersebut dibuat.
Pada umumnya akan tertulis kata-kata depannya yaitu
“menimbang”,”membaca”,”mengingat”, dan lainnya. Undang-
Undang juga berisi diktum atau amar yang berisi pasal-pasal.
Ketentuan peralihan dimana ketentuan mempunyai fungsi
penting dengan mengisi kekosongam dalam hukum. Ada
kemungkinan bahwa Undang-Undang baru akan terbentuk tapi
tidak mengatur semua aspek. Jika suatu peristiwa terjadi yang
diatur dalam undang-undang lama tetapi tidak diatur dalam udang-
undang baru, disitulah peran dari ketentuan peralihan. Dimana
apabila tidak terdapat ketentuan maka berlakulah peraturan yang
lama.
b. Kebiasaan
Kebiasaan maupun tradisi adalah sumber hukum tertua.
Kebiasaan merupakan tindakan yang dilakukan di suatu ligkungan
yang dilakukan terus menerus. Secara tidak langsung bahwa
kebiasaan tersebut adalah perilaku yang diulang. Perilaku yang
terus berulang memiliki kekuatan normatif dimana mempunyai
ikatan mengikat. Karena tingkah laku dilakukan terus meneruzs,
jadinya dianggap memang demikian seharusnya. Ada kebiasaan
yang dilakukan karena memang pada dasarnya hanya ikut-ikutan
belaka saja. Tetapi ada juga yang dilakukan karena merasa itu
patut untuk di lakukan.
c. Jurisprudensi
Jurisprudensi adalah pelaksanaan hukum pada umumnya yang
di laksanakan atau dijalankan oleh lembaga hukum yang
berwenang yaitu hakim dalam hal konkrit yang terjadi karena
tuntutan hak yang dijalakan dengan cara memberikan putusan yang
bersifat mengikat. Secara tidak langsung bahwa Jurisprudensi
adalah putusan pengadilan. Putusan pengadilan ialah merupakan
produk yudikatif yang dimana berisi peraturan hukum yang
mengikat pihak-pihak yang terikat hukum. Putusan pengadilan ialah
hukum sejak dijatuhkannya hingga ke pelaksanaannya.
Putusan pengadilan tersebut memiliki kekuatan berlaku sejak
dijatuhnya atau diambilnya keputusan tersebut dan sudah memiliki
ketetapan hukum yang tetap. Dalam pengambilan keputusan dalam
pengadilan tidak jauh dari lembaga wewenangnya yaitu hakim.
Hakim tidak perlu mengikuti putusan-putusan terdahuly mengenai
perkara sejenis yang sedang di adilinya. Di Indonesia, hakin tidak
bersifat precedent yang dimana tidak terikat pada putusan hakim
terlebih dahulu mengenai persoalan yang serupa. Suatu putusan
hakim tidak berdiri sendiri. Jurisprudensi yang tetap atau konstan
ialah keputusan yang sellau kembali menjadi normatif, oleh karena
itu dapat dikatakan semabagi sumber hukum formil.
Dalam sistem hukum di negara Anglo-Saks bahwa putusna
hakim ialah bersifat binding precedent yang dimana putusan
tersebut tidak memiliki kekuatan mengikat tetapi memiliki kekuatan
meyakinkan.
d. Doktrin
Doktrin pada dasarnya adalah pendapat para sarja hukum yang
dimana seorang hakim dapat menemukan hukumnya. Ilmu hukum
adalah sumber hukum tapi bukanlah hukum itu sendiri. Karena
tidak memiliki kekuatan mengikat di dalamnya. Walaupun tidak
memiliki kekuatan yang mengikat tapi tidak berarti bahwa ilmu
hukum tidak memiliki wibawa. Wibawa yang ada dalam ilmu hukum
ini ialah yang berasal dari para ahli maupun sarjana hukum. Dalam
putusan pengadilan harus memiliki sifat objektif dan wibawa. Tidak
jarang bahwa ilmu hukum juga digunakan dalam pengambilan
keputusan pengadilan. Ketika ilmu hukum di pertahankan dalam
putusan pengadilan, ilmu hukum tersebut adalah hukum. Dengan
kata lain bahwa ilmu hukun tidak dapat berdiri sendiri dalam sebuah
hukum, ilmu hukum harus berjalan beriinringan dan di pertahankan
dalam pengadilan.
e. Traktat
Traktat ialah perjanjian yang dimana menurut teori klasik bahwa
perjanjian adalah suatu perbuatan yang bersisi dua yang disepakati
oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dengan teori tersebut
mendefinisikan traktat kurang tepat, oleh sebab itu bahwa
perjanjian ialah perbuatan hukum yang merupakan hubungan
hukum antara dua orang yang sepakat yang untuk menimbulkan
akibat hukum.
Perjanjian dan janji adalah dua hal yang berbeda. Walaupun
ketika didefinisikan sama-sama sebuah kesepakatan tapi janji tidak
memiliki akibat hukum. Jadi ketika janji tersebut di langgar tidak ada
akibat hukum yang terjadi bagi si pelanggar. Tapi ketika ada
perjanjian diantara pihak-pihak yang bersangkutan, ketika salah
satu pihak melanggar perjanjian tersebut, akan dapat akibat hukum
berupa apa yang telah tertera dalam perjanjian maupun sanksi.
4. Sumber-sumber Hukum Tata Negara Indonesia (Formil)
a. Hukum perundang-undangan ketatanegaraan
b. Hukum adat ketatanegaraan
c. Hukum kebiasaan ketatanegaraan atau konvensi ketatanegaraan
d. Yurisprudensi ketatanegaraan (Putusan hakim TUN)
e. Hukum perjanjian internasional ketatanegaraan (Traktat)
f. Doktrin ketatanegaraan (Pendapat ahli Hukum tata negara)

Sumber hukum formil ialah:

a. Undang-Undang dasar 1945


Undang-Undang Dasar 1945 merupakan segala induk yang
dimana bagian tertinggi atau induk dari perturan undang-
undang.
b. Ketetapan MPR
Menurut Tap MPR No.I/MPR/1978 pasal 100, produk MPR
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
a. Ketetapan (Mempunyai kekuatan Extern dan intern),yang
meliputi bidang legislatif dilaksanakan dengan Undang-
undang,dan ketetapan yang meliputi bidang eksekutif
dilaksanakan dengan Keputusan Presiden (Kepres).
b. Keputusan (Bersifat Intern).

c. PERPU
Asas-asas Perundang-undangan yaitu:
a. Undang-undang tidak boleh berlaku surut.
b. Undang-undang yang berlaku kemudian,membatalkan
Undang-undang yang terdahulu.
c. Undang-undang yang dibuat lembaga yang lebih tinggi,lebih
tinggi pula kekuatan berlakunya (Lex superiori derogat lex
inferiori).
d. Lex Spesialis derogat lex generalis.
e. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

Anda mungkin juga menyukai