Anda di halaman 1dari 18

FISI NUKLIR

MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Kimia Inti
Dosen Pengampu:
Sari, M.Pd
Riri Aisyah, M.Pd

Disusun oleh:
Pendidikan Kimia VI A

Arie Agustiani 1172080011


Lia Sopiyatul Jamaliyah 1172080035
Lisna Dwiyanti 1172080037
Ratna Amelia 1172080085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah mempermudah dalam
proses pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kimia Inti, Ibu
Sari, S.Pd, M. Pd dan Ibu Riri Aisyah, M.Pd yang telah membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini. Serta kepada kerabat yang telah memberi semangat serta dukungan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah.
Meskipun makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, kami
berharap pembaca dapat memahami makna yang kami sampaikan didalamnya. Oleh karena
itu, kami juga berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran pada makalah yang telah
kami tulis.

Bandung, 23 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................................... 3

DAFTAR TABEL.............................................................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................................... 5

BAB II ISI......................................................................................................................................................... 6

A. Landasan Teori..................................................................................................................................... 6

1. Fisi Nuklir......................................................................................................................................... 6

2. Perhitungan Hasil Reaksi Inti dalam Produksi Radionuklida...........................................................8

B. Permasalahan...................................................................................................................................... 11

C. Penyelesaian Masalah.......................................................................................................................... 12

D. Hasil Penelitian.................................................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan.......................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 16

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva aktivitas suatu zat radioaktif...............................................................................7


Gambar 2. Kurva antara log aktivitas terhadap waktu....................................................................8

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Radioaktivitas iradiasi selama 10 menit..........................................................................13


Tabel 2. Radioaktivasi iradiasi selama 10 hari..............................................................................14

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia Inti adalah ilmu yang mempelajarai struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap
kestabilan inti serta reaksi-reaksi inti yang terjadi pada proses peluruhan radio nuklida dan
transmutasi inti. Radiasi dan radionuklida telah lama dikenal manusia, yaitu sejak ditemukannya
teknik perunut oleh Hevesy pada tahun 1923, sehingga menambah kemajuan teknik nuklir untuk
digunakan di bidang kedokteran dan industri.
Radioisotop sebagai unsur yang mempunyai sifat memancarkan radiasi memang berpotensi
berbahaya bagi manusia apabila penangannya tidak mengikuti aturan dan ketentuan tentang
proteksi radiasi. Namun apabila radioisotop ini didayagunakan dengan memperhatikan aturan
dan ketentuan tetang proteksi radiasi maka manfaatnya bagi manusia sangat besar.
Bentuk penggunaan radioisotop untuk terapi semakin luas dari hari ke hari. Aplikasi
radioisotop untuk pencegahan penyempitan kembali pembuluh darah jantung setelah angioplasty,
misalnya, sedang mendapat perhatian besar para peneliti. Penyempitan pembuluh darah
ditangani, diantaranya, melalui pelebaran pembuluh dengan penanaman endovascular stent pada
daerah penyempitan. Namun, kira-kira 30% dari penderita dengan penanganan ini mengalami
penyempitan kembali yang disebabkan oleh pertumbuhan sel secara tidak normal di sekitar
daerah penanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa endovascular stent radioaktif terbukti
efektif untuk mencegah terjadinya penyempitan kembali pembuluh darah tesebut dan ada
beberapa metode dalam pembuatan stent radioaktif.

Berdasarkan uraian tersebut dan mengacu pada salah satu Jurnal tugas kelompok maka dalam
makalah ini akan disajikan hasil analisis mengenai kegunaan radionuklida dalam bidang
kedokteran yaitu permasalahan mengenai endovascular stent.

B. Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut :

5
1. Mengetahui konsep pembelahan inti (Nuclear Fission).
2. Mengetahui Perhitungan hasil reaksi inti dalam produksi radionuklida.

