Anda di halaman 1dari 14

GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT


NOMOR :

TENTANG

TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA


UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DI LINGKUNGAN DINAS PERKEBUNAN
PROVINSI JAWA BARAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA BARAT,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Gubernur Jawa Barat


Nomor ……… tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas dan Badan di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, perlu diatur lebih lanjut
Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas lingkup Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Barat;
b. bahwa Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Barat sebagaimana dimaksud
pada pertimbangan huruf a, ditetapkan dengan Peraturan
Gubernur Jawa Barat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik
Indonesia Tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor
20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
15) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3478);
3. Undang – undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4411);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 5587);
8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5601);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2013 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani;
10. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5613 Tahun 2014);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3586);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3616);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten atau Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 Tentang
Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2010
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5106);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887);
13. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
37/Permentan/OT.040/8/2006 tentang Pengujian,
Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas;
14. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
38/Permentan/OT.040/8/2006tentang Pemasukan dan
Pengeluaran Benih;
15. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
39/Permentan/OT.040/8/2006 tentang Produksi Sertifikasi
dan Peredaran Benih;
16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi
Tanaman Binaan Direktorat Jendral Perkebunan,
Direktorat Jendral tanaman Pangan dan Direktorat Jendral
Hortikultura;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Oraganisasi Perangkat Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 2036);
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
50/Permentan/OT.140/8/2012 Tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian;
20. Peraturan Menteri Perkebunan Republik Indonesia Nomor
42/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perkebunan;
21. Peraturan Menteri Perkebunan Nomor
50/Permentan/KB.020/9/2015 tentang Produksi,
Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman
Perkebunan;
22. Keputusan Menteri Perkebunan Nomor
511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Jenis Komoditi
Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan,
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat
Jenderal Hortikultura;
23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat
(Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 46);
24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun
2008 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran
Daerah Tahun 2008 Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran
Daerah Nomor 55) Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2014 Nomor 2 Seri D,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 162);
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Perkebunan
(Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 8 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 143);
26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor ..............
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2016
Nomor .... Seri ....., Tambahan Lembaran Daerah
Nomor ...........);
27. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 75 Tahun 2009
tentang Pedoman Pembentukan Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) dan Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)
(Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 111 Seri D);
28. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 59 Tahun 2014
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
dan Badan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 59
Seri E);
29. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 39 Tahun 2015
tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkungan Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 39 Seri E);
30. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2015
tentang Penjabaran Rincian Urusan Pemerintahan Provinsi
Jawa Barat(Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
72 Seri E).

BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat.
4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
5. Dinas adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPTD, adalah
unsur pelaksana teknis pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
8. Kepala Balai adalah Kepala UPTD di lingkungan Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Barat.
9. Subbagian Tata Usaha adalah Subbagian Tata Usaha pada Balai di
lingkungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
10. Seksi adalah Seksi pada Balai di lingkungan Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Barat.
11. Pengembangan Teknologi Perbenihan adalah melakukan pengembangan
teknologi perbenihan hasil adopsi dari Pusat Penelitian atau Balai
Penelitian atau Perguruan Tinggi melalui Uji Multilokasi atau Replikasi
dan Uji Laboratorium dan Ekplorasi sumber bahan tanaman sesui
kebutuhan masyarakat pekebun.
12. Penerapan Teknologi Perbenihan adalah mengimplementasikan teknologi
perbenihan yang dapat diterapkan di tingkat kelompok tani atau
masyarakat pekebun dari hasil pengujian yang telah dilakukan di Pusat
Penelitian atau Balai terkait.
13. Sub Unit Pelayanan adalah sub unit pelayanan non struktural pada UPTD
yang melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dan/atau teknis
penunjang pada UPTD.
14. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam
suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
15. Kebijakan Teknis adalah sekumpulan keputusan atau produk hukum
daerah yang memuat pedoman atau petunjuk teknis atau petunjuk
pelaksanaan suatu urusan, program, kegiatan, atau pekerjaan.
16. Perumusan adalah proses menyusun, mengkaji, hingga menetapkan
suatu rumusan kebijakan.
17. Pengkajian adalah proses menelaah, menganalisis, memberikan koreksi,
dan menyempurnakan suatu bahan rumusan kebijakan
18. Penyusunan adalah proses menghimpun dan mengolah bahan-bahan
rumusan kebijakan.
19. Penyelenggaraan adalah suatu proses pelaksanaan atau pengelolaan
sesuatu pekerjaan yang melibatkan fungsi-fungsi koordinasi, integrasi,
dan sinkronisasi antar unit/sub unit.
20. Perlindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani dalam
menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana
produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik
ekonomi biaya tinggi dan perubahan iklim.
21. Petani adalah Warga Negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta
keluarganya yang melakukan usaha tani dibidang tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan.
22. Pertanian adalah kegiatan mengelola Sumber Daya Alam Hayati dengan
bantuan teknologi, modal, tenaga kerja dan manajemen untuk
menghasilkan komoditas pertanian yang mencakup tanaman pangan
hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu
agroekosistem.
23. Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan suatu
pekerjaan yang bersifat teknis operasional.
24. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
secara perorangan maupun kelom pok/organisasi/instansi atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
25. Pelayanan Administrasi adalah pelayanan yang bersifat ketatausahaan.
26. Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama serta pengintegrasian tujuan-
tujuan dan kegiatan-kegiatan antara berbagai badan, instansi, unit
untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
27. Pembinaan adalah usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan,
serta usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan
efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
28. Pengendalian adalah proses untuk mengukur kinerja, melakukan
tindakan korektif dan memastikan bahwa tindakan yang dilakukan
berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan.
29. Monitoring atau pemantauan adalah proses mengamati, mengumpulkan
informasi secara teratur serta mencatat hasilnya untuk bahan evaluasi.
30. Evaluasi adalah kegiatan menilai atau membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat tingkat keberhasilannya.
31. Pelaporan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan hal-hal
yang berhubungan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan selama
satu periode tertentu.

32. Fasilitasi adalah kegiatan untuk memberikan kemudahan dan


memungkinkan atau mendorong pihak lain dapat melakukan suatu
urusan, kegiatan, atau aktivitas yang sesuai dengan rencana atau
kebijakan yang telah ditetapkan.
33. Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra adalah dokumen
rencana strategis yang membuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi
atau cara mencapai tujuan dan sasaran yang terdiri dari kebijakan,
program dan kegiatan.
34. Rencana Kerja yang selanjutnya disebut Renja adalah dokumen
perencanaan untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung
oleh Pemerintah Daerah Provinsi maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat
35. Rencana Kinerja Tahunan yang selanjutnya. disingkat RKT adalah
dokumen rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program
yang telah ditetapkan dalam rencana strategis yang akandilaksanakan
melalui berbagai kegiatan tahunan.
36. Rencana Kerja Anggaran yang selanjutnya disingkat RKA adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
Perangkat Daerah yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dan Renja Perangkat Daerah yang bersangkutan
dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
37. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DPA adalah
dokumen memuat alokasi anggaran yang disediakan kepada pengguna
anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
38. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA
adalah dokumen memuat alokasi anggaran yang disediakan kepada
pengguna anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
39. Penetapan Kinerja yang selanjutnya disebut Tapkin adalah suatu
dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja
antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu
berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi.
40. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya
disingkat LKIP adalah laporan kinerja tahunan yang berisi
pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau
sasaran strategis instansi.
41. Laporan Keterangan Pertangungjawaban yang selanjutnya disingkat LKPJ
adalah laporan yang berupa informasi penyelenggaraan pemerintahan
Daerah Provinsi selama 1 (satu) tahun anggaran atau akhir masa jabatan
yang disampaikan oleh Gubernur kepada DPRD.
42. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang selanjutnya
disingkat LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan
Daerah Provinsi selama 1 (satu) tahun anggaran berdasarkan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disampaikan oleh Gubernur
kepada Pemerintah Pusat.

