Anda di halaman 1dari 16

KOMPLIKASI KEHAMILAN TRIMESTER

I, II DAN III DENGAN ANEMIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK 3
FIKRIA ANDRIANI
FITRIYANTI
ITA MAULIDA
HENNI ZUNIATI

DOSEN PENGAJAR: MUNIZAR, SST, M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
JURUSAN KEBIDANAN BANDA ACEH
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan anemia dan tak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai penyakit yang biasa
bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari hari khususnya pada ibu hamil
yaitu penyakit anemia serta membahas tentang penyebab,proses perjalanan
penyakit tersebut serta cara mengurangi resiko dari anemia tersebut khususnya
asuhan kebidanan pada ibu dengan atonia uteri dan retesio plasenta.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca
sehingga dapat membantu menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi
referensi bagi pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga tercipta pendidikan yang sempurna.

Aceh Besar, September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Tujuan..................................................................................... 3
C. Manfaat................................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI......................................................................... 5


A. Pengertian Anemia Dalam Kehamilan.................................... 5
B. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan........................................ 5
C. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan................................... 6
D. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil.............................................. 7
E. Patofisiologis Anemia Pada Ibu Hamil .................................. 7
F. Bahaya Anemia Dalam Kehamilan......................................... 8

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................


A. Kesimpulan ............................................................................ 10
B. Saran ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
keberhasilan pelayanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu hamil
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor sosial, faktor budaya dan
faktor ekonomi. Kemiskinan masyarakat akan membawa kemiskinan
pengetahuan dan informasi.
Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya
kesakitan ibu. Anemia pada wanita hamil merupakan problema kesehatan
yang dialami oleh wanita diseluruh dunia, lebih cenderung berlangsung di
negara yang sedang berkembang dari pada negara yang sudah maju
(Prawirohardjo, 2009).
Salah satunya indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang
kesehatan dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia terdapat kematian ibu
sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus
sebesar 10.000 jiwa per tahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi
terutama di negara berkembang sebesar 99 %. Kematian ibu di Indonesia
masih berkisar 425/100.000 persalinan hidup. Sedangkan kematian bayi
sekitar 56/10.000 persalinan hidup. Salah satu penyebab kematian pada
ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan (Manuaba, 2012).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2016, prevalensi
anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian tablet Fe di
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 85 %. Presentase ini mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun 2014 yang sebesar 83,3 %.
Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia
pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil
selama periode kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu
hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di
dunia terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Menurut
WHO secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
adalah sebesar 41,8 %. Salah satu penyebab anemia pada kehamilan yaitu
paritas dan umur ibu. Anemia pada wanita usia subur (WUS) dapat
menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan
atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan perdarahan akut
dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Noverstiti, 2012).
Anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr % pada trimester 2 (Soebroto, 2010).
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian
intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan
mudah terkena infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan
abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasi kordis dan
ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan
his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri
(Styawati, 2013).
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child"
(potensial membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia pada
kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan pre¬maturitas, hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan
terjadi partus terlantar, dan pada kala nifas terjadi subinvolusi uteri
menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi puerperium,
dan pengeluarkan AS1 berkurang (Aryanti dkk, 2013).
Pada masa kehamilan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan organ
reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Kebutuhan zat besi ibu
selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin
plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, untuk itu ibu hamil
membutuhkan 2-3 mg zat besi tiap hari (Manuaba, 2010). Pola makan
masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi hewani
yang rendah dan tinggi sumber besi nabati yang merupakan penghambat
penyerapan gizi (FKM UI, 2007).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
kehamilan diantaranya gravid, umur, paritas, tingkat pendidikan, status
ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe (Keisnawati, dkk, 2015).

B. Tujuan
1. Tujuam Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus
anemia selama kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya
komplikasi lebih lanjut
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
b. Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
c. Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
d. Mengetahui etiologi anemia dalam kehamila
e. Mengetahui patofisiologi dan komplikasi anemia dalam
kehamilan
f. Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
g. Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas
kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Anemia Dalam Kehamilan


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester
II, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,
terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester II (Saifuddin, 2006).
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya.
Penyulit penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran
(abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot
rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik
saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat
menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007).
Kebutuhan zat besi berdasarkan trimester selama kehamilan sebagai berikut:
1. Pada trimester I : zat besi yang dibutuhkan lebih kurang 1 mg/hari
ditambah dengan kebutuhan janin 30-40 mg
2. Pada trimester II : zat besi yang dibutuhkan lebih kurang 5 mg/hari
ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan janin 110 mg
3. Pada trimester III : zat besi yang dibutuhkan lebih kurang 5 mg/hari
ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan janin 230 mg.

B. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan


Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi
(Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada
umumnya adalah sebagai berikut:
1.     Kurang gizi (malnutrisi)
2.     Kurang zat besi
3.     Malabsorpsi
4.     Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.     Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain- lain

C. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan


Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah
sebagai berikut:
1.   Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil
dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a.     Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero
sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60
mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini
program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b.      Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan
zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit
saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro,
2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba,
2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan
dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada
hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama
kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli
dapat digolongkan sebagai berikut:
1)      Hb 11 gr% : Tidak anemia
2)      Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3)      Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4)      Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800
mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin
dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa
haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan
lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali
dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi
perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan
menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2.   Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik,
jarang sekali karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban
sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3.   Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap,
pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4.   Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta
penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas
dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis
obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
berulang dapat membantu penderita ini.

D. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil


Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
1. Ibu mengeluh cepat lelah,
2. Sering pusing,
3. Mata berkunang-kunang,
4. Malaise,
5. Lidah luka,
6. Nafsu makan turun (anoreksia),
7. Konsentrasi hilang,
8. Nafas pendek (pada anemia parah); dan
9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. Patofisiologis Anemia Pada Ibu Hamil


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-
sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi
tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis
sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang
darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.

F. Bahaya Anemia Dalam Kehamilan


Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat
badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada
masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan
intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan
komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah,
gawat janin (Manuaba, 2010).
Kurangnya nutrisi pada trimester I terutama adanya anemia akan
menyebabkan terjadinya kegagalan organogenesis sehingga akan
mengganggu perkembangan janin pada tahap selanjutnya. Pada trimester II,
terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan
janin, sehingga membentuk manusia dengan organ– organ tubuh yang mulai
berfungsi. Pada masa ini zat besi yang diperlukan paling besar karena mulai
terjadi hemodilusi pada darah. Kebutuhan zat besi pada keadaan ini adalah 5
mg/hr dengan kebutuhan basal 0,8 mg/hari. Akibat anemia akan dapat
menimbulkan hipoksia dan bekurangnya aliran darah ke uterus yang akan
menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin terganggu sehingga dapat
menimbulkan asfiksia sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin
terhambat dan janin lahir dengan berat badan lahir rendah dan prematur.
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan
terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).
Di samping itu, perdarahan antepartum dan post partum lebih sering
dijumpai pada wanita yang anemis dan kondisi ini kerap berakibat fatal
karena wanita yang anemis tidak dapat menoleransi kehilangan darah.
Keluhan anemia pada kehamilan sangat bervariasi, ari keluhan yang ringan
sampai munculnya gangguan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur),
gangguan pada masa nifas (inertia, atonia, partus lama, perdarahan
postpartum), gangguan massa nifas (subinvolusi uterus, penurunan daya
tahan terhadap infeksi dan stres, penurunan produksi ASI), dan gangguan
pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal,
dll).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komplikasi kehamilan adalah merupakan kejadian patologis
penyertaan yang terjadi saat kehamilan. Komplikasi dan penyulit kehamilan
pada Trimester I dan II adalah kejadian yang sering timbul pada kehamilan
trimester I dan II. Anemia kehamilan yaitu keadaan penurunan hemoglobin
dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal, atau biasa disebut kurang darah.
Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah atau
kurang zat besi. Factor yang menyebabkan anemia defisiensi besi adalah
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, gangguan absorbs di
usus, perdarahan akut atau kronis. Anemi defisiensi pada wanita hamil
berkaitan dengan defisiensi besi dan perdarahan akut.

B. Saran
1. Perencanaan program antenatal care yang lebih terpadu dan masuk dalam
standar pelayanan antenatal untuk dapat mendeteksi secara dini
kehamilan risiko tinggi dan tanda-tanda komplikasi kehamilan dan
mencegah komplikasi persalinan dan nifas, misalnya pemeriksaan
lanjutan kadar Hb untuk mendeteksi anemia dan mencegah terjadinya
perdarahan.
2. Peningkatan kualitas pelayanan di Puskesmas dan penyedia pelayanan
kesehatan lainnya, beserta pemanfaatan fasilitas PONED dan PONEK
secara optimal beserta sistem rujukannya.
3. Peningkatan kompetensi dan pengetahuan bidan dalam asuhan persalinan
normal dan penanganan komplikasi yang masih dapat ditangani dengan
melakukan pelatihan secara berkesinambungan. Beserta evaluasi
distribusi bidan yang terampil terutama pada daerah terpencil yang jauh
dari fasilitas kesehatan dengan memperhitungkan kebutuhan jumlah bidan
dengan kapasitas ibu hamil, dan dari awal penempatan sebaiknya sudah
diminta komitmen dari bidan bahwa mereka harus tinggal di desa tempat
mereka bertugas.
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti Wardiah, Sumini Setiawati, Riyani, Riska Wandiri, Lidya Aryanti.


(2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2013.
Bandarlampung: PSIK Universitas Malahayati.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Krisnawati., Desi Ari Madi Yanti., Apri Sulistianingsih. (2015). Faktor- faktor
terjadinya anemia pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas tahun
2015. STIKES Peringsewu Lampung.

Mansjoer, Arif. (2013). Buku Saku Untuk Bidan. Jakarta: Nuha Medika.

Manuaba, Ida Bagus Gde.2001.Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC

Noverstiti,Elsy.(2012).Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemiapada Ibu HamilTrimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Kota Padang tahun 2012. STIKES Peringsewu Lampung.

Prawirohardjo, Sarwono.2008.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal


dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin, AB; Adriaansz, G., Wiknjosastro, H., Waspodo, D., 2001. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Setyawati B, Syauqy A. (2013). Perbedaan Asupan Protein, Zat Besi, Asam Folat,
dan Vitamin B12 Antara Ibu Hamil Trimester III Anemia dan Tidak Anemia
di Puskesmas Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. Journal of Nutrition
College, Vol3,No1.2014.P228-234 dalam situs.
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jnc.

Soebroto I. (2010). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Jogjakarta : Bangkit

Anda mungkin juga menyukai