BAB II
ISI

A. Landasan Teori

1. Fisi Nuklir

Dalam ilmu fisika dan kimia nuklir, yang disebut fisi nuklir adalah reaksi
fisi yang terjadi saat nukleus atom terbagi menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil dan lebih ringan. Reaksi ini menghasilkan neutron bebas dalam bentuk
sinar beta dan gamma dan melepaskan energi yang lebih besar. Reaksi ini
dipicu oleh neutron walaupun terkadang fisi juga dianggap sebagai salah
satu bentuk peluruhan radioaktif spontan terutama dalam jumlah isotop
yang besar.
Reaksi fisi (reaksi pembelahan) merupakan suatu reaksi yang terjadi pada
inti berat dan akan mengalami peluruhan atau pemecahan menjadi bagian
inti ringan secara berantai. Pada rekasi ini inti atom akan menangkap
neutron dan menghasilkan keadaan inti dalam kondisi sangat labil. Dalam
waktu yang singkat inti akan membelah menjadi belahan inti utama disertai
dengan adanya kemunculan neutron baru. Karena berat inti kurang stabil
dibandingkan dengan produknya, proses ini akan banyak melepaskan energi
(Rohanda, 2015).

Ukuran dari kedua pecahan reaksi tidak tetap, maka kemungkinan


terbesar pecahan akan memiliki nomor massa sekitar 90 dan 140. Sebagian
besar energi yang dibebaskan dalam fisi akan berubah menjadi energi
kinetik dari kedua pecahan dengan nomor massa yang berbeda sekitar 80
persen. Sedangkan untuk 20 persen sisanya akan dimunculkan dalam
bentuk peluruhan (beta dan gamma) serta energi kinetik sejumlah neutron

6
235
yang terpancar dalam fisi. Sebagai contoh pada peluruhan uranium U yang
92

sering terjadi adalah :

235 93 141
U +n
92 97 Rb + Cs + 2n
55

235 236 94 140


92U +n 92 U 38 Sr + 54 Xe + 2n

235 236 94 139


92 U +n 92 U 36 Kr + 56 Ba + 3n

(Djojosubroto, 2009).

Pada reaksi dengan penembakan neutron termal pada inti uranium (inti
fisi) akan menghasilkan inti baru disertai melepasnya dua neutron. Jika
neutron sudah diperlambat dalam moderator dapat menyebabkan reaksi
berikutnya terjadi. Sehingga akan terjadinya reaksi berantai. Berikut adalah
skema terjadinya proses reaksi berantai.

Gambar 1. Reaksi berantai fisi


Energi yang akan dilepaskan dapat mencapai jumlah kira-kira 3x10 -11
Joule/satu inti U. Fisi nuklir dapat diaplikasikan pada reaktor nuklir dan
235

bom atom.

Aplikasi reaksi pembelahan inti


a) Bom atom
Reaksi fisi inti dapat diterapkan pada proses pengembangan bom
atom. Satu bom atom yang berukuran kecil sama dengan 20.000 ton TNT.
Tujuan diterapkannya reaksi fisi inti adalah untuk mengetahui nilai massa
kritis dari bom atom tersebut. Massa kritis pada suatu bom atom dapat

7
dibentuk menggunakan bahan peledak konvensional seperti TNT untuk
memaksa bagian yang terbelah dapat bergabung kembali menjadi satu.
TNT adalah bahan pertama yang harus diledakkan. Tujuannya agar
ledakan tersebut dapat mendorong bagian yang sudah terbelah dapat
bergabung kembali menjadi jumlah yang lebih besar dibandingkan
dengan massa kritis bom atom. Salah satu bahan yang sudah terfisikan
adalah Uranium-235 yang merupakan peledak yang digunakan di kota
Hiroshima, Jepang.
b) Reaktor nuklir
Reaktor nuklir merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya reaksi berantai fisi nuklir terkendali untuk menghasilkan
energi nuklir, radioisotop atau nuklida baru. Pada reaktor nuklir, reaksi fisi
digunakan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik karena dapat
dikendalikan. Apabila reaksi fisi tidak dapat dikendalikan kemungkinan
akan mengalami ledakan energi seperti bom atom. Reaktor nuklir
merupakan suatu pembangkit tenaga listrik yang memakai kalor hasil dari
reaksi rantai terbatas. Ada 3 jenis reaktor nuklir yang dapat diketahui:
1. Reaktor air ringan, menggunakan air murni yang bertindak sebagai
moderator atau zat yang dapat mengurangi energi kinetik neutron.
2. Reaktor air berat, menggunakan D2O sebagai moderatornya.
3. Reaktor pembiak, menggunakan bahan bakar uranium. Reaktor ini
menghasilkan bahan terfisikan lebih banyak daripada yang digunakan.