BAB II
UPTD DI LINGKUNGAN DINAS PERKEBUNAN
Pasal 2
UPTD di Lingkungan Dinas Perkebunan, terdiri atas :
a. Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan;
b. Balai Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Perkebunan;
c. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan;

BAB III
TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA
Bagian Kesatu
Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan
Paragraf 1
Umum
Pasal 3
(1) UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas teknis
operasional/tugas penunjang di bidang Pengembangan Benih
Tanaman Perkebunan, meliputi Pengembangan Teknologi
Perbenihan Tanaman Perkebunan, Penerapan Teknologi
Perbenihan Tanaman Perkebunan, serta mengendalikan
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Pengembangan Benih
Tanaman Perkebunan.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman
Perkebunan mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan penyusunan bahan kebijakan teknis
pengembangan benih tanaman perkebunan;
b. penyelenggaraan pengembangan benih tanaman perkebunan
meliputi pengembangan aspek teknologi perbenihan tanaman
perkebunan dan penerapan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan;
c. penyelenggaraan oprasional administrasi balai, pengendalian,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan Balai; dan
d. penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
(3) Rincian Tugas Balai, meliputi:
a. menyelenggarakan penyusunan program kerja Balai;
b. menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis
pengembangan teknologi perbenihan tanaman perkebunan,
penerapan teknologi perbenihan tanaman perkebunan dan
penyelenggaraan pengembangan dan penerapan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan;
c. penyelenggaraan koordinasi, pembinaan, pengendalian dan
memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi UPTD Balai
Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan meliputi Aspek
pengembangan teknologi perbenihan tanaman perkebunan,
penerapan teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
d. menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis
pengembangan dan penerapan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan;
e. menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis
Operasional dan administrasi Balai;
f. menyelenggarakan bimbingan dan fasilitasi di bidang
pengembangan teknologi perbenihan tanaman perkebunan dan
penerapan teknologi perbenihan tanaman perkebunan meliputi
Aspek fasilitasi benih tanaman perkebunan, penerapan inovasi
teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
g. menyelenggarakan pengembangan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan;
h. menyelenggaraan pengelolaan kebun;
i. menyelenggarakan penilaian dan penetapan calon kebun benih
sumber;
j. menyelenggaraan pengawasan pelestarian plasma nutfah
tanaman perkebunan;
k. menyelenggarakan penerapan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan;
l. menyelenggarakan kerjasama implementasi perbenihan dalam
penerapan teknologi benih tanaman perkebunan;
m. menyelenggarakan teknis perbenihan terapan ditingkat petani;
n. menyelenggarakan monitoring dan evaluasi penerapan
perbenihan;
o. menyelenggarakan ketatausahaan balai;
p. menyelenggarakan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
lingkup UPTD;
q. menyelenggarakan penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi
dan menyelenggarakan pemantauan terhadap permohonan dan
realisasi bantuan keuangan dan hibahbantuan sosial di
pengembangan benih tanaman perkebunan;
r. menyelenggarakan penyampaian bahan saran pertimbangan
mengenai pengembangan benih tanaman perkebunansebagai
bahan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah;
s. memimpin seluruh kegiatan Balai;
t. menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Balai;
u. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
v. menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan UPTD
BalaiPengembangan Benih Tanaman Perkebunan; dan
w. menyelenggarakan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
(3) Susunan Organisasi UPTD Balai Pengembangan Benih Tanaman
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Kepala Balai;
b. Subbagian Tata Usaha;
c. Seksi pengembangan teknologi perbenihan;
d. Seksi penerapan teknologi perbenihan dan;
e. Sub Unit Pelayanan.

Paragraf 2
Kepala Balai
Pasal 4
(1) Kepala Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan
mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan, membina dan
mengendalikan, memimpin penyelenggaraan pengembangan benih
tanaman perkebunan, meliputi pengkajian kebijakan teknis di
bidang pengembangan dan penerapan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan, fasilitasi benih tanaman perkebunan,
penerapan inovasi teknologi perbenihan tanaman perkebunan,
serta membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kepala Balai mempunyai fungsi:
a. penyelenggaraan pengkajian dan perumusan bahan kebijakan
teknis pengembangan benih tanaman perkebunan;
b. penyelenggaraan koordinasi, pembinaan, pengendalian,
memimpin pelaksanaan tugas dan fungsipengembangan benih
tanaman perkebunan meliputi pengembangan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan dan penerapan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan;
c. penyelenggaraan pengendalian, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan Balai; dan
d. penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

