Anda di halaman 1dari 7

MEMULAI HIDUP SEHAT DAN BERSIH DENGAN MENCUCI TANGAN

PAKAI SABUN DAN AIR MENGALIR

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Essai

Tingkat Politeknik Al Islam Bandung Tahun 2019

Disusun oleh :

Risma Aulia

rismaauliaa321@gmail.com

UPT. PERPUSTAKAAN POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG

2019
Latar Belakang.
Maraknya penyakit yang di akibatkan dari kurang bersihnya lingkungan
yang terdapat di sekitar masyarakat sendiri. Salah satunya penyakit yang
sering terjadi di lingkungan masyarakat yang berbasis pada perilaku tidak
bersih dan tidak sehat adalah diare. Diare sampai saat ini masih merupakan
penyebab kematian utama pada anak di dunia. Gimana cara mencegahnya?
Salah satu pencegahannya dengan cara mencuci tangan. Cuci tangan
merupakan sebuah kunci penting dalam pencegahan penyakit apalagi
kebiasaan mencuci tangan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Perilaku
mencuci tangan menggunakan sabun belum menjadi budaya yang
dilakukan. Mencuci tangan dilakukan dengan menggunakan air seadanya
dan belum banyak yang menggunakan sabun untuk mencuci tangan.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, tetapi hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan
mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan
sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih
banyak saat mencucui tangan, tetapi penggunaan sabun menjadi efektif
karena lemak dan kotoran yang menepel akan terlepas saat tangan digosok
dan bergesek dalam upaya melepasnya. Di dalam lemak dan kotoran yang
menempel inilah kuman penyakit hidup. Kenapa kebersihan tangan itu
penting? Sebab kedua tangan merupakan salah satu jalur utama masuknya
kuman penyakit ke dalam tubuh, karena tangan adalah anggota tubuh yang
paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Cuci tangan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat kita mulai sejak usia
dini agar menjadi kebiasaan baik di hari tua. Menjaga kebersihan diri sendiri
itu sangat penting karena menyangkut dengan kesehatan tubuh. Kebersihan
itu kondisi dimana sesuatu yang terbebas dari kotoran, termasuk debu,
sampah dan bau. Perilaku mencuci tangan menggunakan sabun bagian dari
program hidup bersih dan sehat. Perilaku yang benar yaitu cuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan sabun antiseptik pada saat setelah
buang air besar dan sebelum makan dan kemudian dikeringkan dengan
handuk bersih atau menggunakan tisu. Ini merupakan prilaku usaha untuk
menjaga kebersihan seluruh bagian tangan dengan media air dan sabun
antiseptik sebagai penghilang kotoran. Perilaku mencuci tangan adalah
kegiatan yang dilakukan seseorang dalam membersihkan bagian telapak
tangan, punggung tangan, dan jari agar bersih dari kotoran dan membunuh
kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta
membuat tangan menjadi harum baunya. Perilaku mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir termasuk tindakkan kesehatan yang
paling murah dan efektif dibandingkan dengan tindakkan dan cara lainnya
dalam mengurangi resiko penularan berbagai penyakit.