2. Perhitungan Hasil Reaksi Inti dalam Produksi Radionuklida


Reaksi inti atau reaksi nuklir adalah proses tumbukan dua inti atau dua partikel inti yang
menghasilkan inti partikel inti yang berbeda dari asalnya. Reaksi nulir menyerap atau
memerlukan sejumlah energi. Reaksi inti disebut juga dengan penangkapan neutron. Apabila
energi neutron sangat rendah (neutron termal, En < 0,025 eV), maka kemungkinan neutron
tersebut akan ditangkap oleh inti atom bahan penyerap sehingga membentuk inti atom baru
yang umumnya tidak stabil. Inti atom yang tidak stabil ini dapat memancarkan radiasi α, β,

8
dan γ. Peristiwa ini yang disebut sebagai proses aktivasi neutron, yaitu mengubah bahan yang
stabil menjadi bahan radioaktif.
Radionuklida adalah nuklida yang memancarkan radiasi. Setiap radiasi yang dipancarkan
oleh sumber radiasi dinamakan energi radiasi. Jika sumber radiasi berupa radionuklida, maka
tingkat energi yang dipancarkan tergantung pada jenis radionuklidanya. Pembentukan
radionuklida ini dilakukan dengan proses reaksi inti, dan setiap inti atom yang tidak stabil
(radioisotop atau inti radioaktif) akan meluruh atau berubah menjadi inti atom yang lebih
stabil dengan memancarkan radiasi. Laju peluruhan tersebut ternyata tidak sama antara satu
inti atom dengan yang lainnya.

Radioaktivitas didefinisikan sebagai jumlah peluruhan per detik. Aktivitas radiasi (A)
suatu sumber atau zat radioaktif ditentukan oleh jumlah inti radioaktif yang dikandungnya
(N) dan konstanta peluruhan dari inti radioaktif (λ).

∆N
A= =λ N … …(1)
∆t

W
A=λN= λ N … …(2)
BA Avogadro

(Alatas, Hidayati, Akhadi, & dkk., 2015)

Konstanta peluruhan memiliki satuan per detik (detik-1) sedangkan satuan aktivitas adalah
becquerel (Bq) atau Currie (Ci) dengan nilai sebagai berikut:

1 Bq = 1 peluruhan per detik


1 Ci = 3,7 x 1010 peluruhan per detik

Waktu Paruh
Untuk mempermudah penggambaran terhadap kecepatan peluruhan zat radioaktif, maka
digunakan parameter baru yaitu waktu paruh (t1/2) yang didefinisikan sebagai selang waktu yang

9
dibutuhkan oleh suatu inti radioaktif untuk meluruh menjadi setengah dari aktivitasnya semula.
Nilai waktu paruh ini bisa digambarkan oleh persaman:

0,693
t 1=
2
λ

Persamaan Peluruhan

Secara umum, jika sebuah isotop terkena paparan neutron termal akan terjadi penangkapan
neutron oleh inti atom dan pelepasan radiasi gamma yang dikenal dengan reaksi (n,γ) dengan
laju reaksi yang berbeda-beda tergantung pada tampang lintang reaksi nuklirnya. Apabila isotop
yang terbentuk berupada radioisotop, maka ia akan meluruh menjadi isotop lain.