(3) Rincian tugas Kepala Balai:


a. menyelenggarakan penyusunan program kerja balai;
b. menyelenggarakan pengkajian dan perumusan bahan
kebijakan teknis di bidang pengembangan benih tanaman
perkebunan;
c. menyelenggarakan pengkajian bahan petunjuk teknis
pengembangan dan penerapan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan;
d. menyelenggarakan koordinasi, memimpin, membina,
mengendalikan dan memimpin pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi balai;
e. menyelengarakan sebagian tugas teknis sesuai dengan urusan
pemerintahan Daerah Provinsi operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang urusan Pemerintahan, di bidang
pengembangan benih tanaman perkebunan, meliputi
pengembangan teknologi perbenihan tanaman perkebunan dan
penerapan teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
f. menyelenggarakan peningkatan wawasan urusan
pemerintahan bidang pertanian sub urusan perkebunan sesuai
dengan kewenangan Provinsi;
g. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengendalian
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Pengembangan
Benih Tanaman Perkebunan;
i. menyelenggarakan penyampaian bahan saran pertimbangan
mengenai bidang pengembangan benih tanaman perkebunan
sebagai bahan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah;
j. menyelenggarakan pengelolaan kebun;
k. menyelenggarakan uji coba pengembangan benih tanaman
perkebunan;
l. menyelenggarakan pengawasan pelestarian plasma nutfah
tanaman perkebunan;
m. menyelenggarakan sistem manajemen penerapan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan;
n. menyelenggarakan pelayanan fasilitasi informasi penerapam
teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
o. memimpin seluruh kegiatan Balai;
p. menyelenggarakan pengendalian, pemantauan ketatausahaan
Balai;
q. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
r. meyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Balai Pengembangan
Benih Tanaman Perkebunan; dan
s. menyelenggarakan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Paragraf 3
Subbagian Tata Usaha
Pasal 5
(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan ketatausahaan, meliputi menyusun bahan kebijakan
teknis, bahan koordinasi, pembinaan, melaksanakan pengelolaan
dan pengendalian aspek kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
umum dan kehumasan, serta penyusunan rencana program.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Subbagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi, penyusunan dan menghimpun bahan
kebijakan teknis ketatausahaan;
b. pelaksanaan ketatausahaan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan tata usaha; dan
d. pelaksanaan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
(3) Rincian Tugas Subbagian Tata Usaha:
a. melaksanakan penyusunan program kerja balai dan
Subbagian Tata Usaha;
b. melaksanakan pengendalian pelaksanaan kegiatan Subbagian
Tata Usaha;
c. melaksanakan pengelolaan kehumasan;
d. melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian;
e. melaksanakan penatausahaan keuangan;
f. melaksanakan pengelolaan umum dan perlengkapan;
g. melaksanakan pengelolaan tata naskah dinas dan kearsipan;
h. melaksanakan fasilitasi kelembagaan dan ketatalaksanan
Balai;
i. melaksanakan penyusunan bahan Tindak Lanjut Laporan Hasil
Pemeriksaan lingkup tata usaha;
j. melaksanakan penyampaian bahan saran pertimbangan
mengenai ketatausahaan Balai sebagai bahan perumusan
kebijakan Pemerintah Daerah;
k. melaksanakan pengendalian kegiatan Subbagian Tata Usaha;
l. melaksanakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
m. melaksanakan peningkatan wawasan urusan pemerintahan
bidang pertanian sub urusan perkebunan sesuai dengan
kewenangan Provinsi;
n. melaksanakan evaluasi dan pelaporan Subbagian Tata Usaha;
dan
o. melaksanakan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Paragraf 4
Seksi Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan
Pasal 6
(1) Seksi Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan
mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengembangan
teknologi perbenihan, meliputi penyusunan bahan petunjuk
teknis, pengembangan teknologi perbenihan, pengelolaan kebun,
analisis data, pembinaan pengembangan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan kepada penangkar dan petani perkebunan
serta penyusunan rencana program.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Seksi Pengembangan Teknologi Perbenihan
Tanaman Perkebunan mempunyai fungsi:
a. pelaksanaan program kerja Seksi Pengembangan Teknologi
Perbenihan Tanaman Perkebunan;
b. pelaksanaan pengembangan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pengembangan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan; dan