Landasan Teori
Perilaku mencuci tangan individu dapat terjadi karena proses kematangan
dan interaksi individu dengan lingkungan. Cara ini berpengaruh besar
terhadap perilaku manusia. Perubahan perilaku karena proses interaksi
antara individu dengan lingkungan melalui suatu proses belajar. perubahan
perilaku mencuci tangan dengan sabun pada individu dapat tercapai dengan
memberi motivasi yang kuat, sehingga timbul dari kesadarannya sendiri,
terciptalah perilaku mencuci tangan. Menurut Depkes RI (2008) minimnya
praktek mencuci tangan menggunakan sabun di berbagai negara, mulai dari
negara yang sedang berkembang sampai negara maju pun masih menjadi
masalah. Kesulitan dalam mengatasi mencuci tangan menggunakan sabun
dengan baik sesuai anjuran, dikarenakan masih banyak alasan lupa dan
malas menjadi pemicu utama tiap individu. Sebuah penelitian di inggris
mengungkapkan bahwa hanya separuh orang yang benar-benar mencuci
tangannya setelah membuang hajat besar/kecil. Penelitian lain di Amerika
Serikat pada dokter-dokter disana terungkap bahwa dokter banyak lupa
mencuci tangannya setelah menangani pasien satu dan berganti ke pasien
lainnya dengan frekuensi yang cukup tinggi. Para staf kesehatan sepenuhnya
mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, tetapi hal ini
tidak dilakukan karena ketidakadaan waktu (tidak sempat), kertas
pengeringnya kasar, penggunaan sikat yang menghabiskan waktu dan lokasi
wastafel yang jauh dimana tangan harus berkali-kali dicuci menggunakan
sabun dan dikeringkan sehingga merepotkan. Perilaku malas dan tidak
punya waktu untuk mencuci tangan seperti alasan tersebut tidak hanya
bersumber dari pengetahuan dan keyakinan, tetapi juga faktor kecukupan
waktu yang secara konsep merupakan faktor yang memungkinkan untuk
timbulnya perilaku (Notoatmojo, 2009). Pada lingkungan pemukiman yang
padat dan kumuh, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun yang benar dapat
menurunkan separuh penderita diare. Pada sebuah penelitian yang
dipublikasikan di Jurnal Kedokteran Inggris (British Medical Journal) pada
November 2007 menyatakan bahwa mencuci tangan dengan sabun secara
teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan pelindung bisa jadi
lebih efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti flu dan SARS.
Menurut Depkes RI (2009) menyatakan penyakit yang timbul akibat tidak
melakukan prilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
akan menimbulkan kuman pernapasan yang ada pada tangan dan permukaan
telapak tangan, kuman tersebut tidak akan menghilang dan masuk ke dalam
tubuh. Perilaku mencuci tangan menggunakan sabun menjadi penting
mengingat fungsi dari tangan yang sering kontak dengan tubuh sendiri atau
orang lain baik secara langsung maupun menggunakan media atau kontak
tidak langsung. Bahaya muncul apabila kontak dilakukan dalam kondisi
tangan yang sedang kotor, hal ini dapat memicu penyebaran penyakit
melalui pemindahan bakteri, virus dan parasit dari satu orang ke orang lain
tanpa disadari. Menurut World Health Organization (WHO) perilaku ini
sangatlah serius dengan masalah mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir hingga tanggal 15 Oktober diperingati sebagai Hari Mencuci
Tangan pakai sabun antiseptik Sedunia. Indonesia menjadi satu dari 20
negara dari seluruh negara di dunia sebagai pendukung gerakan mencuci
tangan pakai sabun (WHO,2009). Indikasi waktu untuk mencuci tangan
menurut Kemenkes RI (2013) yaitu setiap kali tangan kita kotor, setelah
BAB (buang air besar), sebelum memegang makanan, setelah bersin, batuk,
membuang ingus, setelah pulang dari berpergian dan setelah bermain. Pada
intinya aktifitas yang dapat menimbulkan kotoran atau kuman menjadi
waktu wajib untuk mencuci tangan. Temuan tersebut tidak sesuai oleh
perilaku cuci tangan pakai sabun yang dianjurkan oleh World Health
Organization WHO. Temuan perilaku cuci tangan pakai sabun antiseptik
menunjukan bahwa sebagian besar informan tidak ada yang menjalankan
perilaku cuci tangan pakai sabun antiseptik setelah olahraga. Mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat, namun tidak sama halnya setelah melakukan olahraga yang
dilanjutkan makan. Perilaku para anak-anak pelajar ini tidak konsisten
dengan pengetahuan tentang waktu mencuci tangan yang menjadi patokan
Depkes RI (2009).

Pembahasan.
Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya
dengan tujuan untuk menjadi bersih. Mencuci tangan baru dikenal pada
akhir abad ke 19 dengan tujuan menjadi sehat saat perilaku dan pelayanan
jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari
penyakit menular yang terdapat pada negara-negara maju. Perilaku ini
diperkenalkan bersamaan dengan ini isolasi dan pemberlakuan teknik
membuang kotoran yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah
yang mencukupi. Ditempat-tempat dimana mencuci tangan merupakan
praktik umum yang dilakukan sehari-hari dan banyak terdapat sabun dan air
bersih, orang tidak menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun.
Akibat dari tidak menggunakan sabun antiseptik dan air bersih yang
mengalir saat mencuci tangan yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit
diantaranya diare, penyakit yang timbul dari perilaku tidak melakukan cuci
tangan menggunakan sabun antiseptik karena kuman penyebab diare
ditularkan melalui fecal-oral dan juga penyakit infeksi saluran pernapasan
dan cacingan. Perilaku yang benar saat mencuci tangan Menurut WHO
(2008) yaitu berjumlah 7 langkah. Langkah pertama tersebut adalah basuh
tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun antiseptik dengan
kedua telapak tangan sebagai langkah awal. Langkah kedua, gosok
punggung tangan dan sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula
sebaliknya. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan, keempat,
jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mencuci, kelima, gosok ibu jari kiri
berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. Keenam,
gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir.
Tujuan dari mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir ini untuk
menghindari kita dari bahayanya penyakit yang diakibatkan oleh kuman,
bakteri, dan parasit yang menempel di tangan.

Kesimpulan
Perilaku hidup sehat dan bersih sangat penting bagi setiap kesehatan
individu, salah satu perilaku hidup sehat dan bersih bisa dimulai dengan hal
kecil seperti mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik dan air bersih
yang mengalir cara ini sangat efisien dalam mencegah penyakit. Dengan
membudayakan perilaku tersebut kesehatan dan kebersihan tubuh menjadi
terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit yang di salurkan oleh kedua
tangan. Sebab kedua tangan merupakan salah satu jalur utama masuknya
kuman penyakit ke dalam tubuh, karena tangan adalah anggota tubuh yang
paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Jadi
membudayakan perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir itu sangat penting untuk memulai perilaku hidup sehat dan bersih.

Daftar Pustaka
Rifai, R., Wahab, A., and Prabandari Y.S. (2016). Kebiasaan cuci tangan
ibu dan kejadian diare anak: studi di Kutai Kartanegara. Berita Kedokteran
Masyarakat (BKM Journal of Community Medicine and Public Health),
32(11):409-411.
Halm, C.E. and Soedirham, O. (2008). Perilaku cuci tangan di kalangan
siswa-siswi SMAK Santa Agnes SURABAYA. The Indonesia Journal of
Public Health, 13(2):208-219

Anda mungkin juga menyukai