1 2
A→B→C

(Awaludin, 2004)

Isotop A akan mengalami [1] iradiasi menjadi isotop B yang akan mengalami [2] peluruhan
sehingga menjadi isotop C. Laju reaksi pembentukan merupakan perkalian dari jumlah atom
isotop A dengan fluks neutron dan tampang lintang reaksi. Sedangkan laju peluruhan merupakan
perkalian antara jumlah atom B yang telah terbentuk dan konstanta peluruhannya. Laju
penambahan radioisotop B secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

d Nb
=N A ϕσ−λ N B … …(3)
dt

Keterangan:
dNB/dt : Laju pembentukan isotop B (atom/s)
NA : Jumlah atom sasaran (atom)
𝜙 : Fluks neutron (ns-1 cm-2)
Σ : Tampang lintang reaksi (barn = 10-24 cm2)
λ : Konstanta peluruhan radioisotop

10
Persamaan (3) diselesaikan dan diberi batas awal bahwa ketika sebelum iradiasi belum ada
isotop B (NB = 0 saat t = 0) maka diperoleh persamaan:

1−e− λt
N B =N A ϕσ … … (4 )
λ

Pada persamaan (4), t menyatakan waktu iradiasi. Besarnya radioaktivitas B (AB) dapat
dinyatakan dengan NBλ, sehingga besarnya radioaktivitas B dapat dinyatakan dengan:

A B=N A ϕσ (1−e− λt )… … (5 )

Persamaan (5) ini merupakan persamaan umum untuk mendapatkan radioaktivitas hasil iradiasi
dengan neutron. Setelah iradiasi dihentikan, reaksi penangkapan neutron berhenti dan radioisotop
B meluruh dengan laju peluruhan sebesar perkalian antara konstanta peluruhan dan jumlah atom
B yang tersisa. Oleh karena itu, setelah peluruhan selama waktu tdy, radioaktivitas B dapat
dinyatakan sebagai beriku:

A B= A B 0 e−λtd … … ( 6 )

(Saptiama et al., 2016).

Jumlah inti radioaktif yang dikandung oleh suatu zat radioaktif akan berkurang secara terus
menerus mengikuti kurva eksponensial negatif, begitu pula dengan radioaktivitasnya. Berikut
menunjukkan peluruhan aktivitas zat radioaktif.

Gambar 2. Kurva aktivitas suatu zat radioaktif

11
Gambar 3. Kurva antara log aktivitas terhadap waktu

B. Permasalahan

Senyawa radionuklida banyak dibutuhkan dalam bidang kesehatan karena


banyak tenaga medis yang memerlukannya untuk digunakan pada alat-alat
medis. Salah satunya dapat digunakan dalam proses terapi untuk
pencegahan penyempitan kembali pembuluh darah di jantung. Namun,
biasanya terapi tersebut masih memiliki kemungkinan adanya penyempitan
kembali karena pertumbuhan sel secara tidak normal di daerah terapi.
Penyempitan tersebut dapat diatasi dengan adanya pelebaran pembuluh
darah dan dapat menggunakan penanaman endovascular stent pada daerah
penyempitan. Karena berdasarkan banyak data riset, hasil dari penanaman
endovascular ampuh dan efektif dan lebih maksimal daripada proses terapi
biasa. Metode endovascular stent dapat dilakukan dengan menggunakan
aktivasi komersial dengan neutron yakni unsur penyusun stent akan
teraktivasi oleh paparan neutron yang dapat membentuk radioisotop
didalamnya (Awaludin, 2004).

12
Salah satu senyawa yang dibutuhkan adalah Teknesium atau Tc yang
99m

merupakan hasil peluruhan dari senyawa 99


Mo. Senyawa 99
Mo merupakan
hasil fisi dari senyawa Uranium-235 yang sangat dibutuhkan di bidang
kedokteran bagian nuklir. Hal ini menjadi masalah yang sekarang tengah
dihadapi oleh tenaga medis. Adanya pembatasan penggunaan Uranium yang
bertindak sebagai target penggunaan senyawa radionuklida lainnya menjadi
hambatan sehinga menyebabkan banyak rumah sakit di Indonesia kesulitan
mendapat pasokan senyawa Uranium. Akibatnya, beberapa rumah sakit
kewalahan dan kebingungan mencari cara agar senyawa Uranium dan hasil
peluruhannya dapat kembali digunakan pada peralatan medis.