d. pelaksanaan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
(3) Rincian tugas Seksi Pengembangan Teknologi Perbenihan
Tanaman Perkebunan:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Seksi
Pengembangan Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan;
b. melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis
pengembangan teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
c. melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis
pengembangan teknologi benih tanaman perkebunan;
d. melaksanakan pengembangan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan;
e. melaksanakan pengelolaan kebun;
f. melaksanakan identifikasi, inventarisasi calon penilaian dan
penetapan calon kebun benih sumber;
g. melaksanakan pengawasan pelestarian plasma nutfah tanaman
perkebunan;
h. melaksanakan pengelolan dan analisis data pengembangan
benih tanaman perkebunan;
i. melaksanakan pembinaan pengembangan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan kepada penangkar dan petani
perkebunan;
j. melaksanakan uji coba pengembangan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan;
k. melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut laporan hasil
pemeriksaan lingkup seksi;
l. melaksanakan penyampaian bahan saran pertimbangan
mengenai pengembangan teknologi perbenihan tanaman
perkebunansebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah
daerah;
m. melaksanakan pengendalian kegiatan seksi pengembangan
teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
n. melaksanakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
o. melaksanakan peningkatan wawasan urusan pemerintahan
bidang pertanian sub urusan perkebunan sesuai dengan
kewenangan provinsi;
p. melaksanakan evaluasi dan pelaporan seksi pengembangan
teknologi perbenihan tanaman perkebunan; dan
q. melaksanakan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Paragraf 5
Seksi Penerapan Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan
Pasal 7
(1) Seksi Penerapan Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan
mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan Penerapan
Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan, meliputi kerjasama
implementasi, pengelolaan, pengendalian, analisa sistem, fasilitasi,
monitoring dan evaluasi penerapan teknologi teknis perbenihan
terapan ditingkat petani serta penyusunan rencana program.
(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Seksi Penerapan Teknologi Perbenihan Tanaman
Perkebunan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan program kerja Seksi Penerapan Teknologi
Perbenihan Tanaman Perkebunan;
b. Pelaksanaan penerapan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penerapan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan; dan
d. pelaksanaan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
(4) Rincian tugas Seksi Penerapan Teknologi Perbenihan Tanaman
Perkebunan:
a. melaksanakan penyusunan program kerja Seksi Penerapan
Teknologi Perbenihan Tanaman Perkebunan;
b. melaksanakan penyusunan bahan petunjuk teknis penerapan
teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
c. melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis penerapan
teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
d. menyelenggarakan penerapan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan;
e. menyelenggarakan kerjasama implementasi perbenihan dalam
penerapan teknologi benih tanaman perkebunan;
f. menyelenggarakan teknis perbenihan terapan ditingkat petani;
g. menyelenggarakan monitoring dan evaluasi penerapan
perbenihan;
h. melaksanakan pengelolaan dan analisa sistem penerapan
teknologi perbenihan tanaman perkebunan;
i. melaksanakan pelayanan informasi penerapan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan;
j. melaksanakan fasilitasi penerapan teknologi perbenihan
tanaman perkebunan kepada penangkar dan petani
perkebunan;
k. melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut laporan hasil
pemeriksaan lingkup seksi;
l. melaksanakan penyampaian bahan saran pertimbangan
mengenai penerapan teknologi perbenihan tanaman
perkebunan sebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah
daerah;
m. melaksanakan pengendalian kegiatan seksipenerapan teknologi
perbenihan tanaman perkebunan;
n. melaksanakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
o. melaksanakan peningkatan wawasan urusan pemerintahan
bidang pertanian sub urusan perkebunan sesuai dengan
kewenangan provinsi;
p. melaksanakan evaluasi dan pelaporan seksipenerapan
teknologi perbenihan tanaman perkebunan; dan
q. melaksanakan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Anda mungkin juga menyukai