Seiring berjalannya waktu, di zaman teknologi yang serba canggih telah


memberikan berbagai macam metode alternatif untuk mendapatkan
senyawa hasil peluruhan uranium. Radionuklida Mo dapat dihasilkan
99

dengan menggunakan reaktor penelitian dan pemercepat partikel. Jika


menggunakan reaktor, senyawa ini dapat dihasilkan melalui reaksi fisi atau
pembelahan inti dan reaksi nonfisi atau tanpa adanya proses pembelahan
inti. Sedangkan jika menggunakan pemercepat partikel dilakukan tanpa
menggunakan senyawa yang menghasilkan reaksi fisi dan non fisi (Saptiama
et al., 2016).

C. Penyelesaian Masalah

Dari masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dilakukan penelitian pembuatan stent
radioaktif. Ada beberapa metode dalam pembuatan stent radioaktif, metode yang paling
sederhana adalah melalui aktivasi endovascular stent komersial dengan neutron. Dengan metode
ini, seluruh unsur penyusun stent teraktivasi oleh paparan neutron, sehingga terbentuk beberapa
jenis radioisotop di dalamnya salah satunya adalah 99Mo.
Endovascular stent komersial buatan Terumo terbuat dari bahan SUS316L dengan beragam
kandungan unsur, yaitu besi (66,5%), krom (17,4%), nikel (12,1%), molibdenum (2,23%),
mangan (0,94%), silikon (0,68%), karbon (0,017%), fosfor (0,032%), dan sulfur (0,009%).
Perhitungan jenis radioisotop dan besarnya radioaktivitas didasarkan pada kandungan unsur

13
tersebut. Perhitungan dilakukan menggunakan persamaan 5 dan 6 untuk aktivasi dan peluruhan.
Lalu dari data-data tersebut akan dibuat kurva hubungan radioaktivitas dengan waktu.

Dari data di atas dapat dihitung radioaktivitas dari iradiasi dan peluruhan kandungan unsur
dengan menggunakan fluks neutron 4 x 1013 ns-1 cm-2 dan waktu iradiasi selama 10 menit. Angka
fluks tersebut berdasarkan pada besarnya fluks neutron di Pneumatic Rabbit System Reaktor GA
Siwabessy BATAN. Di dalam perhitungan radioaktivitas digunakan berat 1 mg, sehingga
radioaktivitas yang didapatkan adalah radioaktivitas untuk tiap mg. Persamaan yang digunakan
adalah persamaan 5 dan 6, yaitu:

A B=N A ϕσ ( 1−e−λt ) … … ( 5 )
A B= A B 0 e−λtd … … ( 6 )

D. Hasil Penelitian

Radioisotop yang dihasilkan dari iradiasi selama 10 menit diperoleh beberapa unsur, yaitu
99
Mo sebanyak 383 Bq/mg, 55Fe sebanyak 220 Bq/mg, 59Fe sebanyak 141 Bq/mg. Selanjutnya
akan ditunjukkan oleh tabel 1.

Tabel 1. Radioaktivitas iradiasi selama 10 menit

Jenis Radioaktivitas (Bq/mg) Waktu paroh Jenis peluruhan Isotop hasil peluruhan
56 56
Mn 24323 2,58 jam Beta Fe (stabil)
31 31
Si 13405 2,62 jam Beta P (stabil)
51 51
Cr 12102 27,7 jam EC V (stabil)
99 99m
Mo 383 66 jam Beta Tc (radioisotop)
55 55
Fe 220 2,73 tahun EC Mn (stabil)
59 59
Fe 141 44,5 hari Beta Co(stabil)

Radioisotop-radioisoptp yang dihasilkan memiliki waktu paruh yang berbeda-beda. Dalam


waktu 10 hari, radioisotop dengan waktu kueang dari 1 hari akan habis karena telah meluruh
lebih dari 10 kali waktu paruhnya. Apabila stent digunakan diluruhkan selama 10 hari,

14
radioisotop yang masih menyisa adalah 51Cr, 55Fe, 59Fe, dan 99Mo yang akan ditunjukkan
pada tabel 2.

Tabel 2. Radioaktivasi iradiasi selama 10 hari

Jenis Radioisotop Radioaktivitas (Bq/mg)


59
Cr 9424
55
Fe 218
59
Fe 121
99
Mo 30,8

Perubahan radioaktivitas dari 10 hari sampai dengan 90 hari (3 bulan), 99Mo telah meluruh
habis, 51Cr dan 59Fe menurun lebih signifikan dibandingkan dengan 55Fe. Radioaktivitas ketiga
unsur tersebut berturut-turut adalah 1273 Bq/mg, 206 Bq/mg, dan 37 Bq/mg. Lalu perubahan
radioaktivitas sampai bulan ke-12. Radioaktivitas 51Cr turun di bawah radioaktivitas 55Fe setelah
6 bulan dan bersisa 1,5 Bq/mg setelah 12 bulan. Radioaktivitas 59Fe meluruh hingga kurang dari
1 Bq/mg setelah 12 bulan. Sedangkan radioaktivitas 55Fe tidak berubah signifikan menjadi 170,6
Bq/mg.
Dari kajian produksi stent melalui neutron dengan iradiasi selama 10 menit di posisi PRS
reaktor G.A Siwabessy dengan fluks 4 x 1013 ns-1 cm-2 diperoleh hasil berikut: Radioisotop yang
dihasilkan pada akhir iradiasi adalah 56Mn, 31Si, 51Cr, 55Fe, 59Fe, dan 99Mo dengan radioaktivitas
masing-masing sebesar 24323 Bq/mg, 13405 Bq/mg, 12102 Bq/mg, 383 Bq/mg, 220 Bq/mg, dan
141 Bq/mg.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Reaksi fisi (reaksi pembelahan) merupakan suatu reaksi yang terjadi


pada inti berat dan akan mengalami peluruhan atau pemecahan
menjadi bagian inti ringan secara berantai. Pada reaksi ini, inti atom
akan menangkap neutron dan menghasilkan keadaan inti dalam
kondisi sangat labil. Dalam waktu yang singkat inti akan membelah
menjadi belahan inti utama disertai dengan adanya kemunculan
neutron baru. Karena berat inti kurang stabil dibandingkan dengan
produknya, proses ini akan banyak melepaskan energi.
2. Laju reaksi pembentukan merupakan perkalian dari jumlah atom isotop A dengan fluks
neutron dan tampang lintang reaksi. Sedangkan laju peluruhan merupakan perkalian
antara jumlah atom B yang telah terbentuk dan konstanta peluruhannya. Laju
penambahan radioisotop B secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

A B=N A ϕσ (1−e− λt )… … (5 )

16
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Z., Hidayati, S., Akhadi, M., & dkk. (2015). Buku Pintar Nuklir. Serpong: Badan Tenaga
Nuklir Nasional.
Awaludin, R. (2004). Kajian Pembuatan Endovascular Stent Radioaktif Dengan Aktivasi
Neutron. Jurnal Radioisotop Dan Radiofarmaka, 7(1), 25–34.
Djojosubroto, H. (2009). Kamus Kimia Inti dan Radiokimia. https://doi.org/10.18041/2382-
3240/saber.2010v5n1.2536
Rohanda, A. (2015). Analisis Perubahan Massa Bahan Fisil dan Non Fisil dalam Teras PWR
1000 MWe dengan Origen-ARP 5.1. Jurnal Teknologi Reaktor Nuklir Tri Dasa Mega,
17(1), 13. https://doi.org/10.17146/tdm.2015.17.1.2234
Saptiama, I., Sarmini, E., Herlina, Sriyono, Abidin, & Kadarisman. (2016). Aktivasi Neutron
dari Molibdinum Alam untuk Memperoleh Teknesium-99m ( 99m-Tc ). Urania, 22(No.2),
121–132.

17

Anda mungkin juga menyukai